3.1. Definisi
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red
cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah
yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count).1
3.2. Etiologi
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena:
1 Tidak anemia : 11 gr %
b Anemia sideroblastik
a Anemia aplastik
b Anemia mieloptisik
d Anemia diseritropoietik
C Anemia hemolitik
c Lain-lain
b Thalasemia major
d Anemia sideroblastik
b Anemia aplastik
a Bentuk megaloblastik
1 Anemia defisiensi asam folat
b Bentuk non-megaloblastik
Klasifikasi lain untuk anemia dapat dibuat berdasarkan gambaran morfologik dengan
melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi. Dalam klasifikasi ini anemia menjadi 3
golongan:
3.5.1 Definisi
Anemia sering dijumpai pada pasien dengan infeksi atau inflamasi kronis maupun
keganasan. Anemia ini umumnya ringan atau sedang, disertai oleh rasa lemah dan penurunan
berat badan dan disebut anemia pada penyakit kronis. Anemia ini sangat mirip dengan anemia
defisiensi besi tetapi pada anemia ini terjadi sekuestrasi besi di dalam sistem RES karena
inflamasi. Pada anemia jenis ini, terjadi sekuestrasi besi di dalam makrofag. Sekuestrasi ini
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme dependen besi atau untuk
memperkuat aspek imunitas pejamu. Anemia ini ditandai dengan kadar besi serum yang rendah,
kadar transferin yang rendah atau normal, dan kadar feritin yang normal atau tinggi. Disamping
itu, kadar hemoglobin berkisar antara 7-12 g/dL. Anemia jenis ini paling sering ditemukan pada
pasien lupus eritematosus. Kini, anemia pada penyakit kronik disebut pula anemia inflamasi
(AI).12
Karena anemia yang terjadi umumnya derajat ringan dan sedang, sering kali gejalanya
tertutup oleh gejala penyakit dasarnya, karena kadar Hb sekitar 7-11 g/dL umumnya
asimtomatik. Meskipun demikian apabila demam atau debilitas fisik meningkat, pengurangan
kapasitas transpor O2 jaringan akan memperjelas gejala anemianya atau memperberat keluhan
sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik umumnya hanya dijumpai konjungtiva yang pucat tanpa
kelainan yang khas dari anemia jenis ini dan diagnosis biasanya tergantung dari hasil
pemeriksaan laboratorium.12
Tabel 5. Perbedaan parameter Fe pada orang normal, anemia defisiensi Fe, dan anemia pada
penyakit kronis12
Normal Anemia Anemia
defisiensi besi penyakit kronis
Fe plasma 70-90 30 30
(mg/dL)
TIBC 250-400 >450 <200
Persen saturasi 30 7 15
Kandungan Fe di ++ - +++
makrofag
Feritin serum 20-200 10 150
Reseptor 8-28 >28 8-28
transferin serum
3.5.5 Diagnosa
Banyak pasien dengan infeksi kronik, inflamasi, dan keganasan mengalami anemia, tetapi
anemia yang terjadi pada pasien tersebut dapat disebut sebagai anemia pada penyakit kronis jika
memenuhi ciri- ciri sebagai berikut: anemia sedang, selularitas sumsum tulang normal, kadar Fe
serum dan TIBC rendah, kadar Fe dalam makrofag yang terdapat dalam sumsum tulang normal
atau meningkat, serta feritin serum yang meningkat. 12
3.5.6. Diagnosa Banding
Diagnosa banding anemia pada penyakit kronis:
1 Anemia dilusional, pada keganasan stadium lanjut
2 Drug- induced marrow supression atau drug induced hemolisis. Pada penekanan
sumsum tulang akibat obat, kada besi serum tinggi. Pemeriksaan hitung
retikulosit, bilirubin LDH dan ts Coombs harus dilakukan untuk menyingkirkan
hemolisis
3 Perdarahan kronis
4 Thalasemia minor
5 Gangguan ginjal. Eritrosit memendek dan kegagalan relatif sumsum tulang 12
3.5.7. Penatalaksanaan
Terapi utama pada anemia penyakit kronis adalah mengobati penyakit dasarnya. Terdapat
beberapa pilihan dalam mengobati anemia jenis ini, antara lain:
a Transfusi
Merupakan pilihan pada kasus-kasus yang disertai gangguan hemodinamik. Tidak ada batasan
yang pasti pada kadar hemoglobin berapa kita harus memberi transfusi. Beberapa literatur
disebutkan bahwa pasien anemia penyakit kronik yang terkena infark miokard, transfusi dapat
menurunkan angka kematian secara bermakna. Demikian juga pada pasien anemia akibat kanker,
sebaiknya kadar Hb dipertahankan 10-11 g/dL.
b Preparat Besi
Pemberian preparat besi pada anemia penyakit kronik masih terus dalam perdebatan. Sebagian
pakar masih memberikan preparat besi dengan alasan besi dapat mencegah pembentukan TNF-.
Alasan lain, pada penyakit inflamasi usus dan gagal ginjal, preparat besi terbukti dapat
meningkatkan kadar hemoglobin. Terlepas dari adanya pro dan kontra, sampai saat ini pemberian
preparat besi masih belum direkomendasikan untuk diberikan pada anemia pada penyakit kronis.
c Eritropoietin
Data penelitan menunjukkan bahwa pemberian eritropoietin bermanfaat dan sudah
disepakati untuk diberikan pada pasien anemia akibat kanker, gagal ginjal, mieloma multipel,
artritis reumatoid dan pasien HIV. Selain dapat menghindari transfusi beserta efek sampingnya,
pemberian eritropoietin mempunyai beberapa keuntungan, yakni mempunyai efek anti inflamasi
dengan cara menekan produksi TNF- dan IFN-. Dilain pihak, pemberian eritropoietin akan
menambah proliferasi sel-sel kanker ginjal serta meningkatkan rekurensi pada kanker kepala dan
leher.
Saat ini terdapat 3 jenis eritropoietin, yakni eritropoietin alfa, beta dan darbopoietin.
Masing-masing berbeda struktur kimiawi, afinitas terhadap reseptor dan waktu paruhnya
sehingga memungkinkan kita memilih mana yang lebih tepat untuk suatu kasus.12