BAB I
PENDAHULUAN
diperlukan upaya-upaya yang efektif dan efisien serta konsisten dari seluruh
2013).
Jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih
tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih
tinggi dari Thailand. Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari
prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%
(Sutriani, 2010).
2
lingkar lengan atas kurang dari 21,5 cm. Akibat yang paling relevan dari ibu
hamil KEK adalah terjadinya bayi lahir dengan BBLR (kurang dari 2.500 gr)
(Mina, 2013).
Angka kematian ibu (AKI) masih cukup besar dan relatif tinggi jika
sebagai akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan yaitu,
2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan
nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi
2013).
Kronis / KEK pada kehamilan (37%), dan anemia pada kehamilan (40%).
kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Helena, 2013).
yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat
persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah
masyarakat yang dapat digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan
wanita hamil. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan
ibu sebelum dan selama hamil. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak
mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena
(Efrinita, 2010)
Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi
Vitamin A (KVA) dan Anemia Gizi Besi (AGB). Ibu hamil yang menderita
KEK mempunyai resiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau
resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Pada keadaan ini
ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Hubungan
4
antara gizi ibu hamil dan kesejahteraan janin merupakan hal yang penting
meningkatkan kebutuhan gizi ibu seperti ibu hamil dengan penyakit infeksi
ekonomi ibu sebelum hamil, keadaan kesehatan dan gizi ibu, jarak kelahiran
jika yang dikandung bukan anak pertama, paritas dan usia kehamilan pertama
(Arisman, 2008).
dengan BMI <18,5. Adapun negara yang mengalami prevalensi yang tertinggi
terbesar setelah India dengan prevalensi 35,5% dan yang paling rendah adalah
resiko KEK usia 15-19 tahun yang hamil sebanyak 38,5% dan yang tidak
hamil sebanyak 46,6%. Pada usia 20-24 tahun adalah sebanyak 30,1% yang
hamil dan yang tidak hamil sebanyak 30,6%. Selain itu, pada usia 25-29 tahun
adalah sebanyak 20,9% yang hamil dan 19,3% yang tidak hamil. Serta pada
usia 30-34 tahun adalah sebanyak 21,4% yang hamil dan 13,6% yang tidak
hamil. Hal ini menunjukkan proporsi WUS (Wanita Usia Subur) risiko KEK
Tenggara, Sulawesi Barat, Papua Barat, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara
Timur.
Di Provinsi Aceh, prevalensi risiko KEK wanita hamil usia 15-49
tahun yang hamil sebanyak 20% sedangkan secara nasional prevalensi risiko
pada tahun 2014 didapat 3.801 ibu hamil dan sebanyak 167 (4,3%) ibu hamil
sebanyak 333 ibu hamil dan yang mengalami KEK sebanyak 33 (9,9%) ibu
hamil, Puskesmas Langsa Barat jumlah ibu hamil sebanyak 471 ibu hamil dan
yang mengalami KEK sebanyak 18 (3,8%) ibu hamil, Puskesmas Langsa Baro
jumlah ibu hamil sebanyak 975 ibu hamil dan yang mengalami KEK sebanyak
45 (4,6%) ibu hamil, sedangkan Puskesmas Langsa Kota jumlah ibu hamil
sebanyak 1193 ibu hamil dan yang mengalami KEK sebanyak 35 (2,9%) ibu
hamil.
Data dari Puskesmas Langsa Lama tahun 2014 terdapat 1 kematian ibu
dan didapat jumlah ibu hamil sebanyak 443 ibu hamil, yang mengalami KEK
didapatkan jumlah ibu hamil sebanyak 681 ibu hamil. Ibu yang mengalami
adalah KEK pada ibu hamil, dimana hal ini disebabkan oleh pengetahuan gizi
menyediakan makanan bergizi dan kurangnya kesadaran pada ibu hamil untuk
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Gizi ibu sebelum dan selama
dengan pengetahuan gizi yang baik kemungkinan akan memberikan gizi yang
cukup bagi bayinya. Hal ini terlebih lagi kalau seorang ibu tersebut memasuki
masa ngidam, dimana perut rasanya tidak mau diisi, mual dan rasa yang tidak
hasil bahwa Faktor sosial ekonomi: Ibu hamil KEK yang berpendidikan SD
sebesar 35,5% dan yang tidak lulus SD ada 29,4%. Sebanyak 39,2% ibu yang
kurang dari 1 juta rupiah per bulan. Faktor ibu: sebanyak 70,6% ibu hamil
KEK berumur antara 2134 tahun. Ibu hamil KEK yang menikah di bawah
umur 17 tahun sebanyak 41,1%, yang hamil pertama kali pada umur 1820
tahun sebesar 31,4%. Ibu hamil KEK yang mempunyai frekuensi makan 3 kali
per hari sebanyak 54,9%. Sebesar 70,6% ibu hamil KEK yang menderita
anemia. Terdapat 66,7% ibu hamil KEK yang mengonsumsi pil besi setiap
hari.
Menurut Tenri dalam Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kekurangan
pendidikan terdapat nilai signifikan p=0,000 dengan KEK pada wanita pra
konsepsi di Kota Makassar. Pada pekerjaan p=0,535 dengan KEK pada wanita
sma sebanyak 15 orang (50%), dan sebagian besar ibu hamil yang menderita
kekurangan enegi kronik (KEK) memiliki status ekonomi yang tinggi yaitu
8
dengan tingkat pendidikan tamat sma dan mempunyai status ekonomi yang
tinggi. tidak semua ibu hamil yang menderita kekurangan energi kronis (KEK)
mempunyai tingkat pendidikan rendah dan status ekonomi yang rendah juga,
Hasil penelitian Sadli (2011) tentang Hubungan Pengetahuan,
pengetahuan yang baik, 67,2% berpenghasilan < Rp. 450.000,-, 50,7% budaya
Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa
Tahun 2015.
1.2. Rumusan Masalah
9
telah ada.
(KEK).
Lama.
penelitian sebelumnya.