Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas merupakan karakteristik produk yang selalu diperhatikan
perusahaan. Tingginya tingkat kecacatan produk menyebabkan perusahaan tidak
mampu bersaing di pasar,ditinggal pelanggan dan akan mengalami kerugian.
Meylia (2009), menyatakan penyebab suatu produk cacat biasa timbul dari lima
sumber, yaitu kesalahan manusia atau operator, mesin yang dipasang tidak wajar,
bahan baku yang tidak sesuai, lingkungan yang tidak mendukung, dan metode
kerja yang salah. Keberadaan Quality Control (jaminan mutu) pada perusahaan
tentunya sangat penting, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan pasar.
PT. Suka Jaya Makmur merupakan contoh perusahaan yang memiliki
komitmen tinggi terhadap kualitas produknya. PT. Suka Jaya Makmur adalah
perusahaan swasta nasional anggota dari Alas Kusuma Group.Perusahaan ini
bergerak dibidang industri kehutanan, pabrik unit industri ketapang memproduksi
Plywood, blokboard, laminboard dan venner. PT. Suka Jaya Makmur Saat ini
telah mengembangkan dan melaksanakan sistem mutu yang terdokumentasi
dengan :
Meningkatkan mutu cara kerja dan hasil kerja.
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan.
Memenuhi dan memuaskan kebutuhan pelanggan.
Kualitas ekspor veneer (bahan baku plywood) merupakan produk kualitas
terbaik, dengan mengacu pada standar JAS (Japanes Agricultural Standard). JAS
merupakan standar mutu produk-produk pertanian dan kehutanan Jepang.
Standar JAS meliputi standar mutu produk, proses produksi dan standar distribusi,
selain mengacu pada standar JAS PT. Suka Jaya Makmur juga memperoleh
sertifikat ISO dan SUCOFINDO. PT. Suka Jaya Makmur memiliki departemen
Quality Control (jaminan mutu) untuk dapat mempertahankan mutu produknya,
departemen ini bertugas melakukan kontrol kualitas dan memeriksa semua proses
yang terlibat dalam proses produksi produk. Memastikan standar kualitas dipenuhi
oleh setiap komponen produk atau layanan yang disediakan oleh perusahaan.
2

Teknik Industri merupakan salah satu Program Studi di Fakultas Teknik


Universitas Tanjungpura Pontianak yang menyelenggarakan pendidikan terapan
dalam bidang manajemen perusahaan. Mahasiswa memerlukan proses
sinkronisasi pembelajaran yang telah dipelajari pada saat perkuliahan dengan
praktek di lapangan agar dapat merealisasikannya, salah satunya adalah melalui
Kerja Praktek (KP).
Berdasarkan uraian diatas, penulis memilih tempat kerja praktek di PT. Suka
Jaya Makmur, penulis mempelajari sistem dan mekanisme pengendalian kualitas
produk (jaminan mutu) mulai dari proses awal hingga barang siap dipasarkan.
Pengendalian mutu bertujuan untuk mempertahankan kualitas produk agar sesuai
standar yang telah ditetapkan, produk yang baik akan mudah diterima pasar dan
kepercayaan konsumen akan terus tumbuh terhadap produk yang dihasilkan.

1.2 Ruang Lingkup Kerja Praktek


Ruang Lingkup kerja praktek yang dilakukan di PT. Suka Jaya Makmur
adalah mempelajari sistem dan mekanisme kerja perusahaan dalam pengendalian
kualitas venner (bahan baku plywood ) mulai dari proses log cutting hingga
menjadi venner yang siap untuk diekspor atau dikirim ke PT. Sari Bumi Kusuma
dan PT. Harjohn Timber Unit Industri Kumpai.

1.3 Tujuan Kerja Praktek

Setelah melakukan kerja praktek di PT. Suka Jaya Makmur, penulis


dapat:

1. Mengetahui dan memahami pengendalian kualitas produk pada PT. Suka


Jaya Makmur.
2. Mengetahui dan memahami mekanisme dan sistem kerja PT. Suka Jaya
Makmur.
3. Memperoleh pengalaman kerja selama kerja praktek di PT. Suka Jaya
Makmur.
3

1. 4 Jadwal Kerja Praktek

Juni Minggu Ke- Juli Minggu Ke- Agustus Minggu Ke-


No Item Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV
Pengajuan permohonan
dan proposal Kerja
1.
Praktek kepada Prodi
Teknik Industri
Pengajuan Permohonan
2. Kerja Praktek ke
Perusahaan
Persiapan ke lapangan,
pengenalan dengan staf
3. dan karyawan, serta
pengenalan lingkungan
pabrik
Pelaksanaan Kerja
4.
Praktek
Konsultasi Kerja Praktek
pada Pembimbing
5. Lapangan dan Dosen
Pembimbing Kerja
Praktek
Pembuatan Laporan Hasil
6.
Kerja Praktek
Pelaksanaan Kerja praktek (KP) dilaksanakan dua bulan, yaitu pada bulan
Juli sampai dengan bulan Agustus 2015.Adapun tempat dan waktu pelaksanaan
sebagai berikut :

Tempat : PT. Suka Jaya Makmur

Alamat : Jalan Gajah Mada No 1 Payak Kumang Ketapang

Waktu : 27 Juli s/d 31 Agustus 2015

Pukul : 06.30-15.30 WIB

Tabel 1.1 Jadwal Kerja Praktek


4

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan kerja praktek disusun dengan sistematika sebagai


berikut:

BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, ruang lingkup kerja
praktek, jadwal kerja praktek dan sistematika penulisan

BAB II: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


Bab ini mengupas sejarah perusahaan, misi dan tujuan perusahaan,
hasil produk dan pemasaran serta struktur organisasi.

BAB III : DESKRIPSI KEGIATAN KERJA PRAKTEK


Bab ini menguraikan tentang job description, jurnal kerja, dan
output kerja praktek.

BAB IV : PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK

Bab ini berisi tentang wawasan pengalaman kerja praktek,


permasalahan yang ditemui saat kerja praktek dan keilmuan Teknik
Industri yang dapat diaplikasikan.

BAB V : PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran.
5

BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Suka Jaya Makmur adalah perusahaan swasta nasional anggota dari
Alas Kusuma Group yang bergerak di bidang industri kehutanan, yang telah diberi
kepercayaan oleh pemerintah untuk mengelola areal hutan dalam bentuk Hak
Pengusahaan Hutan (HPH) di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Produk
yang dihasilkan berupa Plywood, Blokboard, Laminboard dan Veneer.
PT Suka Jaya Makmur terletak di Kabupaten Ketapang, Provinsi
Kalimantan Barat memulai kegiatan usahanya pada tahun 1979 berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 521/Kpts/Um/8/1979 dengan luas 119.000
Ha, dan pada tahun 1982 mendapatkan perpanjangan izin melalui Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: 310/Kpts/V/1982 dengan luas areal 294.000 ha,
selama 20 tahun.
Areal PT. Suka Jaya Makmur pada tahun 1999 terbagi dalam dua unit yang
terpisah, hal ini disebabkan karena adanya perubahan dalam peraturan pemerintah.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 106/Kpts/II/2000 dua unit
tersebut telah tergabung kembali dengan luas 171.300 ha, selama 55 tahun (akan
berkhir pada tahun 2054).
Sejak tahun 2008 hingga tahun 2015 manajemen PT. Suka Jaya Makmur
sering mengalami pergantian pimpinan, hal ini berdampak pada kebijakan
produksi perusahaan tersebut. Dampak yang paling nyata dari kebijakan
manajemen perusahaan yaitu dihentikannya produksi plywood. Dampak krisis
sumber bahan baku pada tahun 2013 juga menjadi pertimbangan manajemen
perusahaan memutuskan untuk memproduksi bahan plywood setengah jadi
(venner). Saat ini PT. Suka Jaya Makmur hanya memproduksi veneer face, veneer
back dan core. Tingginya Upah Minimum Kabupaten (UMK) berdampak pada
pengurangan jumlah karyawan, hal ini yang menjadi dasar bagi perusahaan
memproduksi produk setengah jadi. Berkurangnya jumlah karyawan berdampak
pada menurunnya produktivitas produksi.
6

2.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan


Adapun visi, misi dan tujuan PT. Suka Jaya Makmur sebagai berikut:
1. Visi
Menjadi industri kehutanan yang tangguh dan menghasilkan produk
berdaya saing tinggi yang bertumpu pada pengelolaan hutan yang lestari dan
penetapan sistem lacak balak secara profesional
2. Misi
Misi PT. Suka Jaya Makmur sebagai berikut :
1) Mengelola hutan dengan teknik silvikultur yang sesuai untuk
meningkatkan produktivitas (growth and yield) serta teknik pembalakan
ramah lingkungan yang mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan hutan
lestari.
2) Mengelola industri kayu terpadu secara profesional yang didukung oleh
pasokan bahan baku kayu secara berkelanjutan yang berasal dari hutan-
hutan yang dikelola secara lestari
3) Melakukan manajemen profesional dalam setiap proses produksinya,
dengan didukung oleh tenaga-tenaga yang kompeten dibidangnya, untuk
menghasilkan produk yang mempunyai daya saing tinggi.
4) Melibatkan dan bekerja sama dengan masyarakat sekitar konsesi dalam
setiap proses produksi maupun aktivitias sosial terkait lainnya.
3. Tujuan Perusahaan
Sejalan dengan misi perusahaan maka PT. Suka Jaya Makmur bertujuan
memenuhi kebutuhan permintaan pasar dengan cara mengelola industri kayu
terpadu secara profesional yang didukung oleh pasokan bahan baku kayu secara
berkelanjutan yang berasal dari hutan-hutan yang dikelola secara lestari. Hal ini
terbukti dengan terbitnya sertifikat SFC (Standard Forest Council). SFC
merupakan sertifikat yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang
bergerak dibidang kehutanan di seluruh dunia yang berkomitmen tinggi
menjalankan bisnis mereka dengan memperhatikan aspek ekologi, produksi dan
sosial.
PT. Suka Jaya Makmur juga bertujuan menjadi perusahaan padat karya
dan menjadi mitra dengan masyarakat sekitar konsensi dalam hal produksi
maupun aktivitas sosial lainnya. Terkait misi dan tujuan perusahaan PT. Suka Jaya
7

Makmur memiliki rencana jangka pendek dan jangka panjang. Adapun rencana
tersebut sebagai berikut:
a. Rencana Jangka Pendek
1) Memenuhi kebutuhan pasar Nasional dan Internasional
2) Memperthankan dan menjaga mutu produk.
3) Menjaga ketersedian pasokan bahan baku
4) Menjalin kerja sama yang baik antara stakeholder
b. Rencana Jangka Panjang
Berikut adalah rencana jangka panjang PT. Suka Jaya Makmur :
1) Melakukan integrasi rencana pengelolaan produksi dan pelestarian
satwa langka, khususnya orangutan, lewat pendekatan pengelolaan
hutan secara lestari.
2) Menggunakan sistem untuk akreditasi dan sertifikasi.
3) Menetapkan standar-standar untuk pengembangan dan pengesahan
standar.

2.3 Produk
Beberapa jenis produk yang pernah diproduksi PT. Suka Jaya Makmur
antara lain Plywood, Block Board, dan Lamin Board. PT. Suka Jaya Makmur
mampu menghasilkan 6.000 kubik plywood perbulan pada kondisi normal. Sejak
tahun 2013 manajemen PT. Suka Jaya Makmur mengambil kebijakan untuk
memproduksi bahan plywood setengah jadi (veneer). Saat ini PT. Suka Jaya
Makmur hanya memproduksi veneer face, veneer back dan veneer core dengan
berbagai jenis ukuran sesuai dengan permintaan pasar. Kapasitas produksi saat ini
berkurang menjadi 3.500 kubik perbulan.
Tabel 2.1 berikut ini merupakan jenis-jenis produk venner yang diproduksi
PT. Suka Jaya Makmur unit industri Ketapang
8

Tabel 2.1 Produk Veneer yang dihasilkan PT. Suka Jaya Makmur
Ukuran
Jenis Potong Lebar Panjang Ketebala
Aktual (mm)
(m) (mm) (mm) n (mm)
910 0,6
915 0,35
1820, 1830,
2,06 920 1930 0,65
1840
925 0,8
Face/bac 945 1,05
k 910 1,17
915 1,35
2,6 920 2540 2440 1,7
925 2,1
945 2,4
1220 1270 1220 2,45
1,32
1230 1283 1230 2,7
910 915 3
Core 915 920 3,3
1,06 920 965 900, 910, 925
925 970
945 1000

Sumber : PT. Suka Jaya Makmur, 2015

2.4 Pemasaran
Produksi Veneer yang dihasilkan PT. Suka Jaya Makmur di ekspor ke
Jepang, Taiwan, Hongkong, India, negara-negara kawasan Timur Tengah, Eropa
dan Amerika. Selain mengekspor bahan setengah jadi tersebut juga dikirim ke unit
industri kumpai, PT. Sari Bumi Kusuma dan PT. Harjohn Timber untuk dilakukan
proses assembly lanjutan menjadi plywood. Jumlah penjualan rata-rata perbulan
mencapai 3.500 kubik.

2.5 Struktur Organisasi


Adapun struktur organisasi PT. Suka Jaya Makmur unit industri Ketapang
dapat dilihat pada gambar 2.1.
9

Gambar 2.1 Struktur organisasi PT.Suka Jaya Makmur Unit Industri Ketapang
Sumber : PT. Suka Jaya Makmur, 2015
10

Keterangan Istilah:
Ass. GM = Asisten General Manager
BAG = Kepala Bagian
KASIE = Kepala Seksi
SDM = Sumber Daya Manusia
PPC = Production Planning & Control
QC = Quality Control
KA = Kepala
ADM = Administrasi
Berdasarkan struktur organisasi di atas, setiap bagian mempunyai tugas
dan wewenang yang harus dilaksanakan. Tugas dan wewenang tersebut yaitu :
1. Assisten GM Industri
a. Tugas
1) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan bagi para Kepala Bagian beserta
jajaran.
2) Memantau seluruh masalah yang berkaitan dengan jaminan mutu.
3) Membantu general manager dalam melaksanakan tugas.
b. Wewenang
1) Memberi persetujuan terhadap jadwal audit Mutu Internal yang di
usulkan oleh Kepala Bagian Mutu.
2) Mengkoordinasi seluruh dapartemen terhadap masalah mutu.
c. Tanggung jawab
1) Mengkoordinir dan mendorong pengembangan sistem manajemen mutu
secara berkesinambungan sehingga menjadi lebih efektif.
2) Mengimplementasikan tindakan koreksi, memantau dan mengevaluasi
efektifitas dari tindakan koreksi.
2. Pimpinan Pabrik
a. Tugas
Pimpinan Pabrik bertugas mengendalikan seluruh aktivitas produksi dan
hal-hal yang berkaitan dengan langkah strategis pabrik

b. Wewenang
1) Memberikan persetujuan terhadap proses produksi.
2) Mengkoordinasi depertemen-depertemen produksi.
3) Memberikan arahan kepada manajer produksi dan PPC/QC beserta
jajarannya.
c. Tanggung Jawab
1) Melakukan evaluasi terhadap proses dan sistem produksi
2) Mengkoordinasi manajer dan jajaran.
11

3. Manajer Produksi
a. Tugas
1) Mempersiapkan rencana produksi dan memastikan terlaksananya
jadwal produksi.
2) Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya dan kebutuhan bahan.
3) Memberikan arahan kepada kepala bagian produksi tentang proses
kerja.
4) Melaksanakan kebijakan dalam proses produksi dan mengawasi proses
poduksi.
b. Wewenang baku bagian produksi.
1) Mengkoordinir dan mengatur proses kegiatan produksi sesuai rencana
produksi.
2) Memastikan bahwa proses produksi masih dalam kondisi yang
terkendali.
3) Melaksanakan tindakan koreksi dan pencegahan yang baik bila di
perlukan.
c. Tanggung jawab
1) Betanggung jawab terhadap proses kegitan produksi.
2) Bertanggung jawab atas operasional keseluruhan bagian produksi.
12

4. Kabag Produksi
a. Tugas
1) Memastikan bahwa keseluruhan material dan peralatan/mesin yang
dipergunakan spesifikasinya benar dan sesuai dengan prosedur yang
terdokumentasi.
2) Membantu manager produksi memantau proses produksi dan
memastikan bahwa proses tersebut berjalan sesuai dengan prosedur
terdokumentasi.
3) Memberikan pelatihan di tempat kerja kepada para pengawas dan
karyawan serta menilai unjuk kerja mereka secara
berkesinambunganan, sehingga dapat dipastikan menghasilkan mutu
kerja yang baik secara mandiri.
4) Memperbaharui dan memelihara seluruh rekaman di dalam bidang
tanggung jawabnya.
5) Memastikan bahwa seluruh produk yang tidak sesuai di identifikasi
dengan baik, dipisahkan dan diajukan untuk ditinjau oleh personil yang
berwenang.
b. Wewenang
Menentukan, melaksanakan dan memastikan bahwa seluruh produk yang
tidak sesuai di identifikasikan dengan baik, dipisahkan dan di ajukan untuk
ditinjau oleh personil yang berwenang perencanaan kegiatan perusahaan
secara menyeluruh.
c. Tanggung jawab
1) Bertanggung jawab atas operasional bagian produksi.
2) Bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi.
5. Manajer PPC/QC
Membuat perencanaan dan perancangan terkait produksi perusahaan,
mengatur dan mengelola sumber bahan baku dan lain sebagainya. Memastikan
Kualitas produk terstandar dengan baik sesuai dengan standar jaminan mutu yang
ditetapkan. Secara rinci tugas, tanggung jawab dan wewenang Manajer PPC/QC
sebaagai berikut:
a. Tugas
1) Membantu Assisten general manager dalam implementasi sistem
manajemen mutu yang efektif.
2) Memastikan bahwa hanya dokumen yang telah disetujui yang boleh
dipergunakan.
13

3) Mengembangkan pelatihan dalam pendidikan personil perusahaan


dalam bidang mutu.
4) Memastikan bahwa produk yang tidak sesuai diteliti kembali dengan
baik dan dipisahkan.
b. Wewenang QC
1) Menentukan bentuk dan jenis pelatihan dalam pendidikan personil
perusahaan dalam bidang mutu.
2) Menentukan kesesuaian mutu produk dengan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan.
c. Tanggung jawab QC
1) Mengkoordinasikan dan bertanggung jawab terhadap para pelanggan
tentang seluruh masalah yang ada kaitannya dengan mutu.
2) Memprakarsai dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan audit mutu
internal sesuai jadwal yang telah ditentukan.
6. Kabag. SDM
a. Tugas
1) Membuat strategi dalam hal ketenagakerjaan, melaksanakan dan
mengendalikannya.
2) Menegakkan disisplin dan membina hubungan kerja dengan seluruh
karyawan.
3) Mengadakan perencanaan penarikan karyawan yang diperlukan.
4) Melayani karyawan dalam hal pengurusan cuti, izin dan lembur
karyawan.
5) Mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan.
6) Menegakkan disiplin karyawan.
7) Menjadi penghubung antara pimpinan dengan bawahan serta bawahan
dengan bawahan dalam masalah-masalah yang timbul akibat hubungan
kerja.
8) Menyelesaikan kasus PHK karyawan kepada instansi terkait.
b. Wewenang
1) Berwewenang merencanakan jadwal dan kegiatan pengembangan
karyawan.
2) Berwewenang memberikan sanksi kepada karyawan yang tidak disiplin.
c. Tanggung jawab
1) Bertanggung jawab terhadap masalah ketenagakerjaan.
2) Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penempatan karyawan.
7. Kabag PPC/QC
Menyusun perencanaan produksi yang efektif dan efisien sesuai dengan
permintaan dan ketersedian sumber bahan baku. Mengendalikan kualitas produk
sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.
8. Kasie PPC
14

Melaksanakan dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan produksi


9. Kasie QC
Melaksanakan dan melakukan kontrol melakukan terhadap mutu produk
10. Kasie Shift
Bertugas menyusun jadwal dan pembagian pekerjaan.
11. Kasie log cutting, rotary lathe, drayer dan veneer
Melakukan kontrol dimasing- masing lini produksi.
15

BAB III
DESKRIPSI KEGIATAN KERJA PRAKTEK

3.1 Job Description


Aktivitas yang dilakukan penulis selama pelaksanaan kerja praktek di
PT. Suka Jaya Makmur antara lain:
1. Mempelajari proses produksi veneer yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Mempelajari proses pengendalian kualitas veneer yang dilakukan oleh
perusahaan.

3. Membuat laporan harian/jurnal kerja yang selanjutnya menjadi bahan


diskusi dan laporan pada pembimbing lapangan tentang kegiatan yang
telah dilaksanakan setiap harinya.

3.2 Tanggung Jawab dan Wewenang Kerja

Selama pelaksanaan kerja praktek penulis wajib bertanggung jawab dan


mengikuti semua aturan yang berlaku di dalam perusahaan. Wewenang yang
diberikan kepada penulis adalah kewenangan untuk mempelajari cara kerja
perusahaan yang meliputi proses produksi, Pengendalian kualitas produk
(Jaminan Mutu), serta melakukan observasi dan interview guna
mengumpulkan data dan informasi pendukung dalam penulisan laporan kerja
praktek.
3.3 Output Kerja
Output yang penulis dapatkan selama pelaksanaan kerja praktek hingga
selesai adalah sebagai berikut.
1. Penulis mampu menjelaskan bagaimana proses produksi veneer yang
dilakukan oleh perusahaan.
2. Memperoleh pengetahuan bagaimana sistem kerja dan inspeksi mutu
produk yang dilakukan oleh perusahaan.
3. Memperoleh pengalaman kerja pada PT. Suka Jaya Makmur khususnya
pada bagian produksi dan Jaminan Mutu.
16

BAB IV
PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK

4.1 Wawasan Pengalaman Kerja Praktek


Saat kegiatan kerja praktek di PT. Suka Jaya Makmur penulis
ditempatkan pada bagian jaminan mutu, bagian ini secara umum bertugas
untuk melakukan kontrol mutu dan memeriksa semua proses yang terlibat
dalam produksi produk. Memastikan standar kualitas dipenuhi oleh setiap
komponen produk atau layanan yang disediakan oleh perusahaan.
Sesuai dengan tujuan kerja praktek yang dilaksanakan oleh penulis,
yaitu mengetahui dan memahami bagaimana proses inspeksi dan pengendalian
mutu veneer, maka penulis diberi wewenang untuk mengamati secara
langsung bagaimana proses produksi dan inspeksi veneer di PT. Suka Jaya
Makmur dan diajari bagaimana cara melakukan inspeksi terhadap mutu
venner yang selama ini dilakukan oleh perusahaan. Proses produksi dan
pengendalian mutu produk merupakan dua hal yang saling berhubungan dan
tidak bisa dipisahkan.
Proses produksi venner di PT. Suka Jaya Makmur terdiri atas lima lini
produksi yaitu log cutting, log cleaner, rotary lathe, dryer dan veneer . Hasil
proses kelima lini inilah yang akan diinspeksi untuk menjamin mutu produk.
Proses inspeksi terhadap jaminan mutu veneer pada PT. Suka Jaya Makmur
akan diuraikan pada masing-masing lini sebagai berikut.
4.1.1 Log Cutting
Log cutting merupakan pemotongan kayu log sesuai ukuran yang telah
ditetapkan konsumen. Kualitas log ditentukan pada hasil kupasan isi log. Semakin
baik kualitas log maka hasil kupasan juga semakin baik.
Terdapat dua jenis kayu yang dipotong yaitu kayu jenis singker (tenggelam
dalam air) dan kayu jenis potler (terapung). Unsur yang diinspeksi yaitu ukuran
panjang potongan log. Metode yang digunakan yaitu random sampling dengan
menggunakan ukuran meteran, satuan ukur meter dengan standar kontrol 1 cm.
17

Unsur-unsur yang harus diinspeksi antara lain :


1. Pandangan luar
Secara visual dilakukan inspeksi mengenai cacat, jenis kayu dan kualitas
penampang log.
2. Klasifikasi kesegaran atau keutuhan log, kebulatan penampang, retak,
busuk, mata kayu, perubahan warna, serat kayu dan lain-lain ditetapkan
kualitas peruntukannya.
3. Perbandingan Ukuran
Dengan meteran diukur diameter penampang pada kedua ujung log.

du+dp
Hitung diameter rata-rata dengan rumus d = 2

Dimana : d = diamete rata- rata (cm)


du = diameter ujung (cm)
dp = diameter pangkal (cm)
4. Panjang potongan log adalah jarak terpendek diantara kedua ujung ukuran
panjang potongan log menggunakan meteran.
Ukuran panjang potongan log meliputi 2,60 meter, 2,06 meter, 1,32 meter
dan 1,06 meter. Adapun jenis cacat pada log meliputi cacat fisik luar, lubang
kerek, kaki anjing, cacat mata kayu, pecah gelang, hati rapuh, melintir, dan lapuk
hati. Penyebab cacat pada log bisa terjadi karena kesalahan pada penebangan,
pengiriman log yang yang melalui tiga estapet sangat memungkinkan log
mengalami kerusakan seperti membentur batu dan pasir yang menepel. Cacat pada
log juga dapat disesabkan karena hewan atau tumbuhan itu sendiri akibat penyakit
atau hama atau dapat pula disebabkan karena penyimpanan log yang terlalu lama.
Kualitas log yang kurang baik berdampak pada hasil pengupasan pada
proses pengupasan pada lini produksi rotary lathe. Panjang potongan log yang
memenuhi standar yaitu bontos tidak cacat, log bebas dari cabang, log bebas dari
kulit dan sedapat mungkin batang harus lurus. Log yang memiliki cacat busuk
hati, pecah gelang (ring), lubang, mata kayu, kapang dan cacat lain dinyatakan
afkir dan tidak dapat dipergunakan.
Log peruntukan veneer muka (veneer face) harus berpenampang bulat
silindris, batang lurus dan tidak memuliki cacat berat seperti pecah gelang, hati
rapuh, melintir dan mata kayu sehat tidak boleh dari dua buah. Cacat pecah gelang
tidak boleh lebih dari sepertiga panjang batang. Log peruntukan veneer tengah
18

(veneer core) harus berpenampang bulat, batang bengkok diperbolehkan tetapi


tidak membusur. Cacat log mata kayu sehat, mata kayu busuk, lapuk hati, lubang
di tengah bontos (diameter maksimal 12 cm) dan lapuk hati pinggir lebih dari
sepertiga diameter bontos. Berikut ini merupakan tabel penerimaan bahan baku
standar penerimaan log standar JAS.
Tabel 4.1 Penerimaan Bahan Baku Penerimaan Log Standar JAS.
Untuk back atau center Untuk Center Core atau
Item Untuk face
core Core
Panjang Minimum 300 cm Minimum 300 cm Minimum 300 cm
Diameter Minimum 60 cm Minimum 50 cm Minimum 40 cm
Total Pecah kedua
Total Pecah kedua ujung Total Pecah kedua ujung
ujung log kurang
Pecah log kurang dari 20% log kurang dari 40%
dari 10% panjang
panjang log panjang log
log
Diameter kurang
dari 10 cm dan
Mata kayu
jumlah maksimum Diperbolehkan Diperbolehkan
Hidup
2 pada setiap 2
meter log
Diperbolehkan,
Diperbolehkan, kedalaman
Lapuk kedalaman Diperbolehkan
maksimum 1/8 R
maksimum 1/12 R
Diperbolehkan,
Lubang Diperbolehkan, kedalaman Diperbolehkan, kedalaman
kedalaman
Cacing maksimum 1/8 R maksimum 1/3 R
maksimum 1/12 R
Maksimum
Serat Maksimum puntiran 15 Maksimum puntiran 15
puntiran 10 derajad
Terpuntir derajad dari sumbu log derajad dari sumbu log
dari sumbu log
Diperbolehkan,
Pecah Diperbolehkan, letaknya Diperbolehkan, letaknya
letaknya 10 cm dari
Gelang 10 cm dari pusat log 10 cm dari pusat log
pusat log
Diperbolehkan jika
Lain-lain Diperbolehkan jika sedikit Diperbolehkan jika sedikit
sedikit
Sumber : PT. Suka Jaya Makmur, 2007

4.1.2 Log Cleaner


Log Cleaner merupakan proses pembersihan permukaan batang log dari
kotoran, kulit kayu dan benda keras seperti batu dan paku, untuk meningkatkan
efisiensi pemakaian pisau dalam pembuatan veneer. Bagian ini diinspeksi hanya
dilakukan secara pandangan visual terhadap log, jika kulit kayu sudah bersih dan
19

tidak terdapat lagi kotoran yang menempel pada batang kayu maka dapat
dilanjutkan ke proses berikutnya.

4.1.3 Rotary Lathe


Rotary Lathe adalah pengupasan isi kayu. Hasil kupasan kulit kayu inilah
yang nanti akan menjadi veneer face, veneer back dan veneer core. Hal-hal yang
diinspeksi meliputi :
1. Setting Veneer Knife
Pengujian Pisau veneer merupakan tahap awal yang harus dilakukan untuk
memastikan kerataan mata pisau dan nose bar untuk mendapatkan kupasan
veneer sesuai dengan ketebalan yang diinginkan. Pengujian ini menggunakan alat
taper gauge Unsur-unsur yang di inspeksi meliputi ketinggian mata pisau dan
ketajaman pisau. Standar ketinggian mata pisau yang sesuai standar diketinggian
0,20 mm dan 0,30 mm.
2. Pengujian Tebal Veneer Basah
Metode yang digunakan yaitu metode random, dengan alat ukur mikrometer,
satuan ukuran milimeter (mm). Pengukuran dilakukan terhadap venner keluaran
rotary lathe pada setiap awal, tengah dan akhir pengupasan. Unsur-unsur yang
diinspeksi meliputi :
1) Pandangan Luar
Secara visual dilakukan inspeksi mengenai cacat dan mutu penampakan
veneer.
2) Pengukuran Ketebalan
Mengambil lima buah contoh uji (sample) untuk setiap ketebalan venner,
dengan menggunakan mikrometer, ukur ketebalan veneer pada enam titik
dan hitung nilai rata-ratanya. Catat hasil pengukuran dan penyimpangan
selama proses. Pencatatan dilakukan setiap selang waktu dua jam.
Pengukuran ketebalan juga diberlakukan sistem toleransi batas maksimum
dan minimum yang diperbolehkan dari standar, sebagai contoh untuk
veneer ketebalan 0,60 mm batas maksimal pengupasan yang
diperbolehkan yaitu 0,63 mm dan batas minimum 0,57 mm.
20

3. Pengujian Panjang Face/Back di Rotary Lathe


Pengujian face/back di rotary lathe dilakukan pengukuran panjang veneer
basah pada setiap pengupasan dengan menggunakan metode random sampling,
alat ukur meteran, satuan ukur mm dengan standar kontrol 1 mm. Unsur-unsur
yang diinspeksi meliputi :
1) Pandangan Luar
Secara visual dilakukan inspeksi mengenai cacat dan mutu penampakan
kupasan veneer dari mesin rotary lathe.
2) Pengukuran Panjang
Panjang veneer ditetapkan sebagai rata-rata hasil dua kali pengukuran
jarak kedua sisi lebar venner. Setiap penyimpangan akan dilaporkan
kepada pengawas dan operator untuk tindakan perbaikan.
4. Pengujian Lebar Core
Lebar core diuji dengan metode random sampling, dengan menggunakan
meteran sebagai alat ukur. Satuan ukur mm, dengan standar kontrol 10 mm.
Unsur-unsur yang diinspeksi meliputi :
1. Pandangan Luar
Secara visual dilakukan inspeksi terhadap cacat dan mutu penampakan
core seperti kasar,tebal atau tipis dan lain sebagainya.
2. Pengukuran Lebar
Pengukuran lebar core mengacu pada rujukan penggunaan meteran dan
lebar core ditetapkan sebagai rata-rata dua kali pengukuran jarak antara
kedua sisi panjang core. Setiap penyimpangan akan dilaporkan kepada
pengawas dan operator untuk tindakan perbaikan.
Mengacu pada standar JAS proses inspeksi pada pengupasan akan
ditampilkan pada tebel 4.2 dan tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.2 Standar Kupasan Ketebalan Veneer Basah PT SJM
Tebal (mm) Toleransi (mm) Keterangan Peruntukan
0,60 0,03 Face, Back
3 Ply
1,35 0,06 Core
Sumber : PT. Suka Jaya Makmur, 2007

Tabel 4.2 Standar Kupasan Ketebalan Veneer Basah PT. SJM (Lanjutan)
Tebal (mm) Toleransi (mm) Keterangan Peruntukan
1,35 0,06 Face, Back 5 Ply
21

2,70 0,03 Core


1,35 0,06 Center Core
Sumber : PT. Suka Jaya Makmur, 2007

Tabel 4.3 Standar Spur Veneer PT. SJM


Item Ukuran (mm) Toleransi Peruntukan
Face dan Back 1930 10
3 Ply
Core 965 10
Face, back dan Core 1930 10
5 Ply
Core 1040 10
Sumber : PT. Suka Jaya Makmur, 2007
Standar kondisi pengupasan veneer dapat dilihat pada tabel 4.4 dan tabel
4.5 berikut.
Tabel 4.4 Standar Kondisi Pengupasan Veneer 3 Ply PT. SJM
Ketebalan (mm) Peruntuk
Item an
0,6 1,35
Kecepatan Pengupasan Max. 120 Rpm Max. 150 Rpm
Sudut Pisau 21 ~2130 21 ~2130
Sudut Potong 21~22 21~22
Sudut Bebas 30 30
Jarak vertikal antara pusat spindle dan ujung 0,10 0,10
0,42
3 Ply
Jarak vertical anatara pisau dan nose bar (mm) 0,25
Jarak horizontal anatara pisau dan nose bar
0,54 1,21
(mm)
Jarak antara pisau dan nose bar 0,59 1,28
Nomor mesin No.3 No.3
Pabrik Pembuat UROKO UROKO
Model REB - 9 REB - 9
Sumber : PT. Suka Jaya Makmur, 2007
22

Tabel 4.5 Standar Kondisi Pengupasan Veneer 5 Ply PT. SJM


Ketebalan (mm)
Item Peruntukan
1,35 2,70
Kecepatan Pengupasan Max. 120 Rpm Max. 130 Rpm
Sudut Pisau 21 ~2130 21 ~2130
Sudut Potong 21~22 21~22
Sudut Bebas 30 30
Jarak vertikal antara pusat spindle dan ujung 0,10 0,10
5 Ply
Jarak vertical anatara pisau dan nose bar (mm) 0,42 0,89
Jarak horizontal anatara pisau dan nose bar
1,21 2,46
(mm)
Jarak antara pisau dan nose bar 1,28 2,62
Nomor mesin No.4 No.4
Pabrik Pembuat UROKO UROKO
Model REB - 76 REB - 76
Sumber : PT. Suka Jaya Makmur, 2007

4.1.4 Dryer
Dryer merupakan tahapan pengeringan kadar air dan pemotongan
gulungan bahan. Dryer dibedakan menjadi relling dryer dan continous dryer.
Keluaran relling dryer berupa veneer core, sedangkan keluaran continous dryer
bervariasi bisa veneer face,back atau pun core tergantung hasil kupasan yang telah
dipotong. Jenis-jenis cacat pada dryer yaitu bahan terlalu basah dengan kadar air
diatas 12%, potongan serong dan diagonal. Penyebab cacat veneer di drayer juga
dapat disebabkan steam (tekanan panas) terlalu rendah, putaran mesin (rpm)
terlalu cepat dan tekanan angin pada auto clipper dibawah 40 km/jam . Lini
produksi drayer hal-hal yang diinspeksi meliputi:
1. Kadar Air
Pengujian kadar air dilakukan dengan metode sampling random, dengan
alat ukur mc taster. Tingkat kadar air yang diuji juga menyesuaikan dengan
pesanan. Kadar air yang memenuhi standar 6%- 12%. Jika warna Mc taster
berwarna kuning, itu berarti tingkat kekeringan kadar air sudah standar, namun
jika mc taster berwarna merah itu berarti kadar air veneer masih tinggi. Terhadap
veneer yang masih memiliki kadar air tinggi dilakukan pengerjaan ulang pada
masin dryer. Jika veneer terlalu kering dipisahkan disimpan pada tumpukan
selama satu sampai dua hari dengan harapan kadar airnya akan meningkat.
23

Standar kadar air untuk veneer kering dengan ketebalan 0,60 mm yaitu maksimal
12%, untuk core ketebalan 1,35 mm maksimal kadar air sebesar 10%. Kadar air
standar untuk veneer kering didasarkan pada pengukuran saat veneer dalam
keadaan kering.
2. Kesikuan Veneer
Pengujian kesikuan veneer keluaran drayer hasil potongan auto clipper
dilakukan secara random. Langkah awal ambil dua lembar veneer keluaran
continous drayer, balik salah satu dari kedua lembar veneer tersebut kemudian
rapatkan sehingga sisi-sisi sejajarnya berhimpitan. Potongan veneer siku bila bila
keempat sisinya tepat saling berhimpitan, maka veneer siku. Pengujian kesikuan
veneer juga dapat dilakukan dengan mengukur diagonal lembaran veneer .
3. Pengujian Panjang Veneer
Veneer kering hasil potongan auto clipper diuji kembali apakah panjang
veneer sudah sesuai standar atau belum. Pengujian panjang veneer menggunakan
meteran, pengujian panjang veneer biasanya diukur dengan lembaran veneer
afkir yang telah diberi ukuran.
Terhadap Veneer yang tidak memenuhi standar dilakukan pengerjaan ulang
seperti melakukan pengeringan ulang. Jika ini dilakukan maka akan terjadi down
great ( penurunan kualitas bahan), hal ini akan menimbulkan kerugian baik dalam
hal harga jual yang menurun, maupun kerugian tenaga kerja karena harus
melakukan pengerjaan ulang.

4.1.5 Veneer
Veneer merupakan produk akhir yang dihasilkan. Veneer keluaran dryer
terdiri dari veneer face langsung, veneer face rate, veneer back langsung dan
veneer back reparasi dan veneer back operasi. Terhadap veneer face/back
langsung dapat langsung disusun dan dipacking, sedangkan untuk veneer face
rate, veneer back reparasi dan veneer back operasi dilakukan pengerjaan lanjutan.
Unsur-unsur yang diinspeksi pada veneer face rate, veneer back reparasi
dan veneer back operasi yaitu celah tambalan atau sambungan maksimal 1-2 mm,
lem gamed tape tidak boleh tumpang tindih, warna tambalan harus sejenis,
panjang lem gamed tape tidak boleh melebihi 3 lubang dan jarak antara gamed
tape pada sambungan 25 cm. Jenis cacat pada veneer meliputi pecah, berlubang,
24

pecah memanjang, potongan miring dan cacat berat. Akibat yang timbul bila celah
tambalan atau sambungan terlau lebar akan mengakibatkan cacat saat dilakukan
proses assembly. Jika tambalan tumpang tindih menyebabkan produktivitas lambat
pada bagian assembly dan jika gamed tape berlebihan mengakibatkan pemborosan
dan mengganggu proses perekatan pada plywood.
Mengacu pada standar JAS, standar proses perbaikan dan seleksi veneer
dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Standar Proses Perbaikan dan Seleksi Veneer PT. SJM
Face Back, Core dan
Kategori
Grade 1 Grade 2 Center core
Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika
kurang dari 5 kali luas kurang dari 6 kali luas kurang dari 6 kali
permukaan panel permukaan panel luas permukaan
Total jumlah dan lokasi
dalam meter persegi dalam meter persegi panel dalam meter
mata kayu hidup, mati,
(jika terdapat angka (jika terdapat angka persegi (jika terdapat
lobang, kulit tersisip dan
dalam dengan pecahan, dalam dengan angka dalam dengan
kantong resin dengan
maka ditambahkan 1 pecahan, maka pecahan, maka
diameter lebih dari 5
dan pecahan ditambahkan 1 dan ditambahkan 1 dan
mm
dihilangkan), dan tidak pecahan dihilangkan), pecahan
bergerombol. dan tidak dihilangkan), dan
bergerombol. tidak bergerombol.
Diameter maksimal Diameter maksimal Diameter maksimal
tidak lebih dari 25 mm tidak lebih dari 45 tidak lebih dari 45
Mata kayu hidup mm mm dan diameter
arah lebar tidak lebih
dari 30 mm
Diameter maksimal Diameter maksimal Diameter maksimal
tidak lebih dari 15 mm tidak lebih dari 25 tidak lebih dari 40
Mata kayu mati mm mm dan diameter
arah lebar tidak lebih
dari 30 mm
Diameter terbesar Diameter terbesar Diameter terbesar
bagian yang lepas atau bagian yang lepas bagian yang lepas
lubang tidak lebih dari atau lubang tidak atau lubang tidak
Mata kayu lepas atau
3 mm lebih dari 5 mm lebih dari 40 mm dan
lubang
diameter arah lebar
tidak lebih dari 10
mm
Sumber : PT. Suka Jaya Makmur, 2007
25

Tabel 4.6 Standar Proses Perbaikan dan Seleksi Veneer PT. SJM ( Lanjutan)
Face Back, Core dan
Kategori
Grade 1 Grade 2 Center core
Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika
tidak mempengaruhi tidak terlalu tidak terlalu
Mata Kayu jarum
penampilan mempengaruhi mempengaruhi
penampilan penampilan
Kantong kulit atau Diameter terbesar tidak Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika
kantong damar lebih dari 30 mm tidak menyolok tidak menyolok
Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika
Gembol atau cakar
sedikit tidak menyolok tidak menyolok
ayam
Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika
Perubahan warna
sedikit tidak menyolok tidak menyolok
atau noda
Tidak diperbolehkan Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika
Lapuk
sangatsedikit sangat sedikit
Panjang tidak lebih dari Panjang tidak lebih Panjang tidak lebih
20% panjang panel, dari 20% panjang dari 40% panjang
lebar tidak lebih dari 1,5 panel, lebar tidak panel, lebar tidak
mm dan jumlah lebih dari 1,5 mm lebih dari 6 mm dan
maksimum dua dan jumlah jumlah
maksimum dua.
Pecah terbuka atau
Lebar tidak lebih
cacah
tiga atau tidak lebih
dari 20 % panjang
panel, lebar tidak
boleh lebih dari 2
mm dan jumlah
maksimal enam.
Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika
Pecah melintang
sedikit sedikit sedikit
Bukan lubang cacing Diperbolehkan jika Diperbolehkan jika
diameter panjang tidak terlalu banyak tidak terlalu banyak
maksimal 1,5 mm, tidak
menghitam dan
berkelompok. Lubang
cacing linear, panjang
Lubang cacing maksimum 10 mm,
tidak menghitam dan
jumlah dalam satu
kelompok tidak lebih
dari luas panel
dinyatakan dalam meter
persegi.
Sumber : PT. Suka Jaya Makmur, 2007
26

Secara umum proses inspeksi veneer dapat dilihat pada diagaram alir
berikut.
27

Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Inspeksi Jaminan Mutu Veneer


28

4.2 Permasalahan Yang Ditemui Saat Kerja Praktek


Permasalahan yang ditemukan pada saat melaksanakan kerja praktek pada
perusahaan antara lain adalah sebagai berikut.

1. Pada lini produksi Log Cutting, bahan baku tidak lagi diinspeksi dan
langsung dipotong tanpa memperhatikan kualitas bahan baku. Hal ini
berdampak pada rendahnya produktivitas hasil kupasan pada rotary lathe
dan berpotensi tinggi menimbulkan cacat pada produk.
2. Sering terjadi kesalahan ukuran kupasan pada lini produksi rotary lathe.
Ukuran kupasan tidak sesuai dengan pre order (PO) konsumen. Hal ini
berdampak pada kurangnya target produksi harian.
3. Masih tingginya proses reparasi dan operasi pada veneer. Hal ini
menandakan masih cukup tingginya tingkat kecacatan produk.
4. Pengujian alat (uji Kalibrasi) peralatan tidak terjadwal dengan baik. Hal
ini akan mempengaruhi tingkat presisi pada bahan yang diukur.

4.3 Keilmuan Teknik Industri yang Dapat Diaplikasikan


Keilmuan teknik industri yang dapat diaplikasikan di PT. Suka Jaya
Makmur adalah sebagai berikut.
1. Pengendalian Kualitas Statistik
Ernawati dan Hartai (2014) menyatakan Metode statistik memberikan
cara-cara pokok dalam pengambilan sample produk, pengujian serta evaluasinya
dan informasi di dalam data yang akan digunakan dalam mengendalikan kualitas
dan meningkatkan proses pembuatan. Pengendalian kualitas statistik merupakan
teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan,
menganalisis, mengelola, dan memperbaiki produk dan proses menggunakan
metode-metode statistika. Metode statistik berperan penting dalam jaminan
kualitas.
Kualitas mencakup jasa, proses, produk, lingkungan, dan manusia.
Pengendalian kualitas statistik dapat diterapkan di PT. Suka Jaya makmur karena
masih tingginya proses operasi dan reparsi pada veneer. Pada work center log
cutting, seringkali log dipotong tanpa diinspeksi. Pengendalian kualitas statistik
dapat menjadi solusi atas permasalahan pengendalian kualitas veneer di PT. Suka
Jaya Makmur. PT. Suka Jaya makmur sudah menerapkan metode dan cara statistik
29

untuk mengendalikan kualitas produknya, dengan menggunakan peta kendali P


dan peta kendali nP.
2. Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Menurut Baroto (2002), perencanaan dan pengendalian produksi (PPC)
adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi dan merupakan tindakan
manajemen yang sifatnya abstrak. Perencanaan dan pengendalian produksi
merupakan proses kegiatan untuk merencanakan dan mengendalikan aliran
material yang masuk, mengalir dan keluar dari sistem produksi sehingga
permintaan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan
yang tepat dan biaya produksi yang minimum.
Perencanaan kapasitas produksi di PT. Suka Jaya Makmur menjadi suatu
keharusan, hal ini disebabkan karena PT. Suka jaya makmur menganut sistem
produksi make to order dimana jumlah permintaan produksi berdasarkan
pesanan. Perlu perencanaan yang tepat agar jumlah permintaan konsumen dapat
terpenuhi. Harapan yang ingin dicapai dengan penerapan keilmuan perencanaan
dan pengendalian produksi ini, proses produksi dan pelayanan permintaan
konsumen terhadap perusahaan dapat terpenuhi dengan baik.
.
3. Manajemen Perawatan
Menurut Alwi (2009), perawatan adalah suatu fungsi dari suatu kerusakan
dimana hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila terjadi kerusakan maka
dibutuhkan perawatan. Tingginya level kerusakan pada mesin roller dryer dan
work center lain dapat menghambat proses produksi, sementara perusahaan harus
mengejar target produksi untuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Perlu
manajemen perawatan yang baik dan terstruktur untuk mengatasi permasalahan
kerusakan-kerusakan yang terjadi pada mesin produksi yang dimiliki PT. Suka
Jaya Makmur. Manajemen perawatan dapat diterapkan pada proses operasional
PT. Suka Jaya Makmur sebagai acuan untuk memanajemen peralatan produksi
maupun barang-barang inventaris perusahaan lainnya agar dapat terkontrol dan
terawat dengan baik.

4. Manajemen Sumber Daya Manusia


30

Nawawi (1996:42) dalam Faras (2013) menyatakan bahwa manajemen sumber daya
manusia adalah proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi,
agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan
organisasi atau perusahaan.
4.3.1 Metode Penyelesaian Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka permasalahan
pengendalian kualitas veneer di PT. Suka Jaya Makmur dapat diselesaikan dengan
metode Statistical Process Control (SPC).
Statistical Process Control merupakan metoda pengambilan keputusan
secara analitis yang memperlihatkan suatu proses berjalan dengan baik atau tidak.
Statistical Process Control (SPC) digunakan untuk memantau konsistensi proses
yang digunakan untuk pembuatan produk yang dirancang dengan tujuan
mendapatkan proses yang terkendali. Pengendalian kualitas secara statistik dengan
menggunakan SPC (Statistical Processing Control) mempunyai 7 (tujuh) alat
statistik utama yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengendalikan
kualitas antara lain yaitu; check Sheet, histogram, control chart, diagram pareto,
diagam sebab akibat, scatter diagram, dan diagram proses (Zagloel & Nurcahyo,
2013 dalam Deviani dan Marwiji, 2014).

4.3.2 Langkah Pemecahan Masalah


Terdapat tujuh langkah dalam menyelesaikan permasalahan cacat veneer di
PT. Suka Jaya Makmur berdasarkan alat statistik utama yang dapat digunakan
sebagai alat bantu untuk mengendalikan kualitas antara lain yaitu (Deviani dan
Marwiji, 2014) :
1. Membuat Lembar periksa (check sheet)
Check sheet merupakan alat yang memungkinkan pengumpulan data
sebuah proses yang mudah, sistematis, dan teratur. Alat ini berupa lembar
kerja yang telah dicetak sedemikian rupa sehingga data dapat dikumpulkan
dengan mudah dan singkat. Data yang dikumpulkan dapat digunakan
sebagai masukan data untuk peralatan kualitas lain.
31

2. Membuat Diagram alir (flow chart)


Diagram alir adalah alat bantu yang memberikan gambaran visual urutan
operasiyang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas. Diagram alir
merupakan langkah-langkah pertama dalam memahami suatu proses, baik
administrasi maupun manufaktur. Diagram alir memberikan ilustrasi visual
berupa gambar langkah-langkah suatu proses untuk menyelesaikan tugas
tertentu.
3. Membuat Diagram Pareto
Fungsi diagram Pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi
masalah utama untuk peningkatan kualitas. Diagram Pareto dibuat untuk
menemukan atau mengetahui masalah atau penyebab yang merupakan
kunci dalam penyelesaian masalah dan perbandingan terhadap
keseluruhan, dengan mengetahui penyebab-penyebab yang dominan,
maka akan bisa menetapkan prioritas perbaikan. Perbaikan pada faktor
penyebab yang dominan ini akan membawa pengaruh yang lebih besar
dibandingkan dengan penyelesaian penyebab yang tidak berarti. Dalam
diagram Pareto berlaku aturan 80/20, artinya yaitu 20% jenis
kesalahan/kecacatan dapat menyebabkan 80% kegagalan proses.
4. Membuat Diagram sebab akibat (cause and effect diagram)
Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor
yang berpengaruh secara signifikan di dalam menentukan karakteristik
kualitas output kerja., dalam hal ini metode sumbang saran (brainstorming
method) akan cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor
penyebab terjadinya penyimpangan kerja secara detail.
5. Membuat Histogram
Histogram adalah salah satu metode statistik untuk mengatur data
sehingga dapat dianalisa dan diketahui distribusinya. Histogram
merupakan tipe grafik batang yang jumlah datanya dikelompokkan ke
dalam beberapa kelas dengan rentang tertentu. Setelah data dalam setiap
kelas diketahui, maka dapat dibuat Histogram dari data tersebut.
Histogram tersebut dapat dilihat gambaran penyebaran data masih sesuai
dengan yang diharapkan atau tidak.
6. Membuat Diagram pencar (scatter diagram)
32

Diagram pencar (scatter diagram) digunakan untuk melihat korelasi atau


hubungan dari suatu faktor penyebab yang berkesinambungan terhadap
suatu karakteristik kualitas hasil kerja.
7. Membuat Peta kendali (control chart)
Peta kendali adalah teknik pengendali proses pada jalur yang digunakan
secara luas untuk menyelidiki secara cepat terjadinya sebab-sebab terduga
atau proses sedemikian sehingga penyelidikan terhadap proses itu dan
tindakan pembetulan dapat dilakukan sebelum telalu banyak unit yang tidak
sesuai diproduksi.
33

BAB V
PENUTUP

Berdasarkan kegiatan kerja praktek yang telah dilaksanakan di PT. Suka


Jaya Makmur penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dan saran yaitu
sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan
1. Pengendalian Kualitas produksi veneer di PT. Suka Jaya Makmur
dilakukan oleh departemen control, departemen ini bertugas
melakukan kontrol kualitas dan memeriksa semua proses yang terlibat
dalam proses produksi produk. Memastikan standar kualitas dipenuhi
oleh setiap komponen produk atau layanan yang disediakan oleh
perusahaan.
2. Mekanisme dan sistem kerja pengendalian mutu produk (Veneer) di
PT. Suka Jaya Makmur dilakukan di setiap work center. Proses
inspeksi veneer dimulai dengan menginspeksi panjang potongan log
di work center log cutting, kemudian pengujian panjang, pendek,
ketebalan dan pengaturan mata pisau mesin kupas pada rotary lathe,
pengujian kadar air di drayer, serta menginspeksi hasil operasi dan
reparasi veneer.
3. Selama kerja praktek di PT. Suka Jaya makmur penulis mendapat
beberapa pengalaman dari karyawan, staf dan pimpinan perusahaan.
Pengalaman yang didapat berupa gambaran nyata dari dunia kerja,
mekanisme, sistem dan cara kerja di PT. Suka Jaya Makmur dan lain
sebagainya.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada PT. Suka Jaya Makmur sebagai berikut:
1. Selama penulis melakukan kerja praktek ada beberapa permasalahan
yang ditemui diantaranya sering terjadi kesalahan pengupasan pada
rotary lathe, pengupasan tidak sesuai dengan PO. Saran yang dapat
penulis berikan yaitu perusahaan harus menepatkan operator yang
memiliki tingkat ketelitian tinggi agar proses pengupasan berjalan
dengan baik dan sesuai dengan pesanan konsumen.
34

2. Berdasarkan keterangan pembimbing lapangan, banyak karyawan yang


sudah memasuki dan sudah waktunya pensiun masih bekerja di PT.
Suka Jaya Makmur, hal ini dikarenakan karyawan yang bersangkutan
masih ingin bekerja, hal ini akan berdampak pada tingkat produktivitas
yang dihasilkan. Saran yang dapat diberikan yaitu perusahaan
sebaiknya membuat kebijakan dan sistem kontrak yang sangat jelas
dan tegas terkait masa kerja karyawan, ketika karyawan sudah
memasuki masa pensiun karyawan harus dipensiunkan agar
produktivitas perusahaan tetap terjaga.
3. Penerapan sistem MRP II (manufacturing requirement planning) untuk
perencanaan dan kebutuhan material produksi agar perusahaan mampu
menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, membentuk kebutuhan
minimal untuk tiap item, menentukan rencana pelaksanaan tiap item
dan menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas jadwal yang
sudah direncanakan.
4. PT. Suka Jaya Makmur perlu memberikan pelatihan terkait SOP kerja
kepada operator dan karyawan secara berkala, agar proses produksi
berjalan lancar dan kualitas produk dapat dipertahankan.
35

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Rusydi. 2009. Manajemen Perawatan Sistem Permesinan Kapal dengan


Pendekatan Reability Centered Maintenance. Jurusan teknik
PerkapalanUniversitas Hasanudin. Makassar. Jurnal Penelitian
Enjiniring:12:2

Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Jakarta : Ghalia


Indonesia

Candra, Meylia Rosita. 2009. Perancangan Pengendalian Kualitas untuk mengur-


angi tingkat Kecacatan di PT. Surya Indomental. Universitas Petra
Surabaya
Ernawati dan Hartati. 2014. Aplikasi Metode Taguchi dalam Pengendalian Kuali-
Produksi. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar. Jurnal
Teknosains:8:2:185-194.

Faras, N.J. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta. Universitas


Negeri Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai