I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. AK
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun
Agama : Hindu
Suku : Bali
Pendidikan : Mahasiswi
Pekerjaan : Pekerja paruh waktu
Alamat : Payangan
Pasien pertama kali datang ke Instalansi Gawat Darurat RSU Ari Canti pada tanggal 4
Januari 2017 sebagai pasien baru yang datang karena percobaan bunuh diri sehingga
diantar oleh keluarga pasien ke IGD. Pasien pertama kali bertemu pemeriksa tanggal 6
Januari 2017 dan telah bertemu dengan pemeriksa sebanyak tiga kali di IGD dan
bangsal.
A. Keluhan Utama
Pasien datang diantar keluarganya karena percobaan bunuh diri.
Pasien merasa orang yang dapat membantu dirinya keluar dari masalah ini
adalah orang tua dari mantan pacarnya, namun pada saat pasien menceritakan
masalah dirinya, keluarga mantan pacarnya malah memarahi dirinya dan menyuruh
anaknya untuk putus saja dengan pasien. Pasien merasa ini adalah perlakuan yang
tidak adil terhadap dirinya karena pasien selalu membantu perekonomian keluarga
mantan pacarnya. Sejak saat itu pasien merasa tidak ada orang yang mendukung dia
sehingga menyebabkan pasien nekat menegak 10 butir Paracetamol dan 2 butir
CTM tiga hari setelah diputuskan.
Timeline
5. Riwayat Masa
Dewasa Riwayat
Pendidikan
Saat sekolah pasien dikenal sebagai anak yang cerdas. Pasien pernah
mengikuti kejuaraan karate dan mendapat juara 3 se Gianyar. Pada saat
mengalami kecelakaan sehingga kakinya patah, Pasien sangat kecewa dan
sedih meskipun guru-guru dan temannya telah menghiburnya. Pasien
melanjutkan pendidikan ke jenjang diploma 3 (D3) jurusan agama Hindu dan
menyelesaikannya dengan nilai yang baik.
Riwayat Pekerjaan
Setelah tamat kuliah, pasien bekerja sebagai pekerja paruh waktu di sebuah
toko. Menurut atasan pasien, pasien adalah anak yang rajin, sehingga tiap kali pasien
berhutang untuk mantan pacarnya, atasannya selalu memberikan pinjaman uang.
Riwayat Agama
Pasien taat beragama. Pasien banyak mengikuti aturan-aturan beragama
dalam kehidupan sehari-hari bahkan pasien mengambil jurusan pelajaran agama
Hindu.
Riwayat Psikoseksual
Menurut pasien sejak SMP ada beberapa laki-laki yang suka kepadanya
dan pasien sudah memiliki mantan pacar sebanyak 8 orang sampai saat ini.
Pasien belum pernah berhubungan seksual sebelumnya.
E. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Usia pasien dengan
adiknya kurang lebih 7 tahun. Ayah pasien bekerja sebagai petani dan ibu pasien
adalah ibu rumah tangga. Kedua orang tua pasien berasal dari Bali. Ayah pasien
adalah anak laki-laki pertama dari lima bersaudara. Ibu dari ayah pasien
meninggal saat dirinya masih kecil sehingga ayah pasien dibesarkan oleh ibu
tirinya. Ibu tiri ayah pasien memperlakukan ayah pasien dengan keras sehingga
pribadi ayah pasienpun menjadi keras. Ayah banyak menghabiskan waktunya
diladang sehingga waktu untuk bersama pasien dan adiknya kurang..
Ibu pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ibu pasien dibesarkan dalam
lingkungan yang harmonis. Pasien menggambarkan ibunya sebagai sosok yang
overprotective dan mengurus anak- anaknya hingga hal yang sekecil-kecilnya.
Ibu pasien ingin memastikan semua anak-anaknya dalam kondisi yang baik
sehingga sering terlalu ikut campur urusan anak-anaknya. Ibu sangat peduli
mengenai kesehatan anak-anaknya sehingga banyak aturan yang diterapkan
agar anaknya tidak sakit. Jika ada anak-anaknya yang sakit maka ibu akan
mengurusnya dengan sangat baik.
Pasien merasa dekat dengan ibunya. Pasien selalu menceritakan apa
yang dialaminya. Apabila pasien dimarahi oleh ayahnya, ibunya selalu membela
dia. Ibu berusaha bercerita hal yang baik-baik saja karena menurutnya pasien
adalah anak yang perasa. Ibu tidak ingin jika ia menceritakan hal yang buruk
akan membebani pasien.
Pasien merasa dekat dengan ibunya. Pasien selalu menceritakan apa
yang dialaminya. Apabila pasien dimarahi oleh ayahnya, ibunya selalu membela
dia. Ibu berusaha bercerita hal yang baik-baik saja karena menurutnya pasien
adalah anak yang perasa. Ibu tidak ingin jika ia menceritakan hal yang buruk
akan membebani pasien.
Genogram keluarga
Keterangan :
: pria
: wanita
: Hubungan keluarga
: Pasien
: Meninggal
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama orangtua dan adiknya. Pasien bekerja sebagai
pekerja paruh waktu dan membantu perekonomian keluarga. Menurut ayah dan
ibunya, pasien adalah anak yang rajin dan sangat peduli pada keadaan ekonomi
keluarga. Pasien juga dikenal memiliki banyak teman bermain, namun pada saat
mulai bermantan pacaran sifat pasien berubah menjadi dependen dan hanya mau
mendengar ucapan mantan pacarnya. Ibu pasien mengetahui bahwa anaknya kerap
berhutang pada atasannya atas permintaan mantan pacarnya.
Ibu dan ayah pasien sering menemukan bahwa anaknya kerap menangis sejak
bermantan pacaran. Kadang kala pasien mengutarakan perasaannya kepada ibunya
dan ibunya pun telah menganjurkan agar pasien putus saja, namun perkataan sang
ibu tidak dihiraukan oleh pasien.
A. Deskripsi Umum
Penampilan : perempuan sesuai usia, perawakan sedang, penampilan cukup rapi
(memakai kaos putih dan celana pendek. Pasien tampak terbaring lemas di
ranjang).
Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang, terlihat lemas dan bersandar pada
bantal. Pada awalnya pasien merasa gelisah pada saat akan diwawancara di
depan keluarga pasien, namun pada saat keluarga diminta keluar, pasien tampak
lebih tenang.
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, pasien awalnya tampak ragu untuk
bercerita namun selanjutnya bersikap lebih terbuka.
B. Pembicaraan
Spontan, lancar, menjawab pertanyaan, artikulasi jelas, volume bervariasi dari kecil
hingga cukup.
D. Gangguan Persepsi
Tidak ada gangguan persepsi
E. Pikiran
Proses pikir : koheren
Arus pikir : baik, tidak ada blocking atau terkesan cepat
Isi Pikir : preokupasi tentang mantan pacarnya yang selingkuh
G. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan impulsifitasnya
Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
B. Status Neurologis
GCS : E4M6V5
Tanda rangsang meningeal : negatif
Tanda-tanda efek ekstrapiramidal
Tremor tangan : negatif
Akatisia : negatif
Bradikinesia : negatif
Cara berjalan : normal
Keseimbangan : baik
Rigiditas : negatif
Motorik : baik
Sensorik : baik
C. Pemeriksaan Lain
Tidak dilakukan
D. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis aksis II pada pasien ini adalah ciri kepribadian emosional tidak stabil
dengan diagnosis banding ciri kepribadian dependen. Hal ini berdasarkan adanya
kecenderungan pasien untuk bertindak secara impulsive tanpa mempertimbangkan
konsekuensi yang dapat menjurus pada kekerasan atau ledakan perilaku. Kedua
pola ini tidak menimbulkan distres bermakna dalam kehidupan pasien sehingga tidak
dapat digolongkan sebagai suatu gangguan kepribadian . Terdapat diagnosis banding
pada aksis II yaitu ciri kepribadian dependen yang didasarkan perasaan tidak enak
atau tidak berdaya apabila sendirian dan preokupasi dengan ketakutan akan
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (terutama mantan pacarnya).
Tidak terdapat diagnosis pada aksis III. Pada aksis IV diselingkuhi dan
diputuskan oleh mantan pacarnya menjadi diagnosis pada aksis ini.
Aksis V didapatkan melalui penilaian fungsi pasien secara menyeluruh dengan
menggunakan skala Global Assessment of Functioning Scale (GAF scale). Nilai GAF
scale pada pasien ini adalah 70 karena gejala yang ada hanya menimbulkan
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum fungsi pasien dapat dianggap baik.
Nilai Highest Level Past Years berada pada angka 85 karena gejala minimal, pasien
dapat berfungsi baik, cukup puas dengan keadaan dirinya, dan masalah yang dihadapi
tidak lebih dari masalah harian yang biasa.
VII.EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Reaksi Stress Akut
Aksis II : Ciri kepribadian kepribadian emosi tidak stabil dd ciri dependen
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Pasangan berselingkuh, diputuskan secara sepihak
Aksis V : GAF scale current 70 HLPY 85
VIII. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : tidak ada
B. Psikologik : mood hipotim, afek menumpul, isi pikir preokupasi pada
mantan pacarnya yang berselingkuh
C. Lingkungan dan Sosioekonomi: pindah tempat tinggal, teman baru, dan relasi
dengan orangtua
IX. RENCANA PENATALAKSANAAN
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad
bonam Quo ad sanactionam : dubia ad
bonam
1. Pasien masih belum dapat menerima bahwa dirinya diputuskan dan merasa
bahwa dirinya bergantung pada mantannya
Pasien bertemu dengan pemeriksa di bangsal Sekar Alit. Pemeriksa sempat melihat
kondisi pasien pada saat pertama kali datang ke IGD. Pasien sedang terbaring lemah di
tempat tidur namun tidak menolak untuk diwawancara. Penampilan pasien saat itu cukup
rapi menggunakan kaos putih dan celana pendek bewarna coklat. Pada saat diwawancara
raut muka pasien masih tampak sedih dan enggan bercerita saat melihat keluarganya
masih berkumpul disitu, namun pada saat keluarganya keluar pelan-pelan pasien mau
bercerita
T: Baik, dengan Mbak A ya? Saya Dokter T apakah saat ini sudah lebih enakan?
A: (menganggukkan kepala) Iya Dok.
T: Baiklah..saya memanggilnya enaknya apa ya?
A: A aja Dok.
T: Apa yang kamu rasakan hari ini A?
A: Saya masih mengingat kejadian dengan mantan pacar saya, bagaimana dia dan
keluarganya tega menjahati saya. Tadi malampun saya masih memimpikan dia.
Kalau boleh bercerita, saya ini sudah memberikan segalanya dok ke mantan saya.
Bahkan saya sampai menipu berani menipu bos saya untuk meminjam uang bagi
keperluan mantan saya. Pokoknya apa saja yang dia minta pasti saya berikan.
T: Kalau boleh saya tahu, kamu sudah berpacaran berapa lama dan mengapa dengan
dia kamu selalu menurut?
A: Saya sudah berpacaran selama setahun dok dan saya merasa aman bersama dia
karena menurut saya dia selalu melindungi saya. Saya tidak pernah merasa
diperlakukan seperti itu oleh ayah saya. (Bercerita mengenai ayahnya).
T: Oh begitu, lalu harapan apa saja yang kamu inginkan dari dia dan sudah berapa
lama menurutmu dia mulai berlaku tidak jujur?
A: Ya saya mengharapkan hubungan yang langgeng dok dan setia kepada saya, kan
saya sudah mengiyakan semua permintaan dia. Dia sudah berlaku tidak jujur
kurang lebih 8 bulanan dok. Saya sudah memberitahu dia bahwa saya tidak suka
dengan kelakuannya namun dia malah memarahi saya. Sehingga saya sangat
kecewa. Akhirnya saya meminta pertolongan keluarganya tetapi saya malah
dimarahi. Ya sudah akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri hidup saja.
T: Apakah kamu sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya?
A: Iya dok saya pernah mencoba mengiris tangan menggunakan pisau, meminum
cairan pembersih lantai, dan pernah mencoba untuk melompat dari jembatan.
T: Lalu bagaimana tanggapan dia?
A: Dia marah dok dan mengatakan saya terlalu cemburu dengan dia.
T: Lalu apakah yang menyebabkanmu berani mencoba bunuh diri?
A: Saya putus asa dok. Masa saya sudah berusaha dan memberikan apa yang dia minta
malah diputuskan? Pada saat saya mengadu ke keluarganya dan berharap akan
dibantu malah saya dimarahi. Saya malu dok.
T: Lalu bagaimana perasaanmu skrg?
A: Saya menyesal dok, saya sekarang lebih memikirkan keluarga saya karena saya
adalah tulang punggung keluarga.
T: Baik kalau begitu A, lebih baik kamu mencari laki-laki yang lebih baik dari dia ya,
jangan lupa keluargamu dan teman-temanmu selalu mendukung dirimu.
A: Iya dok terimakasih ya