Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Anugerah, Rahmat dan
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan kerjasama
yang baik dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
skripsi ini.
penuh sabar dan penuh tanggung jawab sampai tersusunnya skripsi ini.
ini
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
vi
BAB III METODELOGI PENELITIAN ......................................................... 41
5.3 Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien Kritis Sebelum dan Sesudah
vii
BAB VI PENUTUP ......................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
9 Pedoman Wawancara
10 Transkip Wawancara
12 Lembar Observasi
13 Foto Wawancara/Penelitian
14 Lembar Konsultasi
15 Jadwal Penelitian
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Abstrak
xii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
ABSTRACT
Respiratory failure is the cause of high morbidity and high mortality at the
Intensive Care Unit. The condition that leads to respiratory failure is airway
obstruction, including obstruction on endotracheal tube. The airway obstruction
handling due to the accumulation of secretions in the endotracheal tube is done
through suction. The endotracheal tube suction can give effects such as oxygen
saturation reduction as much as greater than 5%. The objective of this research is
to investigate the oxygen saturation change in the critically ill patients exposed to
the intervention of endotracheal tube suction at the Intensive Care Unit of Dr.
Moewardi General Hospital of Surakarta.
This research used the descriptive qualitative phenomenological method.
The samples of research consisted of 4 nurses who had the length of employment
at the Intensive Care Unit of more than 3 years, who held the education
background of Diploma III in Nursing Science, and who had experiences to do
suction. The samples were taken by using the purposive sampling technique. The
data of research were analyzed by using the Colaizzis method.
The result of this research shows that following the suction intervention to
the patients with the endotracheal tube, the oxygen saturation patient decreased as
much as 4-10%. The responses of the patients when the oxygen saturation change
took place included asphyxia, increased HR, increased PCO2, anxiety, hypoxia,
and hyperventilation. Thus, the suction intervention to the patients with the
endotracheal tube could decrease the oxygen saturation.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat rumah sakit dengan staf
Care Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik untuk membantu usaha bernapas
melalui Endotrakeal Tube (ETT) atau trakheostomi. Salah satu indikasi klinik
yang tinggi di instalasi perawatan intensif. Gagal napas terjadi bila pertukaran
konsumsi oksigen (O2) dan pembentukan karbon dioksida (CO2) dalam sel-sel
tubuh. Hal ini mengakibatkan tekanan oksigen arteri kurang dari 50 mmHg
(Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbon dioksida lebih besar dari 45 mmHg
Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan gagal napas adalah obstruksi
jalan napas, termasuk obstruksi pada Endotrakeal Tube (ETT). Obstruksi jalan
napas merupakan kondisi yang tidak normal akibat ketidak mampuan batuk secara
efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit
infeksi, imobilisasi, statis sekresi, dan batuk tidak efektif (Hidayat, 2005).
1
2
Hasil studi di Jerman dan Swedia melaporkan bahwa insidensi gagal napas
Case Fatality Rate (CFR) pada rawat inap rumah sakit pada tahun 2010, angka
(Kementerian Kesehatan RI, 2012). Data yang diperoleh dari buku registrasi
pasien ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado mulai dari bulan Januari-
Oktober 2013 total pasien yang dirawat di ICU adalah sebanyak 411 pasien dan
yang mengalami kejadian gagal napas sebanyak 132 pasien (32,1 %). Rata-rata
pasien yang dirawat di ICU adalah 41-42 pasien/bulan dan rata-rata yang
napas, mengurangi retensi sputum dan mencegah infeksi paru. Secara umum
pasien yang terpasang ETT memiliki respon tubuh yang kurang baik untuk
pasien dengan gangguan bersihan jalan napas maka pasien tersebut akan
terpenuhi dalam waktu 4 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang
pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO2) yang dapat mengukur seberapa banyak
oksigen adalah dengan menggunakan alat oksimetri nadi (pulse oxymetri), dengan
pemantauan kadar saturasi oksigen yang benar dan tepat saat pelaksanaan
gagal napas hingga mengancam nyawa bahkan berujung pada kematian bisa
Kandou Manado tahun 2013 pada 16 pasien yang terpasang ETT dan terdapat
oksigen. Tindakan suction ETT dapat memberikan efek samping antara lain
terjadi penurunan kadar saturasi oksigen >5%. Sebagian besar responden yang
oleh penelitian Maggiore et al, (2013) tentang efek samping dari penghisapan
lendir ETT salah satunya adalah dapat terjadi penurunan kadar saturasi oksigen
4
lebih dari 5%. Sehingga pasien yang menderita penyakit pada sistem pernapasan
akan sangat rentan mengalami penurunan nilai kadar saturasi oksigen yang
signifikan pada saat dilakukan tindakan penghisapan lendir, hal tersebut sangat
berbahaya karena bisa menyebabkan gagal napas (Berty, 2013). Berdasarkan studi
didapatkan data jumlah tempat tidur di ICU sebanyak 13 tempat tidur, pasien yang
dirawat di ICU 80% terpasang ETT. Pada bulan November 2014 jumlah pasien
agar kasus gagal napas yang dapat menyebabkan kematian dapat dicegah maka
sangat diperlukan pemantauan kadar saturasi oksigen yang tepat. Hal inilah yang
saturasi oksigen pada pasien kritis yang dilakukan tindakan suction endotracheal
dr.Moewardi Surakarta.
suction.
suction.
saturasi oksigen.
endotracheal tube.
6
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.1. Oksigen
7
8
atau dibawa dalam media tertentu, hal ini dapat diukur dengan
dari dua diode pengemisi cahaya (satu cahaya merah dan satu
1. Hemoglobin (Hb)
normal.
12
2. Sirkulasi
3. Aktivitas
1. Persiapan Alat
a. Oksimetri nadi
b. Sensor probe
2. Persiapan Pasien
2.1.1.7. Pelaksanaan
1. Cuci tangan
kapiler
oksimetri nadi
2013).
2012).
(Menerez, 2012).
shock septik.
donor organ.
18
mengirim
selama 72 jam.
jangka pendek yang tidak lebih dari 24 jam. ICU ini sangat
ICU, dan untuk ICU level III diperlukan minimal 75% dari
bersertifikat ICU.
2.1.3. Suction
2012).
adalah :
3. Remaja-dewasa : 10-16F
apabila:
b. Diduga aspirasi
ditemukan:
2.1.3.5. Prosedur
adalah:
mengeluarkan sekret.
penghisapan.
26
5. Siapkan peralatan
100 %.
bila perlu.
melindungi perawat
ke 12-15 l/menit.
maksimal.
ventilasi pasien.
2.1.3.6. Komplikasi
Erb, 2002):
1. Hipoksemia
3. Infeksi nosokomial
4. Respiratory arrest
5. Bronkospasme
6. Perdarahan pulmonal
7. Disritmia jantung
8. Hipertensi/hipotensi
9. Nyeri
10. Kecemasan
2013).
29
fungsional.
mulut)
5. Spuit 10 cc atau 20 cc
9. Stilet
30
memegang laringoskop.
31
10. Angkat laringoskop dan stilet pipa ET dan isi balon dengan
detik.
13. Lakukan fiksasi pipa dengan plester agar tak terdorong atau
tercabut.
2.1.4.5. Komplikasi
hipoksia.
dengan gigi.
3. Gigi patah.
pipa.
bilateral.
2.1.5. Hemodinamika
penting.
tidak ditangani secara cepat dan tepat akan jatuh ke dalam gagal fungsi
34
saat yang tepat, agar segera dilakukan terapi. Parameter yang digunakan
rektal.
pernapasan.
infrared melalui aliran darah arteri pada lokasi dimana alat ini
(Zakkiyah, 2014).
38
Pasien kritis
Dirawat di ICU
Gagal napas
Pemasangan ETT
Sekresi berlebihan
Tindakan suction
Perubahan saturasi O2
Tindakan Perubahan
Suction saturasi O2
oksigen pada pasien kritis yang terpasang endotracheal tube saat dilakukan
tindakan suction.
40
METODE PENELITIAN
peristiwa dan interaksi manusia didalam situasi yang khusus (Sutopo, 2006).
41
42
mengatur data, melakukan analisis data dan menyusun reduksi data, dan yang
Surakarta.
3.2.1. Tempat
3.2.2. Waktu
RSUD dr. Moewardi Surakarta yang berjumlah 28 orang dengan kriteria yang
secara mendalam dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang mantap.
Pelaksanaan pengumpulan data sesuai dengan sifat peneliti yang lentur dan
inklusi:
saturasi data yaitu jika dari informan yang dipilih sudah tidak memberikan
perawat dan observasi terhadap perubahan saturasi oksigen pada pasien yang
2. Terdapat sekret
3.4.1. Instrumen
1. Instrument inti
2. Instrumen penunjang
penyakit pasien.
dan informan.
(Creswell, 2013) :
1. Wawancara Mendalam
(Sutopo 2006).
2. Observasi
(Sutopo 2006).
(Sutopo 2006).
3. Studi dokumentasi
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
sesuai dengan SOP yang ada di rumah sakit, selain itu juga untuk
tindakan suction.
3. Tahap Terminasi
partisipan.
penelitian. Teknik analisa yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah
melakukan 3-4 kali membaca transkrip untuk merasa hal yang sama
seperti partisipan.
diabaikan.
lain.
52
tersebut.
endotracheal tube.
ini meliputi :
check.
53
(Sugiyono, 2012)
54
kepada partisipan.
3.7.2. Anonimity
dengan nomor dan inisial penulisan. Nomor dan inisial dari partisipan
3.7.3. Confidentiality
(Sugiyono, 2012)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
dalam melakukan tindakan suction pada pasien kritis yang dilakukan tindakan suction
endotracheal tube di ICU RSUD dr. Moewardi Surakarta, kemudian akan dibahas
karakteristik partisipan yang terlibat secara langsung dalam penelitian dengan singkat
1912 oleh Gereja Gereformeerd Delft dan Gereja-gereja Zuid Holland ten
Noorden. Rumah Sakit Jebres disebut juga Rumah Sakit Komplek C, khusus
Kecamatan Jebres, Surakarta ini mempunyai luas tanah 49.622 m2 dan luas
bangunan 15.868 m2. Rumah Sakit Jebres (Komplek C) sesuai dengan keputusan
1973 Nomor: Hukum G 171/1973 diberi nama Komplek Rumah Sakit dr.
55
56
yang semula RSUD Kelas B Propinsi Dati I Jawa Tengah di Surakarta menjadi
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pergantian nama ini diresmikan pada tanggal 10
November 1988. RSUD dr. Moewardi Surakarta yang terletak di Jl. Kolonel
Sutarto 132 Surakarta adalah rumah sakit negeri kelas A. Rumah sakit ini
pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi atau disebut pula sebagai rumah
sakit pusat. Rumah Sakit ini mempunyai 676 tempat tidur inap, dengan 232
dokter, dari 232 dokter di rumah sakit ini, 179 adalah spesialis, 29 dokter umum,
6 dokter gigi, 5 spesialis gigi, 13 dokter bedah, 721 perawat, dan 87 bidan.
Ruang Intensive Care Unit (ICU) yang ada di Rumah Sakit dr. Moewardi
Surakarta mempunyai kapasitas tempat tidur 13 tempat tidur dan 1 kamar isolasi.
Kriteria pasien yang masuk ke ruang ICU adalah pasien kritis yang memerlukan
terapi intensive dan tertitrasi, seperti: dukungan, bantuan ventilasi, alat penunjang
pemantauan canggih di ruang ICU sebab sangat beresiko bila tidak mendapatkan
terapi intensif segera misalnya pasien dengan luka bakar. Pasien tersebut
57
memerlukan perawatan yang lebih intensif karena beresiko terkena infeksi dari
luar, untuk pasien yang berada di kriteria ini ditempatkan di ruangan khusus
4.2.1. Partisipan 1
ruang ICU. Tn.G sudah menjadi pegawai tetap di ICU RSUD dr Moewardi.
Tn. G sudah sering melakukan tindakan suction pada pasien yang terpasang
kegawatdaruratan.
4.2.2. Partisipan 2
tube.
4.2.3. Partisipan 3
4.2.4. Partisipan 4
tindakan suction pada pasien yang terpasang ETT. Sebelum di ICU RSUD
jika tindakan suction perawat tidak sesuai SOP 5) Pengertian ETT 6) Cara
Tema SOP tindakan suction pada pasien yang terpasang ETT ini
suction.
... Setelah sudah siap kita kontrak dengan pasien tindakan yang
dilakukan.
saturasi oksigen.
oksigen.
dalem... (P01)
mentok... (P02)
mentok.
detik... (P02)
... setelah masuk baru kita tekan kanul suctionnya, kita tarik
... kita tutup suction sambil kita tarik dalam waktu kurang dari
3 detik... (P04)
memutar.
suction... (P01)
suction, lap dengan kassa baru kita cuci dengan NaCl... (P04)
suction.
63
suction pada pasien yang terpasang ETT dapat diketahui bahwa SOP
handscoon, pinset, kanul suction, NaCl, kassa non steril. Kontrak waktu
pasien.
selama 2 menit kemudian observasi vital sign pasien seperti nadi, tensi,
sambil tarik dalam waktu kurang dari 10 detik kalau sudah sambungkan
dengan kassa bagian luar kanul suction dari pangkal sampai ujung.
sekret dengan suction karena masih ada sekret dalam ETT pasien,
kemudian membilas dengan NaCl setelah itu membereskan alat dan cuci
tangan.
selama 5 detik.
Sesuai SOP 2) Tidak sesuai SOP. Hal ini sesuai pernyataan partisipan
berikut ini :
ICU sudah sesuai SOP, tidak hanya di ICU tapi di semua bangsal semua
tindakan harus dilakukan harus sesuai SOP. Hal ini berbeda dengan
partisipan :
... Prinsipnya bersih, kan itu kassanya aja kassa bersih. Kalau
yang steril itu kanulnya... kanulnya steril, tapi kalau kassanya itu
bersih. Prinsipnya itu bersih. Kalau prinsipnya steril pasien satu
habis berapa handscoon steril?... (P02)
... Kelihatannya belum mas, kita prinsipnya hanya bersih.
Kalau kita pakai prinsip steril ndak mungkin mas... (P03)
... Prinsipnya bersih, kalau steril susah.. (P04)
66
membengkak
... kendalanya satu kalau kita maunya steril berarti sekali pakai
langsung dibuang padahal nek kita seperti itu kasihan pasien.
Biaya untuk suction nanti jadi membengkak, nanti bisa jadi
biaya suction dan perawatan lebih besar dibiaya suction tadi
karena ya itu tadi misal sekali pakai terus buang... (P04)
5. Pengertian ETT
napas definitif 2) Alat untuk manajemen air way. Berikut ungkapan dari
pertisipan :
68
... ETT itu kan merupakan alat jalan napas definitif, alat bantu
napas definitif dalam artian pasien yang mengalami apakah itu
gagal napas, pasien yang mengalami disaturasi atau pasien
yang mengalami apnea pastilah membutuhkan pemasangan alat
bantu definitif yaitu ETT... (P01)
jalan napas definitif yang digunakan pada pasien gagal napas, pasien
seminggu sekali, selain itu ETT dibersihkan jika sekret pada ETT sudah
banyak.
apabila ada suara gargling dan jika sudah muncul sekretnya. Partisipan 2
partisipan :
... tentunya CO2 nya naik, kalau CO2 naik pasti ekspirasi dan
inspirasinya juga meningkat terus monitor diventilator nanti
juga berubah seharusnya napasnya dimonitor 15 nanti bisa
muncul hiperventilasi bisa lebih dari 58 atau berapa kemudian
hygienenya juga buruk, kalau tidak dibersihkan infeksinya juga
bertambah... (P01)
... CO2 nya naik, hygine buruk... (P03)
... Sekret menumpuk, hygiene buruk, CO2 naik... (P04)
partisipan :
... Saturasi oksigen itu kan kadar oksigen yang ada di plasma
darah... (P01)
... Saturasi oksigen itu kadar oksigen dalam plasma darah...
(P02)
... Jadi kadar oksigen, jumlah oksigen dalam tubuh mas...
(P03)
... Saturasi oksigen itu kadar oksigen dalam darah pasien...
(P04)
72
10. Saturasi Oksigen pada Pasien yang Terpasang ETT Sebelum Dilakukan
Tindakan Suction
partisipan :
Tindakan Suction
saturasi oksigen.
sebentar.
napas.
4.3.3. Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien Kritis Sebelum dan Sesudah
PEMBAHASAN
handscone, pinset, kanul suction, NaCl, kassa non steril. Kontrak waktu
dengan pasien tindakan yang akan dilakukan kemudian jaga privasi pasien.
2 menit kemudian observasi vital sign pasien seperti nadi, tensi, terutama
masukkan kanul suction sampai hampir mentok, tutup suction sambil tarik
kassa bagian luar kanul suction dari pangkal sampai ujung. Lakukan
sampai bersih dari sekret, setelah suction berikan oksigenasi 100% selama
2 menit.
80
81
Hal ini sesuai dengan Prosedur hisap lendir menurut Kozier & Erb,
aliran oksigen 100 %, pasang pengalas bila perlu, atur tekanan sesuai
dan 50-95 untuk bayi dan anak, pakai alat pelindung diri, masker, sarung
yang dilakukan partisipan 1,2,3, dan 4 belum sesuai SOP, ada beberapa
dilakukan di ICU sudah sesuai SOP yang ada di rumah sakit. Partisipan
handscoon bersih dan suction catether yang sudah dipakai. Hal ini
jalan napas.
83
steril saat melakukan tindakan suction, selain itu pasien di ICU sebagian
Ini tidak sesuai dengan prosedur hisap lendir menurut Kozier &
dengan standar prosedur yang telah ditetapkan agar pasien terhindar dari
tindakan suction yang tidak sesuai SOP juga menyebabkan kultur sputum
dengan cara memasukan selang kateter suction melalui hidung, mulut, atau
hisap lendir komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan, antara lain yaitu:
5. Pengertian ETT
definitif yang digunakan pada pasien gagal napas, pasien yang mengalami
adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengamankan jalan napas
umum dan pembedahan atau perawatan pasien sakit kritis di unit rawat
(Handayanto, 2013).
endotracheal tube sesuai dengan teori Handayanto (2013) yaitu suatu alat
pasien, plester diganti setiap 3-4 hari, pengecekan balon setiap shift untuk
pengembangan paru kanan dan kiri, setiap jaga ETT dibersihkan, jangan
ETT terlipat (kingking), diameter ETT terlalu kecil, sekret yang berada di
86
dalam bronkus atau alveoli, tumor dan atau tersumbatnya pipa (tubing)
merupakan faktor masalah dan harus selalu diwaspadai seperti ETT yang
selain itu juga masalah sekret merupakan masalah yang harus diperhatikan
serta mendapat tindakan suction supaya tidak terjadi obstruksi jalan napas
dan atelektasis.
dengan cara memasukan selang kateter suction melalui hidung, mulut, atau
infeksi paru. Secara umum pasien yang terpasang ETT memiliki respon
tubuh yang kurang baik untuk mengeluarkan benda asing, sehingga sangat
Sudarsono, 2000).
88
pada pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas maka pasien tersebut
kadar saturasi oksigen yang benar dan tepat saat pelaksanaan tindakan
89
terpenuhi karena adanya sumbatan pada jalan napas pasien juga akan
bahwa pengertian saturasi oksigen adalah kadar oksigen dalam darah. Ini
10. Saturasi Oksigen pada Pasien yang Terpasang ETT Sebelum Dilakukan
Tindakan Suction
dan ketika jeda antara setiap penghisapan lendir. Prosedur yang ada saat
Tindakan Suction
mengalami penurunan nilai kadar saturasi oksigen. Hal ini sesuai dengan
saturasi oksgen antara 3-7%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maggiore,
5.3. Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien Kritis Sebelum dan Sesudah
suction. Suction sifatnya vakum, selain manarik sekret dalam ETT juga
suction.
pasien tersebut, suction yang dilakukan tidak tepat atau tidak sesuai
dengan SOP yang telah ada bisa berakibat fatal bagi pasien yang
dan ketika jeda antara setiap penghisapan lendir (Kozier & Erb, 2002).
respon pasien saat terjadi saturasi oksigen yaitu sesak napas dan
PENUTUP
Bagian ini merupakan bagian akhir dari laporan hasil penelitian yang
yang ada dan tema-tema yang telah ditemukan dalam penelitian tentang saturasi
oksigen pada pasien sebelum dilakukan tindakan suction, saturasi oksigen pada
pasien kritis sebelum dan sesudah dilakukan tindakan suction, respon pasien pada
saat mengalami perubahan saturasi oksigen. Saran pada bab ini dibuat bagi
perawat, bagi rumah sakit, institusi pendidikan, peneliti lain, dan peneliti.
6.1. Kesimpulan
yang melakukan tindakan suction di ICU belum sesuai SOP karena akan
96
97
terdengar suara gargling. Jika pasien yang terpasang ETT tidak dilakukan
hiperventilasi.
6.2. Saran
SOP yang ada untuk mencegah terjadinya perubahan saturasi oksigen yang
tube.
Adanya hal-hal yang kurang dalam penelitian ini bisa dijadikan acuhan
5. Bagi Peneliti
suction pada pasien dengan endotracheal tube sehingga peneliti lebih hati-
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa Indonesia.
Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Cresswell, J.W. 2013. Qualitative inquiry & research design: Choosing among
five approach. Thousand Oaks: Sage Publication Ltd.
Debora, Yusnita, dkk. 2012. Perbedaan Jumlah Bakteri pada Sistem Closed
Suction dan Sistem Open Suction pada Penderita dengan Ventilator
Mekanik
Kozier, B., & Erb, G. 2002. Kozier and Erb's Techniques in Clinnical Nursing 5th
Edition. New Jersey: Pearson Education.
Kozier, B.& Erb, G. 2004. Fundamental of Nursing Concepts, Process and
Practice (7th ed.). California : Addison Wesley.
Kozier & Erb, 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. EGC:
Jakarta
Lynn, D. (2011). AACN procedure manual for critical care 6th edition. St Louis
Missouri: Elsevier saunders.
Menerez, Fernanda de Souza., Heitor Pons Leite., Paulo Cesar Koch Nogueira.
2011. Malnutrition as An Independent Predictor Of Clinical Outcome In
Critically Ill Children. Journal of Nutrition 28 (2012) 267270.
Polit, Denise F & Cheryl Tatano Beck. 2006. Essentials of Nursing Research:
Methods, Appraisal, and zutilization 6th ed. Lippincott William &
Wilkins, A Wolter Kluwer Company: Philadelphia.
Rab, T. 2007. Agenda gawat darurat (critical care) jilid I, Edisi 2. Bandung: PT
Alumni
Robson, C. 2011. Real World Reasearch, 3rd ed. West Sussex: Willey.
Sri Paryanti,dkk. 2007. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan
Ketrampilan Melaksanakan Prosedur Tetap Isap Lendir/Suction Di
Ruang Icu Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Saryono dan Anggraeni, Mekar Dwi. 2010. Metodologi penelitian kualitatif dalam
bidang kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.
Sutopo, HB. 2006. Metodologi Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian.
Universitas Sebelas Maret: Surakarta
Swidarmoko, Boedi dan Agus Dwi Susanto ,(2010). Pulmonologi Intervensi Dan
Gawat Darurat Napas.Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran
Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.