Anda di halaman 1dari 9

3.1. G.

SALAK, JAWA BARAT

G. Salak dilihat dari Pos PGA Salak (Foto oleh: Ahmad Basuki, PVMBG, 2006)

KETERANGAN UMUM
Nama Kawah : Kawah Ratu, Kawah Hirup dan Kawah Paeh
Lokasi
a. Geografi : 643'LS - 10644' BT
b. Administrasi : Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa
Barat
Ketinggian : Puncak G. Salak, 2211 m dpl

Kota Terdekat : Bogor

Tipe Gunungapi : A (Strato)

Pos Pengamatan : Kamp. Babakan Sari, Desa Bend, Kec. Cicuruk,


Kab. Sukabumi. Koordinat Geografi:
064517,60 LS dan 1064741 BT.

PENDAHULUAN
Cara Mencapai Puncak
Untuk mencapai puncak G. Salak dapat dilakukan dari 2 arah, yaitu dari sebelah
utara dan selatan. Jalan pertama dari arah utara dapat ditempuh dengan kendaraan
bermotor sampai daerah kehutanan melalui Cikampak atau Cibatok menuju kampung
Gunung Bunder. Dari batas hutan perjalanan dilanjutkan melalui jalan setapak menuju
kawah dengan waktu tempuh lk. 2 jam. Jalan kedua dari arah selatan melalui Kecamatan

160
Cicurug, Kabupaten Sukabumi dengan kendaraan bermotor sampai batas hutan di
kampung Cidahu atau Nangkabeurit. Perjalanan selanjutnya hanya dapat ditempuh
dengan melalui jalan setapak menuju puncak/kawah dan memerlukan waktu lk. 2 jam.

Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi


Bahan galian yang ditemukan di sekitar G. Salak yang dianggap ekonomis antara
lain tufa pasiran yang terdapat di Desa Kutajaya, Tugujaya dan Cidahu. Batu pecah
andesit terdapat di Desa Logi. Batu ceper andesit terdapat di Desa Cidahu dan Batu
Gamping terdapat di Desa Bojong Pangkas.

Wisata
Objek wisata di kawasan G. Salak yang sudah berkembang pada saat ini
diantaranya; objek wisata hutan lindung dan camping ground, objek wisata Pondok Argo
Maos, objek wisata Taman Cimalati dan Pemandian Taman Angsa, objek wisata Danau
Lido-Cisempur, serta objek wisata Curug Cigamea dan Ngumpet I. Sedangkan objek
wisata yang belum berkembang di antaranya; Curug Dua Undak, Curug Ngumpet II, serta
sumber air panas Cikuluwung. Objek wisata alternatif yang dapat dikembangkan secara
baik yaitu di daerah G. Peuteuy sebagai objek wisata vegetasi.

SEJARAH LETUSAN
Sejarah letusan G. Salak yang tercatat dalam sejarah adalah sebagai berikut:
1668-1699 Terjadi erupsi samping dan erupsi normal, erupsi yang merusak lingkungan di G. Salak
II. Erupsi berupa letusan magmatik.
1761 Letusan Freatik di Kawah Ratu.
1780 Erupsi samping, erupsi normal di Kawah Ratu
1902-1903 Erupsi samping, erupsi preatik
1919 Letusan Freatik di kawah Ratu.
1923 Letusan Lumpur di kawah Cibodas.
1929 Letusan Freatik di kawah Cibeureum.
1935 Erupsi samping, erupsi preatik diKawah Cikuluwung Putri
1936 Letusan Freatik di kawah Perbakti.
1938 Erupsi samping, erupsi preatik diKawah Cikuluwung Putri

Kegiatan pada saat ini berupa hembusan solfatara dan fumarola di Kawah Ratu,
Kawah Hirup dan Kawah Paeh.

161
Karakter Letusan
Karakter letusan Gunung Salak adalah letusan freatik di kawah pusat dan erupsi
samping. Letusan freatik terjadi apabila terjadi akumulasi tekanan uap air yang sangat
kuat di bawah permukaan bumi yang melebihi daya tahan dari lapisan permukaan tanah di
atasnya. Akumulasi uap air ini bisa terbentuk akibat sentuhan secara langsung atau tidak
langsung aliran air dengan magma. Erupsi samping merupakan erupsi yang terjadi pada
daerah lereng gunungapi.

GEOLOGI

162
G. Salak merupakan gunungapi yang masih aktif dengan tipe strato yang hasil
letusannya merupakan selang seling antara aliran lava dan endapan piroklastik.
Geologi dan stratigrafi tentatif berdasarkan hasil pemetaan terdahulu (Zaenudin,
dkk, 1993) bahwa urutan batuan dari tua ke muda terdiri dari 16 satuan batuan dan 7
satuan produk batuan bukan G. Salak.
Hasil kegiatan G. Salak tertua adalah lava G. Salak I dan yang termuda adalah
kolorium dan endapan aluvial. Genetika G. Salak menurut Hartman (1938) adalah sebagai
berikut: Pertama muncul G. Salak I yang merupakan tubuh yang paling tua dan kemudian
disusul oleh G. Salak II, kemudian muncul G. Sunbul, sedangkan Kawah Ratu
diperkirakan merupakan produk akhir dari G. Salak, Kawah Cikulung Putri dan Kawah
Hirup yang masih merupakan bagian dari Kawah Ratu.

GEOFISIKA
Seismik
Hingga saat ini kegempaan di G. Salak dipantau/dimonitor secara terus menerus
dengan menggunakan seismograf MEQ-800 yang dioperasikan secara telemetri.
Seismometer dipasang 3 Km dari Pos Pengamatan Gunungapi.
Dari hasil rekaman seismograf hingga Mei 2007 tampak bahwa, beberapa jenis
gempa yang dominan terekam oleh seismograf antara lain ; gempa Vulkanik-Dalam,
Tektonik-Jauh, gempa Tektonik-Lokal, serta jenis gempa Low Frekuensi. Pada kurun
waktu 29 Desember 2006 hingga 12 Mei 2007 tampak bahwa, tingkat kejadian jenis
gempa Tektonik-Jauh lebih besar dibanding jenis gempa Vulkanik-Dalam maupun
Tektonik-Lokal. Dalam kurun waktu 135 hari tersebut terekam 28 kejadian gempa
Vulkanik-Dalam, 45 kejadian gempa Tektonik-Lokal, dan 65 kejadian gempa Tektonik-
Jauh. Namun rata-rata kejadian jenis gempa Vulkanik-Dalam, Tektonik-Lokal, maupun
Tektonik-Jauh adalah kurang dari 1 kejadian per hari. Begitu juga jika kita tinjau rata-rata
kejadian jenis gempa tersebut di atas mulai 1 April hingga 28 Desember 2006, adalah di
bawah satu kejadian per hari.
Jika ditinjau jenis gempa yang berhubungan dengan aktivitas vulkanik G. Salak,
jenis gempa yang muncul atau direkam oleh seismograf di Pos PGA didominasi oleh jenis
gempa Vulkanik-Dalam (VA), sedangkan jenis gempa Vulkanik-Dangkal jarang sekali
direkam. Jika diamati tingkat kegempaan jenis gempa vulkanik sejak April 2006, ditinjau
setiap 136 hari hingga periode pengamatan tampak jumlah gempa Vulkanik-Dalam
tersebut hanya berkisar antara 12 hingga 28 kejadian per 136 hari atau kurang dari 1
kejadian per hari. Sedangkan jenis gempa Vulkanik-Dangkal tidak terekam. Hal ini
163
menunjukkan bahwa rekahan (cracking) yang terjadi masih berada pada lokasi yang
dalam dan pada tingkat kejadian masih normal. Sedangkan cracking pada lokasi yang
relatif dekat dengan permukaan masih belum teramati.

GEOKIMIA
Kimia Batuan
Dari hasil analisis petrografi terhadap contoh lava, secara mikroskopis lava lava
tersebut mempunyai kisaran SiO2 antara 53,4% - 56,62%, K2O rendah antara 0,72
1,65%, nilai total alkali 4 5,95%.
Sifat sifat khas dari lava kalk -alkali berdasarkan komposisi mayor elemen
adalah:
Batuan andesit basaltik lebih umum diendapkan dibandingkan dengan andesit
dan basalt
Umumnya mempunyai kandungan TiO2 yang rendah (<1,16%)
Kandungan Al2O3 bervariasi, umumnya bernilai tinggi (16,5 18,17%)
Kandungan MgO umumnya rendah (2,43 4,13%)
Kandungan total alkali bervariasi berkisar antara 4 5,95%

Kimia Gas
Hasil analisi kimia gas di G. Salak didominasi oleh kandungan uap air mencapai 91
94%, hal tersebut menunjukan bahwa dominasi uap air cukup kuat dan gas ini
dikelompokan ke dalam gas basah. Sedangkan komposisi gas vulkanik G. Salak lainnya
yang diambil dari Kawah Hirup adalah sebagai berikut :
Tabel Data Kimia Gas G. Salak
UNSUR KH-1 KH-2 KH-3 KH-4
H2 0,08 0,06 0,19 0,16
O2+Ar 0,04 0,01 0,01 0,01
N2 0,27 0,14 0,16 0,15
CH4 0,12 0,12 0,18 0,16
CO2 3,82 4,16 6,74 5,09
SO2 0,54 0,49 0,98 0,74
H2S 0,05 0,05 0,08 0,02
HCl 1,04 0,18 0,16 0,78
H2O 94,04 94,77 91,59 92,88
o
Suhu C 106,00 105,50 110,00 108,50

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI


Dalam usaha Mitigasi Bencana Gunungapi dilakukan pemantauan visual dan
kegempaan secara menerus yang berhubungan dengan gejala vulkanik G. Salak.

164
Peralatan pemantauan kegempaan G. Salak menggunakan Seismograf MEQ-800 yang
dioperasikan secara telemetri.

KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI


Yang dimaksud dengan kawasan rawan bencana adalah kawasan yang pernah
terlanda atau diidentifikasikan berpotensi terancam bahaya letusan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kawasan-kawasan tersebut ditentukan atas dasar kemungkinan
pola sebaran jenis potensi bahaya yang dikaitkan terhadap situasi
topografi/geomorfologinya, sehingga dapat diperkirakan pola sebaran masing-masing
jenis produk pada letusan yang akan datang.
Peta kawasan rawan bencana gunungapi yang identik dengan peta daerah bahaya
gunungapi adalah peta petunjuk yang menggambarkan tingkat kerawanan bencana suatu
daerah bila terjadi letusan gunungapi. Peta ini juga menerangkan jenis dan tipe bahaya
gunungapi, kawasan rawan bencana, arah pengungsian, lokasi pengungsian dan pos-pos
penanggulangan bencana. Peta kawasan rawan bencana G. Salak dibagi kedalam dua
kawasan rawan bencana, yaitu : Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana
II, dan Kawasan Rawan Bencana I.

Kawasan Rawan Bencana III


Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang letaknya dekat dengan sumber
erupsi yang sering terlanda gas racun, lontaran batu (pijar), aliran lava, erupsi freatik dan
kemungkinan awan panas. Oleh karena tingkat kerawanan yang tinggi, kawasan ini tidak
diperkenankan baik untuk hunian tetap maupun untuk tujuan komersial. Daerah Kawasan
Rawan Bencana III meliputi daerah puncak dan Kawah, yang merupakan daerah wisata
yang cukup banyak dikunjungi. Penarikan batas Kawasan Rawan Bencana III baik
terhadap aliran massa maupun lontaran didasarkan pada kegiatan yang terjadi dalam
sejarah letusan. Batas sebaran untuk material lontaran dan hujan abu mengacu pada
erupsi magmatik yang pernah terjadi dalam sejarah letusan G. Salak pada radius 0.5 - 1.5
km dari pusat erupsi.

Kawasan Rawan Bencana II


Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas,
lontaran batu (pijar), aliran lava, hujan abu lebat, hujan lumpur (panas) atau lahar dan gas
beracun. Kawasan Rawan Bencana II ini dibedakan menjadi dua kelompok:

165
1. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa seperti : awan panas, aliran lava dan
lahar.
2. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran seperti lontaran batu (pijar) dan
hujan abu lebat.
Pada Kawasan Rawan Bencana II masyarakat diharuskan mengungsi jika terjadi
peningkatan kegiatan gunungapi, sesuai dengan saran Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG) sampai daerah ini dinyatakan aman kembali. Pernyataan
bahwa harus mengungsi, tetap tinggal di tempat dan keadaan sudah aman kembali
diputuskan oleh Pemerintah Daerah, sesuai peraturan yang berlaku.
Daerah Kawasan Rawan Bencana II G. Salak terdiri atas 2 bagian yaitu kawasan
yang berpotensi terlanda aliran massa berupa aliran piroklastik, aliran lava dan lontaran
jatuhan piroklastik, lapili, bom gunungapi dan lontaran batu lainnya.
Daerah yang termasuk Kawasan Rawan Bencana II meliputi wilayah Kecamatan
Pamijahan diantaranya Desa Gunungsari, Caringin, Arcawinangun dan hulu sungai
Cipeundey yang merupakan desa terakhir sebelum melakukan pendakian ke G. Salak.

Kawasan Rawan Bencana I


Kawasan Rawan Bencana I adalah daerah waspada yang berpotensi terlanda
lahar/banjir dan tidak menutup kemungkinan dilanda perluasan awan panas dan aliran
lava. Bila erupsi membesar, daerah ini mungkin dilanda hujan abu lebat dan lontaran batu
(pijar). Kawasan Rawan Bencana I ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa, seperti : lahar/banjir dan
kemungkinan perluasan awan panas atau aliran lava.
2. Kawasan rawan bencana terhadap materian jatuhan seperti : jatuhan abu dan
kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar), tanpa memperhitungkan arah angin
Hasil pengamatan di lapangan menunjukan bahwa untuk fragmen jatuhan
piroklastik halus dan lontaran batu berukuran kerikil dijumpai hingga radius 5 Km dari
pusat erupsi. Daerah daerah yang termasuk Kawasan Rawan Bencana I antara lain
meliputi wilayah Kecamatan Leuwilian, Ciampea, Dramaga, Ciomas, Cijeruk, Cicurug,
Parungkuda dan Cidahu.

166
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Salak
167
DAFTAR PUSTAKA
Hadisantono, RD.,dkk., 2000, Laporan Pemetaan Kawasan Rawan Bencana G. Salak
Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Irianto, dkk., 1996, Penyelidikan Petrokimia G. Salak Jawa Barat. Direktorat


Vulkanologi, Bandung.

Kristianto, 2007, Pemantauan Kegiatan Gunungapi Salak, Jawa Barat, PVMBG,


Bandung.

Priatna, P., Suherman, W., 1996, Laporan Penyelidikan Kimia Gas G. Salak Jawa
Barat. Direktorat Vulkanologi, Bandung
Ramlan, R., 1992, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus No. 167. Direktorat
Vulkanologi, Bandung.

Setiawan, T., dkk., 2000, Laporan Inventarisasi Potensi Wisata Kawasan G. Salak,
Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Setiawan, T., dkk., 2001, Laporan Invertarisasi Potensi Bahan Galian Kawasan G.
Salak, Jawa Barat. Direktorat Vulkanologi, Bandung.

Solihin, A., 2006, Pemantauan Kegiatan Gunungapi G.Salak, Jawa Barat, PVMBG,
Bandung.

168

Anda mungkin juga menyukai