Diterjemahkan dari :
Chest Compression Rates and Survival Following Out-of-Hospital
Cardiac Arrest
Oleh :
Muhammad Hafidz Islam Sadida G99152046
Michael Sophian Putra G99152047
Pembimbing :
dr. Aminan Sp. JP (K), FIHA
2016
Kecepatan Kompresi Dada Dan Kelangsungan Hidup Pada Pasien Henti
Jantung Di Luar Rumah Sakit
Data = data penelitian diambil dari penelitian yang berjudul The Resucitation
Outcomes Consortium Prehospital Resucitation Impedance threshold device early
versus delayed
Subjek = Orang dewasa dengan henti jantung di luar rumah sakit yang ditolong
petugas medis.
Hasil Pengukuran = Hasil pengukuran diambil dari rekaman pada alat defibrillator
saat melakukan resusitasi. Hasil rekaman dibagi menjadi beberapa kelompok antara
lain <80, 80-99, 100-119, 120-139, >140. Data pada kompresi terdapat sampel
10.371 pasien, 6.399 disertai kedalaman dan fraksi kompresi. Usia pasien dengan
rata-rata 6716 tahun. Kecepatan kompesi dada dengan rata-rata 11119x/min. Fraksi
kompresi dengan rata-rata 0,70,17 dan kedalaman 4212mm. kembalinya sirkulasi
terjadi pada 34% dengan 9% masih hidup setelah keluar dari rumah sakit. Pada
penelitian terdahulu tanpa menyertai kriteria kedalaman beserta fraksi kompresi tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada penelitian kecepatan kompresi dengan
kelangsungan hidup pasien (p=0,19). Akan tetapi setelah perubahan yang menyertai
kedalaman dan fraksi kompresi (n=6,399), terdapat perubahan yang signifikan antara
hubungan kecepatan kompresi (p=0,02) dan angka keberlangsungan hidup pada
kelompok acuan 100-119x/min.
Simpulan= Setelah perubahan cara kompresi dada, kompresi dengan kecepatan 100-
120x/min menunjukkan angka kelangsungan hidup yang lebih besar setelah keluar
dari rumah sakit.
Metode
Populasi
Pasien yang menjadi sampel peneliatian adalah 18 tahun keatas dengan henti
jantung di luar rumah sakit yang ditangani oleh EMS dari ROC yang disertai rekaman
elektronik saat melakukan RJP. Kriteria eksklusi antara lain henti jantung dengan
trauma, orang hamil, tahanan, dan orang yang tidak menyetujui untuk dijadikan
sampel oleh peneliti ROC.
Pengukuran
Frekuensi dari kompresi dada diukur secara tidak langsung oleh elektrode
pada defibrillator setiap terjadi impedansi atau secara langsung menggunakan
accelerometer pada defibrillator antara tangan tenaga medis dan dada pasien.
Rekaman elektronik kemudian ditinjau ulang, diamati oleh pelatih resusitasi, dan
dianalisis menggunakan software unuk menghitung rata-rata kecepatan kompresi tiap
menit saat RJP (Event Review Pro 4.0, Phillips, Seattle, WA;Code-Stat 8.0, ZOLL,
dan lain-lain). Kecepatan kompresi didefinisikan sebagai kecepatan melakukan
kompresi dada dalam satu menit tanpa adanya waktu interupsi (2-3 detik tanpa
kompresi).
Hasil
Hasil utama yang diukur adalah angka kelangsungan hidup pasien setelah keluar dari
rumah sakit dan yang kedua adalah terjadinya ROSC dengan fungsi tubuh yang masih
berfungsi.
Analisis statistic
Semua data dianalisis oleh software, kemudian statistik deskriptif diukur untuk
mengetahui rata-rata kecepatan kompresi dada beserta variabilitas subjek yang
dilakukan kompresi pada lima menit pertama ditiap-tiap tempat. Analisis varian
digunakan untuk mengetahui apakah ditiap-tiap tempat terdapat perbedaan kecepatan
kompresi. Data di bagi dalam lima kelompok yaitu <80, 80-99, 100-119, 120-139,
>140 berdasarkan kecepatan kompresi dada pada lima menit awal.
Gambar 1. Alur diagram penelitian kohort dan kriteria eksklusi. PRIMED-Analisis Prehospital resusitasi pasien
dengan Impedance threshold device segera dan terlambat , ROC-resusitation outcome consortium
Hasil
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pasien dan Variabel Antara Kohort yang Dianalisa dengan
Data Yang Diekslusikan dari Penelitian karena Tidak Ada Pengukuran Kecepatan Kompresi
Diskusi
Hasil penelitian kami tetap sama pada penelitian observasional yang dilakukan
pada hewan, dimana kecepatan kompresi pada 120x/min menunjukkan angka
kelangsungan hidup yang tinggi dan meningkatkan aliran darah, diaman kecepatan
berlebih menyebabkan berkurangnya aliran darah (17-21). Seperti halnya hewan,
manusia juga menunjukkan peningkatan aliran darah dan level CO 2 akhir tidal
(marker untuk aliran darah) (22) dengan kecepatan 120x/min disbanding yang lebih
lambat atau yang terlalu cepat.
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Pasien dan Variabel antara Kohort yang Dianalisa dan
Pengukuran Kedalaman Kompresi Dada dan Tanpa Pengukuran Kedalaman Kompresi Dada.
Sebuah studi dari out-of-hospital CPR pada individu dengan irama VF menemukan
bahwa proporsi waktu itu kompresi dada diberikan selama setiap menit (CCF) terkait dengan
tingkat keselamatan untuk dikeluarkan dari rumah sakit. Penelitian tersebut menunjukkan
bahwa tingkat keselamatan terbesar adalah ketika penekanan dada diberi 60-80% dari waktu.
Dua mekanisme utama yang dianggap bertanggung jawab untuk memproduksi aliran
darah selama kompresi dada eksternal: kompresi jantung langsung dan peningkatan tekanan
intrathorakal. Dalam kedua kasus, aliran darah tergantung pada darah vena yang mengisi
jantung dan paru-paru selama diastol atau fase pelepasan kompresi dada eksternal. Jika fase
ini terlalu singkat, darah yang tersedia selama fase kompresi akan kurang. Mekanisme
tersebut dapat menjelaskan temuan pada hewan, dan hasil dari penelitian ini bahwa frekuensi
lebih cepat dari 120 kompresi / menit berhubungan dengan menurunnya aliran darah dan
berkurangnya tingkat keselamatan seperti pada frekuensi kurang dari 100 kompresi / menit.
Tabel 3. Odd Rasio dari Frekuensi Kompresi Dada Berdasarkan Kategori, tanpa
Penyesuaian dan dengan Penyesuaian, untuk Kovariat termasuk didalamnya Kedalaman dan
Fraksi Kompresi
Gambar 2. Frekuensi kompresi dada versus kedalaman kompresi dada. Stacked bar
graph menunjukkan distribusi dari tiga kategori kedalaman kompresi dada (<38mm
warna abu-abu, 38-51mm warna putih, dan >51mm warna hitam) pada 5 kategori
frekuensi kompresi dada (< 80, 8099, 100119, 120139, and 140/min) (n
= 6,399; uji chi-square, p < 0.0001)
Gambar 3. Kurva cubic spline interaksi antara frekuensi kompresi dada dan (impedance threshold
device) ITD aktif versus ITD tidak aktif dan probabilitas dari tingkat keselamatan keluar dari rumah
sakit (A) dan probabilitas tingkat keselamatan fungsional menguntungkan (tingkat keselamatan dengan
modified Rankin score [mRS] 3) (B) setelah penyesuaian untuk jenis kelamin, usia, pengamat
cardiopulmonary resuscitation (CPR), lokasi henti jantung, lokasi penelitian, ritme layanan medis
darurat pertama, status saksi, dan kualitas CPR (fraksi kompresi dada dan kedalaman) untuk tingkat
keselamatan (p = 0,09, n = 4.170) dan untuk tingkat keselamatan fungsional yang menguntungkan (p =
0,036, n = 4.170).
Keterbatasan
Masalah lain adalah bahwa potensi bias seleksi, karena 38% subyek yang memenuhi
kriteria inklusi ROC PRIMED diekslusikan dari kelompok analisis karena file proses
elektronik CPR mereka tidak tersedia. Dengan demikian, kami membandingkan kohort dalam
analisis dengan orang-orang yang terdaftar dalam ROC PRIMED tetapi tidak dimasukkan
dalam analisis. Kedua kelompok berbeda dalam proporsi saksi serangan jantung, pengamat
CPR, dan perbedaan ritme, dan tingkat tingkat keselamatan (Tabel 1).
Meskipun kami tidak menemukan hubungan yang signifikan antara frekuensi
kompresi dada dan tingkat keselamatan dalam kelompok secara keseluruhan setelah
penyesuaian untuk kovariat, setelah penyesuaian tambahan untuk kompresi fraksi dan
kedalaman, hubungan tersebut signifikan. CCF dan kedalaman kempresi merupakan dua
indikator penting dari kualitas CPR yang berkaitan dengan tingkat keselamatan. Penambahan
faktor ini menambahkan kekuatan analisis. Pengukuran kedalaman kompresi dada terdapat
pada 62% dari kelompok yang dianalisis. Kelompok dengan dan tanpa pengukuran
kedalaman dibedakan berdasarkan usia, pengamat serangan jantung, pengamat CPR, lokasi
umum, ROSC, dan tingkat keselamatan untuk keluar dari rumah sakit. Penelitian kohort
dengan pengukuran kedalaman besar (n = 6.399) dan kami menyesuaikan kovariat atas dalam
analisis.
Kesimpulan
Kami berterima kasih kepada tenaga pelayanan medis darurat yang berpartisipasi
dalam Resuscitation Outcomes Consortium (ROC) atas kerja keras dan dedikasinya. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada koordinator Data dan tim penelitian di setiap situs
ROC untuk ketekunan dan fokus mereka yang luar biasa dalam pengumpulan data untuk
penelitian ini.