Anda di halaman 1dari 7

PENGUKURAN VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA

Pengertian
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan missal penelitian (Widjojo Hs,2007).
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karateristik yang dapat diamati atau di ukur,
dapat diamati artinya memungkinkan penelitian untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat dalam suatu obyak atau fenomena yang dapat diulang oleh orang lain
(Nursalam,2008).
Definisi operasional adalah definisi ketika variable-variabel penelitian menjadi bersifat
operasional (Wasis, 2008)s
Skala pengukuran adalah keseluruhan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang
pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan atau tolak ukur untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur tersebut bila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data (Ramli, 2011)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan timbulnya atau
berubahnya variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah locus of
control dan kepribadian.
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas.Variabel terikat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja.

BAGAIMANA MENGUKUR VARIABEL


Objek dapat diukur secara fisik dengan sejumlah instrumen standar bukan merupakan masalah
pengukuran. Misalnya , panjang dan lebar sebuah meja kantor yang bentuknya emapt persegi panjang,
bias dengan mudah diukur dengan menggunakan pita pengukur atau mistar. Kita juga dapat memeriksa
dokumen perusahaan untuk memperoleh atau memverifikasi jenis informasi tertentu. Misalnya absebsi
karyawan atau kinerja objektif mereka dalam kaitan dengan jumlah produk yang dihasilkan atau yang
cacat setiap bulan salam satu periode. Tetapi, bahkan data objektif samacam itu perlu , dalam kasusu
tertentu, diinterpretasi secara hati-hati ketika mengambil keputusan manajerial. Contohnya keputusan
untuk memecat seseorang buruh pabrik akan tergantung pada apakah dia bertanggung jawab atas 10
produk cacat selama satu hari tertentu karena ia menderita demam tinggi atau dalam 10 hari dalam
sebulan ia menyebabkan beberapa produk cacat karena kecerobohannya dalam bekerja. Dalam hal ini,
jumlah kejadaina dan motivasi pekerja sangat mungkin menjadi pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.

Ada setidaknya dua jenis variable: yang satu bias diukur secara objektif dan tepat, yang lain lebih
samar-samar dan tidak dapat diukur secara akurat karena sifatnya yang subjektif. Tetapi meskipun
instrument pengukuran fisik untuk mengukur jenis yang terakhir kurang, ada cara-cara untuk menelusuri
perasaan dan persepsi subjektif individu. Salah satu tekniknya adalah mereduksi ide-ide abstrak, atau
konsep seperti motivasi, keterlibatan, kepuasaan, perilaku pembeli, kegairahan pasar saham dan
semacamnya, menjadi perilaku dan karakteristik yang dapat diamati. Misalnya, konsep haus adalah
abstrak, kita tidak dapat melihat haus. Tetapi, kita bias menduga bahwa seseorang yang haus akan
meminum air, kita dapat menentukan level kehausan tiap orang dengan mengukur kuantitas air yang
mereka minum untuk memuaskan dahaga. Reduksi dari konsep abstrak untuk membuatnya bisa diukur
dalam cara tertentu disebut mengoperasionalkan konsep.

DEFINISI OPERASIONAL: DIMENSI DAN ELEMEN


Mengoperasionalkan, atau secara operasional mendefinisikan sebuah konsep untuk membuatnya
bisa diukur, dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku, aspek, atau sifat yang ditunjukkan oleh
konsep. Hal tersebut kemudian diterjemahkan kedalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehinggan
menghasilkan suatu indeks pengukuran konsep.

Elemen Dimensi 1
Kita dapat menjelaskan seseorang yang digerakkan oleh pekerjaan. Orang semacam itu akan (1)
bekerja sepanjang waktu, (2) enggan untuk tidak masuk kerja, dan (3) tekun, bahkan dalam menghadapi
sejumlah kemunduran. Tipe perilaku tersebut bisa diukur. Menelusuri seberapa sering orang terus tekun
melakukan pekerjaan meskipun diterpa kegagalan merupakan refleksi ketekunan dalam mencapai tujuan.
Ketekunan akan mendorong seseorang untuk meneruskan usaha. Karena itu, ketekunan bisa diukur
dengan jumlah kemunduran yang orang alami dalam pekerjaan dan tetap melanjutkan pekerjaan tanpa
terhalang oleh kegagalan. Misalnya seorang akuntan mungkin menemukan bahwa ia tidak berhasil
menyeimbangkan saldo neraca. Ia menghabiskan waktu selama 1 jam berusaha mendeteksi kesalaahn,
gagl melakukanya, menyerah dan meninggalkan tempat kerja. Karyawan lain yang berada dalam posisi
serupa tetap sabar bekerja, menemukan kesalahan. Dalam hal ini, mudah untuk menentukan siapa dari
keduanya yang lebih tekun hanya dengan mengamatinya.

Dengan demikian, jika kita dapat mengukur berapa banyak jam per minggu yang individu berikan
untuk aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan, seberapa tekun meraka dala menyelesaikan tugasa
sehari-hari, serta berapa sering dan untuk alasan apa mereka tidak masuk kerja, kita akan memiliki suatu
ukuran yang menunjukkan sampai tingkat apa karyawan digerakkan oleh pekerjaan. Variable ini, jika
kemudian diukur, akan menempatkan individu pada sebuah kontinum yang membentang dari mereka
yang hidupnya diisi dengan bekerja . ha; tersebut, kemudian akan member beberapa petunjuk mengenai
tingkat motivasi pencapaian mereka.

Elemen Dimensi 2
Tingkat ketidakinginan untuk bersantai dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan seperti (1)
berapa sering Anada memikirkan pekrerjaan ketika tidak sedang berda di tempat kerja? (2) apa hobi
Anda? dan (3) bagaimana anda menghabiskan waktu ketiak tidak ditempat kerja? Mereka yang dapat
bersantai akan menunjukkan bahwa bisanya tidak memikirkan pekrjaan atau tempat kerja ketika dirumah.

Jadi, kita bias menempatkan karyawan pada sebuah kontinum yang membentang dari mereka
yang sangat dapat bersantai ke yang sedikit bersantai. Dimensi ini kemudian juga menjadi bias diukur.

Elemen Dimensi 3
Individu dengan motivasi pencapaian tinggi tidak sabar terhadap orang yang tidak efektif dan
enggan bekerja dengan orang lain. Sementara orang bermotivasi pencapaian dalam organisasi mungkin
sangat tinggi dalam kecendurungan perilaku tersebut, tetapi begitu juga sebaliknya, ada orang yang tidak
seperti itu. Jadi , ketidaksabaran orang terhadap ketidakefektifan juga bisa diukur dengan mengamati
perilaku.

Elemen Dimensi 4
Ukuran seberapa senang orang mencari pekerjaan yang menantang bias diperoleh dengan
bertanya mengenai jenis pekerjaan yang mereka pilih. Preferensi karyawan terhadap jenis pekerjaan yang
berbeda kemudian dapat ditempatkan pada suatu kontinum yang membentang dari yang memilih
pekerjaan cukup rutin ke yang memilih pekerjaan dengan tantangan yang kian sulit.mereka yang memiliki
kadar tantangan sedang kemungkinan besar lebih memiliki motivasi pencapaian disbanding yang memilih
kadar tantangan yang lebih besar atau kecil. Individu yang berorientasi pencapaian cenderung realistis
dan memilih pekerjaan yang tantangannya masuk akal dan dapat dicapai.

Elemen Dimensi 5
Mereka yang menginginkan umpan balik akan mencarinya dari atasa, rekan kerja, dan bahkan
terkadang dari bawahan. Mereka ingin mengetahui pendapat orang lain mengenain seberapa baik kinerja
mereka. Umpan balik, entah positif atau negatif, akan menunjukkan berapa banyak pencapaian dan
prestasi. Bila menerima pesan yang menyarankan perbaikan, mereka akan bertindak sesuai dengan hal
tersebut. Setelah mengoperasionalkan konsep motivasi pencapaian dengan mereduksi level abstraknya
menjadi perilaku yang dapat diamati, adalah mungkin untuk melakukan pengukuran yang baik dan
menelaah konsep motivasi pencapaian. Kegunaannya adalah bahwa orang lain bisa menggunakan ukuran
serupa, sehingga memungkinkan pengulangan atau peniruan (replicability). Tetapi , perlu disadari bahwa
semua definisi operasional sangat mungkin (1) meniadakan beberapa dimensi dan elemen penting yang
terjadi karena kelalaian mengenali atau mengonsepkannya, dan (2) menyertakan beberapa segi yang tidak
relevan.

Meskipun demikan, mendefinisikan konsep secara operasional adalah cara terbaik untuk
mengukurnya. Tetapi, benar-benar mengobservasi dan memperhitungkan seluruh perilaku individu dalam
cara tertentu, bahkan jka hal tersebut cukup praktis, akan terlalu sulit dilakukan dan memakan waktu.
Jadi, daripada benar-benar mengobservasi perilaku individu, kita bisa meminta mereka menceritakan pola
perilaku mereka sendiri dangan mengajukan pertanyaan tepat yang bisa direspons pada skala tertentu
yang telah disusun.
Apa yang Bukan Definisi Operasional
Deifinisi operasional tidak menjelaskan korelasi konsep. Misalnya kesuksesan kinerja tidak dapat
menjadi sebuah dimensi dari motivasi pencapaian, meskipun demikian, seseorang yang bermotivasi
sangat mungkin memenuhi hal tersebut dalam ukuran yang tinggi. Dengan demikian, motivasi pencapaian
dan kinerja dan / atau kesuksesan mungkin berkorelasi tinggi, tetapi tidak mengukur level motivasi
seseorang melalui kesuksesan dan kinerja.

Jadi jelas bahwa mendefinisikan sebuah konsep secara opersional tidak meliputi penguraian
alasan, latar belakang, konsekuensi, atau korelasi konsep. Adalah penting untuk mengingat hal ini, karena
jika kita mengoperasionalkan konsep secara tidak tepat atau mengacaukannya dengan konsep lain, kita
tidak akan memperoleh ukuran yang valid. Hal tersebut bahwa kita tidak akan mendapatkan data yang
baik dan penelitian akan menjadi tidak ilmiah.

MENGOPERASIONALKAN KONSEP PEMBELAJARAN


Pembelajaran merupakan konsep penting dalam konteks pendidikan. Lalu, bagaimana kita dapat
mengukur konsep abstrak yang disebut pembelajaran? Seperti sebelumnya, kita perlu mendefinisikan
konsep secara operasional dan mengubahnya menjadi perilaku yang bisa diamati dan diukur. Dengan kata
lain, kita harus menguraikan dimensi dan elemen dari konsep pembelajaran. Dimensi pembelajaran
mungkin sebagai berikut:

1. Pemahaman 2. Ingatan 3. Penerapan

Istilah sepeti memahami, mengingat, dan menerapkan tentu masih abstrak meskipun hal tersebut
membantu kita memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai apa yang dimaksud dengan
pembelajaran. Adalah perlu untuk menguraikan ketiga dimensi tersebut ke dalam elemen-elemen
sehingga kita dapat mengukur konsep pembelajaran.

Tinjauan Definisi Operasional


Definisi operasioanal adalah perlu untuk mengukur konsep abstrak seperti hal-hal yang biasanya
jatuh ke dalam wilayah subjektif perasaan dan sikap. Variable yang lebih objektif seperti usia atau tingkat
pendidikan cukup mudah diukur melalui pertanyaan langsung, sederhana, dan tidak perlu didefiniskan
secara operasional. Artikel tersebut akan memberitahu Anda kapan ukuran tersebut dibuat, oleh siapa, dan
berapa lama ukuran tersebut digunakan. Hanya instrument yang disusun dengan baik, yang telah
didefinisikan secara operasional dengan teliti, yang akan diterima dan sering dipakai oleh para peneliti
lain.

SKALA
Skala (scale) adalah suatu instrument atau mekanisme untuk membedakan individu dalam hal
terkait variabel minat yang kita pelajari. Skala ataun instrument bisa menjadi sesuatu yang mentah (gross)
dalam pengertian bahwa hal tersebut hanya akan mengategorikan individu secara luas pada variabwel
tertentu, atau menjadi instrumen yang disetel dengan baik yang akan membedakan individu pada variabel
dengan tingkat kerumitan yang bervariasi.

Ada empat tipe skala dasar : nominal, ordinal, interval, dan ratio. Saat kalibrasi atau klevel skala
meningkat dalam hal kerumitannya, kekuatan skala pun meningkat. Dengan skala yang lebih kuat,
peningkatan analisis data yang rumit dapat dilakukan, pada gilirannya, berarti bahwa jawaban yang lebih
tepat bisa ditemukan untuk pertanyaan penelitian. Tetapi, variabel tertentu lebih mudah diteliti dengan
skala yang lebih kuat dibanding lainnya.

SKALA NOMINAL

Skala nominal (nominal scale) adalah skala yang memungkinkan peneliti untuk menempatkan
subjek pada kategori atau kelompok tertentu, misalnya terkait dengan variabel gender, responden dapat
dibagi ke dalam dua kategori-pria dan wanita. Kedua kelompok tersebut diberi kode nomor 1 dan 2.
Nomor tersebut berfungsi sebagai label kategori yang sederhana dan sesuai, tanpa nilai intrinsic, daripada
menempatkan responden pada satu atau dua ketegori yang tidak sama, atau saling eksklusif (mutually
exclusive). Perhatikan bahwa kategori juga lengkap secara kolektif (collectively exhaustive).

Informasi yang dapat dihasilkan dari skala nominal adalah menghitung presentase (atau
frekuensi) pria dan wanita dalam sampel modern. Misalnya, jika kita mewawancarai 200 orang, dan
member kode nomor 1 untuk semua responden pria dan nomor 2 untuk semua responden wanita, maka
analisis data dengan computer di akhir survey mungkin menunjukkan bahwa 98 responden adalah pria
dan 102 responden adalah wanita. Distribusi frekuensitersebut memberitahu kita bahwa 49% responden
survei adalah pria dan 51% wanita. Dengan demikian, skala nominal memberikan suatu informasi
yangbersfat dasar, kategorial, dan mentah.

Skala Ordinal
Skala ordinal (ordinal scale) tidak hanya mengategorikan variabel-variabel untuk menunjukkan
perbedaan di antara berbagai kategori, tetapi juga mengurutkannya ke dalam beberapa cara. Dengan
banyaknya variabel untuk berbagai kategori yang digunakan berdasarkan pilihan, maka digunkannlah skla
ordinal.

Skala ordinal membantu peneliti untuk menentukan persentase responden yang menganggap
interaksi dengan orang lain sebagai yang paling penting, mereka yang menganggap menggunakan
sejumlah keterampilan berbeda sebagai yang terpenting dan seterusnya. Pengetahuan tersebut dapat
membantu mendesain pekrjaan yang oleh mayoritas karyawan dianggap dapat paling memperkaya. Skala
ordinal menyediakan lebih banyak informasi disbanding skala nominal. Skala ordinal melangkah lebih
jauh dari sekadar membedakan kategori untuk memperoleh informasi tentang bagaimana responden
membedakan dengan mengurutkan tingkatannya. Tetapi, perhatikan bahwa skala ordinal tidak member
petunjuk apa pun mengenai besaran perbedaan antartingkatan.

Skala Interval
Skala interval memungkinkan kita melakukan operasi aritmetika tertentu terhadap data yang
dikumpulkan dari responden. Sementara, skala nominal hanya memungkinkan untuk membedakan
kelompok secara kualitatif dengan mengategorikannya ke dalam kumpulan yang saling eksklusif dan
lengkap secara kolektif, skala ordinal untuk mengurutkan tinfaktan preferens, skala interval memampukan
kita mengukur jarak antara setiap dua titik pada skala. Hal ini membantu kita untuk menghitung meandan
standar deviasi. Dengan , kata lain skala interval tidak hanya mengelompokkan individu menurut kategori
tertentu dan menentukan ukuran kelompok,namun juga mengukur besaran perbedaan preferensi
antarindividu.

Jadi skala interval menentukan perbedaan , urutan, dan kesamaan besaran perbedaan dalam
variabel. Karena itu, skala interval lebih kuat dibanding skala nominal dan ordinal, dan bisa diukur
tendensi sentralnya.

Skala Rasio
Skala rasio (ratio scale) mengatasi kekurangan titik permulaan yang berubah ubah pada skala
interval, yaitu skala rasio memiliki titik nol absolute absolute (berlawanan dengan berubah ubah-
arbitary), yang merupakan titik pengukuran yang berarti. Jadi skala rasio tidak hanya mengukur besaran
perbedaan antar titik pada skala, namun juga menunjukkan proporsi dalam perbedaan. Ini merupakan
yang tertinggi di antara keempat skala karena memilik titik awal nol yang khas (bukan titik awal yang
berubah-ubah) dan mencakup semua sifat dari ketiga skala lainnya. Perbandingan berat badan adalah
contoh yang baik sebuah skala rasio. Hal tersebut memiliki titik nol absolute (dan tidak berubah ubah)
yang sesuai, memungkinkan kita untuk menghitung rasio berat badan dua individu.

Sifat skala di mana tingkat pengukuran semakin tinggi, diringkas dalam Figur 8.3. Kita juga bisa
melihat dari figure tersebut bagaiman kekuatan statistic meningkat saat berpindah dari skala nominal ke
skala ordinal menuju skala interval dan terakhir ke skala rasio memungkinkan kita untuk mengukur
proporsi perbedaaan.

Penggunaan Skala Nominal


Skala nominal selalu digunakan untuk memperoleh data pribadi seperti gender atatu departemen
tempat seseorang bekerja, dimana pengelompokkan individu atau objek adalah berguna.

Penggunaan Skala Ordinal


Skala ordinal digunakan untuk memeringkat prefrensi atau kegunaan beragam jenis produk oleh
konsumen dan untuk mengurutkan tingkatan individu, objek atau peristiwa.

Penggunaan Skala Interval


Skala interval digunakan jika respons untuk beragam item yang mengukur suatu variabel bisa
dihasilkan dengan skala lima poin (tujuh poin atau lainnya), yang kemudian dapat diterapkan pada
seluruh item.

Penggunaan Skala Rasio


Skala Rasio bisanya digunakan dalam penelitian organisasi ketika angka pasti dari faktor-faktor
objektif (sebagai lawan dari subjektif) diperlukan.
Tinjauan Skala
Empat skala yang dapat diterapkan pada pengukuran variabel adalah skala nominal, ordinal,
interval dan rasio. Skala nominal menyoroti perbedaan dengan mengklasifikasikan objek atau orang
kedalam kelompok dan menyediakan informasi yang paling sedikit mengenai variabel. Skala ordinal
memberikan beberapa informasi tambahan dengan mengurutkan tingkatan kategori skala nominal. Skala
interval tidak hanya mengurutkan, namun juga memberi kita informasi besaran perbedaan dalam variabel.
Skala rasio tidak hanya menunjukkan besaran perbedaan, tetapi juga proporsinya.

DIMENSI INTERNASIONAL DARI DEFINISI OPERASIONAL DAN PENYUSUNAN


SKALA
Definisi Operasional
Dalam melakukan penelitian transnasional, penting untuk mengingat bahwa variabel tertentu
memiliki arti dan konotasi berbeda dalam kebudayaan yang berbeda. Jadi, adalah bijaksana jika peneliti
yang berasal dari sebuah negara dengan bahasa berbeda mencari bantuan dari sarjana lokal untuk
mendefinisikan secara operasional konsep-konsep tertentu ketika melakukan penelitian lintas budaya.

Penyusunan Skala
Sebagai bagian dari kepekaan terhadap definisi operasional konsep dalam kebudayaan lain,
persoalan penyusunan skala juga perlu mendapat perhatian dalam penelitian lintas budaya. Kebudayaan
yang berbeda bereaksi secara berbeda pada persoalan penyusunan skala. Misalnya, skala 5 titik atau 7
titik mungkin tidak masalah din Amerika Serikat, namun bisa saja dalam respons subjek Negara lain
menemukan bahawa di beberapa Negara, skala 7 titik lebih sensitif dalam mengungkapkan respons yang
tidak biasa dibanding skala 4 titik.

Anda mungkin juga menyukai