Disusun Oleh :
2016
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
iii
LAPORAN I
KOTA PEKALONGAN
Disusun Oleh :
PEKALONGAN
2016
1
NAMA KEGIATAN
Upaya kesehatan kerja pabrik pindang ikan di Jl. Pantai Sari, Kelurahan
Panjang Baru, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan.
2
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam UU No. 36 tahun 2009 pasal 165
dinyatakan bahwa Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja
agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk
yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Agar gangguan tidak dialami oleh tenaga kerja, maka faktor-faktor
penyebab perlu dicegah, dikendalikan, diperkecil, atau bahkan dihilangkan.
Untuk mencegah berbagai gangguan yang muncul, maka terlebih dahulu perlu
diketahui proses produksi dan identifikasi permasalahannya, cara pemantauan,
dan standar-standar yang berlaku.
1. Faktor lingkungan kerja
Berdasarkan proses produksi pada industri pemindangan ikan, faktor
lingkungan kerja memungkinkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan
tenaga kerja, sebagaimana terlihat pada penjelasan di bawah ini.
Proses produksi dan faktor lingkungan kerja
- Gudang bahan baku
Penerangan, iklim kerja, uap, debu.
- Gudang Pendingin (Cold Storage)
Penerangan, iklim kerja.
- Pembersihan Ikan
Penerangan, iklim kerja dan alat kerja.
- Pemindangan
Penerangan, iklim kerja, debu, uap.
- Pengecekan kualitas
Penerangan, iklim kerja, debu, uap
- Pengemasan
Penerangan, iklim kerja, debu, uap.
3
- Mesin Pendingin
Potensi bahaya kecelakaan kerja : tersengat arus listrik, bahaya
kebakaran, Noise Induced Hearing Loss
- Penjemuran
Potensi bahaya kecelakaan kerja : Gigitan ular, gigitan serangga,
dehidrasi, hipertermia, sun stroke, sun burn
- Pengemasan
Potensi bahaya kecelakaan kerja : terjatuh, cedera tulang belakang
4
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Memberikan informasi kepada pemilik perusahaan dan pekerja mengenai
dampak lingkungan tempat mereka bekerja terhadap kesehatan.
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan sederhana untuk mengetahui penyakit
atau masalah kesehatan yang sering dialami oleh para pekerja
3. Memberikan informasi mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
menciptakan lingkungan pekerjaan yang sehat dan nyaman.
C. BENTUK KEGIATAN
1. Pemberian informasi mengenai upaya kesehatan kerja
2. Pemeriksaan kesehatan sederhana kepada para pekerja
E. PESERTA KEGIATAN
Pekerja di pabrik pemindangan ikan.
F. PELAKSANA KEGIATAN
1. Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas Kusuma Bangsa : Destya Sari W,
SKM
2. Petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kusuma Bangsa : Soedjarwo,
Amd.KL
3. Dokter Internsip : dr. Ratiya Primanita, dr. Ratna Wulansari, dr. Rayindra
Dwi Rizky, dr. Yerlian maryam.
G. HASIL KEGIATAN
1. Kegiatan kunjungan upaya kesehatan berjalan dengan baik dan lancar
2. Sebagian besar pekerja telah dilakukan pemeriksaan kesehatan sederhana
meliputi pengukuran tensi, dan keluhan yang sering dialamai saat dan
setelah bekerja.
3. Pemilik pabrik dan para pekerja mengerti mengenai cara menciptakan
lingkungan kerja yang sehat dan nyaman.
H. EVALUASI KEGIATAN
1. Pemiliki pabrik tidak selalu mendampingi tim puskesmas dalam kegiatan
kunjungan upaya kesehatan kerja tersebut.
5
2. Tidak semua pekerja mau untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan dengan
alasan takut untuk diperiksa dan sibuk dengan target kerjanya masing-
masing.
3. Kurangnya ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) dan kotak P3K di
pabrik tersebut.
LAPORAN II
KOTA PEKALONGAN
Disusun Oleh :
6
PEKALONGAN
2016
NAMA KEGIATAN
7
mengalami reaksi kusta, sebanyak 94,3 % penderita mengalami reaksi kusta
berat dan 5,7 % mengalami reaksi kusta ringan. Berdasarkan status
pengobatan MDT, sebanyak 5,7 % penderita belum mendapat pengobatan,
sedang dalam pengobatan sebanyak 52,8 % dan sesudah pengobatan
sebanyak 41,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa beban kusta di Jawa Tengah
masih tinggi dan masih perlu suatu gerakan yang lebih atraktif yang mengajak
seluruh elemen masyarakat berpartisipasi dalam penemuan dini.
Kusta bukan merupakan penyakit keturunan, sehingga belum ada
kepastian mengenai penularan kusta sampai pada saat ini. Namun, penularan di
dalam rumah tangga serta hubungan dekat dengan penderita dalam jangka
waktu yang cukup lama akan beresiko tertular. Kelompok yang beresiko tinggi
terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi buruk
seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi
yang buruk dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat
menekan sistem imun. Penularan dapat terus terjadi selama populasi kusta
masih ada. Selama penderita kusta masih ada, dia berpotensi menularkan
penyakit ini ke orang lain. Kemungkinan penularan melalui pernafasan. Tetapi
tidak semua orang yang kontak dengan pasien kusta otomatis tertular. Dengan
menemukan pasien kusta lebih dini dan mengobatinya merupakan kunci
memutus mata rantai penularan.
Salah satu masalah yang menghambat upaya penanggulangan kusta adalah
adanya stigma yang melekat pada penyakit kusta dan orang yang mengalami
kusta bahkan keluarganya. Dalam kehidupan sehari-hari, perlakuan
diskriminatif dapat terjadi dalam hal kesempatan mencari lapangan pekerjaan,
beribadag di rumah-rumah ibadah, menggunakan kendaraan umum,
mendapatkan pasangan hidup dan lain-lain. Keadaan ini berdampak negatif
secara psikologis bagi mereka yang mengakibatkan frustasi hingga upaya
bunuh diri. Selain itu, dengan adanya stigma kusta dapat menyebabkan
penderita engga berobat karena takut keadaanya diketahui oleh masyarakat
sekitarnya. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan berlanjutnya mata rantai
penularan kusta.
8
Permasalahan lain yang ada dalam upaya pemberantasan penyakit kusta
yaitu terbatasnya SDM dan kemampuan petugas dalam mendeteksi dini
penyakit kusta masih rendah. Oleh karena itu, perlu diberikan pendidikan
khusus bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan ketrampilannya dalam
proses penemuan kasus guna deteksi dini penyakit kusta.
Kecacatan kusta adalah keadaan abnormal dari fisik dan fungsi tubuh serta
hilangnya beberapa struktur dan fungsi tubuh yang diakibatkan oleh penyakit
kusta. Timbulnya hal tersebut merupakan hal yang sering terjadi pada penderita
kusta. Terjadinya cacat pada penderita kusta disebabkan oleh kerusakan
fungsi syaraf tepi, baik karena kuman kusta maupun karena terjadinya
peradangan sewaktu keadaan reaksi kusta. Kerusakan tersebut meliputi
kerusakan fungsi sensorik, motorik dan otonom. Kecacatan ini bersifat
menetap (permanen) yang hanya dapat diatasi dengan latihan/fisioterapi yang
intensif atau bedah rekonstruktif. Dengan demikian, perlu dilakukan upaya
untuk mencegah kecacatan dengan minum obat sedini mungkin.
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Mengetahui kesehatan umum An. Sabrawi
2. Mengetahui perkembangan gejala dan reaksi kusta An. Sabrawi
3. Memantau kepatuhan penderita untuk tetap rutin mengkonsumsi obat
4. Mendeteksi dini anggota keluarga lain dalam rumah tersebut yang memiliki
gejala yang sama seperti penderita
5. Mengedukasi keluarga mengenai efek samping pengobatan
C. BENTUK KEGIATAN
1. Memeriksa kesehatan umum An. Sabrawi dan pemeriksaan khusus kusta
2. Melakukan skrining kusta terhadap anggota keluarga lain dalam rumah
penderita
3. Melakukan tanya jawab seputar kepatuhan obat dan efek samping obat
E. SASARAN KEGIATAN
An. Sabrawi (3,5 tahun) di kelurahan Panjang Wetan Kecamatan Pekalongan
Utara, Kota Pekalongan.
9
F. PELAKSANA KEGIATAN
1. Petugas P2M Puskesmas Kusuma Bangsa : Maghfiroh, S.Kep
2. Dokter Internsip : dr. Ratiya Primanita
G. HASIL KEGIATAN
1. Secara umum kondisi kesehatan An. Sabrawi cukup baik, masih dapat
melakukan aktifitasnya sehari-hari seperti bermain.
2. Terdapat bercak kusta yang bertambah ( > 5 lesi) pada An. Sabrawi.
3. Penderita dapat dikatakan patuh minum obat berdasarkan pada hasil tanya
jawab dengan nenek penderita dan melihat sisa obat yang masih tersimpan.
4. Telah dilakukan deteksi dini anggota keluarga melalui tanya jawab dengan
nenek penderita mengenai kesamaan gejala anggota lain dengan penderita.
Hasil dari tanya jawab tersebut ditemukan bahwa paman penderita
mengalami keluhan yang sama seperti penderita sehingga kemungkinan
paman penderita mengalami penyakit yang sama.
5. Terjadinya Reaksi tipe 2 pada pasien sehingga keluarga dianjurkan untuk
kontrol kembali ke Puskesmas Kusuma Bangsa untuk mendapatkan
penambahan obat guna mengatasi reaksi tersebut.
H. EVALUASI KEGIATAN
1. Ibu pasien tidak pernah ada saat kunjungan dilakukan sehingga pelaksana
hanya melakukan tanya jawab dan edukasi kepada nenek penderita.
2. Kegiatan berjalan dengan baik dan lancar.
LAPORAN III
KOTA PEKALONGAN
10
Diajukan Guna Melengkapi Tugas Program Internsip
Disusun Oleh :
PEKALONGAN
2016
NAMA KEGIATAN
11
karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Didalam tubuh manusia
itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55 60
% berat badan terdiri dari air, untuk anak anak sekitar 65 % , dan untuk bayi
sebesar 80 %. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk
minum, masak, mandi, mencuci ( bermacam macam cucian ) dan sebagainya.
Menurut perhitungan WHO dinegara negara maju tiap orang memerlukan air
antara 60 120 liter per hari. Sedangkan dinegara negara berkembang,
termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30 60 liter per hari.
Air yang kita perlukan adalah air yang memenuhi persyaratan kesehatan
baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis dan radioaktif. Air yang tidak
tercemar, didefinisikan sebagai air yang tidak mengandung bahan-bahan asing
tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut
dapat dipergunakan secara normal. Air yang memenuhi syarat, diharapkan
dampak negatif penularan penyakit melalui air bisa diturunkan.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air
bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan
airminum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari
segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis,
sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan
Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990.
Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyarakat utama.
Syarat-syarat tersebut berdasarkan Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih
adalah sebagai berikut:
1. Syarat-syarat fisik.
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau
kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang
diperbolehkan adalah 25oC 3oC.
12
2. Syarat-syarat kimia.
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah
yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah :
pH, total solid, zat organik, CO2agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi
(Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit,
flourida (F), serta logam berat.
3. Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis.
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan
tidak adanya bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air
4. Syarat-syarat Radiologis.
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh
mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung
radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Mengetahui ketersediaan air di kelurahan Kandang Panjang.
2. Mengetahui kelayakan air di kelurahan Kandang Panjang.
C. BENTUK KEGIATAN
1. Melakukan pemeriksaan Tower PAMSIMAS dan saluran air ledeng
2. Melakukan pemeriksaan kualitas dan ketersediaan air ledeng.
D. WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 Juni 2016.
E. SASARAN KEGIATAN
Pengguna air ledeng PAMSIMAS di perum Tirta Swadaya, kelurahan Kandang
Panjang, Kecamatan Pekalongan Utara.
F. PELAKSANA KEGIATAN
1. Petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kusuma Bangsa : Soedjarwo,
Amd.KL
2. Dokter Internsip : dr. Ratiya Primanita, dr. Rayindra Dwi Rizky
G. HASIL KEGIATAN
1. Telah dilakukan pemeriksaan kondisi bangunan PAMSIMAS
2. Telah dilakukan pemeriksaan ketersediaan air
3. Telah dilakukan pengambilan sampel air
13
4. Telah dilakukan penyerahan sampel air ke laboratorium Puskemas Bendan
5. Sampel air diperiksa di laboratorium Puskesmas Bendan dan dinyatakan
layak digunakan sebagai air minum dan sanitasi.
H. EVALUASI KEGIATAN
1. Persiapan kegiatan dilakukan dengan baik
2. Kegiatan berjalan dengan baik dan lancar
14
LAPORAN IV
KOTA PEKALONGAN
Disusun Oleh :
PEKALONGAN
2016
15
A. NAMA KEGIATAN
Penyuluhan perawatan pasca persalinan pada Kelas Ibu Hamil di Kelurahan
Panjang Baru, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan
16
paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman
Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil dan Buku
senam Ibu Hamil.
C. TUJUAN KEGIATAN
1. Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar
memahami tentang perawatan pasca persalinan dan nifas, KB pasca
persalinan, perawatan bayi baru lahir dan mitos/kepercayaan/adat istiadat
setempat.
2. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil
dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan pelaksana kegiatan yaitu
dokter ataupun bidan tentang perawatan pasca persalinan, perawatan nifas,
KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir dan mitos/kepercayaan/adat
istiadat setempat.
3. Timbulnya kengininan untuk menggunakan KB pasca persalinan.
4. Menurunnya angka kejadian penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, seperti infeksi jalan lahir atau
perdarahan.
5. Sosialisasi mengenai manfaat dan tahap-tahap senam ibu hamil kepada
seluruh ibu hamil agar dapat dipraktekan di rumah masing-masing saat
waktu luang.
D. BENTUK KEGIATAN
1. Penyampaian materi mengenai perawatan pasca persalinan dan nifas, KB
pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir dan mitos/kepercayaan/adat
istiadat setempat.
2. Pengulangan materi Kelas Ibu Hamil sebelumnya yang telah diberikan oleh
narasumber sebelumnya guna menilai pemahaman ibu ibu hamil terhadap
materi yang telah diberikan.
3. Tanya jawab bersama dokter dan bidan bidan tentang perawatan pasca
persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir
dan mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat.
4. Simulasi senam ibu hamil yang dipandu oleh pelaksana kegiatan dan iikuti
oleh seluruh ibu hamil.
17
E. WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 Agustus 2016.
F. SASARAN KEGIATAN
Seluruh ibu hamil dengan umur kehamilan antara 20 minggu s/d 32 minggu di
Kelurahan Panjang Baru, Kecamatan Pekalongan Utara.
G. PELAKSANA KEGIATAN
1. Petugas KIA Puskesmas Kusuma Bangsa : Riska Setia N, Amd. Keb
2. Dokter Internsip : dr. Ratiya Primanita
H. HASIL KEGIATAN
1. Berdasarkan hasil tanya jawab pada sesi pembukaan materi, seluruh ibu
hamil dapat dinilai memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai materi
yang telah diberikan pada kelas sebelumnya.
2. Terjadinya interaksi yang sangat baik antara ibu hamil dengan pelaksana
kegiatan saat sesi tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan
pada kegiatan ini.
3. Terjadinya interaksi antara ibu ibu hamil dan pelaksana kegiatan mengenai
pengalaman antar peserta ibu hamil di kehamilan sebelumnya mengenai
perawatan pasca persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan,
perawatan bayi baru lahir dan mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat.
4. Simulasi senam ibu hamil diikuti oleh seluruh peserta yang hadir dengan
antusias.
I. EVALUASI KEGIATAN
1. Seluruh ibu hamil tidak malu dan berani mengutarakan berbagai
pertanyaan yang selama ini tidak mendapatkan penjelasan jelas dari tenaga
kesehatan.
2. Tingginya keingintahuan seluruh ibu hamil mengenai mitos/kepercayaan/
adat istiadat setempat dapat digambarkan melalui banyaknya pertanyaan-
pertanyaan yang timbul mengenai hal-hal tersebut.
3. Kegiatan Kelas Ibu Hamil berjalan dengan lancar.
18
LAPORAN V
KOTA PEKALONGAN
19
Disusun Oleh :
PEKALONGAN
2016
A. NAMA KEGIATAN
Pemberian Vitamin A di PAUD Mutiara Paradise Kandang Panjang, Kota
Pekalongan
B. LATA BELAKANG KEGIATAN
Vitamin A atau retinol adalah salah satu vitamin yang larut dalam lemak,
di dalam tubuh disimpan di hati. Vitamin A berfungsi dalam proses
pembentukan dan pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit dan antibodi
sehingga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Vitamin A juga bermanfaat
bagi kesehatan mata dan kulit, menjaga kesehatan mukosa saluran pernafasan,
berperan dalam proses perkembangan embrio dan reproduksi. Vitamin A juga
merupakan antioksidan kuat yang dapat menangkal radikal bebas berbahaya
bagi tubuh.
Pada bulan febuari dan bulan agustus di kenal dengan bulan Vitamin A,
dimana seluruh anak yang berusia 6 bulan sampai 59 bulan akan mendapatkan
vitamin A gratis di Posyandu atau Puskesmas. Vitamin A kapsul merah juga
diberikan kepada ibu yang dalam masa nifas.
Menurut data WHO, diperkirakan terdapat 250 juta anak pra-sekolah di
seluruh dunia mengalami kekurangan vitamin A. Setiap tahun terdapat sekitar
20
250.000 500.000 anak mengalami kebutaan dan separuh anak ini kemudian
meninggal dalam jangka waktu 12 bulan akibat kekurangan vitamin A.
Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko anak menjadi rentan terkena
penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, campak dan diare.
Kekurangan vitamin A pada ibu hamil juga berisiko meningkatkan kebutaan.
Oleh sebab itu WHO berserta UNICEF bekerja sama dengan Canadian
International Agency dan United State Agency for International Development
and The Micronutrient Initiative mengkampanyekan The Vitamin A Global
Initiative yang salah satunya dengan pemberian suplementasi vitamin A dosis
tinggi 2 kali dalam satu tahun kepada kelompok-kelompok masyarakat yang
rentan mengalami kekurangan vitamin A.
Di Indonesia pemberian suplementasi vitamin A dilakukan pada bulan
Februari dan Agustus dengan sasaran anak usia 6 59 bulan. Pada Bayi usia 6-
11 bulan diberikan Vitamin A kapsul biru (dosis 100.000 IU) dan pada Balita
usia 12-59 bulan diberikan Vitamin A kapsul merah (dosis 200.000 IU).
Pemberian ini bisa diperoleh di sarana-sarana kesehatan seperti rumah sakit,
puskesmas, polindes, balai pengobatan, praktek dokter/bidan, posyandu, Taman
Kanak-Kanak, Pos PAUD, tempat penitipan anak, dan sebagainya.
Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, dan
yang lebih penting lagi, vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Anak
yang cukup mendapat vitamin A akan menjadi lebih kebal dan apabila terkena
diare, campak atau penyakit infeksi lain, tidak mudah menjadi parah sehingga
tidak membahayakan jiwa anak.
Suatu penelitian yang dilakukan di Pakistan pada tahun 2011
membuktikan bahwa pemberian suplemen Vitamin A pada anak usia 5-59
bulan di negara tersebut mampu menekan angka kematian sampai 20% dan
menunjukkan adanya pengurangan Balita yang menderita penyakit akibat
infeksi, diare, campak maupun kebutaan. Dari penelitian tersebut terlihat
bahwa pentingnya vitamin A tidak hanya sebatas pada pencegahan kebutaan,
namun yang lebih penting lagi adalah kaitannya dengan kelangsungan hidup,
pertumbuhan dan perkembangan serta kesehatan anak.
Indonesia telah aktif mengkampanyekan penanganan kondisi kekurangan
vitamin A, dengan program suplementasi vitamin A dua kali dalam satu tahun,
21
sejak tahun 1970-an sehingga saat ini permasalahan kekurangan vitamin A
sudah tidak menjadi permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini
program pemberian suplementasi vitamin A pada kelompok masyarakat yang
rentan kekurangan vitamin A masih terus dilakukan.
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Turut mendukung salah satu Program WHO dan UNICEF yaitu pemberian
suplementasi vitamin A dosis tinggi 2 kali dalam satu tahun kepada
kelompok-kelompok masyarakat yang rentan mengalami kekurangan
vitamin A.
C. BENTUK KEGIATAN
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara umum pada murid-murid PAUD
Mutiara Paradise yang akan menerima Vitamin A
2. Memberikan Vitamin A kapsul merah guna mencegah kekurangan vitamin
A pada balita.
E. SASARAN KEGIATAN
Seluruh murid PAUD Mutiara Paradise yang berusia 12 59 bulan.
F. PELAKSANA KEGIATAN
1. Petugas Gizi Puskesmas Kusuma Bangsa : Desti Anggraeni, AMG
2. Dokter Internsip : dr. Ratiya Primanita, dr. Rayindra Dwi Rizky
G. HASIL KEGIATAN
22
3. Ditemukan 1 orang anak yang mengalami kesulitan komunikasi terkait
dengan ketidakpercayaan diri terhadap orang asing selain keluarga.
H. EVALUASI KEGIATAN
23