Anda di halaman 1dari 7

Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau
menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau
kontak lewat kulit

Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar
keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung
mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga
zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek
kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati
urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat

Racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau
mahluk hidup lainnya. Keracunan adalah salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat
baik di Negara maju maupun negara berkembang. Angka yang pasti dari kejadian keracunan di
Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun banyak dilaporkan kejadian keracunan di
beberapa rumah sakit, tetapi angka tersebut tidak menggambarkan kejadian yang sebenarnya di
masyarakat. Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak terjadi di
Indonesia adalah akibat paparan pestisida, obat obatan, hidrokarbon, bahan kimia korosif,
alkohol dan beberapa racun alamiah termasuk bisa ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan
beberapa tanaman beracun lainnya. Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh
racun. Bahan racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi
dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.

Bahan-Bahan Kimia Umum Yang Sering Menimbulkan Racun


Bahan kimia umum yang sering menimbulkan keracunan adalah sebagai-berikut :
1. Golongan pestida, yaitu organo klorin, organo fosfat, karbamat, arsenik.
2. Golongan gas, yaitu Nitrogen (N2), Metana (CH4), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen
Sianida (HCN), Hidrogen Sulfida (H2S), Nikel Karbonil (Ni(CO)4), Sulfur Dioksida (SO2),
Klor (Cl2), Nitrogen Oksida (N2O; NO; NO2), Fosgen (COCl2), Arsin (AsH3), Stibin (SbH3).
3. Golongan metalloid/logam, yaitu timbal (Pb), Posfor (P), air raksa (Hg), Arsen (As),

Krom (Cr), Kadmium (Cd), nikel (Ni), Platina (Pt), Seng (Zn).
4. Golongan bahan organic, yaitu Akrilamida, Anilin, Benzena, Toluene, Xilena, Vinil

Klorida, Karbon Disulfida, Metil Alkohol, Fenol, Stirena, dan masih banyak bahan kimia
beracun lain yang dapat meracuni setiap saat, khususnya masyarakat pekerja industri.

Tingkat Efek Racun Terhadap Tubuh

Pengaruh efek racun terhadap badan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Sifat fisik bahan kimia, yang dapat berwujud gas, uap (gas dari bentuk padat/cair), debu
(partikel padat), kabut (cairan halus di udara), fume (kondensasi partikel padat), awan
(partikel cair kondensasi dari fase gas), asap (partikel zat karbon).

2. Dosis beracun: jumlah/konsentrasi racun yang masuk dalam badan.

3. Lamanya pemaparan.

4. Sifat kimia zat racun: jenis persenyawaan; kelarutan dalam jaringan tubuh, jenis pelarut.

5. Rute (jalan masuk ke badan), yang bisa melalui pernapasan, pencernaan, kulit serta
selaput lendir.

6. Faktor-faktor pekerja, seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan tubuh, daya
tahan/toleransi, habituasi/kebiasaan, nutrisi, tingkat kelemahan tubuh, factor generik.

Proses Fisiologi
Bahan kimia yang masuk ke badan dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan atau keracunan, bahkan dapat menimbulkan
kematian.
Penyebaran racun ke dalam tubuh :
Racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, misal pada jalan pencernaan,
pernapasan atau mata. Kemudian melalui peredaran darah akhirnya dapat masuk ke organ-organ
tubuh secara sistematik. Organ-organ tubuh yang biasanya terkena racun adalah paru-paru, hati
(hepar), susunan saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), sumsum tulang, ginjal, kulit,
susunan saraf tepi, dan darah. Efek racun pada tubuh juga akan memberikan efek local seperti
iritasi, reaksi alergi, dermatitis, ulkus, jerawat, dan gejala lain. Gejala-gejala keracunan
sistematik juga tergantung pada organ tubuh yang terkena.

Fungsi detoksikasi hati (hepar):


Racun yang masuk ke tubuh akan mengalami proses detoksikasi (dinetralisasi) didalam hati oleh
fungsi hati (hepar). Senyawa racun ini akan diubah menjadi senyawa lain yang sifatnya tidak lagi
beracun terhadap tubuh. Jika jumlah racun yang masuk kedalam tubuh relatif kecil/sedikit dan
fungsi detoksikasi hati (hepar) baik, dalam tubuh kita tidak akan terjadi gejala keracunan. Namun
apabila racun yang masuk jumlahnya besar, fungsi detoksikasi hati (hepar) akan mengalami
kerusakan.

Gejala-gejala Keracunan
Gejala nonspesifik: Pusing, mual, muntah, gemetar, lemah badan, pandangan berkunang-
kunang, sukar tidur, nafsu makan berkurang, sukar konsentrasi, dan sebagainya.
Gejala spesifik: Sesak nafas, muntah, sakit perut, diare, kejang-kejang, kram perut, gangguan
mental, kelumpuhan, gangguan penglihatan, air liur berlebihan, nyeri otot, koma, pingsan, dan
sebagainya.

Usaha-usaha Pencegahan
Usaha-usaha pencegahan secara preventif perlu dilakukan dalam setiap industri yang
memproduksi maupun menggunakan baik bahan baku maupun bahan penolong yang bersifat
racun agar tidak kerugian ataupun keracunan yang setiap waktu dapat terjadi di lingkungan
pekerja yang menangani bahan kimia beracun. Pencegahan secara preventif tersebut adalah
sebagai-berikut:
Management program pengendalian sumber bahaya, yang berupa perencanaan,
organisasi, kontrol, peralatan, dan sebagainya.

Penggunaan alat pelindung diri (masker, kaca mata, pakaiannya khusus, krim kulit,
sepatu, dsb)

Ventilasi yang baik.

Maintenance, yaitu pemeliharaan yang baik dalam proses produksi, kontrol, dan
sebagainya.

Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya.

Penyempurnaan produksi: Mengeliminasi sumber bahaya dalam proses produksi, dan


mendesain produksi berdasarkan keselamatan dan kesehatan kerja.

Pengendalian/peniadaan debu, dengan memasang dust collector di setiap tahap produksi


yang menghasilkan debu.

Isolasi, yaitu proses kerja yang berbahaya disendirikan.

Operasional praktis: Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja, serta analisis keselamatan
dan kesehatan kerja.

Kontrol administrasi, berupa administrasi kerja yang sehat, pengurangan jam pemaparan.

Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan, job training masalah penanganan bahan kimia
beracun.

Monitoring lingkungan kerja, yaitu melakukan surplus dan analisis.

Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus, dan screening, serta monitoring biologis
(darah, tinja, urine, dan sebagainya).
House keeping, yaitu kerumahtanggaan yang baik, kebersihan, kerapian, pengontrolan.

Sanitasi, yakni dalam hal hygiene perorangan, kamar mandi, pakaian, fasilitas kesehatan,
desinfektan, dan sebagainya.

Eliminasi, pemindahan sumber bahaya.

Enclosing, menangani sumber bahaya.

Dalam hal ini sangat diperlukan pembekalan pengetahuan dalam pengelolaan bahan kimia
beracun dari segi pengamanan, pengelolaan, penanggulangan kebakaran dan pertolongan
pertama dalam kecelakaan.

Factor Yang Menentukan Tingkat Keracunan


Sifat Fisik bahan kimia
Bentuk yang lebih berbahaya bila dalam bentuk cair atau gas yang mudah terinhalasi dan
bentuk partikel bila terhisap, makin kecil partikel makin terdeposit dalam paru-paru
Dosis (konsentrasi)

Semakin besar jumlah bahan kimia yang masuk dalam tubuh makin besar efek bahan racunnya.
E=TxC
E = efek akhir yang terjadi (diturunkan seminimal dengan NAB)
T = time
C = concentration
Pajanan bisa akut dan kronis
Lamanya pemajanan

- gejala yang ditimbulkan bisa akut, sub akut dan kronis


Interaksi bahan kimia

- Aditif :
efek yang timbul merupakan penjumlahan kedua bahan kimia ex. Organophosphat
dengan enzim cholinesterase.
- Sinergistik :
efek yang terjadi lebih berat dari penjumlahan jika diberikan sendiri2 ex. Pajanan asbes
denganmerokok.
- Antagonistik : bila efek menjadi lebihringan
Distribusi

Bahan kimia diserap dalam tubuh kemudian didistribusikan melalui aliran darah
sehingga terjadi akumulasi sampai reaksi tubuh.
Pengeluaran Ginjal merupakan organ pengeluaran sangat penting, selain empedu, hati dan

paru-paru
Faktor tuan rumah (host)
- Faktor genetic
- Jenis kelamin : pria peka terhadap bahan kimia pada ginjal, wanita pada hati
- Factor umur
- Status kesehatan
- Hygiene perorangan dan perilaku hidup
Dan adapun factor Pengaruh efek racun terhadap badan yaitu:
Sifat fisik bahan kimia, yang dapat berwujud gas, uap (gas dari bentuk padat/cair), debu

(partikel padat), kabut (cairan halus di udara), fume (kondensasi partikel padat), awan (partikel
cair kondensasi dari fase gas), asap (partikel zat karbon).
Dosis beracun: jumlah/konsentrasi racun yang masuk dalam badan.
Lamanya pemaparan.
Sifat kimia zat racun: jenis persenyawaan; kelarutan dalam jaringan tubuh, jenis pelarut.
Rute (jalan masuk ke badan), yang bisa melalui pernapasan, pencernaan, kulit

serta selaput lendir.


Faktor-faktor pekerja, seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan tubuh, daya

tahan/toleransi, habituasi/kebiasaan, nutrisi, tingkat kelemahan tubuh, factor generik.

Anda mungkin juga menyukai