PENDAHULUAN
Keberadaan dan pengembangan tanaman kopi saat ini dan masa mendatang
akan dihadapkan kepada berbagai kendala, diantaranya masalah serangan organisme
pengganggu tanaman hingga biofisik terutama ancaman perubahan iklim yang
disebabkan oleh pemanasan global akibat peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK).
Upaya untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap tanaman kopi perlu
dikembangkan sistem budidaya tanaman kopi yang toleran (resilience) terhadap
variabilitas dan perubahan iklim saat ini dan di masa yang akan datang. Teknologi
inovatif dan adaptif tersebut salah satunya adalah dengan pemangkasan (Supriadi,
2014). Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan penting dalam budidaya
tanaman kopi. Pemangkasan dapat meningkatkan produksi kopi per tanaman jika
dilakukan secara teratur dan terarah dengan pedoman yang telah ditetapkan. Tujuan
dari pemangkasan adalah untuk menghasilkan cabang tanaman baru yang lebih
banyak dan mempermudah tanaman dalam mendapatkan sinar matahari sebagai unsur
pembentuk bunga. Selain itu, pemangkasan tanaman kopi juga berguna untuk
menghilangkan cabang-cabang tua atau berpenyakit serta memperbaiki sirkulasi
udara di dalam kebun (Fontena et al., 2014).
1.2 Tujuan
1. Mampu mengenali dan menggambarkan karakteristik morfologi (akar, batang,
daun, bunga, buah dan biji) tanaman kopi.
2. Mampu mengenali hama dan penyakit tanaman kopi.
3. Mampu mengatur pertumbuhan vegetatif tanaman kopi kearah pertumbuhan
generatif yang lebih produktif.
4. Memahami cara pemangkasan dan pemupukan tanaman kopi.
BAB 2. METODE PRAKTIKUM
Kopi pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1696 dari jenis kopi Arabika. Kopi
ini masuk melalui Batavia (sekarang Jakarta) yang dibawa oleh Komandan Pasukan
Belanda Adrian Van Ommen dari Malabar - India, yang kemudian ditanam dan
dikembangkan di tempat yang sekarang dikenal dengan Pondok Kopi Jakarta Timur,
dengan menggunakan tanah partikelir Kedaung. Sayangnya tanaman ini kemudian
mati semua oleh banjir, maka tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang
kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat antara lain di Priangan, dan
akhirnya menyebar ke berbagai bagian dikepulauan Indonesia seperti Sumatera, Bali,
Sulawesi dan Timor. Kopi pun kemudian menjadi komoditas dagang yang sangat
diandalkan oleh VOC. Tahun 1706 Kopi Jawa diteliti oleh Belanda di Amsterdam,
yang kemudian tahun 1714 hasil penelitian tersebut oleh Belanda diperkenalkan dan
ditanam di Jardin des Plantes oleh Raja Louis XIV.
Produksi kopi di Jawa mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Selama
Satu tiga perempat abad kopi Arabika merupakan satu-satunya jenis kopi komersial
yang ditanam di Indonesia. Tapi kemudian perkembangan budidaya kopi Arabika di
Indonesia mengalami kemunduran hebat, dikarenakan serangan penyakit karat daun
(Hemileia vastatrix) yang masuk ke Indonesia sejak tahun 1876. Akibatnya kopi
Arabika yang dapat bertahan hidup hanya yang berada pada ketinggian 1000m ke atas
dari permukaan laut, dimana serangan penyakit ini tidak begitu hebat. Sisa-sisa
tanaman kopi Arabika ini masih dijumpai di dataran tinggi ijen (Jawa Timur), Tanah
Tinggi Toraja (Sulawesi Selatan), lereng bagian atas Bukit Barisan ( Sumatera)
seperti Mandhailing, Lintong dan Sidikalang di Sumatera Utara dan dataran tinggi
Gayo di Nangroe Aceh Darussalam (AAK, 1988).
Saat ini kopi indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat dan bahkan
menjadi penghasil kopi nomer 3 di dunia setelah Brazil dan Kolombia. Untuk
mengetahui peningkatan produksi kopi idonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini
data luas lahan dan produksi tanaman kopi Indonesia rentan tahun 2006-2010 dikuti
dari Risandewi (2013).
4.1 Morfologi
Morfologi tanaman kopi yang diamati pada praktikum kali ini meliputi buah,
batang, daun dan bunga. Sehingga dapat diketahui :
Morfologi Akar Kopi
Kopi termasuk keluarga Rubiacceae, bijinya berkeping dua (dikotil), sehingga
memiliki akar tunggang. Morfologi akar tanaman kopi ini cukup unik yaitu akar
tunggangnya tumbuh dari akar lembaga yang tumbuh terus menerus menjadi akar
pokok yang bercabang-cabang dan kemudian menjadi akar yang lebih kecil lagi. Akar
tunggang pada tanaman kopi membuat tanaman kopi bisa berdiri kokoh serta tidak
mudah rebah, akan tetapi akar tunggang hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang
berasal dari bibit semaian.
Morfologi Batang Kopi
Morfologi batang tanaman kopi tegak lurus ke atas serta beruas-ruas dan
terdapat banyak kuncup pada batang maupun cabang. Pada susunan batang-batang
tersebut sering tumbuh orthotrop dan batang tersebut apabila dibiarkan dapat tumbuh
mencapai 12 m. Tanaman kopi memiliki berbagai macam percabangan, diantaranya:
cabang produksi (orthotrop), cabang utama (plagiotrop), cabang sekunder, cabang
kipas, cabang pecut, cabang balik dan cabang air.
Morfologi Daun Kopi
Daun pada tanaman kopi tersusun dari tangkai daun dan helaian, daun kopi
berwarna hijau yang berbentuk jorong dengan ujung meruncing, tumbuh pada batang,
cabang, serta ranting-ranting yang tersusun berdampingan pada ketiak. Tulang daun
kopi menyirip dengan pangkal daun memiliki tepi yang tidak pernah bertemu yang
terpisah oleh pangkal ujung tangkai daun yang bertentuk tumpul.
Morfologi Bunga Kopi
Tanaman kopi termasuk ke jenis planta multiflora karena tanaman kopi mampu
menghasilkan sekelompok bunga (bunga banyak). Bunga kopi terdapat pada ketiak
daun dengan bunga yang membentuk suatu rangkaian yang bergerombol (bunga
majemuk). Bunga kopi memiliki alat kelamin lengkap (putik dan benang sari),
tanaman kopi juga termasuk dalam golongan monoceus (berumah satu), artinya bunga
jantan dan bunga betina pada satu batang tumbuh.
Morfologi Buah Kopi
Buah kopi muda berwarna hijau muda, berubah menjadi hijau tua lalu kuning
dan apabila sudah matang akan berwarna merah hingga merah tua dengan ukuran biji
sekitar 12 18 mm untuk varietas arabika dan 8 16 mm untuk varietas robusta.
Terdapat tiga lapisan kulit yang menyelimuti biji, yaitu kulit luar (epicarp), kulit
tengah (mesocarp) dan kulit dalam (endocarp).
Secara umum ada beberapa perbedaan sayarat tumbuh dari beberapa jenis
tanaman kopi antara lain adalah :
1. Tanaman kopi arabika tumbuh rimbun dan mendesak pohon perdu kecil.
Adapun tanaman kopi ekselsa memiliki pertumbuhan pohon besar dan kuat.
2. Kopi arabika memiliki percabangan yang lentur serta berdaun tipis. Adapun
spesies kopi robusta memiliki percabangan lebih kaku serta berdaun lebih tebal
dan lebar.
3. Perakaran tanaman kopi arabika lebih dalam dari pada kapi robusta. Oleh
karena itu, kapi arabika lebih tahan kering dibandingkan dengan kopi robusta
(DaMatta, 2011).
4.3 Pemeliharaan
Pada budidaya tanaman kopi juga dilakukan perawatan berupa pemangkasan
dan pemupukan. Pemangkasan merupakan salah satu seni dalam memaksimalkan
fotosintat menjadi buah-buah kopi secara maksimal. Tahapan pemangkasan di
antaranya pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, pemangkasan produksi,
dan terakhir pemangkasan peremajaan. Pemangkasan bentuk bertujuan membentuk
tanaman kopi muda menjadi batang tanaman yang kokoh sesuai yang kita inginkan.
Selanjutnya pemangkasan pemeliharaan dan produksi bertujuan untuk membuang
cabang yang tidak perlu sehingga memaksimalkan pembentukan buah kopi yang
berkualitas. Selain itu sesuai pernyataan Machfud (2012) bahwa pemangkasan kopi
akan menurunkan intensitas penyakit penting seperti karat daun dan menghasilkan
cabang/ranting produktif. Tanpa pemangkasan efisiensi fotosintat menjadi rendah
karena tanaman menghasilkan cabang/ranting yang tidak produktif.
Dalam upaya peremajaan tanaman kopi, perlu di perhatikan cara-cara
pemangkasan rejuvenasi yang tepat. Rejuvenasi dapat di lakukan dengan cara
bertahap. Hal ini di lakukan apabila petani masih ingin memanen sambil menunggu
tunas tumbuh. Pemangkasan samping di lakukan pada masa-masa menjelang panen
dengan menghabiskan salah satu sisi cabang-cabang samping. Cabang-cabang sisi
lainnya akan di biarkan berproduksi hingga tunas air muncul. Sementara cara lainnya
adalah dengan memotong seluruh batang tanaman setinggi 50cm dan menghabiskan
percabangannya. Nantinya akan muncul tunas air dan pilih tunas yang paling kekar
untuk di pelihara. Tunas air dapat di lakukan sambung serta perawatan pengurangan
tunas guna memaksimalkan pertumbuhan batang baru hasil rejuvenasi yang lebih
produktif.
Terdapat 2 jenis pemangkasan bentuk yaitu pemangkasan batang ganda dan
pemangkasan batang tunggal. Pemangkasan batang ganda di tujukan membentuk 2
batang utama yang di pelihara. Pemangkasan ini kurang begitu menghasilkan buah
dengan baik dan cenderung menyebabkan kekeringan atau kematian kopi.
Pemangkasan batang ganda hanya di lakukan oleh perkebunan rakyat serta sebagai
bagian dalam rejuvenasi bertahap. Sementara pemangkasan batang tungga akan
menghasilkan perawatan yang lebih intensif. Pemangkasan cabang tunggal akan
menghasilkan produksi yang lebih baik serta batang yang lebih pendek untuk
perawatannya. Pemangkasan cabang tunggal akan menghasilkan bentuk yang lebih
kokoh serta model etape yang memaksimalkan produksi cabang lateral.
Peremajaan dan pemeliharaan harus di imbangi dengan pemupukan yang tepat.
Jenis pupuk yang di berikan harus mengandung unsur NPK serta hara mikro esensial
bagi kopi. Unsur NPK terdiri atas hara N yang berperan dalam pertumbuhan
vegetatif, P dalam pertumbuhan generatif, serta K dalam ketahanan tanaman. Selain
itu dapat di berikan pupuk mikro maupun pupuk organik guna menjaga kondisi fisik
kimia tanah yang seimbang bagi perakaran. Pupuk di aplikasikan dengan cara
membuat alur pada piringan di bawa tajuk kopi. Pupuk di tebar di bawah tajuk pada
alur tanah dan di tutup kembali agar terhindar dari pencucian dan di lakukan pada
awal dan akhir penghujan.
Sebelum melakukan pemupukan perlu di ketahui umur tanaman, jenis kopi,
serta kondisi lahan. Hal ini berkaitan dengan dosis pupuk yang di berikan serta
potensi kehilangannya. Sesuai pernyataan Adnyana (2011) bahwa terdapat
penggunaan variasi pupuk kandang dan urea yang di sesuaikan dengan kondisi suatu
tanah perkebunan. Sehingga variasi dosis yang di berikan menghasilkan kopi yang
lebih besar. Pemupukan tanaman muda tentunya membutuhkan lebih sedikit hara di
banding pohon tua. Jika kondisi lahan kurang subur serta pupuk sedikit maka
pemupukan di lakukan dengan membuat lubang-lubang tugal sekitar larikan. Tahapan
lainnya adalah melakukan pemangkasan sehingga hara yang di berikan dapat di
manfaatkan secara maksimal.
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dalam usaha budidaya kopi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan teknik budidaya kopi yaitu tentang pengetahuan dalam budidayanya
yang tak lepas dari pengetahuan morfologi kopi, organisme pengganggu tanaman
kopi dan perawatan tanaman kopi yang meliputi pemangkasan dan pemupukan.
2. Morfologi tanaman kopi memiliki akar tunggang (hanya dimiliki oleh bibit
semaian) dengan sistem perakaran yang dangkal, memiliki batang yang tegak
lurus beruas-ruas dengan sistem percabangan yang berbeda dari tanaman lainnya,
memiliki daun yang berwarna hijau berbentuk jorong dengan ujung meruncing,
memiliki bunga majemuk berjenis monoceus serta memiliki buah kopi yang
berbeda ukuran dalam bermacam varietas.
3. Kendala dalam budidaya kopi salah satunya disebabkan oleh hama penyakit
tanaman kopi seperti Hypotemenus hampei atau sering di sebut penggrek buah
kopi dan Himeliea Vastatrix atau jamur penyebab karat daun kopi. Hama kutu
yang menyerang tanaman penaung juga mempengaruhi hasil produksi tanaman
kopi.
4. Perawatan pada tanaman kopi meliputi pemangkasan dan pemupukan.
Pemangkasan dilakukan guna membuang batang yang terserang penyakit hingga
meningkatkan fotosintat, sedangkan pemupukan diberikan guna menambah
nutrisi yang kurang atau belum tersedia dalam tanah.
5.2 Saran
Pada dasarnya praktikum kali ini berjalan dengan lancar, untuk kedepannya
lebih di kondusifkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ferry, Y. dan Rusli. 2014. Pengaruh Dosis Mikoriza dan Pemupukan NPK terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kopi Robusta Di Bawah Tegakan Kelapa Produktif.
Littri, 20 (1) : 27-35.
Fontena, E. J., M. Alberdi and N. Franck. 2014. Pruning Severity Affects Yield, Fruit
Load and Fruit and Leaf Traits of Brigitta Blueberry. Soil Science and Plant
Nutrition, 14 (4) : 855-868.
Mahfud M. C., 2012. Teknologi dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat Daun
Untuk Meningkatkan Produksi Kopi Nasional. Pengembangan Inovasi
Pertanian, 5(1):44-57.
Mahfud, M. Cholil. 2012. Teknologi dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat Daun
untuk Meningkatkan Produksi Kopi Nasional. Pengembangan Inovasi
Pertanian, 5(1) : 44-57.
Nur, A. Mukti dkk.. 1998. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kopi (Coffea sp).
Jember : Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
Supriadi, H. 2014. Budidaya Tanaman Kopi untuk Adaptasi dan Mitigasi Perubahan
Iklim. Prespektif, 13 (1) : 35-52.