Anda di halaman 1dari 13

JOURNAL READING

Kecepatan Kompresi Dada dan Kelangsungan Hidup Pada Pasien


Henti Jantung Di Luar Rumah Sakit

Diterjemahkan dari :
Chest Compression Rates and Survival Following Out-of-Hospital
Cardiac Arrest

Oleh :
Muhammad Hafidz Islam Sadida G99152046
Michael Sophian Putra G99152047

Pembimbing :
dr. Aminan Sp. JP (K), FIHA

KEPANITERAAN KLINIK KARDIOLOGI & KEDOKTERAN VASKULER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

2016
Kecepatan Kompresi Dada Dan Kelangsungan Hidup Pada Pasien Henti
Jantung Di Luar Rumah Sakit

Tujuan = Guideline tentang resusitasi merekomendasikan untuk melakukan pijat


jantung dengan kecepatan minimal 100x/min. Penelitian terbaru melaporkan bahwa
kejadian return of spontaneous circulation (ROSC) lebih besar pada kecepatan 100-
120x/min pada pasien henti jantung di luar rumah sakit. Akan tetapi, hubungan antara
kecepatan pijat jantung dengan kelangsunan hidup masih belum diketahui.

Desain = Prospektif, penelitian observasional.

Data = data penelitian diambil dari penelitian yang berjudul The Resucitation
Outcomes Consortium Prehospital Resucitation Impedance threshold device early
versus delayed

Subjek = Orang dewasa dengan henti jantung di luar rumah sakit yang ditolong
petugas medis.

Intervensi= tidak ada

Hasil Pengukuran = Hasil pengukuran diambil dari rekaman pada alat defibrillator
saat melakukan resusitasi. Hasil rekaman dibagi menjadi beberapa kelompok antara
lain <80, 80-99, 100-119, 120-139, >140. Data pada kompresi terdapat sampel
10.371 pasien, 6.399 disertai kedalaman dan fraksi kompresi. Usia pasien dengan
rata-rata 6716 tahun. Kecepatan kompesi dada dengan rata-rata 11119x/min. Fraksi
kompresi dengan rata-rata 0,70,17 dan kedalaman 4212mm. kembalinya sirkulasi
terjadi pada 34% dengan 9% masih hidup setelah keluar dari rumah sakit. Pada
penelitian terdahulu tanpa menyertai kriteria kedalaman beserta fraksi kompresi tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada penelitian kecepatan kompresi dengan
kelangsungan hidup pasien (p=0,19). Akan tetapi setelah perubahan yang menyertai
kedalaman dan fraksi kompresi (n=6,399), terdapat perubahan yang signifikan antara
hubungan kecepatan kompresi (p=0,02) dan angka keberlangsungan hidup pada
kelompok acuan 100-119x/min.

Simpulan= Setelah perubahan cara kompresi dada, kompresi dengan kecepatan 100-
120x/min menunjukkan angka kelangsungan hidup yang lebih besar setelah keluar
dari rumah sakit.

Kata kunci= henti jantung, RJP, kecepatan kompresi, guidelines, hasil


Kualitas dari resusitasi kardiopulmonal sangat mempengaruhi angka
keberlangsungan hidup pada pasien henti jantung. Pada 50 tahun terakhir terdapat
perubahan drastics pada cara melakukan kompresi dada. Pada 1960, guidline pertama
kompresi dada menyarankan untuk melakukan dengan kecepatan 60x/min. Pada tahun
1986, terjadi perubahan kecepatan kompresi, menjadi 80-100x/min.

Pada tahun 2010, AHA mengeluarkan guideline terbaru mengenai cara


kompresi dada dengan merekomendasikan kecepatan minimal 100x/min. Walaupun
pada tahun 2010 Europan Council Resucitation CPR telah merekomendasikan untuk
batas maksimal kecepatanmelakukan kompresi dada yaitu 120x/min. Namun, AHA
tidak merekomendasikannya karena tidak ada bukti ilmiah yang
mendasarinya.Penelitian terbaru melaporkan efek dari kecepatan kompresi dada
dengan kejadian ROSC. Tetapi, penelitian tersebut kurang menunjukkan angka
kejadian kelangsungan hidup pada pasien setelah keluar dari rumah sakit.

ROC melakukan penelitian mengenai penggunaan alat resusitasi pada pasien


diluar rumah sakit secara segera dan terlambat. Kemudian tiap kali pengguanaan
,data-data akan terekam pada alat tersebut.

Metode

Seting dan Desain Penelitian

ROC adalah multisentral penelitian yang terletak di Negara Amerika dan


Kanada yang terfokus dalam masalah trauma dan cedera. ROC didirikan untuk
mengevaluasi strategi penanganan pasien trauma diluar rumah sakit. ROC telah
melakukan penelitian yang pertama mengenai perbandingan secara random analisis
segera dan analisis kemudian pada penggunaan defibrillator. Penelitian yang kedua
mengenai perbandingan ITD aktif dan ITD tidak aktif.

Penelitian ROC dilakukan pada Juni 2006-November 2009. Data dikumpulkan


untuk setiap subjek serta penatalaksanaan di luar rumah sakit dan hasilnya, termasuk
inisial ritme jantung, interval respon EMS, ketepatan RJP dan defibrilasi, respon
terhadap intervensi, ROSC, kelangsungan hidup paska keluar dari rumah sakit, fungsi
anggota tubuh pasca keluar dari rumah sakit, dan rekaman elektronik ritme jantung
beserta kompresi dada.

Populasi

Pasien yang menjadi sampel peneliatian adalah 18 tahun keatas dengan henti
jantung di luar rumah sakit yang ditangani oleh EMS dari ROC yang disertai rekaman
elektronik saat melakukan RJP. Kriteria eksklusi antara lain henti jantung dengan
trauma, orang hamil, tahanan, dan orang yang tidak menyetujui untuk dijadikan
sampel oleh peneliti ROC.
Pengukuran

Monitor elektrik pada defibrillator merekam setiap dilakukan RJP, baik


kecepatan saat kompresi dan keakuratan EMS dari ROC. Data dari lima menit
pertama saat RJP termasuk dalam analisis penelitian ini. Penelitian sebelumnya
menunjukkan performa RJP saat lima menit pertama akan mempengaruhi RJP
selanjutnya. Pada penelitian yang terbaru, kami menemukan sedikit perbedaan antara
lima menit pertama RJP (11116x/min) dan sepuluh menit pertama RJP
(11316x/min). ROC kemudian mengumpulkan semua rekaman untuk dinilai
konsistensinya pada tiap-tiap petugas EMS ROC.

Frekuensi dari kompresi dada diukur secara tidak langsung oleh elektrode
pada defibrillator setiap terjadi impedansi atau secara langsung menggunakan
accelerometer pada defibrillator antara tangan tenaga medis dan dada pasien.
Rekaman elektronik kemudian ditinjau ulang, diamati oleh pelatih resusitasi, dan
dianalisis menggunakan software unuk menghitung rata-rata kecepatan kompresi tiap
menit saat RJP (Event Review Pro 4.0, Phillips, Seattle, WA;Code-Stat 8.0, ZOLL,
dan lain-lain). Kecepatan kompresi didefinisikan sebagai kecepatan melakukan
kompresi dada dalam satu menit tanpa adanya waktu interupsi (2-3 detik tanpa
kompresi).

Hasil

Hasil utama yang diukur adalah angka kelangsungan hidup pasien setelah keluar dari
rumah sakit dan yang kedua adalah terjadinya ROSC dengan fungsi tubuh yang masih
berfungsi.

Analisis statistic

Semua data dianalisis oleh software, kemudian statistik deskriptif diukur untuk
mengetahui rata-rata kecepatan kompresi dada beserta variabilitas subjek yang
dilakukan kompresi pada lima menit pertama ditiap-tiap tempat. Analisis varian
digunakan untuk mengetahui apakah ditiap-tiap tempat terdapat perbedaan kecepatan
kompresi. Data di bagi dalam lima kelompok yaitu <80, 80-99, 100-119, 120-139,
>140 berdasarkan kecepatan kompresi dada pada lima menit awal.
Gambar 1. Alur diagram penelitian kohort dan kriteria eksklusi. PRIMED-Analisis Prehospital resusitasi pasien
dengan Impedance threshold device segera dan terlambat , ROC-resusitation outcome consortium

Pengelompokan ini dipakai berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai


kecepatan kompresi. Pada penelitian itu, kejadian ROSC tertinggi pada kelompok
100-120x/min. Pada penelitian kali ini, kami memakai kelompok tersebut untuk
kelompok 100-119x/min sebagai acuan pada model uji regresi penelitian. Faktor
pembias hasil penelitian seperti jenis kelamin, usia, pengamat pasien henti jantung,
pengamat petugas EMS, lokasi public, lokasi belajar, ritme EKG EMS, kedalaman
kompresi, dan fraksi kompresi. Regresi logistic menggunakan robust ses dipakai
untuk menghitung odds ratio antara kecepatan kompresi dengan ROSC dan angka
kelangsungan hidup setelah keluar dari rumah sakit. Untuk memastikan hubungan
antara penggunaan ITD dan kompresi dada dengan kelangsungan hidup, kami juga
melakukan analisis mengenai interaksi kecepatan kompresi dengan ITD aktif dan
sham ITD atau tidak aktif pada keberlangsungan hidup serta berfungsinya organ
pasien selamat. Dasar dari kurva adalah polynominal dengan multiple knot. Empat
knot dipilih supaya kurva yang dihasilkan jelas.

Hasil

Penelitian ROC mengenai PRIMED pada seluaruh pasien henti jantung


berjumlah 18,036 pada bulan Juni 2006-November 2009; 16,605(92%) memenuhi
kriteria inklusi; 10,371 subjek (62,4%) disertai data mengenai kecepatan kompresi
dada yang pernah dianalisis pada penelitian kohort. Sebagai tambahan 6,399(62%)
pasien yang telah dilakukan penelitian kohort disertai juga kedalaman saat dilakukan
kompresi dada gambar 1.
Demografi karakteristik pasien dan data kunci lainnya yang dianalisis pada
penelitian kohort sebelumnya dieksklusikan karena kurangnya pengukuran kecepatan
kompresi dada, kedalaman, dan fraksi yang tampak pada tabel 1. Proporsi dari
pengamat dan petugas EMS yang mengamati henti jantung, pengamat RJP, ritme
jantung, dan orang yang bertahan hidup dibagi secara jelas dalam dua kelompok.

Karakteristik untuk pasien dengan dan tanpa pengukuran kedalaman kompresi


pada penelitian kohort dikumpulkan dalam tabel 2. Untuk analisis penelitian kohort
secara keseluruhan, dengan rata-rata usia (SD) 6716 tahun; 3.549 mencapai ROSC
(34,2%) dan 928 pasien hidup sampai keluar dari rumah sakit; terdapat perbedaan
(p<0,05) signifikan pada kompresi yang menyertakan perbedaan kedalaman dengan
yang tidak disertai, termasuk pengamat RJP (36%vs44%), lokasi public
(14%VS17%), inisial ritme ventrikular takikardi/ventrikular fibrilasi (24%vs27%),
ROSC (32,1%vs37,6%), dan bertahan hidup (7,8%vs10,8%).

Secara keseluruhan, kecepatan kompresi dada adalah 11119x/min dan


mediannya 109 (IQR,99-122) selama lima menit pertama RJP, Rata-rata berdasarkan
lokasi yaitu 99 sampai 124x/min (p<0,0001) dengan variasi tiap menit 910 kompresi
(median, 6; IQR, 3-11; n, 10.031). Sebagai tambahan, rata-rata kecepatan kompresi
masing-masing dari lima kelompok kompresi 9235 (CCF,0-20%), 10524 (CCF, 20-
40%), 10818 (CCF, 40-60%), 11118 (CCF, 60-80%), dan 11418 (CCF, 80-100)
(p<0,0001). Selanjutnya, kedalaman kompresi dada berkurang seiring bertambahna
kecepatan kompresi (p<0,0001) (gambar 2). Tetap hidup sampai keluar dari rumah
sakit bervariasi pada kecepatan kompresi. Pada kompresi minimal 80x/min mencapai
memperoleh angka 9%, 80-100 memperoleh 8%, 100-120 mencapai 10%, 120-140
memperoleh 8% dan lebih dari 140x/min hanya 6%.

Pada semua subjek (n=10,371), model multiple logistic regresi tanpa


perubahan menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan pada kecepatan kompresi
dengan ROSC seperti halnya pasien yang bertahan hidup. Bagaimanapun, setelah
perubahan kovariat, model tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
(tabel 3). Pada subgroup yang telah ditetapkan dengan menyertakan kedalaman
kompresi (n=6,399), kami menemukan hubungan yang signifikan antara kecepatan
kompresi dengan kelangsungan hidup sebelum perubahan dan setelah perubahan
dengan menyertakan kualitas kompresi (kedalaman kompresi dan fraksi kompresi)
(tes global, p=0,02) (Tabel 3). Pada Tabel 3 kelompok dengan kelangsungan hidup
paling tinggi adalah kompresi dada dengan kecepatan 100-119x/min.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pasien dan Variabel Antara Kohort yang Dianalisa dengan
Data Yang Diekslusikan dari Penelitian karena Tidak Ada Pengukuran Kecepatan Kompresi

Karakteristik Pasien Kohort yang Pasien yang p (Uji Chi-


dianalisa diekslusikan square atau uji-
(n = 10.371) (n = 5.595) t)
Usia, rerata (SD) 66,8 (16,4) 66,9 (16,9) 0,744
Pria, n(%) 6.668 (64,3) 3,556 (63,6) 0,354
Layanan medis emergensi n(%) 791 (7,6) 1,024 (18,3) <0,0001
Pengamat - witnessed arrest n(%) 4.220 (40,7) 2.006 (35,9) <0,0001
Pengamat resusitasi kardiopulmonal, n(%) 4.044 (39,0) 1.857 (33.2) <0,0001
Lokasi umum, n(%) 1.559 (15,0) 813 (14,5) 0,395
Ritme yang ada <0,0001
Ventrikular takikardi 2.635 (25,4) 1.228 (22,0)
Pulseless electrical activity 2.426 (23,4) 1.234 (22,1)
Asistol 4,739 (45,7) 2.087 (37,3)
Automatic external defibrillator 546 (5,3) 847 (15,1)
Tidak dapat ditentukan/hilang 25 (0,2) 199 (3,6)
Kembalinya sirkulasi spontan, n(%) 3.549 (34,2) 1,958 (35,0) 0,326
Keselamatan, n(%) 928 (9,0) 570 (10,2) 0,011

Interaksi ITD dengan kecepatan kompresi

Kurva grafik (gambar 3a) menunjukkan hubungan kecepatan kompresi


menggunakan ITD aktif dan sham ITD dengan angka kelangsungan hidup setelah
keluar dari rumah sakit seperti halnya hubungannya dengan fungsional pada pasien
hidup (gambar 3b). Setelah dilakukan perubahan dengan menambahkan kualitas RJP
(kedalaman kompresi dan fraksi kompresi), terdapat hubungan yang signifikan
(p=0,036) (n=4170). Kurva ini memberitahukan bahwa angka kelangsungan hidup
tertinggi setelah keluar dari rumah sakit dan fungsional pada pasien yang hidup terjadi
pada kecepatan kompresi dua kelompok yang berbeda yang dengan selisih sekitar
20x/min.

Diskusi

Setelah menyertakan kualitas RJP, analisis sekunder pada penelitian ini


menunjukkan terdapat keterkaitan antara kecepatan kompresi dada saat lima menit
pertama melakukan RJP dengan keberlangsungan hidup setelah keluar dari rumah
sakit, Selanjutnya, pada data menunjukkan selain angka kelangsungan hidup tertinggi
pada kecepatan kompresi 120x/min, dan berkurang pada kecepatan <100x/min dan
>120x/min. Temuan ini menunjukkan untuk pentingnya menyertakan batasan
kecepatan RJP baik pada RJP guidline dan saat pelatihan.

Lebih cepat melakukan kompresi dari batasan minimal yang dianjurkan


seringkali menyebabkan petugas EMS berlebihan dalam melakukan kompresi,
sehingga tidak jarang melakukannya sampai lebih dari 120x/min dalam satu dari tiga
kasus RJP.

Hasil penelitian kami tetap sama pada penelitian observasional yang dilakukan
pada hewan, dimana kecepatan kompresi pada 120x/min menunjukkan angka
kelangsungan hidup yang tinggi dan meningkatkan aliran darah, diaman kecepatan
berlebih menyebabkan berkurangnya aliran darah (17-21). Seperti halnya hewan,
manusia juga menunjukkan peningkatan aliran darah dan level CO 2 akhir tidal
(marker untuk aliran darah) (22) dengan kecepatan 120x/min disbanding yang lebih
lambat atau yang terlalu cepat.

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Pasien dan Variabel antara Kohort yang Dianalisa dan
Pengukuran Kedalaman Kompresi Dada dan Tanpa Pengukuran Kedalaman Kompresi Dada.

Karakteristik Pasien Kohort yang Pasien dengan Pasien tanpa


dianalisa pengukuran pengukuran
(n = 10.371) kedalaman kedalaman
kompresi kompresi
(n = ) (n = )
Usia, rerata (SD) 67 (16) 68 (17) 66 (16)
Pria, n(%) 6.668 (64) 4.107 (64) 2561 (64)
Layanan medis emergensi n(%) 791 (8) 494 (8) 297 (8)
Pengamat- witnessed arrest n(%) 4.220 (41) 2.645 (41) 1575 (40)
Pengamat resusitasi kardiopulmonal, n(%) 4.044 (39) 2.283 (36) 1761 (44)
Lokasi umum, n(%) 1.559 (15) 899(14) 660 (17)
Ritme yang ada
Ventrikular takikardi 2.635 (25) 1.565 (24) 1070 (27)
Pulseless electrical activity 2.426 (23) 1.515(24) 91 (23)
Asistol 4,739 (46) 2.960 (46) 1779 (45)
Automatic external defibrillator 546 (5) 345 (5) 201 (5)
Tidak dapat ditentukan/hilang 25 (0,2) 14 (0,2) 11 (0,3)
Kecepatan kompresi dada, rerata (SD) 11119 10618 11718
Fraksi Kompresi dada 0,700,17 0,660,16 0,750,17
Kedalaman kompresi dada (mm) 4212
Kembalinya sirkulasi spontan, n(%) 3.549 (34,2) 2.055 (32,1) 1494 (37,6)
Keselamatan, n(%) 928 (9,0) 501 (7,8) 427 (10,8)
Kedalaman kompresi dada juga merupakan faktor penting dalam kualitas CPR yang
berhubungan dengan tingkat keselamatan. Dalam penelitian ini, kedalaman kompresi dada
menurun seiring dengan meningkatnya frekuensi kompresi dada. Dengan frekuensi kompresi
120-139 kali/menit, 50% dari subyek mendapatkan kompresi dengan kedalaman kurang dari
38 mm, yang dianggap tidak memadai. Ketika frekuensi kompresi lebih dari 140 kali/menit
kedalaman kompresi tidak adekuat di hampir 70% dari subyek. Dengan demikian, kedalaman
kompresi dada sangat terkait dengan frekuensi kompresi dada, dan keduanya secara
independen terkait dengan tingkat keselamatan.

Sebuah studi dari out-of-hospital CPR pada individu dengan irama VF menemukan
bahwa proporsi waktu itu kompresi dada diberikan selama setiap menit (CCF) terkait dengan
tingkat keselamatan untuk dikeluarkan dari rumah sakit. Penelitian tersebut menunjukkan
bahwa tingkat keselamatan terbesar adalah ketika penekanan dada diberi 60-80% dari waktu.

Dua mekanisme utama yang dianggap bertanggung jawab untuk memproduksi aliran
darah selama kompresi dada eksternal: kompresi jantung langsung dan peningkatan tekanan
intrathorakal. Dalam kedua kasus, aliran darah tergantung pada darah vena yang mengisi
jantung dan paru-paru selama diastol atau fase pelepasan kompresi dada eksternal. Jika fase
ini terlalu singkat, darah yang tersedia selama fase kompresi akan kurang. Mekanisme
tersebut dapat menjelaskan temuan pada hewan, dan hasil dari penelitian ini bahwa frekuensi
lebih cepat dari 120 kompresi / menit berhubungan dengan menurunnya aliran darah dan
berkurangnya tingkat keselamatan seperti pada frekuensi kurang dari 100 kompresi / menit.
Tabel 3. Odd Rasio dari Frekuensi Kompresi Dada Berdasarkan Kategori, tanpa
Penyesuaian dan dengan Penyesuaian, untuk Kovariat termasuk didalamnya Kedalaman dan
Fraksi Kompresi

Kategori frekuensi kompresi dada ROSC Tingkat keselamatan


OR (95% CI) p OR (95%CI) p

Frekuensi Kompresi Dada, ketegori


(n=10.371)
<80 kompresi/menit (n=382) 0.90 (0.721.12) 0.350 0.94 (0.661.34) 0.730
80-99 kompresi/menit (n=2447) 0.96 (0.871.07) 0.466 0.80 (0.680.96) 0.013
100-119 kompresi/menit (n=4672) Grup referensi Grup referensi
120-139 kompresi/menit (n=2191) 0.93 (0.831.03) 0.152 0.83 (0.701.00) 0.044
>140 kompresi/menit (n=381) 0.72 (0.600.86) 0.000 0.58 (0.420.81) 0.001
Uji ROSC Global 0.006 Uji Keselamatan 0.004
Global

Model yang disesuaikan (n=10.371)


<80 kompresi/menit (n=382) 1.10 (0.861.40) 0.447 1.31 (0.862.00) 0.215
80-99 kompresi/menit (n=2447) 1.03 (0.921.16) 0.558 0.87 (0.711.06) 0.165
100-119 kompresi/menit (n=4672) Grup referensi Grup referensi
120-139 kompresi/menit (n=2191) 1.02 (0.911.15) 0.707 0.89 (0.721.09) 0.256
>140 kompresi/menit (n=381) 0.99 (0.811.21) 0.932 0.79 (0.541.14) 0.204
Uji Keselamatan 0.93 Uji Keselamatan 0.19
Global Global
Model yang disesuaikan (termasuk
kedalaman dan fraksi kompresi) (n=6.399)
<80 kompresi/menit (n=335)
80-99 kompresi/menit (n=1933) 0.97 (0.741.27) 0.811 0.89 (0.531.50) 0.659
100-119 kompresi/menit (n=2932) 0.99 (0.861.13) 0.841 0.73 (0.570.93) 0.011
120-139 kompresi/menit (n=955) Grup referensi Grup referensi
>140 kompresi/menit (n=244) 0.98 (0.821.16) 0.781 0.63 (0.450.88) 0.007
1.08 (0.791.47) 0.640 0.95 (0.531.70) 0.864
Uji ROSC Global 0.98 Uji Keselamatan 0.02
Global
Karena ITD adalah bagian dari desain studi ROC PRIMED, kami tertarik untuk
mengetahui apakah ITD yang aktif mempengaruhi efek dari frekuensi kompresi dada dengan
tingkat keselamatan dari henti jantung. Interaksi frekuensi kompresi dada dengan ITD tidak
aktif versus ITD aktif menunjukkan bahwa puncak keselamatan untuk keluar dari rumah sakit
dan puncak fungsional tingkat keselamatan yang menguntungkan terjadi pada dua frekuensi
kompresi dada yang berbeda (Gambar. 3, a dan b). Kurva untuk ITD tidak aktif memuncak di
frekuensi 118 kompresi / menit baik untuk tingkat keselamatan maupun tingkat keselamatan
fungsional yang menguntungkan, sedangkan kurva untuk ITD aktif memuncak pada frekuensi
101 dan 99 kompresi / min untuk tingkat keselamatan maupun tingkat keselamatan secara
fungsional utuh. Meskipun analisis regresi logistik yang disesuaikan pada keseluruhan
kelompok tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara frekuensi kompresi dada dan
tingkat keselamatan, termasuk didalamnya subjek dari kelompok ITD tidak aktif dan
kelompok ITD aktif (Tabel 3). Penggabungkan kelompok dapat menyembunyikan efek
frekuensi kompresi pada tingkat keselamatan karena frekuensi yang optimal mungkin berbeda
untuk masing-masing kelompok. Sebuah analisis sensitivitas post hoc yang mengekslusikan
Kelompok ITD aktif menunjukkan hubungan yang signifikan antara frekuensi kompresi dada
dan tingkat keselamatan. Pada saat penelitian ROC PRIMED dilakukan, pengaruh frekuensi
kompresi dada pada tingkat keselamatan belum diketahui. Hal ini dapat berarti bahwa
kompresi dada dengan frekuensi yang optimal dapat bervariasi, tergantung pada perangkat
atau jenis CPR. Karena efek dari ITD adalah untuk mempertahankan tekanan rendah
intrathorakal selama fase pelepasan kompresi dada, hal ini menunjukkan bahwa jika durasi
fase pelepasan terlalu singkat (terjadi pada frekuensi kompresi yang sangat cepat), mekanisme
kerjanya akan berkurang. Dalam penelitian kami, penyelamat EMS melakukan kompresi dada
pada frekuensi rata-rata 111 / menit (IQR, 99-122) dan frekuensi lebih besar dari 120 / menit
terjadi di hampir sepertiga kasus. Metronom sebagai umpan balik real-time selama CPR telah
terbukti efektif dalam membantu tim penyelamat mempertahankan frekuensi kompresi dada
yang diinginkan.

Gambar 2. Frekuensi kompresi dada versus kedalaman kompresi dada. Stacked bar
graph menunjukkan distribusi dari tiga kategori kedalaman kompresi dada (<38mm
warna abu-abu, 38-51mm warna putih, dan >51mm warna hitam) pada 5 kategori
frekuensi kompresi dada (< 80, 8099, 100119, 120139, and 140/min) (n
= 6,399; uji chi-square, p < 0.0001)
Gambar 3. Kurva cubic spline interaksi antara frekuensi kompresi dada dan (impedance threshold
device) ITD aktif versus ITD tidak aktif dan probabilitas dari tingkat keselamatan keluar dari rumah
sakit (A) dan probabilitas tingkat keselamatan fungsional menguntungkan (tingkat keselamatan dengan
modified Rankin score [mRS] 3) (B) setelah penyesuaian untuk jenis kelamin, usia, pengamat
cardiopulmonary resuscitation (CPR), lokasi henti jantung, lokasi penelitian, ritme layanan medis
darurat pertama, status saksi, dan kualitas CPR (fraksi kompresi dada dan kedalaman) untuk tingkat
keselamatan (p = 0,09, n = 4.170) dan untuk tingkat keselamatan fungsional yang menguntungkan (p =
0,036, n = 4.170).

Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Faktor mengenai kualitas CPR


diyakini mempengaruhi ROSC dan tingkat keselamatan dan tidak tersedia untuk analisis
dalam penelitian ini, termasuk recoil tidak sempurna. Namun, kami memasukkan sebagian
besar kualitas faktor yang telah diterbukti penting dalam studi manusia.

Masalah lain adalah bahwa potensi bias seleksi, karena 38% subyek yang memenuhi
kriteria inklusi ROC PRIMED diekslusikan dari kelompok analisis karena file proses
elektronik CPR mereka tidak tersedia. Dengan demikian, kami membandingkan kohort dalam
analisis dengan orang-orang yang terdaftar dalam ROC PRIMED tetapi tidak dimasukkan
dalam analisis. Kedua kelompok berbeda dalam proporsi saksi serangan jantung, pengamat
CPR, dan perbedaan ritme, dan tingkat tingkat keselamatan (Tabel 1).
Meskipun kami tidak menemukan hubungan yang signifikan antara frekuensi
kompresi dada dan tingkat keselamatan dalam kelompok secara keseluruhan setelah
penyesuaian untuk kovariat, setelah penyesuaian tambahan untuk kompresi fraksi dan
kedalaman, hubungan tersebut signifikan. CCF dan kedalaman kempresi merupakan dua
indikator penting dari kualitas CPR yang berkaitan dengan tingkat keselamatan. Penambahan
faktor ini menambahkan kekuatan analisis. Pengukuran kedalaman kompresi dada terdapat
pada 62% dari kelompok yang dianalisis. Kelompok dengan dan tanpa pengukuran
kedalaman dibedakan berdasarkan usia, pengamat serangan jantung, pengamat CPR, lokasi
umum, ROSC, dan tingkat keselamatan untuk keluar dari rumah sakit. Penelitian kohort
dengan pengukuran kedalaman besar (n = 6.399) dan kami menyesuaikan kovariat atas dalam
analisis.

Tiga produsen besar defibrilator/monitor menggunakan metode yang berbeda untuk


menghitung frekuensi kompresi dada, yang bisa menyebabkan beberapa variabilitas dalam
pengukuran presisi dan dapat memberikan kontribusi untuk beberapa variasi.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, kami tidak menemukan hubungan yang signifikan antara


frekuensi kompresi dada dan tingkat keselamatan pada analisis yang disesuaikan tanpa
kedalaman kompresi dada dan fraksi. Namun, setelah penyesuaian untuk kovariat, termasuk
kedalaman kompresi dada dan fraksi, tingkat keselamatan untuk dikeluarkan dari rumah sakit
dari OHCA secara signifikan lebih besar dengan frekuensi kompresi dada antara 100 dan 120
kompresi / menit; frekuensi kompresi yang lebih rendah dari 100/menit atau lebih tinggi dari
120/menit berhubungan dengan penurunan tingkat keselamatan.

Ucapan Terima Kasih

Kami berterima kasih kepada tenaga pelayanan medis darurat yang berpartisipasi
dalam Resuscitation Outcomes Consortium (ROC) atas kerja keras dan dedikasinya. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada koordinator Data dan tim penelitian di setiap situs
ROC untuk ketekunan dan fokus mereka yang luar biasa dalam pengumpulan data untuk
penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai