Oleh:
Kelompok 6 B
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan
keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti
keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-
kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita
mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada
setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani
yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada
pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing.
Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada
kepribadian seseorang.
Perkembangan prenatal menunjukkan bahwa kemampuan
menyesuaikan diri terhadap kehidupan post natal bersumber pada masa
konsepsi. Kepribadian sebenarnya tidak mendapat pengaruh langsung
dari gen dalam pembentukannya, karena yang dipengaruhi gen secara
langsung adalah kualitas sistem saraf dan kesimbangan biokimia tubuh
(Yusuf & Nurihsan, 2005).
2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat; yakni
manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk
juga kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-
peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu. Sejak
dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya.
Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan
anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi
pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga
yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula
terhadap perkembangan kepribadian anak. Pengaruh lingkungan
keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat
mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal
ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang
pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan
luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus
menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada
emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang
diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat
diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan dan pembentukan kepribadian.
3. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-
masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di
mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang
sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian
antara lain:
a. Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung
tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu.
Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus
memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang
berlaku di masyarakat itu.
b. Adat dan Tradisi
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping
menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya,
juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang
akan berdampak pada kepribadian seseorang.
c. Pengetahuan dan Keterampilan
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau
suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya
kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu
masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara
kehidupannya.
d. Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas,
bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cirri-ciri
khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan
kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa
merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat
menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan
bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
e. Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju
dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan
hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian
manusia yang memiliki kebudayaan itu.
Menurut Eysenck dalam Feist dan Feist tahun 2010, kepribadian dibagi
menjadi Ektrovert dan Introvert. Eysenck memiliki konsep tentang kepribadian
ekstrovert dan introvert yang lebih popular dibanding dengan tokoh-tokoh
lainnya. Eysenck menyatakan bahwa ekstrovert ditandai terutama oleh
keakraban dan impulsif, tetapi juga oleh kelucuan, keceriaan, optimis, kecakapan
yang cepat, dan trait lainnnya menunjukkan orangorang yang dihargai karena
hubungan mereka dengan orang lain. Sedangkan introvert ditandai dengan trait
yang bertolak belakang dengan ekstrovert. Trait tersebut seperti tenang, pasif,
tidak ramah, hatihati, pendiam, bijaksana, damai, tenang dan terkendali.
Eysenck mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki tipe
kecenderungan ektrovert akan memiliki karateristik sabagai berikut: mereka
tergolong orang yang ramah, suka bergaul, menyukai pesta, memiliki banyak
teman, selalu membutuhkan orang lain untuk diajak berbicara, dan menyukai
segala bentuk kerjasama. Mereka tidak jarang selalu mengambil kesempatan
yang datang pada mereka, tidak jarang menonjolkan diri, dan sering kali
bertindak tanpa berfikir terlebih dahulu, secara umum termasuk individu yang
meledak-ledak. Orang ektrovert cenderung dipengaruhi oleh dunia obyektif diluar
dirinya. Orientasi tertuju pada pikirian, perasaan terdasarnya terutama ditentukan
oleh lingkungan.
Karakteristik orang introvert adalah mereka tidak banyak bicara, malu
malu, mawas diri, suka membaca dibanding bergaul dengan orang lain. Mereka
cenderung menjaga jarak kecuali dengan teman dekat. Memliki rencanan
sebelum melakukan sesuatu serta tidak percaya faktor kebetulan. Meraka tidak
menyukai suasana kermaian, selalu memikirkan masalah seharihari secara
serius serta menyukai keteraturan dalam hidup. Individu introvert dapat
mengontrol perasaan merakadengan baik, jarang berperilaku agresif, tidak
mudah hilang kesabaran. Meraka merupakan orang yang bisa dipercay, sedikit
pesimistis dan menetapkan standar etis yang tinggi dalam hidup. Orientasi
individu introvert tertuju dalam pikiran, perasaan terdasarnya ditentukan dari
dalam dirinya sendiri bukan ditentukan oleh lingkungan.
Menurut Eysenck perbedaan utama atara entrovert dan ekstrovert bukan
terletak pada perilaku melainkan pada faktor biologis dan genetik secara
alami.perbedaan terletak pada cortical arousal, yaitu sebuah kondisi yang
didapat dari pewarisan genetik yang terkait dengan stimulasi sensorik. Ekstrovert
memiliki cortical arousal lebih rendah dibanding introvert. Jadi untuk
mempertahankan cortical arousal, ektrovert akan mencari stimulasi sensori
berupa aktif dalam kegiatan menarik dan merangsang. Sedangkan introvert akan
bersifat sebaliknya karna memiliki cortical arousal yang tinggi.
BAB III
PEMBAHASAN
Kemampuan ini terkait dengan apa yang biasanya disebut sebagai inner
self (diri terdalam, batiniah). Dunia intrapribadi menentukan seberapa
mendalamnya perasaan kita, seberapa puas kita terhadap diri sendiri dan
prestasi kita dalam hidup. Sukses dalam kemampuan ini mengandung arti bahwa
kita bisa mengungkapkan perasaan kita, bisa hidup dan bekerja secara mandiri,
tegar, dan memiliki rasa percaya diri dalam mengemukakan gagasan dan
keyakinan.
Sikap perawat yang senantiasa harus dapat menunjukkan pribadi sebagai
tanpa harus dibantah era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi
memang menuntut perawat, sebagai suatu profesi harus memberi pelayanan
kesehatan yang optimal, tidak menutup kemungkinan perawat luar juga akan ikut
berkompetisi mengisi rumah sakit-rumah sakit berstandar internasional, yang
saat ini sudah banyak berdiri di Indonesia. Bisa dibayangkan alangkah ruginya
bagi perawat Indonesia, bila ternyata pasien lebih memilih dirawat oleh perawat
luar, hanya karena mereka lebih ramah, sopan, peduli, lebih terampil dari
perawat Indonesia itu sendiri.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Kepribadian merupakan pola perilaku dan sifat khas yang melekat pada
diri seseorang dan merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu
tersebut. Sehingga kepribadian dapat menentukan bagaimana seseorang
berpikir, berperilaku, berperasaan, dan berinteraksi dengan orang lain.
Kepribadian seorang perawat dapat mempengaruhi kinerja perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Dampak dari tipe kepribadian
yang dapat mempengaruhi kinerja perawat meliputi: motivasi perawat, kualitas
dan kuantitas perawat, gaya dalam pengambilan keputusan, kedisiplinan, dan
kerjasama dengan tim. Sangat penting bagi perawat untuk meningkatkan
kemampuan pribadi, mengembangkan skill bersosialisasi dan berkomunikasi,
serta mengembangkan hubungan timbal balik dengan orang lain untuk
mengembangkan kepribadian yang lebih baik. Sehingga semakin baik
kepribadian perawat, maka kinerja dari perawat akan semakin baik pula yang
berdampak pada meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan dan kepuasan
pasien terhadap pelayanan yang diberikan.
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Afidah Nisa. 2011. Hubungan Antara Tipe Kepribadian dengan Kinerja Perawat di
Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Surakarta. Jurnal Ilmu Kesehatan
Universitas Muhamadiyah Surakarta.