Jepang
Jepang
Bukan hanya manga saja adapula Anime (Film animasi Jepang) pada
tayangan televisi di Indonesia yang kini menyiarkan Kartun-kartun asal Jepang
(Anime) seperti Naruto, Dragonball, Detective Conan, , Sailormoon, Hamtaro,
Doraemon dan masih banyak lagi. Bentuk lain dari budaya pop Jepang adalah J-
Pop (Japanese Pop Music). Budaya ini berawal dari perkembangan dunia musik
Jepang dalam genre Pop yang memiliki keunikan tersendiri. Budaya pop ini
terkait sangat erat dengan dunia industri. Banyak orang yang diuntungkan dengan
keberadaan budaya pop. Berkembangnya budaya pop Jepang dalam kancah
internasional disalurkan melalui banyak jalur informasi mulai dari media cetak
(koran, majalah, dsb), media elektronik (televisi, radio, dsb), media interaktif
(internet), hingga media alternatif (film layar lebar, dsb), dan tentu saja budaya
pop itu sendiri.
Banyak remaja yang ikut mempelajari lagu jepang, tarian ataupun dance.
Dampak dari budaya pop Jepang tidak hanya mempengaruhi bidang industri
hiburan di Indonesia seperti komik dan tayangan kartun animasi khas Jepang
seperti yang telah disebutkan diatas. Budaya pop Jepang juga ikut mempengaruhi
gaya berpakaian para remaja di Indonesia. Gaya berpakaian khas Jepang ini
disebut dengan Harajuku Style. Dandanan dan tingkah para remaja diambil dari
style Harajuku yang berasal dari gaya kehidupan anak muda di Jepang.Hal ini
membuktikan mulai menjamurnya ketertarikan masyarakat Indonesia terutama
para remaja terhadap masuknya kebudayaan Jepang. Beberapa orang ada yang
menganggap kegiatan tersebut sebagai kegiatan positive maupun negatif.
Bidang kebudayaan Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk
menanamkan kebudayaannya. Salah satu cara Jepang adalah kebiasaan
menghormat ke arah matahari terbit (Seikeirei). Tradisi Seikeirei yaitu
membungkukkan badan kearah matahari terbit sebagai wujud penghormatan
Kaisar Jepang dan Dewa Matahari. Penghormatan Seikerei ini, biasanya diikuti
dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang ( kimigayo) . Tidak semua rakyat
Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya dari kalangan Agama.
Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan yang
dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah
Jawa Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.
Pengaruh Jepang di bidang kebudayaan lebih banyak dalam lagu-lagu,
film, drama yang seringkali dipakai untuk propaganda. Banyak lagu Indonesia
diangkat dari lagu Jepang yang populer pada jaman Jepang. Iwa Kusuma
Sumantri dari buku Sang Pejuang dalam Gejolak Sejarah menulis kebiasaan-
kebiasaan dan kepercayaan-kepercayaan yang sangat merintangi kemajuan kita,
mulai berkurang.
Pada masa pendudukan Jepang, bahasa Indonesia diizinkan digunakan
dalam komunikasi. Sebaliknya, bahasa Belanda tidak boleh digunakan. Papan
nama dalam toko, rumah makan, atau perusahaan yang berbahasa Belanda diganti
dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Surat kabar dan film yang berbahasa
Belanda dilarang beredar.
Serta berkembangnya tradisi kerja bakti secara massal melalui kinrohosi/
tradisi kebaktian di dalam masyarakat Indonesia. Adanya tradisi kebaktian, kerja
keras dan ulet dalam mengerjakan tugas. Nilai tradisi Jepang dan kemiliterannya
melaui semangat Bushido (semangat ksatria Jepang akan dapat Anda ketahui dari
analisa aspek militer).
Bangsa kita yang telah bertahun-tahun digembleng oleh penjajah Belanda
untuk selalu nun inggih kini telah berbalik menjadi pribadi yang berkeyakinan
tinggi, sadar akan harga diri dan kekuatannya. Juga cara-cara menangkap ikan,
bertani, dan lain-lain telah mengalami pembaharuan-pembaharuan berkat didikan
yang diberikan Jepang kepada bangsa Indonesia, walaupun bangsa Indonesia pada
waktu itu tidak secara sadar menginsafinya.
Untuk anak-anak sekolah diberikan latihan-latihan olahraga yang dinamai
Taiso, sangat baik untuk kesehatan mereka itu. Saya kira untuk kebiasaan sehari-
hari yang tertentu (misalnya senin) bagi anak-anak sekolah maupun untuk para
pegawai atau buruh untuk menghormati bendera kita (merah putih) serta pula
menyanyi-kan lagu kebangsaan atau lagu-lagu nasional merupakan kebiasaaan
yang diwariskan Jepang kepada bangsa Indonesi.
Pada masa pendudukan Jepang, seluruh media komunikasi dikendalikan
oleh pemerintah militer sehingga sebagian besar tulisan sastra diperuntukkan bagi
kepentingan penguasa. Kendati mengundang unsur-unsur semangat patriotisme
dan semangat kerja keras, tetapi semuanya diperuntukkan bagi pemujaan terhadap
Dai Nippon. Didirikan pusat kebudayaan yang bernama Keimin Bunka Shidosho
di Jakarta pada tanggal 1 April 1943. Melalui pusat kebudayaan ini, pemerintah
Jepang hendak menanamkan dan menyebarluaskan seni budaya Jepang.
Dalam bidang kebudayaan Jepang telah memaksakan unsur-unsur
kebudayaan Jepang (Japonisasi) untuk menggantikan kebudayaan Barat. Disatu
sisi ada positifnya, yaitu perkembangan bahasa dan sastra Indonesia diberi
kesempatan untuk berkembang melalui wadah pusat kebudayaan, tetapi tidak
sedikit dampak negatif yang dirasakan baik melalui Seikerei, kinrohosi dan
penggunaan bahasa Jepang. Khusus pada bidang pendidikan penggunaan bahasa
Jepang dan Indonesia menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran.