Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Upaya pencapaian MDGs (Millenium Developmet Goals) merupakan

sebuah rangkaian proses jangka panjang berkesinambungan. Tujuan MDGs

ke Lima yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan target Menurunkan angka

kematian ibu sebesar tiga perempatnya (Afrina, 2012).


Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs

(Millenium Developmet Goals) ke 5 yaitu Meningkatkan Kesehatan Ibu,

diperlukan upaya-upaya yang efektif dan efisien serta konsisten dari seluruh

pemangku kepentingan untuk ikut bersama-sama berupaya dalam

mempercepat penurunan AKI dan Bayi Baru Lahir di Indonesia (Kemenkes,

2013).

Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup.

Jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih

tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih

tinggi dari Thailand. Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari

masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa

perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah karena

pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran

prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%

(Sutriani, 2010).
2

Angka kejadian kelahiran premature yang disebabkan karena ibu hamil

mengalami kurang gizi (kurang energi kronis/KEK, yang ditandai dengan

lingkar lengan atas kurang dari 21,5 cm. Akibat yang paling relevan dari ibu

hamil KEK adalah terjadinya bayi lahir dengan BBLR (kurang dari 2.500 gr)

(Mina, 2013).

Angka kematian ibu (AKI) masih cukup besar dan relatif tinggi jika

dibandingkan dengan Negara-negara di ASEAN (Association South of East

Asia Nation). Setiap tahun diperkirakan 529.000 wanita di dunia meninggal

sebagai akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan yaitu,

pendarahan, infeksi, dan preeklamasi, sehingga diperkirakan terdapat angka

kematian maternal sebesar 400 per 100.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan

nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi

apalagi jika dibandingkan dengan negaranegara tetangga (Kemenkes RI,

2013).

Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain Kurang Energi

Kronis / KEK pada kehamilan (37%), dan anemia pada kehamilan (40%).

Kejadian anemia pada ibu hamil akan meningkatkan resiko terjadinya

kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Helena, 2013).

Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai resiko

kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan

dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko


3

yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, kematian saat

persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah

mengalami gangguan kesehatan (Rohmatul, 2014).

Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan

dan ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi

masyarakat yang dapat digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan

wanita hamil. Kualitas bayi yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan

ibu sebelum dan selama hamil. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak

mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi yang kurang

menguntungkan dalam kehidupan berikutnya (Nora, 2013).


Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu

mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena

perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak

(Efrinita, 2010)
Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi

Kronik (KEK), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan

Vitamin A (KVA) dan Anemia Gizi Besi (AGB). Ibu hamil yang menderita

KEK mempunyai resiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau

resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Pada keadaan ini

banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan

angka kematian ibu dan bayi (Chinue, 2009).


Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa

kehamilan, karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan

ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Hubungan
4

antara gizi ibu hamil dan kesejahteraan janin merupakan hal yang penting

untuk diperhatikan. Keterbatasan gizi selama hamil sering berhubungan

dengan faktor ekonomi, pendidikan, sosial atau keadaan lain yang

meningkatkan kebutuhan gizi ibu seperti ibu hamil dengan penyakit infeksi

tertentu termasuk pula persiapan fisik untuk persalinan (Kusmiyati, 2008).


Status gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh keadaan social dan

ekonomi ibu sebelum hamil, keadaan kesehatan dan gizi ibu, jarak kelahiran

jika yang dikandung bukan anak pertama, paritas dan usia kehamilan pertama

(Arisman, 2008).

Prevalensi KEK di negara-negara berkembang seperti Banglades, India,

Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilanka dan Thailand adalah 15-47% yaitu

dengan BMI <18,5. Adapun negara yang mengalami prevalensi yang tertinggi

adalah Banglades yaitu 47%, sedangkan Indonesia menjadi urutan ke empat

terbesar setelah India dengan prevalensi 35,5% dan yang paling rendah adalah

Thailand dengan prevalensi 15-25%. (Sigit, 2009).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, proporsi wanita usia subur

resiko KEK usia 15-19 tahun yang hamil sebanyak 38,5% dan yang tidak

hamil sebanyak 46,6%. Pada usia 20-24 tahun adalah sebanyak 30,1% yang

hamil dan yang tidak hamil sebanyak 30,6%. Selain itu, pada usia 25-29 tahun

adalah sebanyak 20,9% yang hamil dan 19,3% yang tidak hamil. Serta pada

usia 30-34 tahun adalah sebanyak 21,4% yang hamil dan 13,6% yang tidak

hamil. Hal ini menunjukkan proporsi WUS (Wanita Usia Subur) risiko KEK

mengalami peningkatan dalam kurun waktu selama 7 tahun. Enam belas

provinsi dengan prevalensi risiko KEK diatas nasional, yaitu Kalimantan


5

Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Selatan, Aceh, DI Yogyakarta, Nusa

Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Sulawesi

Tenggara, Sulawesi Barat, Papua Barat, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara

Timur.
Di Provinsi Aceh, prevalensi risiko KEK wanita hamil usia 15-49

tahun yang hamil sebanyak 20% sedangkan secara nasional prevalensi risiko

KEK WUS (wanita usia subur) sebanyak 21% (Riskesdas, 2013).


Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Langsa

pada tahun 2014 didapat 3.801 ibu hamil dan sebanyak 167 (4,3%) ibu hamil

yang mengalami KEK ( Kekuranga Energi Kronis ), sedangkan pada Januari -

Maret 2015 didapat sebanyak 85 ibu hamil yang mengalami KEK

( Kekurangan Energi Kronis ). Di Puskesmas Langsa Timur jumlah ibu hamil

sebanyak 333 ibu hamil dan yang mengalami KEK sebanyak 33 (9,9%) ibu

hamil, Puskesmas Langsa Barat jumlah ibu hamil sebanyak 471 ibu hamil dan

yang mengalami KEK sebanyak 18 (3,8%) ibu hamil, Puskesmas Langsa Baro

jumlah ibu hamil sebanyak 975 ibu hamil dan yang mengalami KEK sebanyak

45 (4,6%) ibu hamil, sedangkan Puskesmas Langsa Kota jumlah ibu hamil

sebanyak 1193 ibu hamil dan yang mengalami KEK sebanyak 35 (2,9%) ibu

hamil.
Data dari Puskesmas Langsa Lama tahun 2014 terdapat 1 kematian ibu

dan didapat jumlah ibu hamil sebanyak 443 ibu hamil, yang mengalami KEK

sebanyak 45 (10,1%) ibu hamil. Sedangkan bulan Januari Maret 2015

didapatkan jumlah ibu hamil sebanyak 681 ibu hamil. Ibu yang mengalami

KEK ( Kekuranga Energi Kronis ) terdapar 18 (2,6%) ibu hamil.


6

Masalah gizi dalam kehamilan yang dihadapi masyarakat Indonesia

adalah KEK pada ibu hamil, dimana hal ini disebabkan oleh pengetahuan gizi

terhadap ibu hamil yang kurang, ketidakmampuan keluarga dalam

menyediakan makanan bergizi dan kurangnya kesadaran pada ibu hamil untuk

mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Gizi ibu sebelum dan selama

hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang dikandung (Astri, 2011).


Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang ibu akan mempengaruhi

dalam pengambilan keputusan dan juga berpengaruh pada prilakunya. Ibu

dengan pengetahuan gizi yang baik kemungkinan akan memberikan gizi yang

cukup bagi bayinya. Hal ini terlebih lagi kalau seorang ibu tersebut memasuki

masa ngidam, dimana perut rasanya tidak mau diisi, mual dan rasa yang tidak

karuan. Walaupun dalam kondisi yang demikian jika seseorang memiliki

pengetahuan yang baik maka ia akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan

gizinya dan juga bayinya (Astri, 2011).


Berdasarkan penelitian Rahayu (2012) dalam Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil

didapatkan hasil bahwa pada variabel umur didapatkan terbanyak tidak

berisiko yaitu sebanyak 87,5%, pada umur kehamilan sebagian besar

kehamilan Trimester III yaitu 50%, pendidikan didapatkan sebagian besar

lulusan SMA sebanyak 83,3%, pendapatan sebagian besar mampu sebanyak

58,3%. Jumlah paritas mayoritas paritas rendah 91,7%, dan pengetahuan

sebagian besar kurang yaitu sebanyak 75%. Mayoritas responden tidak

mengalami KEK yaitu sebanyak 66,7%.


Menurut Vita Kartika(2014) dalam Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil Di Kecamatan


7

Kamoning Dan Tambelangan, Kabupaten Sampang, Jawa Timur didapat kan

hasil bahwa Faktor sosial ekonomi: Ibu hamil KEK yang berpendidikan SD

sebesar 35,5% dan yang tidak lulus SD ada 29,4%. Sebanyak 39,2% ibu yang

mempunyai suami bekerja sebagai buruh tani dengan pendapatan rata-rata

kurang dari 1 juta rupiah per bulan. Faktor ibu: sebanyak 70,6% ibu hamil

KEK berumur antara 2134 tahun. Ibu hamil KEK yang menikah di bawah

umur 17 tahun sebanyak 41,1%, yang hamil pertama kali pada umur 1820

tahun sebesar 31,4%. Ibu hamil KEK yang mempunyai frekuensi makan 3 kali

per hari sebanyak 54,9%. Sebesar 70,6% ibu hamil KEK yang menderita

anemia. Terdapat 66,7% ibu hamil KEK yang mengonsumsi pil besi setiap

hari.
Menurut Tenri dalam Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kekurangan

Energi Kronik (KEK) Pada Wanita Prakonsepsi Di Kota menunjukkan pada

pendidikan terdapat nilai signifikan p=0,000 dengan KEK pada wanita pra

konsepsi di Kota Makassar. Pada pekerjaan p=0,535 dengan KEK pada wanita

pra konsepsi di Kota Makassar sedangkan pada pengeluaran pangan p=0,012

dengan KEK pada wanita pra konsepsi di Kota Makassar.


Hasil penelitian Nora (2013) tentang Gambaran Karakteristik Ibu

Hamil Yang Menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) Di Kecamatan

Wonosalam Kabupaten Demak menunjukkan bahwa responden memiliki

pengetahuan cukup tentang kekurangan energi kronis (KEK) sebanyak 15

orang (50%), sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tamat

sma sebanyak 15 orang (50%), dan sebagian besar ibu hamil yang menderita

kekurangan enegi kronik (KEK) memiliki status ekonomi yang tinggi yaitu
8

sebanyak 18 orang (60%). responden yang menderita kekurangan energi

kronis mempunyai pengetahuan cukup tentang kekurangan energi kronis

dengan tingkat pendidikan tamat sma dan mempunyai status ekonomi yang

tinggi. tidak semua ibu hamil yang menderita kekurangan energi kronis (KEK)

mempunyai tingkat pendidikan rendah dan status ekonomi yang rendah juga,
Hasil penelitian Sadli (2011) tentang Hubungan Pengetahuan,

Penghasilan Keluarga Dan Budaya Dengan Kejadian Kekurangan Energi

Kronis Pada Ibu Hamil didapatkan bahwa 67,2% responden mempunyai

pengetahuan yang baik, 67,2% berpenghasilan < Rp. 450.000,-, 50,7% budaya

responden baik dan 37,3% mengalami KEK. Didapatkan kesimpulan ada

hubungan antara pengetahuan, penghasilan dan budaya dengan kejadian KEK.


Hasil Penelitian Widyawati (2012) tentang Hubungan Antara

Pengetahuan Tentang Gizi Dan Konsumsi Protein Dengan Kejadian KEK

menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang

gizi dengan kejadian KEK (p = 0,00001< 0,05).


Menurut Nur Khasanah (2010) tentang Hubungan Antara Pengetahuan

Tentang Gizi Dan Konsumsi Protein Dengan Kejadian KEK menunjukkan

bahwa, sebagian dari responden mempunyai pengetahuan tentang gizi dalam

kategori baik (62,2%) dan tingkat konsumsi protein hampir seluruhnya

termasuk ke dalam kategori baik (82,2%), sedangkan kejadian KEK pada

sebagian besar tidak mengalami KEK (67,8%).


Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin meneliti dengan

judul Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi

Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa

Tahun 2015.
1.2. Rumusan Masalah
9

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti membuat perumusan

masalah bagaimanakah Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian

Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa

Lama Kota Langsa. Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan

Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas

Langsa Lama Kota Langsa tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian

Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa

Lama Kota Langsa tahun 2015 berdasarkan Pengetahuan.


2. Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian

Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa

Lama Kota Langsa tahun 2015 berdasarkan Sosial ekonomi.


3. Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian

Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Langsa

Lama Kota Langsa tahun 2015 berdasarkan Pendidikan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

penulis dan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama berada di

bangku kuliah dan meningkatkan keterampilan penulis dalam

melakukan penelitian ilmiah.

1.4.2 Bagi Responden


10

Diharapkan dapat menambah wawasan juga pengetahuan ibu

mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian

Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas

Langsa Lama Kota Langsa Tahun 2015.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dan menambah pengetahuan mahasiswi

STIKes Bustanul ulum Langsa mengenai Faktor-Faktor yang

Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK)

pada Ibu Hamil.dan dapat menambah referensi keperpustakaan yang

telah ada.

1.4.4 Bagi Puskesmas Langsa Lama

Diharapkan dapat menjadi masukan dan gambaran bagi instansi

kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, penanganan dan

pengobatan pada ibu yang mengalami Kekurangan Energi Kronik

(KEK).

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat keterbatasan kemampuan, waktu dan biaya maka penulis

hanya mengambil variabel penelitian yang ditinjau dari pengetahuan, Sosial

ekonomi dan pendidikan terhadap Kejadian KEK di Puskesmas Langsa

Lama.

1.6. Keaslian Penelitian


11

Sepengetahuan peneliti bahwa penelitian tentang Faktor-Faktor yang

Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu

Hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa belum pernah dilakukan

penelitian sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai