Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH TIPE PENGASUHAN, LINGKUNGAN SEKOLAH, DAN PERAN

TEMAN SEBAYA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA

(The Effect of Parenting, School Environment, and Role of Peer Group to Adolescent
Emotional Intelligent)

Woro Priatini1, Melly Latifah2, dan Suprihatin Guhardja3

Abstract. Emotional intelligent as one aspect of human resources is very important


to achieve successful living of individual and society. It is a learned behavior that
transferred to individual from social environment from early childhood to old ages
through socialization within family and out side the family. Facts show that in
Indonesia especially in urban area many adolescent high school boys and girls
have limited emotional intelligent. The objective of the study is to analyze the effect
of parenting, school environment, and role of peer group to adolescent emotional
intelligent. The study was carried out in Bogor Municipality. Two hundred samples
consisted of 100 students enrolled in senior high school and their parents,
especially mother, respectively were drawn using stratified random sampling
method with school performance quality as stratification criteria. Data were
collected through interviews and self reporting. Descriptive statistics and multiple
regressions were used to analyze the data. Results showed that father education
attainment and age of mother affect emotional parenting type. Emotional parenting
type, school discipline, emotional learning offered in school curriculum, and role of
peer group as social comparison learning affect adolescent emotional intelligent
significantly

Key Words: parenting, school environment, peer group, emotional intelligent

PENDAHULUAN remaja. Selain itu, masa remaja


Latar Belakang merupakan masa dimana pengaruh
Kemampuan berpikir (kecerdasan teman sebaya sangat kuat, baik
kognitif) merupakan aspek penting dari pengaruh negatif maupun positif.
sumberdaya manusia. Namun Beberapa fakta menunjukkan
demikian, individu yang mempunyai banyak remaja yang tidak cerdas
kecerdasan kognitif tinggi tidak secara emosional, mudah terpengaruh
menjamin kesuksesannya dalam karir hal-hal yang negatif. Hal ini dapat
jika tidak dibarengi kecerdasan dilihat dari kasus perkelahian pelajar
emosional (Emotional Intellegence/EI). yang disebabkan aksi balas dendam,
Oleh sebab itu, EI sangatlah penting warisan kebencian dari kakak kelas,
agar kecerdasan koginitif dapat saling tatap, dan tersenggol tanpa
diarahkan secara produktif (Goleman sengaja yang semua itu menyebabkan
2003). terganggunya keamanan dan
Sehubungan dengan hal di atas, menimbulkan kerugian (Fakhruddin
remaja sebagai salah satu komponen 1999). Hasil penelitian Widanti (2004)
penerus bangsa perlu dibekali dengan menunjukkan sebanyak 36% remaja
kecerdasan emosional. Erikson (1950, melakukan kenakalan yang bersifat
1968 dalam Santrock 1995) melihat umum dan sebanyak 39.5% remaja
masa remaja sebagai tahapan melakukan kenakalan yang bersifat
pencarian identitas diri dan merupakan kriminal. Dari pengguna narkoba yang
masa transisi dari masa kanak-kanak diperkirakan mencapai 1,5 juta orang,
menuju masa dewasa. Di sisi lain, sebagian besar di antaranya dilakukan
secara fisiologis remaja mengalami oleh remaja, yang mulai
pertumbuhan fisik dan hormonal yang menggunakannya pada usia 13-17
pesat, yang selanjutnya berpengaruh tahun (Klinikpria 2004). Berdasarkan
pula kepada ketidakstabilan emosi fenomena tersebut, dapat disimpulkan

Volume I No. 1/Januari 2008 - 43


bahwa banyak remaja yang emosional dan kecerdasan
kecerdasan emosionalnya rendah. emosional.
Kecerdasan emosional dapat
dipelajari dalam keluarga, sebagai Manfaat Penelitian
lingkungan pertama dan utama, melalui Hasil penelitian diharapkan dapat
interaksi orangtua dengan anak dalam menjadi pertimbangan bagi orangtua
bentuk pengasuhan. Dalam hal ini dan pihak sekolah untuk meningkatkan
keberhasilan orangtua dalam kecerdasan emosional remaja.
mencerdaskan anak secara emosional Penelitian ini diharapkan pula dapat
tergantung kepada tipe pengasuhan memperkaya khasanah ilmu
yang dilakukan. pengetahuan tentang remaja di
Lingkungan kedua setelah keluarga perkotaan dan sebagai referensi bagi
adalah sekolah. Rata-rata siswa SLTP peneliti lainnya.
dan SLTA menghabiskan waktu di
sekolah sekitar 7 jam sehari (Sarwono TINJAUAN PUSTAKA
2002). Hal ini berarti sepertiga Anak Usia Remaja
waktunya dihabiskan di sekolah, Masa remaja menurut Garison dan
apalagi banyak sekolah yang Garison (Hasselt & Hersen 1987)
memberikan jam belajar tambahan atau adalah masa in between periode,
kegiatan ekstrakurikuler. Melalui yaitu masa dimana individu tidak bisa
lingkungan sekolah, guru dan kelompok digolongkan lagi sebagai anak-anak,
teman sebaya, anak dapat namun belum matang jika digolongkan
mengembangkan kecerdasan menjadi orang dewasa. Menurut
emosional nya. Berdasarkan uraian di Ramsey (1987), rentang usia remaja
atas diperlukan kajian tentang (1) dimulai pada usia 10-13 tahun dan
bagaimana karakteristik keluarga dan berakhir pada usia 19-21 tahun
karakteristik remaja, pola pengasuhan (Hasselt & Hersen, 1987). Turner dan
emosional, lingkungan sekolah, peran Helms (1991) mengelompokkan usia
teman sebaya dan kecerdasan remaja antara 13-19 tahun. World
emosional pada remaja, (2) faktor- Health Organization (WHO) membagi
faktor apa saja yang berhubungan usia remaja menjadi dua yaitu remaja
dengan pengasuhan emosional dan awal (10-14 tahun) dan remaja akhir
kecerdasan emosional, (3) faktor-faktor (15-20 tahun). Sementara itu, di
apa saja yang berpengaruh terhadap Indonesia usia remaja adalah dari umur
pengasuhan emosional dan 14 sampai 24 tahun (Sarwono 2002).
kecerdasan emosional remaja.
Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik
Tujuan Remaja
Tujuan Umum. Tujuan umum Masa remaja adalah masa dimana
penelitian ini adalah untuk pertumbuhan fisiologis seseorang
menganalisis pengaruh tipe mengalami puncaknya. Pertumbuhan
pengasuhan, lingkungan sekolah dan fisiologis ini terdiri dari perubahan
teman sebaya terhadap kecerdasan internal dan eksternal.
emosional remaja. Pertumbuhan internal adalah
Tujuan Khusus. Tujuan khusus perubahan dalam tubuh seperti sistem
penelitian ini adalah: saraf, pencernaan, pernafasan, dan
1. Mengidentifikasi karakteristik sosial reproduksi. Matangnya sistem repro-
ekonomi keluarga dan karakteristik duksi pada remaja laki-laki ditandai
anak, tipe pengasuhan emosional, dengan mimpi basah (noctoral
lingkungan sekolah, peran teman emissions) dan pada remaja
sebaya dan kecerdasan emosional. perempuan mengalami menstruasi
2. Menganalisis faktor-faktor yang pertama (menarche). Pertumbuhan
berhubungan dengan pengasuhan eksternal me-nyangkut perubahan

Volume I No. 1/Januari 2008 - 44


ukuran panjang, tinggi, berat dan lebar maupun positif. Terdapat dua perilaku
tubuh serta matangnya tanda-tanda yang ditunjukkan orangtua terhadap
kelamin se-kunder (Ali & Asrori 2004). emosi anak, yakni menerima dan
menolak emosi anak. Tipe pengasuhan
Perkembangan Sosial Remaja emosional yang menolak emosi anak
Perkembangan sosial remaja terdiri dari pengasuhan yang
diawali oleh proses penyesuaian diri mengabaikan emosi dan yang tidak
dengan lingkungannya (keluarga, menyetujui emosi anak. Tipe
sekolah, masyarakat). Lingkungan pengasuhan yang menerima emosi
keluarga sangat penting bagi anak yaitu pengasuhan laissez-faire
perkembangan sosial remaja. dan pelatih emosi.
Perlakuan orangtua dalam bentuk
pengasuhan sejak dini sampai remaja Faktor-faktor yang Mempengaruhi
berdampak pada pembentukan Pengasuhan
kepribadian anak yang akan terus Karakteristik Keluarga.
dibawa dalam kehidupannya di Pendidikan orangtua diharapkan dapat
kemudian hari. berkontribusi dalam menjalankan peran
Lingkungan sekolah membe-rikan dan fungsinya sebagai suami-isteri
kontribusi terhadap perkem-bangan maupun orangtua bagi anaknya.
sosial remaja (Turner & Helms, 1991). Dengan pendidikan yang semakin baik,
Perkembangan sosial tersebut tumbuh maka akses terhadap pengetahuan
dari hubungan guru dengan siswa, dan tentang pengasuhan akan semakin
siswa dengan siswa. Dalam hubungan baik.
dengan teman sebayanya, remaja tidak Kondisi ekonomi sebagai latar
hanya menjalin persahabatan untuk belakang keluarga penting dalam
menghabiskan waktu luang, tetapi pengasuhan anak mengingat pada
karena perkembangan sosial psikologis keluarga ekonomi rendah, kepala
yang sama dimana mereka dengan keluarga (ayah) harus bekerja lebih
bebas saling belajar dalam suasana keras, bahkan ibu pun ikut bekerja
yang menyenangkan. mencari penghasilan tambahan agar
kebutuhan keluarga terpenuhi. Kondisi
Perkembangan Kecerdasan Emosional ini memungkinkan mood dan perilaku
Remaja orangtua dalam mengasuh anaknya
Keberhasilan seseorang tidak terpengaruh (Conger & Elder 1994).
hanya ditentukan oleh kemampuan Menurut Ali dan Asrori (2004),
kognitif saja, tetapi ditentukan pula oleh aspek ekonomi berpengaruh dalam
kecerdasan emosionalnya. Individu kehidupan keluarga, karena berkaitan
yang memiliki IQ tinggi, akan lebih dengan pemenuhan kebutuhan rasa
berhasil jika disertai kecerdasan aman anak dari segi materi. Keluarga
emosional. Menurut Salovey dan Myer yang dapat memenuhi semua
(Goleman 2003), kecerdasan kebutuhan anak, secara mental berarti
emosional dibagi menjadi lima aspek memenuhi kebutuhan perlindungan
kemampuan yaitu : 1) mengenal emosi emosional anak. Secara emosional
diri, 2) mengelola emosi, 3) memotivasi anak akan merasa lebih stabil.
diri, 4) empati, 5) membina hubungan. Umur orangtua umumnya termasuk
kelompok dewasa madya, yaitu antara
Tipe Pengasuhan Emosional 30-60 tahun (Turner & Helms 1991).
Menurut Gottman dan DeClaire Perbedaan usia yang relatif jauh antara
(2003), tipe pengasuhan emosional usia orangtua dengan anak remajanya
merupakan pengasuhan yang menitik (generation gap) dapat terjadi
beratkan kepada munculnya reaksi perbedaan nilai, perilaku dan
orangtua ketika menghadapi ungkapan kebiasaan antara kedua generasi.
emosi anaknya, baik emosi negatif

Volume I No. 1/Januari 2008 - 45


Karakteristik Anak. Karakteristik dihadapinya, baik di sekolah, keluarga
anak seperti jenis kelamin dan usia, maupun masyarakat (Ali & Asrori
memberikan reaksi yang berbeda 2004).
terhadap pengasuhan. Dalam Menurut Mulyasa (2005), cara yang
menghadapi anak laki-laki dan pe- dapat dilakukan dalam pembela-jaran
rempuan serta usia anak, praktek emosi dengan menciptakan suasa-na
pengasuhan akan berbeda, karena belajar yang kondusif, iklim belajar
perbedaan pertumbuhan fisik, per- yang demokratis, guru yang memiliki
kembangan mental dan sosial anak. empati kepada siswanya, melibatkan
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2001), siswa secara aktif dalam proses belajar
perlakuan orangtua terhadap anak mengajar, dan menghargai siswa
harus sesuai dengan tingkat dengan memberikan respon positif.
kematangan anak, agar anak siap Cara yang paling penting adalah guru
menerima apa yang orangtua ingin menjadi tauladan dengan berperilaku
tanamkan, sehingga tetap tersimpan yang men-cerminkan seorang individu
dan menjadi bagian dari yang memiliki kecerdasan emosional.
kepribadiannya. Kegiatan Ekstrakurikuler.
Lingkungan Sekolah. Menurut Ali Kegiatan ekstrakurikuler dapat
dan Asrori (2004), sekolah berperan berpengaruh kepada kecerdasan
dalam proses perkembangan emosional remaja karena
hubungan sosial remaja. Sekolah dapat memungkinkan para siswa berpartisi
menciptakan lingkungan yang pasi dalam berbagai kegiatan yang
mempunyai disiplin yang baik, ditawarkan sekolah. Melalui kegiatan
memberikan pembelajaran emosional, eksrakurikuler, siswa terlibat secara
mengadakan kegiatan ekstrakurikuler mental, emosional dan fisik untuk
dan adanya hubungan guru-siswa yang berkontribusi aktif sebagai bentuk
baik pula. tanggung jawab atas kegiatan yang
Disiplin. Menurut Mulyasa (2005), diikutinya (Suryosubroto 2002).
guru sangat berperan dalam Hubungan Guru dengan Siswa.
menegakkan disiplin di sekolah. Disiplin Guru memberikan pengaruh kepada
dapat dipelajari siswa melalui perilaku siswanya dengan berinteraksi. Interaksi
guru yang disiplin, menerapkan yang baik akan membuat siswa merasa
disiplin pada siswanya, mengawasi senang dan terpacu untuk belajar dan
seluruh perilaku siswanya terutama mengejar prestasi.
pada jam-jam belajar efektif di sekolah. Pada penelitian ini, hubungan
Agar disiplin terinternalisasi dalam guru dengan siswa seperti halnya pada
diri para murid, guru harus memberikan hubungan orang tua anak dalam
ganjaran yang sifatnya positif bagi bentuk pengasuhan di rumah, dibagi
siswa yang mengikuti aturan dan dalam empat tipe hubungan emosional
memberikan hukuman bila siswa menurut Gottman dan DeClaire (2001),
melakukan pelanggaran. Hal tersebut yaitu: tipe guru yang mengabaikan
harus dilakukan guru tanpa pilih kasih. emosi, tidak menyetujui emosi, laisseiz-
Pembelajaran Emosional. Proses faire dan pelatih emosi. Tipe hubungan
belajar mengajar di sekolah ditujukan tersebut digunakan untuk mengetahui
kepada tiga ranah kemampuan, yaitu bagaimana perilaku guru terhadap
kognitif, afektif, dan psikomotorik. siswa baik di dalam kelas ketika
Pembelajaran emosional secara menyampaikan materi pelajaran
langsung maupun tak langsung dapat maupun di luar kelas.
diterima oleh peserta didik melalui tiga Peran Teman Sebaya. Parker dan
ranah di atas. Tujuan dari Gottman (1988) mengemukakan bahwa
pembelajaran tersebut adalah agar teman sebaya mempunyai sejumlah
siswa memiliki tanggapan positif peran dalam proses perkembangan
terhadap segala sesuatu yang sosial remaja (Santrock & Yussen

Volume I No. 1/Januari 2008 - 46


1989). Adapun peran-peran tersebut Termasuk pula perkembangan
adalah: 1) sebagai sahabat, 2) sumber kecerdasan emosional, dimana
dukungan semangat, 3) sumber kemampuan tersebut dipengaruhi oleh
dukungan fisik, 4) sumber dukungan lingkungan keluarga, sekolah dan
ego, 5) fungsi komparasi sosial, 6) teman sebaya.
fungsi kasih sayang Lingkungan keluarga merupakan
lingkungan pertama bagi anak untuk
KERANGKA PEMIKIRAN belajar kecerdasan emosional melalui
Anak yang berada pada usia pengasuhan. Banyak tipe pola
remaja mempunyai tugas pengasuhan yang diterapkan orangtua,
perkembangan yang harus dijalani. di antaranya pengasuhan emosional.

Karakteristik keluarga :
Besar keluarga
Karakteristik anak :
Jenis kelamin
Usia orang tua
Pendidikan orang tua Usia
Pekerjaan orang tua
Pendapatan keluarga

Tipe pengasuhan emosi :


Tipe mengabaikan emosi
Tipe tidak menyetujui emosi
Tipe laissez-faire
Tipe pelatih emosi

Peran teman sebaya :


Lingkungan sekolah : Fungsi persahabatan
Disiplin Dukungan semangat
Pembelajaran emosional Dukungan fisik
Kegiatan ekstrakurikuler Dukungan ego
Fungsi komparasi sosial
Hubungan guru dengan siswa Fungsi kasih sayang

Kecerdasan emosional :
Mengenal emosi
Mengelola emosi
Motivasi diri
Empati
Membina hubungan

Gambar1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Remaja

Dalam mengasuh anak, orangtua dalam mengasuh anak, yang


karakteristik keluarga dan anak juga pada akhirnya mempengaruhi suasana
berpengaruh terhadap tipe pengasuhan dalam keluarga itu sendiri. Selain itu,
orangtua. Karakteristik keluarga seperti orangtua perlu memperhatikan karakter
besar keluarga, usia, pendidikan, anak seperi jenis kelamin dan usia.
pekerjaan orangtua dan pendapatan Peran lingkungan sekolah dalam
keluarga mempengaruhi mood mendukung perkembangan kecerdasan

Volume I No. 1/Januari 2008 - 47


emosional dapat dilihat dari lingkungan Sejahtera sebagai SMA swasta tidak
sekolah yang mempunyai disiplin yang favorit. Dari masing-masing sekolah
baik, adanya pelajaran emosional, tersebut, diambil siswa kelas 3 dengan
menyediakan kegiatan ekstrakurikuler pertimbangan siswa telah lebih lama
dan guru sebagai tauladan dengan berinteraksi dengan lingkungan
menciptakan hubungan yang baik sekolahnya dan mempunyai teman
dengan siswa. Sedangkan teman lebih banyak.
sebaya sebagai aspek yang menunjang Pengambilan contoh dilakukan
perkembangan emosional remaja dapat secara purposif dari siswa jurusan IPA
dilihat dari peran teman sebaya dalam dan IPS sebanyak 25 orang dan
fungsi persahabatan, memberikan ibunya, sehingga total contoh
dukungan semangat, dukungan fisik, berjumlah 100 orang siswa dan 100
dukungan ego, fungsi komparasi sosial orang ibu. Kriteria pengambilan contoh
dan sebagai sumber kasih sayang. adalah siswa yang tinggal dengan
orangtua lengkap, orangtua kandung
METODE PENELITIAN dan berdomisili di Bogor.
Disain, Tempat dan Waktu Penelitian
Disain penelitian adalah cross- Jenis dan Cara Pengambilan Data
sectional. Penelitian dilakukan di Kota Data yang dikumpulkan terdiri dari
Bogor. Waktu penelitian berlangsung data primer dan data sekunder. Data
mulai bulan Februari sampai Desember primer sebagian diperoleh melalui
2004. Pengambilan data di lapang wawancara terstruktur kepada ibu
dilakukan pada bulan Juli sampai contoh. Data ini meliputi karakteristik
November 2004. keluarga (besar keluarga, usia
orangtua, pendidikan orangtua,
Cara Pengambilan Contoh pekerjaan orangtua, pendapatan
Populasi dalam penelitian ini keluarga) dan tipe pengasuhan
adalah remaja yang duduk di Sekolah emosional yang diterapkan orangtua
Menengah Atas (SMA) di kota Bogor. kepada anaknya. Sementara itu, data
Pengambilan contoh dilakukan secara primer lainnya yang meliputi lingkungan
purposif. Untuk mendapatkan contoh sekolah, teman sebaya dan
yang mewakili keragaman populasi, kecerdasan emosional, dikumpulkan
maka contoh diambil dari SMA favorit melalui pengisian kuesioner yang
dan bukan favorit dari SMA negeri dilakukan oleh contoh. Data sekunder
maupun swasta, masing-masing satu tentang keadaan umum sekolah
sekolah. Penilaian SMA favorit dan didapat dari arsip/catatan sekolah.
bukan favorit berdasarkan nilai rata- Alat ukur yang digunakan adalah
rata Ujian Akhir Nasional (UAN) yang kuesioner yang telah divalidasi dengan
dicapai, fasilitas yang tersedia di berpedoman pada teori dan
sekolah dan banyaknya jumlah siswa memodifikasi dari alat ukur yang telah
yang diterima di perguruan tinggi ada. Kuesioner ini juga telah diuji
negeri. Informasi tersebut didapat dari reliabilitasnya.
Dinas Pendidikan dan Pengajar-an
(Dinas P dan P) Kota Bogor. Pengolahan dan Analisis Data
Pemilihan SMA sebagai contoh Data yang diperoleh dianalisis
dilakukan secara acak. Dari hasil secara statistik deskriptif dan
pengacakan, diperoleh SMA Negeri 1 inferensial. Mengingat jumlah
sebagai contoh dari SMA negeri favorit pertanyaan untuk setiap variabel yang
dan SMA Yayasan Persatuan Haji diteliti tidak sama, dan untuk
Bogor (YPHB) sebagai contoh dari memperoleh pengertian yang sama
SMA swasta favorit. Sedangkan SMA terhadap nilai skor suatu variabel maka
Negeri 10 sebagai contoh dari SMA standarisasi dilakukan. Variabel tipe
negeri tidak favorit dan SMA Bina pengasuhan emosional yang

Volume I No. 1/Januari 2008 - 48


diterapkan orangtua terdiri dari empat sebaya terhadap kecerdasan
tipe yaitu mengabaikan emosi, tidak emosional.
menyetujui emosi, laissez-faire dan
pelatih emosi secara berurutan diberi HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai bobot 1 sampai 4. Variabel Karakteristik Contoh dan Keluarga
lingkungan sekolah meliputi disiplin, Contoh
pembelajaran emosional, kegiatan Contoh terdiri dari anak laki-laki
ekstrakurikuler dan hubungan guru- (45%) dan anak perempuan (55%).
siswa. Setelah diskoring, masing- Usia contoh berkisar antara 16-19
masing variabel ini dikategorikan tahun. Persentase terbesar usia contoh
menjadi baik, sedang dan kurang. berusia 17 tahun (69%), diikuti usia 18
Hubungan guru-siswa dikategorikan tahun (19%), usia 16 tahun (11%) dan
menjadi empat, yaitu mengabaikan seorang berusia 19 tahun. Rata-rata
emosi, tidak menyetujui emosi, laissez- usia contoh 17.10 SD 0.58.
faire, pelatih emosi dengan bobot Dari hasil penelitian diketahui besar
secara berurut 1-4. Peran teman keluarga berkisar antara 3-10 orang,
sebaya yang diukur berdasarkan enam dengan rata-rata 5.53 1.43.
aspek, yaitu fungsi persahabatan, Berdasarkan kriteria BKKBN, keluarga
dukungan semangat, dukungan fisik, contoh terdiri dari keluarga kecil (<4
dukungan ego, fungsi komparasi sosial orang) sebanyak 24%, keluarga
dan sumber kasih sayang sedang (5-6 orang) sebanyak 58% dan
masing0masing diskoring kemudian keluarga besar (>7 orang) sebanyak
dikategorikan menjadi baik, sedang, 18%.
kurang. Demikian pula untuk hasil total Orangtua contoh mayoritas
skor teman sebaya. Kecerdasan berumur antara 40-50 tahun. Usia ibu
emosional diukur berdasarkan lima contoh berkisar antara 36-58 tahun
aspek : mengenal emosi, mengelola dengan rata-rata 44.78 4.90 dan usia
emosi, motivasi diri, empati dan ayah berkisar 40-60 tahun, dengan
membina hubungan. Setelah diskoring, rata-rata 48.53 4.50.
masing-masing variabel dikategori kan Dalam hal pendidikan, proporsi
menjadi baik, sedang dan kurang. terbanyak orangtua contoh (ibu-ayah)
Kategori baik diperoleh dari total skor di berpendidikan menengah. Proporsi
atas 80% dari skor maksimum, kategori ayah yang berpendidikan SLTA dan PT
sedang 70-80 persen dan kurang di lebih banyak (48% dan 29%) daripada
bawah 70%. ibu (41% dan 23%). Sebaliknya,
Uji Spearman digunakan untuk proporsi ibu yang berpendidikan
melihat hubungan antara karakteristik rendah, lebih tinggi (36%) dibandingkan
keluarga dengan karakteristik remaja, ayah (23%).
hubungan antara lingkungan sekolah Jumlah terbanyak ayah contoh
dengan peran teman sebaya. Uji Chi- bekerja sebagai karyawan swasta
square digunakan untuk menganalisis diikuti oleh pegawai negeri sipil (PNS),
jenis kelamin anak dan pekerjaan wiraswasta dan buruh. Mengenai jenis
orangtua dengan tipe pengasuhan pekerjaan ibu, sebagian besar (71%)
emosional. Uji regresi linier berganda ibu contoh tidak bekerja dan sebanyak
digunakan untuk menganalisis 29% ibu yang bekerja.
pengaruh latar belakang keluarga Pendapatan keluarga contoh per
terhadap tipe pengasuhan emosional. bulan berkisar antara kurang dari
Uji korelasi berganda juga digunakan Rp 300,000.00 sampai di atas
untuk menganalisis pengaruh 1,000,000.00, dengan proporsi terbesar
karakteristik keluarga, karakteristik (57%) berpendapatan di atas
anak, tipe pengasuhan emosional, Rp 1,000,000.00 dan hanya 12%
lingkungan sekolah, peran teman berpendapatan kurang dari
Rp 300,000.00. Dikaitkan dengan latar

Volume I No. 1/Januari 2008 - 49


belakang pendidikan ayah contoh semakin tinggi pendapatan keluarga
ternyata terdapat kecenderungan (Tabel 1).
semakin tinggi pendidikan ayah

Tabel 1. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga dan pendidikan ayah


Pendidikan ayah
Pendapatan keluarga
Rendah Menengah Tinggi Jumlah
(Rp)
n % n % n % n %
< 300,000.00 8 34.9 4 8.3 0 0.0 12 12.0
>300,000.00-500,000.00 9 39.1 6 12.5 0 0.0 15 15.0
>500,000.00-1,000,000.00 5 21.7 11 22.9 0 0.0 16 16.0
>1,000,000.00 1 4.3 27 56.3 29 100.0 57 57.0
Jumlah 23 100.0 48 100.0 29 100.0 100 100.0

Tipe Pengasuhan Emosional menyatakan baik dan sisanya (3%)


Dari hasil penelitian ditemukan menyatakan kurang. Hal ini
enam tipe pengasuhan. Persentase memberikan gambaran masih
terbesar orangtua menerapkan tipe diperlukan penegakan disiplin
pengasuhan pelatih emosi (36.0%), dilaksanakan di sekolah-sekolah me-
diikuti oleh tipe laissez-faire (30.0%). nengah atas di Kota Bogor.
Orangtua yang menerapkan tipe Hasil penilaian tentang
pengasuhan tidak menyetujui emosi pembelajaran emosional, diketahui
sebanyak 20.0% dan yang contoh yang berpendapat telah
mengabaikan emosi sebanyak 8.0%. menerima pelajaran emosional
Hasil penelitian juga menunjukkan sebanyak 81 orang. Pembelajaran
terdapat dua kombinasi tipe emo-sional yang berlangsung termasuk
pengasuhan, yaitu kombinasi kategori baik (61.0%).
pengasuhan mengabaikan dan tidak Hasil analisis tentang kegiatan
menerima emosi (3%) dan kombinasi ekstrakurikuler di sekolah menunjuk-
laissez-faire dan pelatih emosi (3%). kan bahwa keempat sekolah dalam
penelitian ini telah mengadakan
Lingkungan Sekolah kegiatan-kegiatan tersebut, kecuali
Dari hasil penelitian didapat SMA Bina Sejahtera. Secara lengkap
mayoritas contoh (53%) berpendapat data tentang kategori disiplin,
disiplin di sekolahnya termasuk pembelajaran emosional dan kegiatan
kategori sedang, 44 persen contoh ekstrakurikuler disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran Contoh berdasarkan Pendapatnya tentang Disiplin, Pembelajaran


Emosional dan Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah
Kategori
Lingkungan Jumlah
Baik Sedang Kurang
sekolah
n % n % n % n %
Sikap disiplin 44 44.0 53 53.0 3 3.0 100 100.0
Pembelajaran
50 61.0 17 20.9 14 17.3 81 100.0
emosi
Kegiatan
61 96.8 2 3.2 1 1.6 63 100.0
ekstrakurikuler

Terkait hubungan antara guru (mengabaikan emosi 30% dan tidak


dengan siswa, hasil analisis menyetujui emosi 15%). Guru yang
menunjukkan proporsi guru yang belum menerapkan hubungan laissez-faire
menerapkan hubungan emosional yang sekitar 32 % dan yang benar-benar
baik terhadap muridnya masih 45% pelatih emosi hanya sebanyak 12%.
Volume I No. 1/Januari 2008 - 50
Selain itu dijumpai sebanyak 11% guru semua aspek peran teman sebaya.
yang mengkombinasikan beberapa tipe Walaupun masih ada sebagian kecil
hubungan di atas. Proporsi guru yang contoh yang termasuk dalam kategori
belum menerapkan pengasuhan kurang dari aspek persahabatan,
emosional yang baik cukup besar dukungan semangat, dukungan fisik
(45%) kemungkinan dapat memberikan dan dukungan ego, tetapi secara
dampak negatif pada perilaku siswa keseluruhan peran teman sebaya tidak
terutama pada kecerdasan emosinya. ada yang termasuk kategori kurang.
Untuk itu perlu ada upaya-upaya untuk Dalam pembinaan remaja maka
meningkatkan kemampuan guru agar keberadaan teman sebayanya (peer-
menjadi pelatih emosi yang baik. group) perlu mendapat perhatian,
mengingat pentingnya teman sebaya
Peran Teman Sebaya bagi para remaja. Secara rinci me-
Hasil analisis menunjukkan bahwa ngenai peran teman sebaya tertera
hampir sebagian besar contoh pada Tabel 3.
termasuk dalam kategori baik dari

Tabel 3. Sebaran Contoh berdasarkan Kategori Aspek Peran Teman Sebaya


Kategori Jumlah
Peran teman sebaya
Baik (%) Sedang (%) Kurang (%) (%)
Persahabatan 90 8 2 100
Dukungan semangat 69 27 4 100
Dukungan fisik 77 22 1 100
Dukungan ego 81 16 3 100
Fungsi Komparasi sosial 73 27 0 100
Sumber kasih sayang 79 21 0 100
Total skor peran teman sebaya 75 25 0 100
Catatan : Berdasarkan total skor peran teman sebaya (57-88)

Kecerdasan Emosional mampu memotivasi diri. Dalam hal ini,


Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa contoh masih dalam tahap belajar,
contoh yang mempunyai kecerdasan mengingat mereka masih berada dalam
emosional baik baru mencapai 2/3 dari masa peralihan dari masa anak-anak
seluruh contoh. Porsi terkecil dari menuju dewasa.
katagori yang baik ini adalah dari aspek Mengenai aspek empati dan
mengenal dan mengelola emosi. Hal ini membina hubungan, masing masing
berkaitan dengan tugas perkembangan 83% dan 92% contoh dikategorikan
remaja yang kompleks, seperti adanya baik. Hal ini berkaitan dengan peran
perubahan fisik dan lingkup sosial, teman sebaya sangat erat sekali dalam
yang memberikan pengaruh kepada kehidupan sosial remaja, di mana
ketidakstabilan emosi mereka. remaja ingin diterima oleh kelompok
Dari aspek motivasi diri, dapat teman sebayanya dan menjunjung
disimpulkan lebih dari setengah jumlah tinggi rasa setia kawan.
contoh (55%) termasuk kategori

Tabel 4. Sebaran Contoh berdasarkan Kategori Kecerdasan Emosional


Kategori Jumlah
Kecerdasan emosional
Baik (%) Sedang (%) Kurang (%) (%)
Rata-rata skor kecerdasan emosional 58 40 2 100
Mengenal emosi 34 64 2 100
Mengelola emosi 26 67 7 100
Motivasi diri 55 43 2 100
Empati 83 17 0 100
Membina hubungan 92 8 0 100

Volume I No. 1/Januari 2008 - 51


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tipe Tipe pengasuhan pelatih emosi
Pengasuhan Emosional berpengaruh positif nyata terhadap
Hasil uji regresi berganda diketahui kecerdasan emosional remaja
bahwa adanya pengaruh pendidikan (p=0.024), hal ini berarti bahwa orang
ayah dan usia ibu terhadap tipe tua yang menerapkan tipe pengasuhan
pengasuhan emosional, dengan nilai R2 pelatih emosi, akan mempunyai anak
0.131. Artinya, mampu menjelaskan remaja yang cerdas secara emosional.
sebanyak 13.1% tipe pengasuhan Menurut Gottman dan DeClaire (2001),
emosional dipengaruhi oleh faktor- praktek tipe pengasuhan pelatih emosi
faktor tersebut dan sebanyak 86.9% mempunyai langkah-langkah yang
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak mendukung berkembangnya kecer
teramati dari penelitian ini. dasan emosional anak dengan baik.
Pendidikan ayah berpengaruh Kecerdasan emosional
positif nyata terhadap tipe pengasuhan dipengaruhi pula oleh disiplin di
emosional (p=0.021). Hal ini berarti sekolah (p=0.05). Hal ini berarti
pendidikan ayah mempengaruhi tipe semakin baik disiplin di lingkungan
pengasuhan emosional. Pendidikan sekolahnya, maka semakin baik pula
ayah yang semakin tinggi telah tingkat kecerdasan emosional peserta
memungkinkan mereka memiliki didiknya. Menurut Gunarsa dan
pengetahuan dan sikap yang baik Gunarsa (2001) sekolah yang memiliki
tentang pengasuhan yang akan disiplin yang baik, mengkondisikan
diterapkan dalam keluarganya. siswanya untuk mempunyai sikap
Usia ibu berpengaruh negatif nyata disiplin positif. Remaja yang disiplin
terhadap tipe pengasuhan emosional mencerminkan perilaku yang
(p=0.043). Artinya semakin muda usia mempunyai kecerdasan emosional
ibu maka tipe pengasuhan emosional yang baik.
menjadi semakin baik. Hal ini diduga Pembelajaran emosional
karena ibu yang berusia muda, berpengaruh positif nyata terhadap
sehingga hubungan orangtua dengan kecerdasan emosional (p=0.049).
anak remajanya lebih dekat. Artinya, sekolah yang memberikan
Sebaliknya, jarak usia ibu dengan pembelajaran tentang emosi yang baik
anaknya yang terlalu jauh berpeluang akan menghasilkan siswa yang
menimbulkan masalah. Menurut Turner mempunyai kecerdasan emosional
dan Helms (1991) perbedaan usia yang baik pula. Perlu ditekankan
antara orangtua dengan anak remaja bahwa pembelajaran emosional tidak
(generation gap) akan berdampak hanya dari sisi kognitif (hafalan, teori,
adanya perbedaan nilai, perilaku dan ritual agama) saja, melainkan afektif
kebiasaan antara kedua generasi (feeling, pemahaman, cara berpikir)
tersebut yang dapat menimbulkan dan psikomotorik (action, perilaku).
konflik keluarga. Dengan pembelajaran yang menyentuh
ranah koginitif, afektif dan psikomotorik,
Faktor yang Mempengaruhi dan didukung oleh guru yang
Kecerdasan Emosional mempunyai kecerdasan emosional
Hasil uji statistik memperlihatkan yang baik, siswa dapat belajar
bahwa tipe pengasuhan pelatih emosi, mengembangkan kecerdasan
disiplin, pembelajaran emosional di emosionalnya di lingkungan sekolah.
sekolah, dan fungsi komparasi sosial Fungsi komparasi sosial dengan
berpengaruh nyata terhadap teman sebaya berpengaruh positif
kecerdasan emosional remaja. Nilai R2 sangat nyata terhadap kecerdasan
dari hasil analisis tersebut adalah emosional (p=0.018). Artinya pengaruh
0.355, artinya 35.5% kecerdasan teman sebaya sangat kuat pada masa
emosional remaja dipengaruhi oleh remaja, maka teman sebaya yang
faktor tersebut. mempunyai kecerdasan emosional

Volume I No. 1/Januari 2008 - 52


yang baik, menjadi model dan sumber Fakhruddin, M. 1999. Tawuran Pelajar:
informasi yang baik pula bagi remaja. Siapa yang Bertanggung Jawab,
www.kontan-online.com. (29 Februari
SIMPULAN DAN SARAN 2004).
Goleman, D. 2003. Kecerdasan Emosional.
Mengingat hasil penelitian telah Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
mengungkapkan bahwa faktor-faktor Gottman, J., DeClaire, J. 2001. Kiat-kiat
yang berpengaruh terhadap Membesarkan Anak yang Memiliki
kecerdasan emosional adalah tipe Kecerdasan Emosional. Jakarta:
pengasuhan pelatih emosi, lingkungan Gramedia Pustaka Utama.
sekolah yang menerapkan disiplin, Gunarsa, S., Gunarsa, Y.S. 2001. Psikologi
adanya pembelajaran emosional di Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.
sekolah, dan fungsi komparasi sosial Jakarta: BPK Gunung Mulia.
dari teman sebaya, maka disarankan Hasselt, V.B., Hersen, M. 1987. Handbook
of Adolescent Psychology. UK:
kepada: Pergamon Press.
1. Orangtua untuk menerapkan Khairuddin. 1997. Sosiologi Keluarga.
pengasuhan pelatih emosi. Di Yogyakarta: Liberty.
samping itu, orangtua hendaknya Klinikpria. 2004. Penyalahgunaan Naza.
memantau pergaulan anaknya agar www.klinikpria.com [29 Februari
anak selektif dalam memilih teman. 2004].
Hal ini berkaitan dengan faktor Megawangi, R. 2002. Membiarkan Berbeda.
teman sebaya sebagai sumber Jakarta: Kronik Indonesia Baru.
informasi dalam berperilaku. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Rosda.
2. Pihak sekolah sebagai lingkungan Santrock, J.W., Yussen, S.R. 1988. Child
kedua, perlu menciptakan Development. Iowa: Wm. C Brown
lingkungan sekolah dengan disiplin Publisher.
yang baik. Sekolah juga Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Remaja.
hendaknya menyisipkan materi Jakarta: Raja Grafindo Persada.
pembelajaran emosional lebih Suryosubroto. 2002. Proses Belajar
banyak lagi dalam materi pelajaran Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
dan perilaku yang ditunjukkan oleh Cipta.
guru. Guru juga hendaknya lebih Sutisna, O. 1993. Administrasi Pendidikan.
Bandung: Angkasa.
menerapkan tipe hubungan guru Turner JS, Helm DB. 1991. Lifespand
pelatih emosi. Development. Florida USA: Holt,
3. Anak-anak remaja untuk bergaul Rineart and Winstons Inc.
dengan anak sebaya lain yang UNDP. 2005. Human Development Index.
memiliki kecerdasan emosional www.undp/hdi.com [14 Agustus 2005].
yang baik Widanti, S. 2004. Pengaruh interaksi
keluarga dan tekanan ekonomi
DAFTAR PUSTAKA terhadap kenakalan remaja di SMK-TI
Ali, M., Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Jurusan
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Bumi Aksara. Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Conger, D., Elder, G.H.Jr. 1994. Families in Pertanian Bogor.
Troubled Times. New York: Aldine De
Gruyter.

1
Alumni Program Studi Magister Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, IPB
2
Staf Pengajar Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA IPB
3
Staf Pengajar Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA IPB

Volume I No. 1/Januari 2008 - 53

Anda mungkin juga menyukai