PENDAHULUAN
Aluminium (Al) adalah salah satu logam non fero yang memiliki beberapa
keunggulan, di antaranya adalah memiliki berat jenis yang ringan, ketahanan terhadap
korosi, dan mampu bentuk yang baik. Adapun sifat dasar dari aluminium (Al) murni
adalah memiliki sifat mampu cor yang baik dan sifat mekanik yang kurang baik. Oleh
karena itu dipergunakan aluminium paduan sebagai bahan baku pengecoran sebab sifat
mekanisnya akan dapat diperbaiki dengan menambahkan unsur-unsur lain seperti
tembaga (Cu), silikon (Si), mangan (Mn), magnesium (Mg) dan sebagainya.
Cetakan dibuat dengan jalan memadatkan pasir, adapun jenis pasir yang sering
digunakan adalah pasir alam atau pasir buatan yang mengandung tanah liat. Cetakan pasir
mudah dibuat dan memiliki nilai ekonomis yang lebih dibandingkan dengan cetakan
logam. Selain menggunakan cetakan pasir juga dipakai cetakan yang dibuat dengan
menggunakan bahan logam. Jenis logam yang digunakan pada cetakan ini, titik leburnya
harus lebih tinggi dari logam yang dicairkan.
Bahan paduan Al-Si-Mg merupakan salah satu paduan aluminium yang cocok
dipakai untuk material piston motor. Paduan ini mempunyai kelebihan seperti
ringan,tahan korosi dan warnanya menarik, tetapi sifat mekaniknya belum memenuhi
standart JIS H 5201 oleh karena itu sifat mekaniknya perlu ditingkatkan. Sifat mekanik
paduan Al-Si-Mg dapat ditingkatkan dengan salah satunya perlakuan panas T6 dengan
waktu tahan 40 jam dengan suhu bervariasi antara 30C, 150C, 180C, 210C, dan
240C. kemudian dilakukan uji kekerasan, kekuatan impak, identifikasi fasa dan
1
pengamatan struktur mikro. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sifat mekanik paduan
Al-Si-Mg naik akibat adanya perlakuan panas T6. Sifat mekanik optimum diperoleh pada
suhu 210C. mempunyai nilai kekerasan 93,30 HVN, kekuatan impak 5,13 j/cm2 dan
telah memenuhi standart JIS H 5201.
Penggunaan logam Aluminium sebagai logam setiap tahunnya pada urutan ke dua
setelah besi dan baja, yang tertinggi diantara logamn nonfero. Produksi Aluminium
tahunan di dunia mnencapa15 juta ton pertahun pada tahun 1981. Material ini
dipergunakan di dalam bidang yang luas bukan saja untuk peralatan rumah tangga tapi
juga dipakai untuk keperluan material pesawa terbang,mobil, kapal laut,dan konstruksi.
Sehingga limbah alumunium juga semakin meningkat.
Dari uraian diatas, perlu kiranya untuk mengadakan penelitian terhadap aluminium
hasil dari proses daur ulang dengan menggunakan cetakan logam dan cetakan pasir.
Sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
penggunaan cetakan oleh industri pengecoran untuk menghasilkan material atau produk
yang baik dan siap pakai dan sebagai langkah yang tepat untuk mengurangi limbah
Alumunium.
2
1.4 Tujuan Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan Cu sebesar 3% pada paduan Al-7Si
menurunkan nilai kekerasan benda cor baik pada bagian sirip maupun pada bagian alas
dari hasil coran head cylinder.
2.2.1.Pengecoran Logam
Pengecoran logam adalah proses pembuatan benda dengan mencairkan logam dan
menuangkan ke dalam rongga cetakan. Proses ini dapat digunakan untuk membuat benda-
benda dengan bentuk rumit. Benda berlubang yang sangat besar yang sangat sulit atau
sangat mahal jika dibuat dengan metode lain, dapat diproduksi masal secara ekonomis
menggunakan teknik pengecoran yang tepat.
1) Dapat mencetak bentuk kompleks, baik bentuk bagian luar maupun bentuk
bagian dalam.
3) Dapat mencetak produk yang sangat besar, lebih berat dari 100 ton.
6) massal.
5
Setiap metode pengecoran memiliki kelemahan, tetapi secara umum kerugian
proses pembentukan dengan pengecoran dapat disebutkan sebagai berikut:
6) Masalah lingkungan.
1) Perhiasan.
2) Penggorengan.
3) Patung.
4) Pipa.
5) blok mesin.
6) roda kereta.
7) rangka mesin.
Pada proses pengecoran dengan cetakan sekali pakai, untuk mengeluarkan produk
corannya cetakan harus dihancurkan. Jadi selalu dibutuhkan cetakan yang baru untuk
setiap pengecoran baru, sehingga laju proses pengecoran akan memakan waktu yang
relatif lama. Tetapi untuk beberapa bentuk geometri benda cor tersebut, cetakan pasir
6
dapat menghasilkan coran dengan laju 400 suku cadang perjam atau lebih. Pada proses
cetakan permanen, cetakan biasanya di buat dari bahan logam, sehingga dapat digunakan
berulang-ulang. Dengan demikian laju proses pengecoran lebih cepat dibanding dengan
menggunakan cetakan sekali pakai, tetapi logam coran yang digunakan harus mempunyai
titik lebur yang lebih rendah dari pada titik lebur logam cetakan.
Cetakan Pasir: cetakan pasir merupakan cetakan yang paling banyak digunakan,
karena memiliki keunggulan:
1) Dapat mencetak logam dengan titik lebur yang tinggi, seperti baja, nikel dan
titanium.
2) Dapat mencetak benda cor dari ukuran kecil sampai dengan ukuran besar.
Pola merupakan model benda cor dengan ukuran penuh dengan memperhatikan
penyusutan dan kelonggaran untuk pemesinan pada akhir pengecoran.
Pola padat dibuat sama dengan geometri benda cor dengan mempertimbangkan
penyusutan dan kelonggaran untuk pemesinan. Biasanya digunakan untuk jumlah
produksi yang sangat kecil. Walaupun pembuatan pola ini mudah, tetapi untuk membuat
cetakannya lebih sulit, seperti membuat garis pemisah antara bagian atas cetakan (cope)
dengan bagian bawah cetakan (drug). Demikian pula untuk membuat sistem saluran
masuk dan riser diperlukan tenaga kerja yang terlatih
7
Gambar 2.1. Beberapa jenis pola (ASM Metal handbook vol I, 2005)
2) Pola belah:
Terdiri dari dua bagian yang disesuaikan dengan garis pemisah (belahan)
cetakannya. Biasanya digunakan untuk benda coran yang memiliki geometri yang lebih
rumit dengan jumlah produksi menengah. Proses pembuatan cetakannya lebih mudah
dibandingkan dengan memakai pola padat.
Digunakan untuk jumlah produksi yang lebih banyak. Pada pola ini, dua bagian
pola belah masing-masing diletakan pada sisi yang berlawanan dari sebuah papan kayu
atau pelat besi.
Pola ini hampir sama dengan pola dengan papan penyambung, tetapi pada pola ini
dua bagian dari pola belah masing-masing ditempelkan pada papan yang terpisah. Pola
ini biasanya juga dilengkapi dengan sistem saluran masuk dan riser. Inti : Pola
menentukan bentuk luar dari benda cor, sedangkan inti digunakan bila benda cor tersebut
memiliki permukaan dalam. Inti merupakan model dengan skala penuh dari permukaan,
dalam benda cor, yang diletakan dalam rongga cetak sebelum permukaan logam cair
8
dilakukan, sehingga logam cair akan mengalir membeku diantara rongga cetak dan inti,
untuk membentuk permukaan bagian luar dan dalam dari benda cor.Inti biasanya dibuat
dari pasir yang dipadatkan sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Seperti pada pola,
ukuran inti harus mempertimbangkan penyusutan dan pemesinan.Pemasangan inti
didalam rongga cetak kadang-kadang memerlukan pendukung (support) agar posisinya
tidak berubah. Pendukung tersebut disebut chaplet, yang dibuat dari logam yang memiliki
titik lebur yang lebih tinggi dari pada titik lebur benda cor. Sebagai contoh, chaplet baja
digunakan pada penuangan besi tuang, setelah penuangan dan pembekuan chaplet akan
melekat ke dalam benda cor (lihat gambar 3.3). bagian chaplet yang menonjol ke luar dari
benda cor selajutnya dipotong.
Gambar 2.2: (a) Inti disangga dengan chaplet, (b) chaplet, (c) hasil coran dengan lubang
pada bagian dalamnya (ASM Handbook vol 2, 2007).
2.2.2. Aluminium
a. Sejarah Aluminium
9
dengan Aluminium. Nama yang terakhir ini sama dengan nama banyak unsur lainnya
yang berakhir dengan ium.
C.M. Hall seorang berkebangsaan Amerika dan Paul Heroult berkebangsaan Prancis, pada
tahun1886 mengolah Aluminium dari Alumina dengan cara elektrolisa dari garam yang
terfusi. Selain itu Karl Josep Bayer seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman
mengembangkan proses yang dikenal dengan nama proses Bayer untuk mendapat
Aluminium murni.
Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat ditempa
dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu,tergantung kekasaran
permukaannya. Kekuatan tensil aluminium murni adalah 90MPa, sedangkan aluminium
paduan memiliki kekuatan tensil berkisar 200-600 MPa. Aluminium memiliki berat
sekitar satu pertiga baja, mudah ditekuk,diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik
(drawing), dan diekstrusi.Resistansi terhadap korosi terjadi akibat fenomena pasivasi,
yaitu terbentuknya lapisan aluminium oksida ketika aluminium terpapar dengan udara
bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh.Aluminium
paduan dengan tembaga kurang tahan terhadap korosi akibat reaksi galvanik dengan
paduan tembaga. Aluminium juga merupakan konduktor panasdan elektrik yang baik.
Jika dibandingkan dengan massanya, aluminium memiliki keunggulan dibandingkan
dengan tembaga, yang saat ini merupakan logam konduktor panas dan listrik yang cukup
baik, namun cukup berat.
10
Tahanan listrik 20C ( 10
8
2.69
K.m)
Modulus elasitisitas (GPa) 70.5
Aluminium murni 100% tidak memiliki kandungan unsur apapun selain aluminium itu
sendiri, namun aluminium murni yang dijual di pasaran tidak pernah mengandung 100%
aluminium, melainkan selalu ada pengotor yang terkandung di dalamnya. Pengotor yang
mungkin berada di dalam aluminium murni biasanya adalah gelembung gas di dalam
yang masuk akibat proses peleburan dan pendinginan/pengecoran yang tidak sempurna,
material cetakan akibat kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor lainnya akibat
kualitas bahan baku yang tidak baik (misalnya pada proses daur ulang aluminium).
11
Adapun beberapa klasifikasi aluminium dapat dilihat pada tabel 2.2
Paduan Al-Si-Mg
12
(silumin,lo-ex)
Tembaga merupakan logam setelah baja yang banyak digunakan sejak dahulu kala karena
memiliki kemampuan dimesin/dikerjakan yang baik, daya tahan korosi, konduktor listrik
dan panas yang tinggi. Tembaga banyak digunakan sebagai material penghantar
listrik/kawat listrik. Tembaga memilik daya tahan korosi yang baik di dalam air, dalam
tanah maupun dalam air laut, hal ini disebabkan adanya lapisan oksida yang melapisi
permukaannya Tembaga memiliki kekuatan tarik menengah dan dapat ditingkatkan
dengan memadu seng atau timah menjadi brass(kuningan) dan bronze (perunggu).
(Subardi dan kawan-kawan. Pengaruh Penambahan Unsur Tembaga (Cu) Pada
Aluminium (Al) Terhadap Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro.
13
Macam-macam Tembaga dan paduannya serta kode penamaan
1) Tembaga murni atau tembaga tak berpaduan merupakan suatu material teknik
yang penting karena memiliki konduktifitas listrik yang tinggi, sehingga
banyak digunakan di industri listrik.
3) Tembaga ETP mengandung oksigen sekitar 0.04% dalam bentuk Cu2O saat
dicor. Oksigen merupakan ketidak murnian yang penting namun bila
dipanaskan di atas 400C dalam atmosfir hydrogen maka hydrogen akan
menyusup ke tembaga bereaksi membentuk tembaga dan uap air.Cu2O + H2
(larut dalam Cu) 2Cu + H2O (uap)Uap air ini terjebak dan membentuk
lubang-lubang dalam terutama dalam batas butir yang mana membuat tembaga
getas. Fenomena penggetasan yang disebabkan oleh hydrogen ini yang disebut
Hydrogen Embrittlement. Untuk menghindari hydrogen embrittlement yang
disebabkan Cu2O, oksigen dapat direaksikan dengan fospor untuk membentuk
phosphor pentoksida (P2O5) yang tidak membuat tembaga getas.
3) Kekuatan tarik tembaga yang telah dianil antara 234 - 374 MPa dan dapat
ditingkatkan kekuatannya dengan cara pengerjaan dingin semacam pengerolan
dingin.
14
c. Adapun jenis-jenis brass adalah :
2) Paduan Cu - (25-35%) Zn, disebut juga kuningan 7/3 dengan sifat mudah dimesin
dengankekuatan yang memadai sehingga tepat digunakan untuk komponen-
komponen yang rumit.
3) Paduan Cu (35-45%) Zn, disebut juga kuningan 6/4. Berharga lebih murah dan
banyak di kerjakan panas, dengan kekuatan yang tinggi. Banyak digunakan untuk
pengerjaan plat dan untuk peralatan mesin.
4) Paduan CuZnSn (Naval Brass, kuningan perkapalan) yang mana kuningan 6/4
ditambahkan timah 0.5 - 1.5%. Namun bila kuningan 7/3 ditambah timah sekitar
1% disebut Admiral Brass, kuningan laksamana. Memiliki ketahanan korosi air
laut yang tinggi. Banyak digunakan untuk kondenser air, komponen kapal laut.
Bronze perunggu merupakan paduan tembaga yang kuat, keras dan memilik daya
tahankorosi yang tinggi.
2) Memiliki kekuatan lebih tinggi dari pada brass terutama pada kondisi setelah
dikerjakan dingin dan sifat tahan korosi.
4) Penambahan timah hingga 16% ada paduan coran untuk bantalan kekuatan tinggi
dan roda gigi.
15
e. Paduan Tembaga Berilium
3) Banyak digunakan untuk peralatan yang membutuhkan kekerasan yang tinggi dan
tidak menimbulkan bunga api untuk industri kimia.
4) Memiliki daya tahan korosi, sifat tahan lelah dan kekuatan yang sangat baik
sehingga digunakan untuk pegas, roda gigi, diafragma, katup.
16
(Callister.2001) Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang pada
dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besar sudut antar permukaan-permukaan piramida
yang saling berhadapan adalah 1360.Nilai ini dipilih karena mendekati sebagian besar
nilai perbandingan yang diinginkan antara diameter lekukan dan diameter bola penumbuk
pada uji kekerasan brinell (Dieter, 1987).Angka kekerasan vickers didefinisikan sebagai
beban dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari pengukuran
mikroskopik panjang diagonal jejak. VHN dapat ditentukan dari persamaan 2.1
/2
() (1,854 ) P
2 P sin = (2.1)
d d
VHN =
Karena jejak yang dibuat dengan penekan piramida serupa secara geometris dan tidak
terdapat persoalan mengenai ukurannya, maka VHN tidak tergantung kepada beban. Pada
umumnya hal ini dipenuhi, kecuali pada beban yang sangat ringan. Beban yang biasanya
digunakan pada uji Vickers berkisar antara 1 hingga 120 kg. tergantung pada kekerasan
logam yang akan diuji. Hal-hal yang menghalangi keuntungan pemakaian metode vickers
adalah: (1) Uji ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian ini
sangat lamban, (2) Memerlukan persiapan permukaan benda uji yang hati-hati, dan (3)
Terdapat pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan panjang diagonal.
17
Gambar 2.3. Tipe-tipe lekukan piramid intan: (a) lekukan yang sempurna, (b) lekukan
bantal jarum, (c) lekukan berbetuk tong (Callister .2001)
Lekukan yang benar yang dibuat oleh penekan piramida intan harus berbentuk bujur
sangkar (gambar 2.3.a). Lekukan bantal jarum (gambar 2.3.b) adalah akibat terjadinya
penurunan logam di sekitar permukaan piramida yang datar. Keadaan demikian terjadi
pada logam-logam yang dilunakkan dan mengakibatkan pengukuran panjang diagonal
yang berlebihan. Lekukan berbentuk tong (gambar 2.3.c) akibat penimbunan ke atas
logam-logam di sekitar permukaan penekan tedapat pada logam-logam yang mengalami
proses pengerjaan dingin.
2. Pengujian Impact
(Thomas S. Piwonka) Uji impect Bertujuan untuk mengetahui ketangguhan logam akibat
pembebanan kejut pada beberapa macam kondisi suhu. Ketangguhan adalah suatu ukuran
energi yang diperlukan untuk mematahkan bahan. Suatu bahan ulet dengan kekuatan
yang sama dengan bahan rapuh akan memerlukan energy perpatahan yang lebih besar dan
mempunyai sifat tangguh yang lebih baik. Penurunan ketangguhan dapat berakibat fatal,
oleh karena itu ketangguhan perlu diukur atau dikuantifitasikan secara konvensional yang
mana hal tersebut dilakukan dengan uji impact/benturan. Test dalam pengujian impect ada
dua, yaitu:
18
1. Drop Weight Test
2. Metode Charpy
Menggunakan batang impat yang ditumpu pada ujung-ujungnya. Benda uji Charpy
mempunyai luas penampang lintang bujur sangkar dan mengandung takik V- , dengan
jari-jari dasar 0,25 mm dan kedalaman 2mm. Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam
posisi mendatar dan bagian yang tidak bertakik diberi beban impact dengan ayunan
bandul. Benda uji akan melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi.
19
Gambar 2.6 Alat Uji Impect Metode Charpy
Untuk mengetahui kekuatan impact /impact strength (Is) di dapatkan persamaan 2.2 :
Is = E/A
= W ( cos - cos ) = A ..(2.2)
Dimana;
20
21