Anda di halaman 1dari 24

Kasus Wanita Usia 19 Tahun Dengan Reaksi Stress Akut

dr. Teresa Shinta Prameswari


STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. AK
Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 19 tahun

Agama : Hindu

Suku : Bali

Pendidikan : Mahasiswi
Pekerjaan : Pekerja paruh waktu

Status Pernikahan : Lajang

Alamat : Payangan

Pasien pertama kali datang ke Instalansi Gawat Darurat RSU Ari Canti pada tanggal 4
Januari 2017 sebagai pasien baru yang datang karena percobaan bunuh diri sehingga
diantar oleh keluarga pasien ke IGD. Pasien pertama kali bertemu pemeriksa tanggal 6
Januari 2017 dan telah bertemu dengan pemeriksa sebanyak tiga kali di IGD dan
bangsal.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Data didapatkan dari autoanamnesis pasien pada tanggal 4 Januari 2017 di IGD, 6
Januari 2017 dan 7 Januari 2017 di bangsal Sekar Alit kamar nomor 4. Alloanamnesis
didapatkan dari ibu dan bapak pasien tanggal 6 Januari 2017 dan 7 Januari 2017.

A. Keluhan Utama
Pasien datang diantar keluarganya karena percobaan bunuh diri.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang diantar oleh keluarganya karena percobaan bunuh diri dengan
menelan 10 butir Paracetamol dan 2 butir CTM. Hal ini terjadi karena pasien baru
saja diputuskan pacarnya 5 hari yang lalu. Pasien merasa bahwa dirinya
diperlakukan tidak adil dengan mantan pacar dan keluarganya. Menurut pasien
mantan pacarnya telah berselingkuh dengan teman masa kecilnya. Namun pada saat
pasien menanyakan hal tersebut, mantan pacar pasien malah marah-marah dan
mengeluarkan kata-kata kasar kepada dirinya. Pasien mengaku sudah mengetahui
hubungan mantan pacarnya dengan temannya tersebut sejak 8 bulan berpacaran dan
hal ini yang menyebabkan pasien dan mantan pacarnya selalu bertengkar. Setiap
kali bertengkar dengan mantan pacarnya, pasien selalu melakukan percobaan
perlukaan diri seperti mencoba menyayat pergelangan tangan dengan menggunakan
pisau, melompat dari jembatan namun gagal, dan minum cairan pembersih lantai
dua bulan yang lalu.

Pasien merasa orang yang dapat membantu dirinya keluar dari masalah ini
adalah orang tua dari mantan pacarnya, namun pada saat pasien menceritakan
masalah dirinya, keluarga mantan pacarnya malah memarahi dirinya dan menyuruh
anaknya untuk putus saja dengan pasien. Pasien merasa ini adalah perlakuan yang
tidak adil terhadap dirinya karena pasien selalu membantu perekonomian keluarga
mantan pacarnya. Sejak saat itu pasien merasa tidak ada orang yang mendukung dia
sehingga menyebabkan pasien nekat menegak 10 butir Paracetamol dan 2 butir
CTM tiga hari setelah diputuskan.

Timeline

Juni 2016 November 2016 Januari 2017

Pasien mengetahui bahwa Pasien mulai melakukan -Pasien diputuskan


pasangannya berselingkuh percobaan perlukaan diri pacarnya, merasa tidak
dan mulai sering seperti mencoba menyayat didukung oleh keluarga
bertengkar dengan pergelangan tangan mantan pacarnya dan
pasangannya dengan menggunakan akhirnya nekat menegak
pisau, melompat dari 10 butir Paracetamol dan
jembatan namun gagal, 2 butir CTM tiga hari
dan minum cairan setelah diputuskan.
pembersih lantai - Pasien masuk rumah
sakit
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.

2. Riwayat Gangguan Medis


Pasien tidak pernah mengalami kejang, trauma kepala, atau gangguan fisik lain
yang menyebabkan perubahan perilaku.
3. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat lain
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol, narkotika, atau zat psikoaktif lainnya.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Masa Prenatal dan Perinatal
Menurut ibu, pasien lahir normal dan lahir sebelum usia kehamilan normal.
Pasien lahir saat usia kehamilan 34 minggu. Saat lahir pasien langsung
menangis. Selama hamil, persalinan, dan menyusui tidak ada gangguan yang
terjadi pada ibu pasien.
2. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal sesuai dengan anak seusianya.
Ibu pasien sangat memperhatikan pasien dan berusaha agar pasien tidak sakit
atau melakukan hal-hal yang dapat membahayakan dirinya.

3. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)


Saat usia 5 tahun pasien sudah dapat membaca dengan lancar. Ibu pasien
mengajari sendiri pasien untuk membaca. Pasien lebih suka menghabiskan
waktu bergaul dengan anak seusianya di lingkungan sekitar rumahnya. Pasien
sesekali bermain dengan sepupu yang tinggal di sekitar rumahnya. Ibu pasien
memiliki aturan yang harus dilakukan setiap hari, misalnya waktu bermain yang
dibatasi dan siapa yang boleh diajak bermain. Jika pasien tidak mematuhinya
maka akan mendapatkan hukuman terutama dari ayahnya. Pasien mengaku
bahwa ayahnya sangat keras mendidiknya bahkan tidak segan untuk
memukulnya. Pasien merasa perlakuan ayahnya sangat berbeda terhadap dirinya
dan adiknya. Menurut dia, ayahnya selalu memukul dia apabila melakukan
kesalahan namun apabila adiknya melakukan kesalahan ayahnya sama sekali
tidak berani memukul adiknya.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja


Masa awal remaja pasien dihabiskan selama sebulan di Sulawesi setelah itu
pasien kembali ke Bali lagi karena pamannya meninggal. Selama di Sulawesi
pasien banyak menghabiskan waktunya untuk belajar. Pasien berambisi terus
menjadi juara agar dipandang orang lebih baik. Pada saat kembali ke Bali pasien
merasa teman-temannya tidak menunjukkan sikap bersahabat. Pasien merasa
dimusuhi, dikatai anak kampung, dan dikucilkan. Pasien merasa tidak ada yang
salah dalam perbuatannya dan menganggap mereka bukan teman yang baik.
Namun pasien masih memiliki setidaknya 5 orang sahabat. Setiap hari setelah
pulang sekolah pasien membantu pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci,
mengepel, dan memelihara sapi.
Saat kelas 2 SMP pasien mengikuti lomba karate dan mendapat juara 3 se
Gianyar. Namun pasien berhenti bermain karate karena kaki pasien patah pada
saat jatuh.
Menurut ibu pasien, pasien adalah anak yang mandiri dan merupakan
anak yang supel serta selalu membantu pekerjaan rumah. Ayah pasien juga
mengatakan hal yang sama namun menurut ayah pasien merupakan anak yang
pembangkang dan terkadang berbohong agar tidak dimarahi.
Pasien juga dikenal sebagai anak yang pekerja keras. Menurut ayah dan
ibu pasien, dirinya selalu berusaha mencari pekerjaan tambahan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dan dirinya.

5. Riwayat Masa
Dewasa Riwayat
Pendidikan
Saat sekolah pasien dikenal sebagai anak yang cerdas. Pasien pernah
mengikuti kejuaraan karate dan mendapat juara 3 se Gianyar. Pada saat
mengalami kecelakaan sehingga kakinya patah, Pasien sangat kecewa dan
sedih meskipun guru-guru dan temannya telah menghiburnya. Pasien
melanjutkan pendidikan ke jenjang diploma 3 (D3) jurusan agama Hindu dan
menyelesaikannya dengan nilai yang baik.

Riwayat Pekerjaan
Setelah tamat kuliah, pasien bekerja sebagai pekerja paruh waktu di sebuah
toko. Menurut atasan pasien, pasien adalah anak yang rajin, sehingga tiap kali pasien
berhutang untuk mantan pacarnya, atasannya selalu memberikan pinjaman uang.
Riwayat Agama
Pasien taat beragama. Pasien banyak mengikuti aturan-aturan beragama
dalam kehidupan sehari-hari bahkan pasien mengambil jurusan pelajaran agama
Hindu.

Riwayat Psikoseksual
Menurut pasien sejak SMP ada beberapa laki-laki yang suka kepadanya
dan pasien sudah memiliki mantan pacar sebanyak 8 orang sampai saat ini.
Pasien belum pernah berhubungan seksual sebelumnya.

Riwayat Aktivitas Sosial


Pasien suka berjalan-jalan dan kumpul bersama teman-temannya dan
mantan pacarnya pada saat masih berpacaran terutama pada saat pasien sedang
libur.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien belum pernah melakukan pelanggaran hukum dan berurusan
dengan pihak yang berwajib.

E. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Usia pasien dengan
adiknya kurang lebih 7 tahun. Ayah pasien bekerja sebagai petani dan ibu pasien
adalah ibu rumah tangga. Kedua orang tua pasien berasal dari Bali. Ayah pasien
adalah anak laki-laki pertama dari lima bersaudara. Ibu dari ayah pasien
meninggal saat dirinya masih kecil sehingga ayah pasien dibesarkan oleh ibu
tirinya. Ibu tiri ayah pasien memperlakukan ayah pasien dengan keras sehingga
pribadi ayah pasienpun menjadi keras. Ayah banyak menghabiskan waktunya
diladang sehingga waktu untuk bersama pasien dan adiknya kurang..

Ibu pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ibu pasien dibesarkan dalam
lingkungan yang harmonis. Pasien menggambarkan ibunya sebagai sosok yang
overprotective dan mengurus anak- anaknya hingga hal yang sekecil-kecilnya.
Ibu pasien ingin memastikan semua anak-anaknya dalam kondisi yang baik
sehingga sering terlalu ikut campur urusan anak-anaknya. Ibu sangat peduli
mengenai kesehatan anak-anaknya sehingga banyak aturan yang diterapkan
agar anaknya tidak sakit. Jika ada anak-anaknya yang sakit maka ibu akan
mengurusnya dengan sangat baik.
Pasien merasa dekat dengan ibunya. Pasien selalu menceritakan apa
yang dialaminya. Apabila pasien dimarahi oleh ayahnya, ibunya selalu membela
dia. Ibu berusaha bercerita hal yang baik-baik saja karena menurutnya pasien
adalah anak yang perasa. Ibu tidak ingin jika ia menceritakan hal yang buruk
akan membebani pasien.
Pasien merasa dekat dengan ibunya. Pasien selalu menceritakan apa
yang dialaminya. Apabila pasien dimarahi oleh ayahnya, ibunya selalu membela
dia. Ibu berusaha bercerita hal yang baik-baik saja karena menurutnya pasien
adalah anak yang perasa. Ibu tidak ingin jika ia menceritakan hal yang buruk
akan membebani pasien.
Genogram keluarga
Keterangan :

: pria

: wanita
: Hubungan keluarga

: Pasien

: Meninggal
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama orangtua dan adiknya. Pasien bekerja sebagai
pekerja paruh waktu dan membantu perekonomian keluarga. Menurut ayah dan
ibunya, pasien adalah anak yang rajin dan sangat peduli pada keadaan ekonomi
keluarga. Pasien juga dikenal memiliki banyak teman bermain, namun pada saat
mulai bermantan pacaran sifat pasien berubah menjadi dependen dan hanya mau
mendengar ucapan mantan pacarnya. Ibu pasien mengetahui bahwa anaknya kerap
berhutang pada atasannya atas permintaan mantan pacarnya.

Ibu dan ayah pasien sering menemukan bahwa anaknya kerap menangis sejak
bermantan pacaran. Kadang kala pasien mengutarakan perasaannya kepada ibunya
dan ibunya pun telah menganjurkan agar pasien putus saja, namun perkataan sang
ibu tidak dihiraukan oleh pasien.

G. Impian, Fantasi dan Nilai-nilai

Pasien menginginkan hubungan dirinya dan mantan pacarnya bahagia karena


dirinya merasa sudah cocok dengan mantan pacarnya. Pasien merasa bahwa mantan
pacarnya selalu mendengarkan keluh kesahnya karena pasien merasa ayah dan ibunya
tidak terlalu mendengarkan dirinya. Karena pasien berulangkali mengalami hubungan
cinta yang tidak lama, maka pasien berharap hubungannya dengan mantan pacarnya
kali ini berakhir dengan serius.

Pasien banyak menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.


Pasien sangat percaya terhadap mitos atau kepercayaan lokal yang berkembang di
daerahnya. Pasien menganggap ibu dan suami adalah orang yang harus
dihormatinya sehingga ia berusaha menjaga perasaan mereka.

H. Persepsi dan Harapan Pasien


Pasien berharap bahwa mantan pacarnya tidak meninggalkan dirinya demi
perempuan lain. Pada saat pasien mengetahui bahwa mantan pacarnya tidak jujur
terhadap dirinya, pasien berharap bahwa keluarga mantan pacarnya dapat
membantunya. Namun apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan pasien, sehingga
pasien meminum obat-obatan melebihi dosis dengan harapan mantan pacarnya akan
kembali padanya
I. Persepsi dan Harapan Keluarga
Orang tua pasien berharap pasien dapat melupakan mantan pacarnya. Mereka ingin
pasien lebih kuat mentalnya dan tidak berlebihan responnya jika ada yang kurang
berkenan di hatinya.

III. STATUS MENTAL


Berdasarkan pemeriksaan tanggal 6 Januari 2017 (pertemuan pertama)

A. Deskripsi Umum
Penampilan : perempuan sesuai usia, perawakan sedang, penampilan cukup rapi
(memakai kaos putih dan celana pendek. Pasien tampak terbaring lemas di
ranjang).
Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang, terlihat lemas dan bersandar pada
bantal. Pada awalnya pasien merasa gelisah pada saat akan diwawancara di
depan keluarga pasien, namun pada saat keluarga diminta keluar, pasien tampak
lebih tenang.
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, pasien awalnya tampak ragu untuk
bercerita namun selanjutnya bersikap lebih terbuka.

B. Pembicaraan
Spontan, lancar, menjawab pertanyaan, artikulasi jelas, volume bervariasi dari kecil
hingga cukup.

C. Mood dan Afek


Mood : hipotim
Afek : menumpul
Keserasian : serasi

D. Gangguan Persepsi
Tidak ada gangguan persepsi
E. Pikiran
Proses pikir : koheren
Arus pikir : baik, tidak ada blocking atau terkesan cepat
Isi Pikir : preokupasi tentang mantan pacarnya yang selingkuh

F. Kesadaran dan Kognisi


Taraf kesadaran dan kesiagaan : kompos mentis, baik.
Orientasi
Waktu : baik, pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam
Tempat : baik, pasien mengenali di mana dirinya berada
Orang : baik, pasien dapat mengenali siapa yang memeriksanya
Daya Ingat
Jangka panjang : baik, pasien dapat mengingat peristiwa masa kecil
Jangka sedang : baik, pasien dapat mengingat pergi dinas sebulan lalu
Jangka pendek : baik, pasien dapat mengingat yang dilakukan pagi ini
Jangka segera : baik, pasien dapat mengulang 3 benda yang disebutkan
Konsentrasi & Perhatian : baik
Kemampuan membaca dan menulis : baik
Kemampuan visuospasial : baik, pasien dapat menirukan gambar segilima
bersingunggan dengan baik
Pikiran abstrak : baik, pasien dapat mengartikan beberapa peribahasa
Intelegensi dan kemampuan informasi : baik, pasien cukup banyak mengetahui
kondisi sakit yang dialaminya dari sumber internet

G. Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan impulsifitasnya

H. Daya Nilai dan Tilikan


Daya nilai sosial : baik
Uji daya nilai : baik
Penilaian daya realita: baik
Tilikan : derajat 6
I. Tarif Dapat Dipercaya
Secara umum pasien dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status Internus
Keadaan : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Status Gizi : Berat badan 54 kg; tinggi badan 160 cm
2
Indeks Massa Tubuh 21,09kg/m (normal)

Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C

Kepala : tidak ada kelainan


Mulut dan Gigi : tidak ada kelainan
Thoraks : tidak ada kelainan
Abdomen : dalam batas normal.
Ekstremitas : akral hangat, dalam batas normal.

B. Status Neurologis
GCS : E4M6V5
Tanda rangsang meningeal : negatif
Tanda-tanda efek ekstrapiramidal
Tremor tangan : negatif
Akatisia : negatif
Bradikinesia : negatif
Cara berjalan : normal
Keseimbangan : baik
Rigiditas : negatif
Motorik : baik
Sensorik : baik
C. Pemeriksaan Lain
Tidak dilakukan

D. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


H Hematologi
Hemoglobin 12,9 P: 12-16 g/dL
Hematokrit 45 P: 37-43 Vol%
Leukosit 7.000 5- 11 ribu/uL
Trombosit 202.000 15140-440 ribu/uL
GDS 95 < 110 mg/dL
Natrium 3,63 3,50-5,10mmol/L
Kalium 144,6 3 136-145mmol/L
Chlorida 109,5 94 94-110mmol/L
F Fungsi hati
SGOT 10 1 11-27u/l
SGPT 9 11-34u/l

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Telah diperiksa pasien Nn AK, perempuan, usia 19 tahun, suku Bali, belum
menikah, bekerja sebagai pekerja paruh waktu, dan bertempat tinggal di Gianyar.
Pasien datang ke IGD dengan keluhan utama ingin mengakhiri hidupnya dengan
minum 6 butir paracetamol dan 4 butir ctm setelah putus dari mantan pacarnya. Pasien
mendapati mantan pacarnya berulang kali selingkuh sehingga pasien pernah
melakukan percobaan bunuh diri sebanyak tiga kali.
Pasien mencoba untuk meminta bantuan dari keluarga mantan pacarnya untuk
menyelesaikan masalahnya, namun keluarga mantan pacar pasien tidak mau membantu
malah menyalahkan pasien sehingga pasien menjadi kecewa dan merasa bahwa tidak
ada seorangpun yang dapat menyelesaikan masalahnya.
Hasil pemeriksaan status mental didapatkan mood hipotim, afek menumpul, dan
preokupasi tentang mantan pacarnya yang selingkuh. Tilikan pasien berada pada
derajat 6.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK


Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan, pada
pasien ditemukan adanya pola perilaku, pikiran dan perasaan yang secara klinis
bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability)
dalam fungsi kehidupan dan sosial, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami
suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis dan pemeriksaan fisik tidak
didapatkan adanya kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan mental pada
pasien ini sehingga kemungkinan gangguan mental akibat kondisi medis umum dapat
disingkirkan.
Pada pasien tidak ditemukan riwayat penggunaan narkotika, alkohol,
psikotropika dan zat adiktif lainnya yang dapat menimbulkan ketergantungan dan
selanjutnya mengakibatkan gangguan mental dan perilaku. Sehingga pada pasien ini
kemungkinan
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan narkotika, alkohol psikotropika dan
zat adiktif lainnya dapat disingkirkan.
Terdapat perubahan bermakna yang dialami pasien yaitu pindah tempat tinggal
dan harus beradaptasi di lingkungan yang baru. Pasien merasa bahwa lingkungannya
tidak menerima dia ditambah pola asuh ayah yang keras sehingga pasien menjadi tidak
terbuka kepada ayahnya. Setelah bertemu dengan seorang laki-laki dan berpacaran
dengannya, pasien merasa nyaman dan merasa memiliki seseorang yang dapat dia
percaya dan bergantung. Pasien mau melakukan apa saja yang diminta mantan
pacarnya. Namun setelah mengetahui mantan pacarnya selingkuh, pasien merasa
kecewa dan melakukan tiga kali percobaan bunuh diri namun selalu tidak pernah
dilakukan. Pada kasus terakhir pasien benar-benar diputuskan oleh mantan pacarnya
sehingga dirinya benar-benar kecewa dan benar-benar melakukan percobaan bunuh
diri . Jadi terlihat bahwa pasien mengalami gejala-gejala perubahan emosional dan
perilaku setelah terjadinya perubahan bermakna dalam kehidupan pasien. Berdasarkan
gejala-gejala tersebut maka diagnosis pada pasien ini adalah reaksi stress akut.

Diagnosis aksis II pada pasien ini adalah ciri kepribadian emosional tidak stabil
dengan diagnosis banding ciri kepribadian dependen. Hal ini berdasarkan adanya
kecenderungan pasien untuk bertindak secara impulsive tanpa mempertimbangkan
konsekuensi yang dapat menjurus pada kekerasan atau ledakan perilaku. Kedua
pola ini tidak menimbulkan distres bermakna dalam kehidupan pasien sehingga tidak
dapat digolongkan sebagai suatu gangguan kepribadian . Terdapat diagnosis banding
pada aksis II yaitu ciri kepribadian dependen yang didasarkan perasaan tidak enak
atau tidak berdaya apabila sendirian dan preokupasi dengan ketakutan akan
ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (terutama mantan pacarnya).
Tidak terdapat diagnosis pada aksis III. Pada aksis IV diselingkuhi dan
diputuskan oleh mantan pacarnya menjadi diagnosis pada aksis ini.
Aksis V didapatkan melalui penilaian fungsi pasien secara menyeluruh dengan
menggunakan skala Global Assessment of Functioning Scale (GAF scale). Nilai GAF
scale pada pasien ini adalah 70 karena gejala yang ada hanya menimbulkan
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum fungsi pasien dapat dianggap baik.
Nilai Highest Level Past Years berada pada angka 85 karena gejala minimal, pasien
dapat berfungsi baik, cukup puas dengan keadaan dirinya, dan masalah yang dihadapi
tidak lebih dari masalah harian yang biasa.

VII.EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Reaksi Stress Akut
Aksis II : Ciri kepribadian kepribadian emosi tidak stabil dd ciri dependen
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Pasangan berselingkuh, diputuskan secara sepihak
Aksis V : GAF scale current 70 HLPY 85
VIII. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : tidak ada
B. Psikologik : mood hipotim, afek menumpul, isi pikir preokupasi pada
mantan pacarnya yang berselingkuh
C. Lingkungan dan Sosioekonomi: pindah tempat tinggal, teman baru, dan relasi
dengan orangtua
IX. RENCANA PENATALAKSANAAN

INSTRUMEN PENILAIAN RISIKO BUNUH DIRI/PERILAKU MELUKAI DIRI


Pertanyaan 1 Risiko Tinggi Risiko Sedang Tidak ada Risiko
Nilai 2 Nilai 1 Nilai 0
Apakah PERAWATAN
SAAT INI diakibatkan YA TIDAK
karena percobaan
bunuh diri?
Pertanyaan 2 Risiko Tinggi Risiko Sedang Tidak ada Risiko
Nilai 2 Nilai 1 Nilai 0
Tidak mau membuat
kontrak ATAU- Tidak
mampu membuat
Membuat kontrak
kontrak karena Kemampuan penuh
tetapi ambivalen
Kontrak keamanan ketidakmampuan untuk membuat
atau dengan
menilai realitas kontrak
perhatian khusus
(halusinasi, delusi,
demensia, delirium,
disosiasi)
Memiliki rencana
Memiliki rencana
dengan akses nyata
tanpa akses ke
Rencana bunuh diri atau potensial pada Tidak ada rencana
metode yang
metode yang
direncanakan
direncanakan
Letalitas rencana
rendah (irisan
superfisial,
Letalitas rencana membenturkan
Letalitas rencana
tinggi kepala, menutup
muka dangan
bantal, menggigit,
menahan nafas)
Risiko kabur Risiko kabur tinggi Risiko kabur Tidak ada risiko
rendah kabur
Ide bunuh diri Pikiran bunuh diri Pikiran bunuh diri Tidak ada pikiran
terus-menerus sesekali atau bunuh diri saat ini
singkat
Riwayat percobaan Riwayat percobaan Riwayat percobaan Tidak ada riwayat
bunuh diri dengan letalitas dengan letalitas percobaan
tinggi rendah
Gejala-gejala
a. keputusasaan
b. ketidakberdaya
an Tidak terdapat
Terdapat 3-4 gejala
c. anhedonia Terdapat 5-6 gejala gejala-Terdapat 2
d. rasa salah/malu gejala
e. kemarahan
f. Impulsivitas
Pikiran kematian saat
ini (fantasi reuni, Terjadi cukup
Terus-menerus Jarang
preokupasi dengan sering
kematian)
Jawaban Sulit Jawaban Perlu Jawaban Dapat
Pertanyaan 3 Dipercaya Nilai 4 Dipertanyakan Dipercaya Nilai
Nilai 3 0
Persepsi pemeriksa Jawaban pasien Jawaban pasien Jawaban pasien
terhadap kehandalan tidak dapat perlu dapat
pasien dipercaya, beberapa dipertanyakan, dipertanyakan
tetapi dapat
dipercaya;
tanda nonverbal
sedikitnya 1 tanda
ditunjukkan
nonverbal
ditunjukkan
10 atau lebih = 4 9 = perhatian 0-3 = Tidak perlu
perhatian untuk untuk risiko sedang perhatian khusus
KUNCI PENILAIAN risiko tinggi (Observasi setiap 2
(observasi tiap 1 jam)
jam)
Skor Total : 9 Dinilai oleh : Teresa Tanggal : 6 Januari Jam : 15.30
2017
A. Farmakoterapi
Clobazam 2x5mg
B. Nonfarmakologi
1. Psikoedukasi mengenai kondisi yang dialami pasien dan rencana pengobatan.
2. Psikoterapi psikodinamik, dengan pertimbangan sebagai berikut:
Pasien ingin mengetahui mengapa dirinya berada dalam kondisi saat ini
Memiliki kapasitas untuk timbulnya tilikan (psychological mindedness)
Memiliki motivasi yang cukup kuat untuk memahami dirinya dan
kondisi sakit yang dialaminya saat ini
Kapasitas membentuk aliansi terapeutik dengan terapis yang dinilai baik
Fungsi ego yang adekuat
Fungsi kognitif yang baik.

Tujuan psikoterapi psikodinamik pada pasien ini adalah:


Memunculkan tilikan pada pasien mengenai apa yang menyebabkan
pasien mengalami gangguan saat ini
Memerbaiki relasi dengan orang-orang disekitarnya, terutama dengan
ayahnya.

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad
bonam Quo ad sanactionam : dubia ad
bonam

A. Faktor yang memperingan

1. Adanya faktor pencetus

2. Keluarga dan teman yang mendukung kesembuhan pasien

B. Faktor yang memperberat

1. Pasien masih belum dapat menerima bahwa dirinya diputuskan dan merasa
bahwa dirinya bergantung pada mantannya

2. Pasien menganggap bahwa ayahnya memperlakukan dirinya dengan keras


Protokol Wawancara (Pertemuan pertama)

Pasien bertemu dengan pemeriksa di bangsal Sekar Alit. Pemeriksa sempat melihat
kondisi pasien pada saat pertama kali datang ke IGD. Pasien sedang terbaring lemah di
tempat tidur namun tidak menolak untuk diwawancara. Penampilan pasien saat itu cukup
rapi menggunakan kaos putih dan celana pendek bewarna coklat. Pada saat diwawancara
raut muka pasien masih tampak sedih dan enggan bercerita saat melihat keluarganya
masih berkumpul disitu, namun pada saat keluarganya keluar pelan-pelan pasien mau
bercerita

T: Baik, dengan Mbak A ya? Saya Dokter T apakah saat ini sudah lebih enakan?
A: (menganggukkan kepala) Iya Dok.
T: Baiklah..saya memanggilnya enaknya apa ya?
A: A aja Dok.
T: Apa yang kamu rasakan hari ini A?
A: Saya masih mengingat kejadian dengan mantan pacar saya, bagaimana dia dan
keluarganya tega menjahati saya. Tadi malampun saya masih memimpikan dia.
Kalau boleh bercerita, saya ini sudah memberikan segalanya dok ke mantan saya.
Bahkan saya sampai menipu berani menipu bos saya untuk meminjam uang bagi
keperluan mantan saya. Pokoknya apa saja yang dia minta pasti saya berikan.
T: Kalau boleh saya tahu, kamu sudah berpacaran berapa lama dan mengapa dengan
dia kamu selalu menurut?
A: Saya sudah berpacaran selama setahun dok dan saya merasa aman bersama dia
karena menurut saya dia selalu melindungi saya. Saya tidak pernah merasa
diperlakukan seperti itu oleh ayah saya. (Bercerita mengenai ayahnya).
T: Oh begitu, lalu harapan apa saja yang kamu inginkan dari dia dan sudah berapa
lama menurutmu dia mulai berlaku tidak jujur?
A: Ya saya mengharapkan hubungan yang langgeng dok dan setia kepada saya, kan
saya sudah mengiyakan semua permintaan dia. Dia sudah berlaku tidak jujur
kurang lebih 8 bulanan dok. Saya sudah memberitahu dia bahwa saya tidak suka
dengan kelakuannya namun dia malah memarahi saya. Sehingga saya sangat
kecewa. Akhirnya saya meminta pertolongan keluarganya tetapi saya malah
dimarahi. Ya sudah akhirnya saya memutuskan untuk mengakhiri hidup saja.
T: Apakah kamu sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya?
A: Iya dok saya pernah mencoba mengiris tangan menggunakan pisau, meminum
cairan pembersih lantai, dan pernah mencoba untuk melompat dari jembatan.
T: Lalu bagaimana tanggapan dia?
A: Dia marah dok dan mengatakan saya terlalu cemburu dengan dia.
T: Lalu apakah yang menyebabkanmu berani mencoba bunuh diri?
A: Saya putus asa dok. Masa saya sudah berusaha dan memberikan apa yang dia minta
malah diputuskan? Pada saat saya mengadu ke keluarganya dan berharap akan
dibantu malah saya dimarahi. Saya malu dok.
T: Lalu bagaimana perasaanmu skrg?
A: Saya menyesal dok, saya sekarang lebih memikirkan keluarga saya karena saya
adalah tulang punggung keluarga.
T: Baik kalau begitu A, lebih baik kamu mencari laki-laki yang lebih baik dari dia ya,
jangan lupa keluargamu dan teman-temanmu selalu mendukung dirimu.
A: Iya dok terimakasih ya

Anda mungkin juga menyukai