Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi
keperluan sosial, seperti rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi. Pada saat itu,
sudah ada 800 orang dokter, di samping itu pemandian-pemandian umum juga dibangun.
Kesejahteraan umat Islam, kebutuhan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam
menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi. Terjadinya perkembangan
lembaga pendidikan pada masa Harun Al-rasyid mencerminkan terjadinya perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik
sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman bani Umayyah, maupun sebagai
bahasa ilmu pengetahuan.
Pencapaian kemajuan dunia Islam dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak terlepas
dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam dalam saat itu terhadap berbagai budaya dari
bangsa-bangsa sebelumnya, seperti; Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan
penterjemahan yang dilakukan sejak khalifah Al-Mansyur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid
berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi,
kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika, dan sejarah.
Menurut Demitri Gutas (seorang guru besar Arab) mengatakan bahwa proses
penerjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh motif sosial, politik, dan intelektual. Hal ini
berarti bahwa semua pihak, baik dari unsur masyarakat, elit penguasa, pengusaha dan
cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampak secara kultural sangat besar. Gerakan
penerjemahan pada masa khalifah Al-Makmun dan Harun Al-Rasyid diikuti oleh suatu periode
kreativitas besar, karena generasi baru dari para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang terpelajar
membangun tradisi keilmuan untuk mengkontribusikannya dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan.
Menurut Marshall (seorang negarawan dan jenderal dari Amerika) mengatakan bahwa
proses pengislaman tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih jauh dari sekadar mengintegrasikan dan
memperbaiki, sehingga hal tersebut mampu menghasilkan energi kreatif yang luar biasa. Periode
kekhalifahan daulah Abbasiyah dalam sejarah Islam merupakan periode pengembangan di
bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga mampu melahirkan tokoh-tokoh besar di
bidang filsafat dan ilmu pengetahuan.
Menurut Oliver Leaman (seorang guru besar filsafat di Universitas Kentucky Amerika
Serikat) mengatakan proses penerjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak hanya
menerjemahkan karya-karya Yunani saja, akan tetapi juga mengkaji berbagai teks, memberi
komentar, memodifikasi dan menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Proses asimilasi tersebut
menurut Thomas Brown terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan
kedokteran Yunani diadopsi, sehingga masuk ke dalam lingkungan pandangan hidup Islam.
Proses ini menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan muslim, sehingga dari
proses tersebut mampu melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari pemikiran
Yunani. Sehingga keberadaan umat Islam benar-benar telah mengungguli Eropa yang tenggelam
dalam kegelapan selama berabad-abad dan hidup dalam dunia tahayul.
Menurut Gustav Le Bon (seorang psikolog sosial dari Jerman) mengatakan bahwa
kondisi gelap gulita benar-benar pernah terjadi di Eropa, karena terdapat sebuah kisah yang
sangat menarik terjadi pada zaman daulat Abbasiyah pada saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid.
Beliau mengirimkan jam sebagai hadiah pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa.
Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi itu oleh pihak Uskup dan para Rahib disangka
bahwa di dalam jam itu ada jinnya, sehingga mereka merasa ketakutan, karena dianggap sebagai
benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa berikutnya, baik di belahan Timur Kristen maupun di
belahan barat Kristen masih mempergunakan jam pasir sebagai penentu waktu.
Terbitnya sebuah buku The Dark Ages, akhirnya mampu mendorong munculnya zaman
renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa. Melalui dunia Islam orang-orang Eropa
memperoleh akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut
George Barton, ketika dunia barat sudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu
pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditunjukan kepada sumber-
sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab. Dari sinilah Eropa memulai untuk
membuka dunia, dan akhirnya setelah dinasti daulah Abbasiyah runtuh, kemajuan berpindah ke
dunia Barat, hingga sekarang ini.
Intelektual Muslim
Semua kebijakan para khalifah untuk membangun sebuah peradaban dan gerakan berpikir
maju, cepat direspon oleh umat Islam dengan respon yang sangat tinggi. Bentuk respon tersebut
ditandai dengan sikap semangat yang tinggi dari umat Islam untuk belajar, membaca, mencoba
dan menulis. Sehingga pada masa daulah Abbasiyah mampu melahirkan banyak tokoh Islam
diberbagai bidang ilmu dan akhirnya mampu menempatkan posisi umat Islam sebagai umat
manusia terbaik di dunia. Mengapa? Karena kehadiran umat Islam benar-benar menjadi manusia
terbaik, yakni manusia yang mampu