Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Kata magnet berasal dari Magnesia, suatu tempat di Asia di mana orang
pertama kali menemukan batuan yang dapat menarik partikel partikel besi.
Magnet adalah suatu obyek yang mempunyai medan magnet.Saat ini, suatu
magnet adalah suatu materi yang mempunyai suatu medan magnet. Materi
tersebut bisa dalam wujud magnet tetap atau wujud tidak tetap.
Magnet mempunyai dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan, apabila
magnet dipotong kecil kecil magnet tetap memiliki dua kutub.
Magnet dapat menarik benda lain. Beberapa benda bahkan tertarik lebih
kuat dari yang lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai
daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan baja adalah dua contoh materi
yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet. Sedangkan oksigen cair
adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang rendah oleh magnet.
Magnet yang berada disekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnetik
secara definisi medan magnetik adalah ruang disekitar suatu magnet dimana
magnet lain atau benda lain yang mudah dipengaruhi magnet akan mengalami
gaya magnetik jika diletakkan dalam ruang tersebut. pada sebuah jarum kompas
untuk menunjukkan bahwa ketika arus listrik mengalir pada seutas kawat, jarum
kompas yang diletakkan pada daerah medan magnetik yang dihasilkan oleh kawat
berarus akan menyebabkan jarum kompas menyimpang dari arah utara-selatan.
Berdasarkan ilistrasi diatas maka lebih jelasnya pemaparan tentang medan
magnet akan dibahas dalam bab medan magnet, dalam makalah ini.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud medan magnetik?
2. Bagaimana sifat-sifat magnet?
3. Bagaimana pengaruh medan magnet terhadap kutub magnet jarum?

4. Bagaimanakah besar induksi magnetik disekitar kawat berarus listrik


(hukum Bio-Savart)?
5. Bagaimanakah besar induksi magnetik disekitar kawat berarus listrik
(hukum ampere)?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi medan magnetik.
2. Memahami sifat-sifat magnet.
3. Memahami pengaruh medan magnet terhadap kutub magnet jarum.
4. Memformulasikan induksi magnetik disekitar kawat berarus listrik (hukum
Bio-Savart)?
5. Memformulasikan induksi magnetik disekitar kawat berarus listrik (hukum
ampere)?
6. Menerapkan hukum Biot-Savart dan hukum Ampere untuk menentukkan
kuat medan magnetik dengan berbagai bentuk kawat berarus listrik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sifat-sifat Magnet


a. Kutub-Kutub Magnet
Magnet selalu memiliki dua buah kutub, kutub magnet merupakan
tempat gaya magnet yang paling kuat. Daerah pada kutub magnet ada dua,
yaitu kutub utara (N) dan kutub selatan (S). magnet memiliki berbagai
bentuk dan ukuran, bentuk magnet yang sederhana adalah magnet batang,
magnet jarum, dan bentuk tapal kuda (ladam). Kutub magnet berada pada
ujung-ujung magnet.

Gambar 1 Berbagai Macam Bentuk Magnet

Jika dua buah magnet saling didekatkan magnet pertama akan


mengerjakan gaya pada magnet kedua, dan magnet kedua akan
mengerjakan gaya pada magnet pertama. Gaya magnet sama dengan gaya
listrik, yaitu merupakan tarikan dan dorongan. Kutub-kutub magnet sejenis
jika didekatkan akan saling menjauhi (tolak menolak), sedangkan kutub-
kutub magnet tak sejenis jika didekatkan akan saling mendekat (tarik
menarik).

Gambar 2 Sifat Kutub Magnet


Kutub magnet selalu berpasangan, jika sebuah magnet dipotong
jadi dua, maka potongan kecil dari magnet ini juga masih tetap memiliki
kutub utara dan kutub selatan.

Gambar 3. Potongan Magnet


b. Medan Magnet
Kutub utara dan kutub selatan magnet akan menghasilkan medan
magnet disekitarnya. Garis-garis medan magnet berupa satu lintasan
tertutup dari kutub utara ke kutub selatan magnet, dan kembali lagi ke
kutub utara magnet. Ruangan atau daerah disekitar magnet yang masih
dipengaruhi oleh gaya magnet disebut medan magnetic. Garis gaya magnet
dapat digambarkan dengan cara menaburkan serbuk besi pada kertas yang
diletakkan di atas magnet. Jika pada suatu tempat garis gaya magnetnya
rapat, berarti gaya magnetnya kuat. Sebaliknya jika garis gaya magnetnya
renggang, berarti gaya magnetnya lemah.

Gambar 4 Garis-garis Gaya Magnet yang dibentuk Serbuk Besi


Gambar 5 Garis Medan Magnet Utara dan Selatan

Medan magnet merupakan besaran vector. Arah medan magnet


disuatu titik adalah arah gaya yang akan dialami kutub utara magnet jika
ditempatkan di titik itu.
Medan magnet biasa disimbolkan dengan B . Satuan untuk kuat

2
medan magnet adalah tesla (T ) atau W b/m .

c. Bahan Magnetik dan Bahan Non Magnetik


Benda dapat digolongkan berdasarkan sifatnya. Kemampuan suatu
benda menarik benda lain yang berada didekatnya disebut kemagnetan.
Sifat kemagnetan suatu benda digolongkan menjadi dua, yaitu:
a) Bahan magnetik (feromagnetik), yaitu bahan yang dapat ditarik
magnet dengan kuat. Contoh: Besi, Baja, Nikel, Kobalt.
b) Bahan non magnetik:
Paramagnetik, yaitu bahan yang lemah ditarik oleh magnet, contoh:
alumunium, magnesium, platina.
Diamagnetik, yaitu bahan yang ditolak oleh magnet, contoh:
Bismuth, tembaga, emas, perak, seng, garam dapur.

Benda-benda magnetik yang bukan magnet dapat dijadikan


magnet.Benda itu ada yang mudah dan ada yang sulit dijadikan magnet.
Baja sulit untuk dibuat magnet, tetapi setelah menjadi magnet sifat
kemagnetannya tidak mudah hilang. Oleh karena itu, baja digunakan untuk
membuat magnet tetap (magnet permanen).
Besi mudah untuk dibuat magnet, tetapi jika setelah menjadi
magnet sifat kemagnetannya mudah hilang. Oleh karena itu, besi
digunakan untuk membuat magnet sementara.
2.2 Pengaruh Medan Magnet terhadap Kutub Magnet Jarum
a. Medan Magnet disekitar Arus Listrik
Hans Christian Oersted menemukan bahwa ketika magnet jarum
diletakkan di dekat kawat listrik, jarum akan menyimpang saat kawat
dihubungkan ke baterai dan arus mengalir. Magnet jarum akan kembali ke
posisinya semula jika arus listrik dihentikan. Berdasarkan hasil
eksperimen itu, Oersted menyimpulkan bahwa arus listrik dapat
membangkitkan medan magnet dengan arah garis medan yang mengikuti
kaedah tangan kanan.
Pada saat arus listrik yang mengalir dalam penghantar diperbesar,
ternyata kutub utara jarum kompas menyimpang lebih jauh. Hal ini berarti
semakin besar arus listrik yang digunakan semakin besar medan magnetik
yang dihasilkan. Penyimpangan jarum kompas di dekat kawat yang
membawa arus, menunjukkan adanya medan magnet dan arahnya.

Gambar 6 Penyimpangan Magnet Kompas

Arah medan magnetik di sekitar kawat penghantar lurus berarus


listrik dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan. Jika arah ibu jari
menunjukkan arah arus listrik (I), maka arah keempat jari yang lain
menunjukkan arah medan magnetik (B). Kaidah tangan kanan ini juga
dapat digunakan untuk menemukan arah medan magnetik pada penghantar
berbentuk lingkaran yang dialiri listrik.
Gambar 7 Gambar Kaidah Tangan Kanan

b. Gaya pada Arus Listrik di Medan Magnet


Eksperimen Oersted membuktikan bahwa magnet memberikan
gaya pada kawat pembawa arus. Misalkan sebuah kawat yang lurus
diletakkan antara kutub-kutub magnet tapal kuda, ketika arus mengalir
pada kawat, gaya diberikan pada kawat. Tetapi gaya ini bukan menuju
satu kutub atau yang lainnya dari magnet tersebut. Melainkan, gaya
diarahkan dengan membentuk sudut siku-siku (tegak lurus) terhadap
arah medan magnet. Ditemukan bahwa arah gaya selalu tegak lurus
terhadap arus dan juga tegak lurus terhadap arah medan magnet, B.

Gambar 8 Kaidah tangan kanan


Secara eksperimen, arah gaya dinyatakan oleh kaidah tangan
kanan. Dengan cara mengatur tangan sehingga jari-jari yang lurus
menunjuk arah arus (positif) konvensional, dari posisi ini, jari-jari
dibelokkan sehingga menunjuk arah garis-garis medan magnet (yang
menunjuk dari kutub U ke S di luar magnet). Kemudian memutar
tangan dan lengan sekitar pergelangan sehingga memang menunjuk
sepasang B ketika dibelokkan , dengan mengingat bahwa jari-jari yang
lurus harus menunjukkan sepanjang arah arus terlebih dahulu. Apabila
tangan diatur sedemikian rupa, maka ibu jari yang berdiri menunjuk
arah gaya pada kawat.

Gambar 9 Kawat pembawa arus pada medan magnet

Secara eksperimen, bahwa besar gaya berbanding lurus dengan


arus I pada kawat, dengan panjang kawat l pada medan magnet
(dianggap seragam) dan dengan medan magnet B. Gaya juga

bergantung pada sudut antara arah arus dan medan magnet.

Ketika arus tegak lurus terhadap garis garis medan, gaya paling kuat.
Ketika kawat parallel dengan garis-garis medan magnet, tidak ada gaya

sama sekali. Pada sudut-sudut yang lain, gaya sebanding dengan .

Sehingga didapatkan:
F IlB sin

Pada kenyataannya medan magnet B didefinisikan dalam


perbandingan diatas sehingga konstanta-konstanta pembanding tepat 1.
Dan didapatkan:
F=IlBsin

Jika arah arusnya tegak lurus terhadap medan ( =90 ),

maka gaya adalah:


Fmaks =IlB
2.3 Besar induksi magnetik
Ada dua ilmuwan pertama yang menyelidiki besar induksi magnetik yang
ditimbulkan oleh kawat berarus listrik, yaitu Biot dan Savart. Keduanya berhasil
menemukan persamaan kuantitatif untuk menentukkan besar induksi magnetik
oleh kawat berarus, yang disebut hukum Biot-Savart. Hukum ini berbentuk
persamaan berikut.
0 i dlsin
B=
4
r 2 ...............................................................(1)

dengan adalah sudut apit antara elemen arus idl dengan vektor

0
posisi r, dan adalah permebilitas vakum dengan

0=4 x 107 Wb A1 m1

Persamaan (1) inilah yang digunakan untuk menentukkan persamaan besar


induksi magnetik yang dihasilkan oleh kawat berarus.
a. Besar Induksi Magnetik di sekitar Kawat Lurus Berarus
Pada garis dl pada kawat lurus dan suatu titik P yang berjarak r

dari dl . Sudut apit antara garis idl (berarah vertikal keatas) dan r

0
sama dengan PQ S , dengan = PQS=180 (lihat pada gambar

1), besar induksi magnetik di titik P adalah


0 i dl sin
B=
4
r2

0 i dlsin(180 0)
B=
4
r2

0 i dlsin
B=
4
r 2 .........................................................................(2)
Misalnya sebagai variabel integrasi dan d sebagai garis integrasi.

Dengan demikian, kita harus menyatakan dan , dl dalam d , dan

r dalam (lihat gambar 1).

Gambar 10 Induksi magnetik disuatu titik berjarak a dari kawat lurus berarus.

Hubungan dengan diperoleh dari segitiga siku siku POQ .

+ =900 =90 0 , sehingga

90

( 0 )

sin =sin

sin =cos

Hubungan dl dengan d kita peroleh dari perbandingan sinus pada segitiga

siku siku PQR

QR
sin d =
QP

0
QP = r dan sin d d karena sudut d sangat kecil ( d 0 ) .

Persamaan diatas menjadi


QR
d = QR=r d
r

Menggunakan perbandingan sinus dalam segitiga sikusiku QRS

90

QR
( 0 )=
QS

sin

90

QS=dl, QR=rda , dan ( 0 )=cos , sehingga persamaan diatas

sin

menjadi
rda
cos =
dl

rda
dl=
cos .......................................................................................(*)

Hubungan r dengan diperoleh dengan menggunakan perbandingan

cos dalam segitiga siku-siku POQ .

OP
cos =
PQ

OP=a dan PQ=r , sehingga persamaan diatas menjadi

a a
cos a= r=
r cos a ......................................................................(**)

Mensubtisusikan sin dari (*), dl dari (**), dan r dari (***) ke dalam

persamaan (2). Maka diperoleh


0 id 0 id
B=
4
r
=
4
a
cos
2
i
0 cos d
4 a 1

0 i
[ sin ] 2
4 a 1

0 i
B=
4 a
[ sin 2sin 1 ] .................................................................(3)

1 2
Gambar 11 penentuan sudut dan pada kawat lurus.

Pada persamaan (3) adalah persamaan umum unutuk menghitung besar

induksi disekitar kawat lurus berarus dengan panjang tertentu. Sudut adalah

sudut yang dihitung dari garis acuan, yaitu garis yang ditarik dari titik P tegak

1 2
lurus ke kawat lurus (Gambar 2). dan adalah sudut sudut yang

dibentuk oleh ujung kawat lurus dengan garis acuan.


1 2
Pada batas bawah selalu lebih kecil daripada batas atas . Pada

1 2
Gambar 2 ditunjukkan bahwa sudut dan dihitung terhadap garis

acuan PO . Analogi dengan definisi perputaran sudut dalam trigonometri, sudut

1
bertanda negatif karena perputaran sudutnya dari garis acuan adalah searah

2
jarum jam, sedangkan sudut bertanda positif karena perputaran sudutnya
dari garis acuan adalah berlawanan arah jarum jam. Jika tanda negatif dan positif
di subtitusikan ke dalam persamaan (3) maka di peroleh
0 i
B=
4 a
[ sin 2sin ( 1 )]

Besar induksi magnetik untuk kawat lurus berarus dengan panjang tertentu
0 i
B=
4 a
[ sin 1 +sin 2 ] ..................................................................(4)

Persamaan digunakan untuk menentukkan besar induksi magnetik di sekitar


kawat lurus sangat panjang dan berarus. Pada Gambar 2 tampak bahwa untuk
0 0
kawat kurus sangat panjang, 1=90 dan 2=90 . Jika nilai ini

disubtisusikan kedalam persamaan (4) maka diperoleh


0 i i
B= [ sin 900 +sin 900 ]= 0 [ 1+1 ]
4 a 4 a

Sehingga besar induksi magnetik kawat lurus sangat panjang dan berarus adalah
sebagai berikut:
0 i
B=
2 a .........................................................................................(5)

dengan a adalah jarak titik ke kawat lurus

b. Besar Induksi Magnetik Kawat Lingkaran berarus


Dengan menggunakan persamaan hukum biot-savart (persamaan1) dapat
digunakan untuk menentukkan besar induksi magnetik di kawat lingkaran berarus.

Dengan menghitung besar induksi magnetik di titik pusatnya, yaitu titik P .

Misalkan diambil pada elemen idl di puncak kawat lingkaran yang berarah ke

sumbu z positif. Arah vektor posisi r (atau vektor satuan r^ dari elemen

idl ke titik pusat P adalah searah dengan sumbu Y negatif (Gambar 3)


tampak pada (Gambar 4) bahwa sudut antara elemen idl dan vektor r^ ,

=900 . sesuai dengan persamaan Biot-Savart (Persamaan 1)

Gambar 12 Elemen arus id I untuk menghitung induksi magnetik dipusat

kawat linkaran P . Setiap elemen menghasilkan medan magnetik yang berarah


sepanjang poros lingkaran, yaitu ke sumbu X positif.

0 idl sin
B=
4
r2
=900 ,r =a , sehingga
0 i dl sin 900
BP=
4
a2
2 a
0 i
BP=
4 a2
dl
0

0 i 0i
2
( 2 a )=
4 a 2a

Besar induksi magnetik di pusat kumparan kawat lingkaran berarus


i
B= 0 ...........................................................................................(6)
2a

Jika kawat lingkaran terdiri dari N lilitan, maka


i
B=N 0 .......................................................................................(7)
2a

dengan a adalah jari jari lingkaran.

2.4 Hukum Ampere


Apabila menghitung besar induksi magnetik yang dihasilkan oleh arus
listrik dengan menggunakan hukum Biot- Savart sering kali sulit untuk dilakukan.
Untuk bentukbentuk penghantar tertentu yang memiliki simetri, seperti garis
lurus, toroida, dan solenoida, lebih mudah menghitung besar induksi magnetik
dengan menggunakan hukum ampere.

Gambar 13 Lengkungan tertutup C mengelilingi kawat berarus i , yang


digunakan untuk menyatakan hukum ampere.

Misalkan memiliki suatu lengkungan tertutup C yang mengelilingi suatu


kawat berarus listrik i (Gambar 4). Hukum Ampere menyatakan bahwa di dalam
vakum berlaku

B . dl=0 i ..................................................................................(8)
C

Apabila elemen integrasi dl diambil pada lengkungan tertutup C. Telah

diketahui bahwa perkalian dot (titik), B . d I =B dl cos =B cos dl sehingga

persamaan tersebut dapat juga ditulis dalam bentuk skalar


B cos dl=0 i ...........................................................................(9)


C

dengan adalah sudut antara arah induksi magnetik, B, dan arah elemen dl.
Menggunakan hukum Ampere yang dinyatakan oleh persamaan (9) untuk

menentukkan besar induksi magnetik di suatu titik yang berjarak a dari kawat

lurus berarus i .
Pada Gambar 4 arah elemen integrasi dl adalah menyinggung lingkaran di titik

P . Arah induksi magnetik, B, maka sudut apit =00 atau cos =00=1 .

Dengan demikian, Persamaan (9)menjadi


B dl=0 i
C

Titik titik yang terletak pada lengkungan C memiliki induksi magnetik, B ,

yang sama besar. Dengan kata lain, B adalah konstan sehingga dapat

dikeluarkan dari tanda integral.



B dl= 0 i
C

B ( 2 a )= 0 i

0 i
B=
2 a
Dengan:

dl = keliling lengkungan C
C

= keliling lingkaran dengan jari-jari a


= 2 a

Gambar 14 Arah induksi magnetik B pada lengkungan tertutup C di sekeliling


kawat panjang.

a. Besar Induksi Magnetik pada Solenoida


Solenoida atau kumparan adalah seutas kawat panjang yang dililitkan
mengitari sebuah penampang berbentuk silinder. Besar induksi magnetik di dalam
solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan hukum Ampere.
Misalnya memilih lengkung tertutup C berbentuk persegi panjang PQRS ,

dengan panjang PQ=a dan lebar PS=b (Gambar 5), induksi magnetik di

luar solenoida B=0 , dan di dalam solenoida B berarah horizontal. Untuk

N
solenoida yang memiliki n lilitan per satuan panjang
(n= )
L , jumlah

lilitan sepanjang a sama dengan na , dan arus yang melintasi lengkung

persegi panjang PQRS adalah i c =nai dengan i adalah arus dalam setiap

lilitan.
Gambar 15 Menggunakan hukum ampare untuk menentukan besar induksi magnetik di
dekat pusat dari sebuah solenoida panjang. Tanda dan x menyatakan arus listrik.

Hukum Ampere Berlaku

B .d I =0 iC

B . d I + B . d I + B . d I + B . d I = 0 (nai) ...........................(*)
PQ QR RS PS

B . d I = B . d I =0 sebab B dI sehingga = ( B , d I )=90 0 dan


QR PS PQ

cos =cos 90 =0 ; 0
sedangkan B . d I =0 sebab
B RS=0
. Dengan
RS

demikian persamaan (*) menjadi


Ba+ 0+0+0=0 nai

N
n=
Masukkan L , maka induksi magnetik di tengah tengah solenoida adalah

sebagai berikut:
0
L
.............................................................................................(10)
B P=

dengan P adalah titik titik tengah solenoida.

Apabila tititk yang terletak pada poros menandakan induksi magnetik paling
kuat di pusat solenoida dan berkurang terus menerus sampai ke ujung solenoida.
Untuk sebuah solenoida yang sangat panjang dibandingkan dengan ukuran
diameternya, induksi magnetik di ujung solenoida adalah setengah dari induksi
magnetik dipusat solenoida.
0
L
1 1 ...............................................................................(11)
B Q= B P =
2 2
b. Besar Induksi Magnetik di Sumbu Toronoida
Toronoida adalah kawat yang digulung rapat di sekitar suatu inti berbentuk
donat, yang terdiri atas simpal kawat yang digulung di sekeliling acuan. Seperti

pada gambar(....) Terdapat N lilitan kawat, masing masing menyalurkan arus

I . Untuk menghitung B , melihat pada integral garis B .d l

disekeliling lingkaran berjari jari r yang berpusat di toroidnya. Dengan sifat

simetri, B menyinggung lingkaran ini dan besarnya konstan disetiap titik pada

lingkaran.dengan demikian,
B .d l=B 2 r= 0 I C

Gambar 16 toroid yang terdiri atas acuan berbentuk donat. Medan medan
magnetik disebarang jarak r.

Misalkan a dan b masing-masing merupakan jari-jari dalam dan luar

toroidnya. Arus total yang melalui lingkaran berjari-jari r itu untuk a<r < b

ialah . Hukum Ampere dengan demikian memberikan


B . d l=B 2 r=0 I C =0

Atau

Sehingga B di dalam toroid yang di gulung rapat adalah


0 a<r <b
2 r
B=

Apabila r lebih kecil daripada a , tidak ada arus yang melalui

lingkaran berjari-jari r tersebut. Jika r lebih besar daripada b , arus total

yang melalui r adalah nol karena unutk setiap arus I ke dalam bidang

halaman pada Gambar 6, pada permukaan dalam toroid, terdapat arus I yang

besarnya sama di luar dari bidang halaman ini pada permukaan luarnya. Dengan

demikian, medan magnetiknya adalah nol baik untuk r <a maupun r >b :

B=0 r <a atau r >b

Medan magnetik di dalam toroid tidak seragam tetapi berkurang mengikuti

r . Akan tetapi jika diameter simpal torid, ba , jauh lebih kecil daripada

jari jari donatnya, maka variasi r dari r=a hingga r=b akan kecil,

dan B hampir seragam di dalam solenidnya.

Apabila menggunakan hukum ampere untuk mencari pernyataan untuk


medan magnetik di dalam solenoid panjang, yang digulung rapat, dengan
meganggap bahwa medannya adalah seragam di dalam solenoid dan nol di

luarnya. Dengan memilih persegi panjang dengan sisi a dan b yang

ditunjukkan pada gambar untuk kurva tertutup C . Arus yang melalui kurva ini

adalah arus I dalam setiap lilitan dikalikan dengan jumlah llilitan sepanjang

a . Jika solenoidnya memiliki n lilitan per panjang satuan, maka jumlah

lilitannya sepanjang a akan sama dengan na , dan arus yang melintasi kurva
I C =nal
persegi panjang itu adalah . Satu-satunya kontribusi bagi penjumlahan

B .d l untuk kurva ini ialah di sepanjang sisi panjang persegi panjang di

dalam solenoidnya, yang memberikan Ba. Dengan demikian hukum ampere


memberikan

B .d l=Ba=0 IC =0 naI
Medan magnetik di dalam solenoid dengan demikian ialah
B=0
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Sifat-sifat magnet adalah memiliki kutub-kutub magnet dan medan
magnet.
2. Arus listrik dapat membangkitkan medan magnet dengan arah garis medan
yang mengikuti kaedah tangan kanan.
3. Hukum Biot-Savart menjelaskan bahwabesar induksi magnetik di satu titik
di sekitar elemen arus, sebanding dengan panjang elemen arus, besar kuat
arus, sinus sudut yang diapit arah arus dengan jaraknya sampai titik
tersebut dan berbanding terbalik dengan kwadrat jaraknya. Hukum ini
berbentuk persamaan berikut.
i dlsin
B= 0
4 r2
4. Hukum Ampere menyatakan bahwa di dalam vakum berlaku

B . dl=0 i
C

3.2 Saran
Berdasarkan dari penyusunan makalah dan pembahasan di atas, disarankan
kepada pembaca bahwa mahasiswa hendaknya mampu menguasai dan memahami
sifat-sifat magnet, pengaruh medan magnet, induksi magnet, hukum biot-savart
dan hukum ampere. Mahasiswa hendaknya juga dapat menjelaskan konsep
magnet.

Anda mungkin juga menyukai