Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
disusun oleh
Putri Sholih Dewi Irdianti
Pembimbing
dr. Ganis Tjahyono, Sp. P.
1. PENDAHULUAN
2. DEFINISI
3. EPIDEMIOLOGI
Data prevalensi PPOK yang ada saat ini bervariasi berdasarkan metode
survei, kriteria diagnostik, serta pendekatan analisis yang dilakukan pada setiap
studi.1Berdasarkan data dari studi PLATINO, sebuah penelitian yang dilakukan
terhadap lima negara di Amerika Latin (Brasil, Meksiko, Uruguay, Chili, dan
Venezuela) didapatkan prevalensi PPOK sebesar 14,3%, dengan perbandingan
laki-laki dan perempuan adalah 18,9% dan 11.3%.5 Pada studi BOLD, penelitian
serupa yang dilakukan pada 12 negara, kombinasi prevalensi PPOK adalah
10,1%, prevalensi pada laki-laki lebih tinggi yaitu 11,8% dan 8,5% pada
perempuan.6 Data di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013
(RISKESDAS), prevalensi PPOK adalah sebesar 3,7%. Angka kejadian penyakit
ini meningkat dengan bertambahnya usia dan lebih tinggi pada laki-laki (4,2%)
dibanding perempuan(3,3%).7
4. DIAGNOSIS
4.1 Gejala
Gejala yang paling sering terjadi pada pasien PPOK adalah sesak napas.
Sesak napas juga biasanya menjadi keluhan utama pada pasien PPOK karena
terganggunya aktivitas fisik akibat gejala ini. Sesak napas biasanya menjadi
komplain ketika FEV <60% prediksi.15 Pasien biasanya mendefinisikan sesak
1
napas sebagai peningkatan usaha untuk bernapas, rasa berat saat bernapas,
gasping, dan air hunger.10 Batuk bisa muncul secara hilang timbul, tapi biasanya
batuk kronis adalah gejala awal perkembangan PPOK. Gejala ini juga biasanya
merupakan gejala klinis yang pertama kali disadari oleh pasien.10 Batuk kronis
pada PPOK bisa juga muncul tanpa adanya dahak.1 Faktor risiko PPOK berupa
merokok, genetik, paparan terhadap partikel berbahaya, usia, asmjta/
hiperreaktivitas bronkus, status sosioekonomi, dan infeksi.
4.4 Spirometri
5. TATALAKSANA
Berhenti Merokok
Terapi farmakologis dapat mengurangi gejala, mengurangi
frekuensi dan beratnya eksaserbasi dan memperbaiki status kesehatan dan
toleransi aktivitas.
Regimen terapi farmakologis sesuai dengan pasien spesifik,
tergantung beratnya gejala, risiko eksaserbasi, availabilitas obat dan respon
pasien.
Vaksinasi Influenza dan Pneumococcal
Bronkodilator
Prinsip2 kerja dari agonis adalah relaksasi otot polos jalan napas dengan
menstimulasi reseptor adrenergik dengan meningkatkan C-AMP dan
2 menghasilkan antagonisme fungsional terhadap bronkokontriksi. Efek
2
bronkodilator dari short acting agonist biasanya dalam waktu 4-6 jam.
Penggunaan agonis secara reguler akan memperbaiki FEV1 dan gejala
(Evidence B). Penggunaan dosis tinggi short acting agonist pro renata pada
pasien yang telah diterapi dengan long acting broncodilator tidak didukung
bukti dan tidak direkomendasikan.
2 Long acting agonist inhalasi memiliki waktu kerja 12 jam atau lebih.
Formoterol dan salmeterol memperbaiki FEV dan volume paru, sesak napas,
health
1 related quality of life dan frekuensi eksaserbasi secara signifikan
(Evidence A), tapi tidak mempunyai efek dalam penurunan mortalitas dan
fungsi paru. Salmeterol mengurangi kemungkinan perawatan di rumah sakit
(Evidence B). Indacaterol merupakan Long acting agonist baru dengan
waktu kerja 24 jam dan bekerja secara signifikan memperbaiki FEV , sesak
2 dan kualitas hidup pasien (Evidence A). Efek samping adanya stimulasi
reseptor adrenergik dapat menimbulkan
1 sinus takikardia saat istirahat dan
mempunyai potensi untuk mencetuskan aritmia. Tremor somatic merupakan
masalah pada pasien 2lansia yang diobati obat golongan ini status kesehatan
(Evidence A), serta memperbaiki efektivitas rehabilitasi pulmonal (Evidence
B). Efek samping yang bisa timbul akibat penggunaan antikolinergik adalah
mulut kering. Meskipun bisa menimbulkan gejala pada prostat tapi tidak ada
data yang dapat membuktikan hubungan kausatif antara gejala prostat dan
penggunaan obat tersebut.
A. Methylxanthine
B. Kortikosteroid
C. Phosphodiesterase-4 inhibitor
1. Rehabilitasi
2. Konseling nutrisi
3. Edukasi
Terapi Lain
4. Terapi Oksigen
1. Ventilatory Support
2. Surgical Treatment ( Lung Volume Reduction Surgery
(LVRS), Bronchoscopic Lung Volume Reduction (BLVR), Lung
Transplantation, Bullectomy
6. PEMANTAUAN
komplikasi
Spirometri
Gejala
Merokok
BAB II
LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS
- KeluhanUtama: Sesak
- RPS: pasien datang dengan keluhan sesak sejak 1 minggu yang lalu,
sesak hilang timbul, bertambah sesak saat pasien berjalan dan aktivitas
berlebih di sawah. Rasanya ngongsrong. Tidur dengan 1 bantal,
ortopneu () pasien juga mengeluh batuk kurang lebih 3 bulan yang
terkadang di sertai dahak warna putih dan tidak membaik dengan obat
warung. Tidak ada darah. Makan dan minum normal. BAK dan BAB
normal. Pasien adalah perokok, sejak muda kurang lebih setengah
bungkus perhari. Nyeri dada disangkal.Sesak jika berjalan jauh dan
dada berdebar disangkal. Terbangun tengah malam karena sesak
disangkal. Riwayat bengkak pada ekstremitas disangkal.
- RPD: asthma (-), alergi udara dingin, pengobatan TB 6 bulan
disangkal.
- RPK: tidak ada yang sakit seperti ini
- RPSos: rumah pasien di samping jalan aspal yang cukup ramai,
keseharian disawah mengurus sawah sendiri
B. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum : sesak
- Kesadaran : Komposmentis
- GCS : 456
- Vital sign :
TD : 136/88 mmHg
N : 94x/menit
temp : 36.3oC
RR : 26x/menit
- Status Generalis
Kepala/ Leher : a-/i-/c-/d-, perbesaran kelenjar -/-, JVP tidak ada
peningkatan
Thorax:
I: simetris, jejas -/-, massa -/-, retraksi +/+ sela iga melebar (+)
P: pergerakan nafas simetris, fremitus normal
P: hiper sonor
A:
Cor: S1S2 tunggal, murmur -, gallop-
Pulmo: ves/ves, rh +/+, wh +/+
Abdomen
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Laboratorium
GDA 109
Kalium serum 3. 9 (3.6-5.5)
Natrium serum 135(135-155)
Clorida serum 101 (70-108)
Urea 33 (10-50)
Creatinin 0.8 (P 0.7-1.2 L0.8-1.5)
SGOT 25 (L 37 -P 31)
SGPT 43 (L 41- P 31)
Leukosit 10.5 (4.0-11.0)
Neutrofil 68.7 (49.0- 67.0)
Limfosit 19.1 (25.0- 33.0)
Monosit 8.1 (3.0-7.0)
Basofil 1.3 (0.0-0.1)
Eritrosit 4.87 (3.80-5.30)
Hb 14.0 (P 13.0-18.0 L 14.0-18.0)
Hct 45.0 ( L 40-54 P 35-47)
MCV 93.80 (87.00-100)
MCH 29.60 (28.00- 36.00)
RDW 11 (10-16.5)
Trombosit 337 (150-450)
LED 1 9 (0-1)
LED 2 20 (1-5)
Pemeriksaan EKG
- PPOK
PLANNING THERAPY
Rawat Inap
O2 Nasal 3- 4 lpm
Nebul velutin 4cc / 8jam
IVFD Asering 1500cc/24 jam
Inj. Santagesic 3x1gr iv prn
Inj. Acran (Ranitidin) 2x50 mg
Inj. Hexilon (Metil prednisolon) 2x125 mg lanjut 3 x 62,5 mg
F. PLANNING MONITORING
1. Keadaan umum pasien
2. Vital sign
3. Keluhan pasien
4. Efek terapi dan efek samping obat
BAB III
PEMBAHASAN
pasien datang dengan keluhan sesak sejak 1 minggu yang lalu, sesak
hilang timbul, bertambah sesak saat pasien berjalan dan aktivitas berlebih di
sawah, rasanya ngongsrong. Dari keluhan tersebut, yang dapat kita pikirkan
adalah gangguan di sistem respirasi/paru, gangguan di hepar, gagal jantung, dan
gangguan ginjal.
pasien juga mengeluh batuk kurang lebih 3 bulan yang terkadang di sertai
dahak warna putih dan tidak membaik dengan obat warung. Hal ini menandakan
adanya batuk yang kronis.Dalam hal ini dapat dipikirkan adanya bronkitis kronis
dan TB paru.
2 bulan SMRS, pasien mengeluh batuk berdahak semakin sering.Sesak
(+) hilang timbul tidak dipengaruhi suhu dan aktivitas.Nyeri dada disangkal.Sesak
jika berjalan jauh dan dada berdebar disangkal. Terbangun tengah malam karena
sesak disangkal. Riwayat bengkak pada ekstremitas disangkal. Dari hal ini
menunjukkan bahwa sesak napas bukan berasal dari gangguan jantung maupun
alergi/asma.
BAB dan BAK biasa.Dari anamnesis ini, kemungkinan gangguan hepar
dapat disingkirkan karena tidak ada kelainan BAB dan BAK.Perubahan warna
BAK bisa menunjukkan terjadinya gangguan di hepar.
DAFTAR PUSTAKA