Perencanaan Hutan
Perencanaan Hutan
I. PENDAHULUAN
A. Kondisi Umum
Pemanfaatan ruang di Indonesia senantiasa menampilkan dua sisi yang saling berlainan :
pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan hidup. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
dalam dekade terakhir memperlihatkan pencapaian yang relatif baik, dibandingkan negara-
negara lain. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia tumbuh
sebesar 5,78% di tahun 2013. Namun demikian, indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH),
selama 3 tahun terakhir justru menunjukkan penurunan (Tahun 2011 sebesar 65,50; Tahun
2012 sebesar 64,21; dan Tahun 2013 sebesar 63,1).
keanekaragaman hayati. Keempat anasir tersebut dirangkum dalam status lingkungan hidup
dan kehutanan. Hasilnya, kualitas udara dipenuhi bahan pencemar yang didominasi oleh
NO2, SO2 dan CO2 yang dihasilkan sebagian besar dari kendaraan bermotor. Materi lain
yang saat ini berada di udara adalah particulate matter(PM), sulfat, nitrat, amonia, natrium
klorida, karbon, debu mineral dan air, Partikel debu di bawah 2,5 mikron (PM 2,5) sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia dan pada tahun 2012 ditemukan telah melampui baku
mutu di Surabaya, Pekanbaru, Bandung dan Jakarta. Dari parameter COD, di berbagai
daerah telah melampui baku mutu.Limbah domestik menjadi penyumbang terbesar (60-
90%) pencemaran air sungai di Pulau Jawa dan Sumatera.Limbah dengan kategori deterjen
bahkan secara langsung dibuang dan mempengaruhi tingkat kecerahan air dibeberapa
wilayahpesisir dan laut. Kebakaran hutan masih menjadi permasalahan hutan dan lahan
Indonesia, bersama dengan penataan pola ruang yang tidak terkendali, akhirnya
menyebabkan keanekaragaman hayati Indonesia menjadi rentan terhadap kepunahan.
Visi pembangunan nasional Tahun 2015-2019 adalah Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Misi yang diemban untuk
memenuhi visi yang telah dirumuskan adalah :
Sasaran strategis pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 adalah :
2015
Reorganisasi selesai di triwulan II, internalisasi dan adaptasi sistem di triwulan III termasuk
penentuan lokasi dan data dasar parameter kunci di 15 DAS dan persiapan KPH yang akan
dioperasikan. Triwulan IV persiapan peningkatan akses masyarakat terhadap pengelolaan
hutan seluas 12,7 juta ha, serta persiapan dan pelaksanaan reformasi agraria dari kawasan
Juwita F. Rumambi 13031107008 Tugas Perencanaan Hutan
hutan produksi yang dapat dikonversi berupa legalisasi aset seluas 0,6 juta ha dan
redistribusi tanah seluas 3,5 juta ha.
2016
Perbaikan lingkungan secara nyata di 15 DAS guna mendorong peningkatan IKLH dan
ketahanan air, untuk : tutupan hutan, BOD-COD-Ecoli, udara. Setidaknya 229 KPH mulai
diintervensi secara langsung berdasarkan RPHJP, untuk mendorong produksi kayu, HHBK,
dan jasa lingkungan air. 20 taman nasional sudah memiliki pusat sanctuary sebagai dasar
peningkatan populasi 25 spesies terancam punah. Penyiapan modal sosial untuk
peningkatan akses pengelolaan hutan kepada masyarakat.
2017
15 DAS mampu memberikan gambaran peningkatan kualitas DAS, 229 KPH yang
dioperasikan di tahun 2016 mulai memberikan gambaran penurunan degradasi hutan,
peningkatan produksi hutan. 100 KPH lagi dioperasikan dan diberikan intervensi secara
langsung. Produksi TSL diharapkan sudah meningkat. IKLH berangsur naik di setiap anasir.
Sebagian luas hutan yang dikelola masyarakat sudah mulai.
2018
15 DAS sudah mampu memberikan gambaran dukungan Kementerian untuk ketahanan air.
329 KPH yang dioperasikan tahun 2016-2017 dan 50 Taman Nasional mampu memberikan
sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja, dan dukungan terhadap akselerasi
pembangunan ekonomi nasional. Hutan yang dikelola masyarakat sudah memberikan
keyakinan mampu memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan
produksi hasil hutan
2019
15 DAS, 429KPH dan 50 Taman nasional serta peningkatan akses masyarakat telah dapat
diartikulasikan sebagai dukungan kementerian terhadap pembangunan nasional yang
ditunjukkan dengan pencapaian 3 sasaran strategis pada tingkat nasional.