Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PERILAKU MEROKOK, STUDY KASUS DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS ASERA KABUPATEN KONAWE UTARA

ANALYSIS OF SMOKING BEHAVIOR, STUDY OF CASES IN THE REGION OF THE


ASERA HEALTH CENTER KONAWE UTARA

SULHAYATI
Sulhayati1199@gmail.com 0853 4269 1491

ABSTRAK
Berdasarkan data Puskesmas Asera masih tingginya angka perokok masih menjadi masalah
yang ada di wilayah tersebut. Untuk tahun 2015 tercatat 723 perokok, dan pada tahun 2016 meningkat
menjadi 941 perokok. Tujuan penelitian ini untuk menggali sejauh mana sikap, norma sosial dan niat
perilaku masyarakat lewat theory of reasoned action terhadap perilaku merokok.
Penelitian ini merupakan penelitain kualitatif dengan pendekatan theory of reasoned action,
sampel pada penelitian ini adalah sebagian warga yang berada diwilayah kerja Puskesmas Asera
Kabupaten Konawe Utara dengan jumlah sampel sebanyak 5 orang.
Hasil penelitian menunjukkan untuk sikap (attitude) terdapat responden yang merokok untuk
mengisi waktu kosong, mencoba dan akhirnya menjadi ketergantungan. Untuk norma sosial (social
normative) terdapat responden yang merokok dimulai dari lingkungan, dan awal mulanya merokok
karena terpengaruh pergaulan teman, serta untuk niat perilaku (behavior intention) terdapat responden
yang ingin berhenti merokok, tetapi karena pergaulan sehingga kembali merokok lagi.
Kesimpulan penelitian adalah mengisi waktu kosong, ketergantungan dan mencoba
merupakan sikap (attitude), lingkungan dan pergaulan norma sosial (social normative) terhadap
perilaku merokok serta keinginan untuk berhenti merokok merupakan niat perilaku (behavior
intention) terhadap perilaku merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Asera Kabupaten Konawe Utara.
Untuk itu diharapkan upaya preventif maupun kuratif sebaiknya tidak menggunakan pendekatan
kognitif seperti pemberian informasi bahaya-bahaya atau dampak negative, karena merokok lebih
didasarkan atas pertimbangan emosional.

Kata Kunci :Perilaku, Merokok

ABSTRAK
Based on data from Health Center Continent still high number of smokers is still a problem in
the region. For 2015 recorded 723 smokers, and in 2016 increased to 941 smokers. The purpose of
this study to explore the extent to which attitudes, social norms and behavioral intentions community
through the theory of reasoned action against smoking behavior.
This study is a qualitative approach research theory of reasoned action, the sample in this
study are some people who are in the territory Health Center Continent Konawe Utara with a total
sample of 5 people.
The results showed for the attitude (attitude) are respondents who smoke to fill the empty
time, tried and eventually become a dependency. For social norms (social normative) are respondents
who smoke started from the environment, and it started smoking because it affected the association of
friends, as well as to the intention of behavior (behavior intention) are respondents who want to quit
smoking, but because of the association so that the back smoking again.
Conclusion of the study is to fill the empty time, dependency and try to be the attitude
(attitude), environmental and social norms of social (social normative) on smoking behavior and the
desire to quit smoking is a behavioral intentions (behavior intention) against smoking behavior in
Health Center Continent Konawe Utara. It is expected to preventive and curative efforts should not
use cognitive approaches such as information provision dangers or negative impact, because smoking
is based on emotional considerations.
Keyword : behavior, smoker

PENDAHULUAN
Merokok merupakan masalah yang belum bisa terselesaikan hingga saat ini. Merokok
sudah melanda berbagai kalangan, dari anak-anak sampai orang tua, laki-laki maupun
perempuan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010, sekitar 34 persen atau
sebanyak 80 juta penduduk Indonesia adalah perokok (Dimyati, 2011). Dengan angka ini
WHO mengurutkan Indonesia ke peringkat empat tiga dunia setelah cina dengan 390 juta
perokok dengan india dengan 144 juta perokok (Dimyati, 2001).
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih
banyak orang yang melakukannya. Bahkan orang mulai merokok ketika mereka masih
remaja. Sejumlah studi menegaskan bahwa kebanyakan perokok mulai merokok antara umur
11 dan 13 tahun dan 85% sampai 95% sebelum umur 18 tahun.
Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa
seseorang merokok. Setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan
biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet
(1994) yang menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sikap sosio cultural
seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan.
Berdasarkan data Puskesmas Asera masih tingginya angka perokok masih menjadi
masalah yang ada di wilayah tersebut. Untuk tahun 2015 tercatat 723 perokok, dan pada
tahun 2016 meningkat menjadi 941 perokok. Tujuan penelitian ini untuk menggali sejauh
mana sikap, norma sosial dan niat perilaku masyarakat lewat theory of reasoned action
terhadap perilaku merokok.
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih
banyak orang yang melakukannya, bahkan orang mulai merokok ketika dia masih remaja.
Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitain kualitatif dengan pendekatan theory of reasoned
action, waktu penelitian dari tanggal 12-17 Desember tahun 2016 di Wilayah Kerja
Puskesmas Asera. Adapun sampel pada penelitian ini adalah sebagian warga yang berada
diwilayah kerja Puskesmas Asera Kabupaten Konawe Utara dengan jumlah sampel sebanyak
5 orang.
Theory Of Reasoned Action :

Attitude

Behavior BEHAVIOR
Intention

Social
Normative

HASIL
1. Attitude (sikap) terhadap perilaku merokok
Adanya responden menjawab sikap merokok hanya untuk mengisi waktu kosong, yaitu:
Saya merokok karena mengisi waktu yang kosong
Begitu juga dengan sikap responden yang ketergantungan terhadap merokok yaitu:
Saya merokok awalnya karena coba-coba ji Ehhh... akhirnya ketagihan mi..
Terdapat juga responden yang menjawab awalnya merokok hanya mencoba, yaitu:
Sebenarya dulu itu saya tidak merokok, tapi karena ada teman saya yang lagi merokok
da tawarkan saya, jadi saya coba coba mi. Ehhh ternyata enak, sampe sekarang ona
saya merokok mi..
2. Social Normative (Norma Sosial)
Adanya responden yang menjawab norma sosial dengan lingkungan yaitu:
Awal mulanya saya merokok itu di lingkungan sekolah sampai sekarang mi onaaa...
Adanya responden yang menjawab tentang pergaulan yaitu:
Banyak...banyak teman-teman saya itu sering merokok, akhirnya saya merokok mi juga
deela
3. Behavior Intention
Adanya keinginan untuk berhenti merokok yaitu:
Ada keinginan untuk berhenti merokok, tapi kalau saya liat lagi orang merokok saya
ingin lagi..

.
PEMBAHASAN
1. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari individu terhadap
satu stimulus atau objek. Respon tersebut bias berwujud menjadi perasaan suka atau tidak
suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Salah satu faktor yang mempengaruhi
sikap seseorang adalah kepercayaan pada dirinya. Hubungan kepercayaan dengan sikap
dapat dicontohkan sebagai berikut ; apabila seseorang tidak percaya (baik hasil
pengamatan ataupun informasi yang diterima) bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan,
maka kemungkinan ia untuk bersikap positif terhadap perilaku merokok adalah besar,
(Marat, 1988 (1)).
Konsep sosialisasi pertama berkembang dari Sosiologi dan Psikologi Sosial
merupakan suatu proses tranmisi nilai-nilai, sistem belief, sikap, atau pun perilaku-
perilaku dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya (Durkin, 1995). (2)Adapun
tujuan sosialisasi ini adalah agar generasi berikutnya mempunyai sistem nilai yang sesuai
dengan tuntutan norma yang diinginkan oleh kelompok, sehingga individu dapat merokok
sehingga menjadi perokok diterima dalam suatu kelompok. Dalam kaitannya dengan
perilaku merokok, pada dasarnya hampir tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya
untuk jadi perokok bahkan masyarakat tidak menuntut anggota masyarakat untuk menjadi
perokok. Namun demikian, dalam kaitan ini secara tidak sadar, ada beberapa agen yang
merupakan model dan penguat bagi perokok remaja.
Dari hasil wawancara dengan responden untuk sikap (attitude) didapatkan bahwa
terdapat responden yang merokok hanya untuk mengisi kekosongan waktu, ada juga yang
hanya mencoba dan akhirnya menjadi ketergantungan. Hal ini disebabkan karena
Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan
psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco dependency (ketergantungan
rokok). Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang fisiologis yang
menyenangkan. Menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal
ini disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan
menimbulkan stress. Secara manusiawi, orang cenderung untuk menghindari
ketidakseimbangan dan lebih senang mempertahankan apa yang selama ini dirasakan
sebagai kenikmatan sehingga dapat difahami jika para perokok sulit untuk berhenti
merokok. Motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat mengurangi
ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, pengalaman menyenangkan, dan relaksasi,
(Klinke, 1997 (3)).
Perilaku merokok disebabkan karena sikap positif mereka terhadap merokok dan
kurang percaya bahwa merokok dapat merusak kesehatan, Sikap positif terhadap bahaya
merokok akan menurunkan kemungkinan untuk merokok, demikian pula sebaliknya.
Dengan pengetahuan yang tinggi maka perilaku merokok sangat sedikit dilakukan,
(Chassin 1991 (1)).
2. Social Normative (Norma Sosial)
Perilaku merokok dipengaruhi oleh faktor demografis (umur, jenis kelamin) serta
faktor sosio cultural (kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan,
gengsi dan pekerjaan), (Smet, 1994 (4)). Begitu halnya dengan merokok dipengaruhi oleh
sikap dan norma sosial (teman-teman, kawan sebaya, orang tua, saudara, media dan sosial
politik), ), (Smet, 1994 (4)).
Berdasarkan hasil wawancara terdapat responden yang awal mulanya merokok
dimulai dari lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan (sekolah) dan terdapat pula
responden yang awal mulanya merokok karena terpengaruh pergaulan teman. Hal ini
disebabkan karena Perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu.
Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga
disebabkan faktor lingkungan. Menurut Leventhal (Smet, 1994 (4)) merokok tahap awal
itu dilakukan dengan teman-teman (64%), seorang anggota keluarga bukan orang tua
(23%), tetapi secara mengejutkan sebagian besar juga dengan orang tua (14%).
ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan
psikologis, sikap permisif orangtua terhadap perilaku merokok remaja dan pengaruh
teman sebaya. faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada dewasa awal yaitu
afeksi negatif, lingkungan (teori belajar sosial), persepsi kontrol perilaku, sikap dan
norma-norma subyektif, (Smet, 1994 (4)).
3. Behavior Intention (Niat Perilaku)
Secara umum penanganan yang dilakukan dengan tindakan kuratif lebih
difokuskan pada penyadaran individu untuk berhenti merokok.dan bertujuan untuk
membantu perokok menghentikan atau menghilangkan kebiasaan merokoknya melalui
berbagai terapi yang sesuai. Tindakan kuratif lebih bersifat terapi bagi perokok untuk
menghilangkan kebiasaan merokok melalui beberapa proses atau tahapan.
Ada dua syarat pokok sebelum terapi,yaitu yang pertama adalah niat, perlu
ditumbuhkan niat dalam diri seseorang untuk mau berhenti merokok. Syarat yang kedua
adalah adanya dukungan dari orang-orang terdekat yang berpengaruh terhadap perokok,
karena disamping adanya keinginan dari dalam atau niat perlu juga dukungan dari luar
atau lingkungan terdekat. Disamping kontrol diri, adanya kontrol dari orang lain sangat
membantu kesuksesan perokok untuk berhenti merokok.
Berdasarkan hasil wawancara terdapat responden yang menginginkan untuk
berhenti merokok, tetapi karena lingkungan pergaulan sehingga perilaku untuk merokok
dapat kembali lagi. Hal ini disebabkan karena lingkungan bebas rokok juga berperan
dalam kebiasaan merokok. Orang yang tinggal di dalam lingkungan yang mayoritas
perokok, biasanya akan terpengaruh untuk merokok, (Aditama, 1997).
Program anti rokok sebagai salah satu alternatif penanganan yang dilakukan
untuk menangani persoalan merokok sampai sekarang masih menjadi pertentangan. Hal-
hal yang mendukung penanganan merokok yaitu antara lain :
a. Dilakukannya kampanye anti rokokdapat dijadikan contoh dalam melakukan upaya
pencegahan dalam merokok, karena ternyata program tersebut membawa hasil yang
menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan cara membuat
berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang berhubungan
dengan merokok. Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah,
televisi atau radio. Pesan-pesan yang disampaikan meliputi:
1) Meskipun orang tuamu merokok, kamu tidak perlu harus meniru, karena kamu
mempunyai akal yang dapat kamu pakai untuk membuat keputusan sendiri.
2) Iklan-iklan merokok sebenarnya menjerumuskan orang, Sebaiknya kamu mulai
belajar untuk tidak terpengaruh oleh iklan seperti itu.
3) Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena teman-temanmu merokok. Kamu
bisa menolak ajakan mereka untuk ikut merokok.
4) Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan secara jangka pendek
maupun jangka panjang yang nantinya akan ditanggung tidak saja oleh diri kamu
sendiri tetapi juga akan dapat membebani orang lain (misal: orang tua).
b. Motivasi untuk menghentikan perilaku merokok penting untuk dipertimbangkan dan
dikembangkan. Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri untuk berhenti atau tidak
mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh
godaan merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan
keluarga/orangtua.
c. Dukungan sosial baik dari keluarga atau masyarakat untuk berhenti merokok
d. Program iklan layanan masyarakat di TV tentang anjuran tidak merokok
e. Menampilkan tokoh idola atau model yang tidak merokok
Sedangkan faktor penghambat dalam penanganan merokok antara lain: gencarnya
iklan-iklan rokok di media massa dan elektronik, sedikitnya informasi mengenai bahaya
merokok di media dan kegiatan-kegiatan besar yang banyak disponsori oleh rokok.

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Dari hasil wawancara kesimpulan yang dapat diambil yaitu:
a. Mengisi waktu kosong, ketergantungan dan mencoba merupakan sikap (attitude)
terhadap perilaku merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Asera Kabupaten Konawe
Utara.
b. Lingkungan dan pergaulan merupakan norma sosial (social normative) terhadap
perilaku merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Asera Kabupaten Konawe Utara.
c. Keinginan untuk berhenti merokok merupakan niat perilaku (behavior intention)
terhadap perilaku merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Asera Kabupaten Konawe
Utara.
2. Saran
Agen sosialisasi dalam perilaku merokok adalah keluarga dan lingkungan teman
sebaya. Sementara itu, perilaku merokok lebh berkaitan dengan aspek emosional. Saran-
saran dari penelitian ini adalah:
a. Bagi orang tua yang menginginkan anaknya tidak merokok maka anggota keluarga
tidak disarankan merokok dan atau tidak memberikan pengukuh positif ketika remaja
merokok.
b. Teman sebaya memberikan kontribusi yang cukup besar kepada remaja untuk
merokok, dalam hal ini jika orang tua tidak menginginkan anaknya merokok, maka
orang tua perlu waspada terhadap kelompok teman sebaya anak-anaknya.
c. Perilaku merokok lebih didasarkan atas pertimbangan emosional. Berkaitan dengan
masalah tersebut upaya preventif maupun kuratif sebaiknya tidak menggunakan
pendekatan kognitif seperti pemberian informasi bahaya-bahaya atau dampak negatif

DAFTAR PUSTAKA

1. Chassin. Perilaku merokok disebabkan. 1991.


2. Durkin. Konsep sosialisasi. 1995.
3. Klinke M. Motif Perokok. 1997.
4. Smet. Menyatakan Bahwa. 1994.
LAMPIRAN

1. Tabel Attitude (Sikap)

Sikap Kategori Jumlah


Mengisi waktu kosong Saya merokok karena mengisi waktu yang kosong 1 kali
Saya merokok awalnya karena coba-coba ji Ehhh...
Ketergantungan 1 kali
akhirnya ketagihan mi..
Mencoba Sebenarya dulu itu saya tidak merokok, tapi karena 3 kali
ada teman saya yang lagi merokok da tawarkan
saya, jadi saya coba coba mi. Ehhh ternyata
enak, sampe sekarang ona saya merokok mi..

2. Social Normative (Norma Sosial)

Norma Sosial Kategori Jumlah


Awal mulanya saya merokok itu di lingkungan
Lingkungan 5 kali
sekolah sampai sekarang mi onaaa...
Banyak...banyak teman-teman saya itu sering
Pergaulan 2 kali
merokok, akhirnya saya merokok mi juga deela

3. Behavior Intention (Niat Perilaku)

Niat Perilaku Kategori Jumlah


Keinginan untuk Ada keinginan untuk berhenti merokok, tapi kalau
5 kali
berhenti merokok saya liat lagi orang merokok saya ingin lagi...

Anda mungkin juga menyukai