Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
RAHARJA KUNCARA
4411414006
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Keanekaragaman hayati disebut juga Biodiversitas. Keanekaragaman hayati adalah
keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan,
lautan, dan ekosistem akuatik lainnya, serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan
bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antar spesies,
dan ekosistem. (Sujatnika et al, 1995)
Diseluruh biosfer, aktivitas manusia mengubah struktur trofik, aliran energi, siklus
bahan kimia, dan gangguan alamiah. Jumlah permukan lahan yang diubah oleh manusia
mendekati 50%, dan kita menggunakan lebih dari separuh air tawar permukaan yang dapat
digunakan. Ancaman utama terhadap biodiversitas Hal-hal yang menjadi ancaman terhadap
biodiversitas, diantaranya kerusakan habitat, eksploitasi berlebihan dan kompetisi oleh
spesies eksotik. Perusakan habitat oleh manusia secara besar-besaran disebabkan oleh
pertanian, pengembangan perkotaan, kehutanan, pertambangan dan polusi lingkungan.
Keberadaan satwa burung di dunia semakin hari semakin menurun. Hal ini terjadi
karena adanya perburuan liar sehubungan dengan meningkatnya permintaan pasar. Selain itu,
penurunan kualitas habitat sebagai akibat dari aktivitas manusia, lemahnya pengamanan,
pengawasan, penerapan sanksi hukum, serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang
konservasi, juga turut mengakibatkan penurunan populasi burung di alam. Walaupun telah
berstatus dilindungi (termasuk oleh pemerintah daerah di mana habitat dan jenis burung
berada), namun perburuan liar masih tetap berjalan hingga saat ini.
Banyak jenis burung di Dunia yang memiliki nilai komersial yang cukup tinggi.
Sebagian di antaranya juga termasuk burung-burung endemik (hanya hidup di daerah
setempat), atau dapat pula burung daerah sebaran terbatas, sehingga gangguan kelestariannya
dapat menyebabkan kelangkaan. Potensi keindahan morfologis, keunikan tingkah laku dan
kemerduan suara, merupakan daya tarik burung yang menyebabkan perburuannya sering
ilakukan terutama untuk kesenangan (hobiis). Selain itu, di beberapa daerah, satwa burung
banyak pula yang diburu untuk dijadikan sebagai makanan (sumber protein hewani). Dengan
demikian, keberadaan satwa burung tersebut semakin hari semakin berkurang populasinya,
bahkan dikhawatirkan berkurang pula ragam jenisnya.
Oleh karena itu, guna menjaga eksistensi sekaligus memulihkan populasi burung di
Dunia, perlu dilakukan kegiatan konservasi. Konservasi burung dapat dilakukan secara in-situ
(di dalam habitat alaminya), seperti melalui perlindungan jenis, pembinaan habitat dan
populasi; dan secara ex-situ (di luar habitat alaminya), salah satu di antaranya melalui
penangkaran.
Kegiatan penangkaran burung tidak hanya sekedar untuk kegiatan konservasi jenis
dan peningkatan populasi, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk pendidikan, penelitian dan
pengembangan wisata. Hasil penangkaran dapat dilepas-liarkan ke habitat alam (sesuai
dengan syarat-syarat dan peraturan yang berlaku), serta sebagian dapat dimanfaatkan untuk
tujuan komersial, terutama mulai dari hasil keturunan ke dua (F2). Dalam rangka mendukung
upaya konservasi burung, khususnya melalui penangkaran, telah dilakukan serangkaian
kegiatan penelitian yang berkaitan dengan habitat, perilaku, pakan dan pengelolaan
penangkaran berbagai jenis burung di Dunia. Hasil-hasil penelitian dan kajian tersebut
selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan dan pengembangan penangkaran
burung oleh pihak-pihak yang berkompeten.
1.2.Rumusan masalah
Rumusan masalah dari makalah yang berjudul Konservasi burung di Indonesia ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah populasi burung di Indonesia semakin menurun?
2. Bagaimana cara dan strategi yang harus dilakukan konservasi burung?
1.3.Tujuan
Tujuan dari makalah yang berjudul Konservasi Burung di Indonesia ini adalah sebagai
berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
Keanekaragaman hayati ialah keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua
sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lainnya, serta
kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup
keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies, dan ekosistem. (Sujatnika et al, 1995)
Indonesia, dengan luas daratan yang hanya sekitar 1.3% dari keseluruhan permukaan
bumi, kaya akan berbagai spesies kehidupan liar dan beragam tipe ekosistem, yang sebagian
di antaranya tidak dijumpai di bagian bumi mana pun.
A. Konservasi
Konservasi adalah suatu upaya atau tindakan yang bertujuan untuk menjaga
keberadaan sesuatu baik mutu maupun jumlah yang dilakukan secara berkelanjutan.
Konservasi juga dapat diartikan sebagai upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam
yang bersangkutan tetap dapat diambil secara terus menerus. Penataan ruang secara teknis
dan konseptual merupakan salah satu sarana untuk melakukan konservasi sumber daya
alam (Wasis, 2002). Sedangkan menurut Rijksen (1978), konservasi merupakan suatu
bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat
sekarang.
1. Preservasi yang berarti proteksi atau perlindungan sumber daya alam terhadap
eksploitasi komersial, untuk memperpanjang pemanfaatannya bagi keperluan studi,
rekreasi.
2. Pemulihan atau restorasi, yaitu koreksi kesalahan-kesalahan masa lalu yang telah
membahayakan produktivitas sumber daya alam.
3. Penggunaan yang seefisien mungkin.
4. Penggunaan kembali bahan limbah dari pabrik, rumah tangga, instalansi-instalansi
air minum dan lain-lainnya.
5. Mencari pengganti sumber daya alam yang sepadan bagi sumber yang telah
menipis atau habis sama sekali.
6. Penentuan lokasi yang paling tepat guna yaitu pemilihan sumber daya alam untuk
dapat dimanfaatkan secara optimal.
7. Integrasi yang berarti bahwa dalam pengelollaan sumber daya diperpadukan
berbagai kepentingan sehingga tidak terjadi pemborosan.
Salah satu alasan yang membuat konservasi burung harus dilakukan karena banyak
species burung yang hampir punah baik karena berkurangnya habitat asli burung-burung
tersebut bahkan beberapa telah hilang maupun karena ekploitasi berlebih tentang burung-
burung untuk diperdagangkan.Habitat burung yang beragam membuat penanganan yang
berbeda pada setiap jenisnya. Dalam ekosistem burung merupakan bagian dari rantai
makanan, jika ada komponen yang hilang namun masih bisa tergantikan oleh komponen
yang lain, maka hanya akan terjadi perubahan rantai makanan. Namun tentu berbeda bila
burung yang hilang merupakan species kunci disuatu jaring makanan yang akan
menyebabkan terganggunya keseimbangan didalam suatu kawasan. Itulah alasan mengapa
burung perlu dikonservasi. (sujatnika et al, 1995)
Dalam melakukan konservasi tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja karena
unsur sosial, ekonomi dan lingkungan haruslah terdapat didalamnya. Luasnya bidang yang
masuk dalam kajian konservasi membuat sulitnya konservasi dilakukan. Di Indonesia
konservasi harus dilakukan dengan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah
maupun non pemerintah. Dalam hal ini pemerintah merupakan pihak yang mengeluarkan
peraturan-peraturan yang mendukung konservasi. Sementara itu lembaga-lembaga diluar
pemerintahan adalah pihak yang menyuarakan rekomendasi mengenai kajian yang mereka
lakukan dilapangan. Dan masyarakat sebagai warga negara yang baik haruslah mengikuti
aturan pemerintah dan tidak melanggarnya dan menyuarakan pendapat mereka baik
kepemerintah secara langsung maupun lewat lembaga non pemerintah. (sujatnika et al,
1995)
Dalam melakukan konservasi burung perlu suatu rencana monitoring yang
menyeluruh dan menampung semua bagian yang masuk dalam konservasi. Pemantauan
perlu dilakukan dikarenakan perlunya usaha dalam mengkaji keefektifan dari suatu
peraturan/ kebijakan yang telah dilakukan, terkait dengan regulasi dan untuk mendeteksi
perubahan secaara dini. Rancangan strategi monitoring ini perlu dilakukan, antara lain
dengan :
1 Melakukan seleksi Indikasi Kunci.
Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi sebanyak-
banyaknya mengenai status jenis burung yang jumlah populasinya semakin menurun.
Masukan informasi ini perlu sebagai acuan untuk membuat suatu keputusan dalam
pengelolaan yang akan dilakukan. Semakin lengkap data yang dimiliki maka
diharapkan semakin baik dalam teknis pengambilan kebijakan yang akan dilakukan.
Mencari tahu daerah jalajah maupun daerah endemik burung untuk di pantau dan di
analisis data perkembangbiakan tiap tahunnya, hasil dari kajian ini menentukkan
besarnya luas area yang perlu dikonservasi sehingga diketahui letak daerah yang bisa
dimanfaatkan dan letak daerah yang perlu dilindungi dan dilestarikan.
2 Pemilihan pendekatan yang efektif
Setelah data-data inididapatkan maka diperoleh beberapa desain konservasi
yang bisa dilakukan, yakni :
Melakukan pelestarian habitat asal tempat burung tersebut tinggal merupakan
salah satu hasil dari masukan data dan informasi mengenai burung yang telah
dilakukan di bagian sebelumnya. Pelestarian habitat merupakancara yang paling
mudah dalam melakukan konservasi burung dengankomponen-komponen
lainnya, karena yang dilakukan adalah cukup menjaga kawasan yang perlu
dikonservasi.
Melakukan penangkaran jenis burung yang sudah hampir punah. Penangkaran
dilakukan karena berbagai factor antara lain dikarenakan hilangnya habitat yang
mereka miliki, biasanya terjadi pada burung-burung yang endemik. Penangkaran
ini dimaksudkan untuk memperbaiki kesehatan, memperbanyak jumlah dan yang
diharapkan bisa dilepasliarkan kembali setelah habitat yang baik telah tersedia
kembali baginya.
3 Menyelesaikan Kesulitan dalam perancangan proyek
Dalam melakukan konservasi terhadap suatu jenis akan menemui suatu
kendala yang menghambat dalam teknisnya. Kendala ini diketahui dengan jelas
setelah kita melakukan suatu evaluasi. Salah satu cara penyelesaian kesulitan yang
dihadapi adalah dengan menjalin relasi antara lembaga konservasi manca negara guna
bertukar informasi dan pengetahuan mengenai perkembangan konservasi burung di
negara asalnya.
Cara mengkonservasi satwa langka contohnya seperti burung adalah dengan cara
antara lain :
Mengumpulkan data dan informasi sebanyak-banyak mengenai status jenis burung
yang jumlah populasinya semakin menurun.
Melakukan pelestarian habitat asal tempat burung tersebut tinggal.
Mencari tahu daerah jalajah maupun daerah endemik burung untuk di pantau dan di
analisis data perkembanganbiakan tiap tahunnya.
Melakukan penangkaran jenis burung yang sudah hampir punah.
Menjalin relasi antara lembaga konservasi mancanegara guna bertukar informasi dan
pengetahuan mengenai perkembangan konservasi burung di negara asalnya.
Untuk melindungi dan mengelola suatu spesies langka atau terancam diperlukan
pemahaman tentang hubungan biologis antara spesies tersebut dan lingkungannya
(ekologi), ciri-ciri khasnya (atau natural story, atau sejarah alam), dan kondisi keberadaan
(status) populasinya. Diperlukan juga pemahaman mengenai berbagai proses yang
mempengaruhi ukuran dan sebaran populasi tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah disampaikan pada makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat beberapa spesies burung yang dalam kondisi terancam punah
2. Konservasi burung dapat dilakukan dengan cara ex situ dan in situ.
DAFTAR PUSTAKA
Holmes, D. dan Rombang, W. M. (2001) Daerah Penting bagi Burung: Sumatera. Bogor,
Indonesia: PKA/BirdLife International Indonesia Programme. (in Indonesian)
Holmes, D., Rombang, W. M. dan Octaviani, D. (2001) Daerah Penting bagi Burung di
Kalimantan. Bogor, Indonesia: PKA/BirdLife International Indonesia Programme.
(in Indonesian)
Rombang, W. M. dan Rudyanto (1999) Daerah Penting bagi Burung di Jawa dan Bali. Bogor,
Indonesia: PKA/BirdLife International Indonesia Programme. (in Indonesian)
Rombang, W. M., Trainor, C. AND Lesmana, D. (2002) Daerah Penting bagi Burung: Nusa
Tenggara. Bogor, Indonesia: PKA/BirdLife Indonesia. (in Indonesian)
N. Lukman 2010. Studi Kelimpahan dan Keanekaragaman Burung Air dan Sumber
Pakannya di TambakWonorejo, Surabaya. Skripsi. Departemen Biologi, Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Surabaya
Rijksen, H.D. 1978. Field study on Sumatran orangutans (Pongo Pygmaeus abelii, Lesson
1827) Ecology, behaviour and conservation. H. Veenman and ZonenB.V.
Wageningen.
Wasis, B. 2002. Manajemen Lahan. Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Program Pascasarjana IPB