Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
meskipun jauh dari kesempurnaan.

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu wadah


pembelajaran dalam menimbah ilmu utamanya dalam pelajaran bahasa
Indonesia terkhusus pada pelafalan, pemakaian huruf, pemisahan suku kata,
penulisan huruf, kata, partikel, dan angka bilangan.

Pada kesempatan ini kami membuka diri untuk menerima kritik dan saran
yang berguna untuk perbaikan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan pengetahuan dalam proses pembelajaran utamanya dalam
penggunaan ejaan,pemisahan suku kata,dan huruf kapital yang benar.

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu kesalahan besar jika kita menganggap bahwa persoalan dalam


pemilihan kata adalah suatu persoalan yang sederhana, tidak perlu dibicarakan
atau dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar pada diri
manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menjumpai orang-orang
yang sangat sulit mengungkapkan maksud atau segala sesuatu yang ada dalam
pikirannya dan sedikit sekali variasi bahasanya.Kita pun juga menjumpai orang-
orang yang boros sekali dalam memakai perbendaharaan katanya, namun tidak
memiliki makna yang begitu berarti.Oleh karena itu agar tidak terseret ke dalam
dua hal tersebut, kita harus mengetahui betapa pentingnya peranan kata dalam
kehidupan sehari-hari.

Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata mengandung makna bahwa


setiap kata mengungkapkan sebuah gagasan. Kata-kata merupakan alat
penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Jika kita sadar akan
hal itu, berarti semakin banyak kata yang kita kuasai, semakin banyak pula ide
atau gagasan yang kita kuasai dan sanggup kita ungkapkan.

Tujuan manusia berkomunikasi lewat bahasa adalah agar saling


memahami antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan
pembaca.Dalam berkomunikasi, kata-kata disatu-padukan dalam suatu
konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam
suatu bahasa.Dalam hal ini, pemilihan kata yang tepat menjadi salah satu faktor
penentu dalam komunikasi.

Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
hal tulis-menulis maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari.Pemilihan kata
berhubungan erat dengan kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan
sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga
tulisan atau apa yang kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta
lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

B. Tujuan penulisan

1.Sejarah Ejaan

2.Pemisahkan suku kata

3.Huruf kapital

2
1. Sejarah Ejaan

Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang


distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni
aspekfonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf
danpenyusunan abjad aspek morfologi yang menyangkut penggambaransatuan-
satuan morfemis dan aspek sintaksis yang menyangkut penandaujaran tanda
baca (Badudu, 1984:7).Keraf (1988:51) mengatakan bahwaejaan ialah
keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkanlambang-lambang bunyi
ujaran dan bagaimana interrelasi antaralambang-lambang itu
(pemisahannya,penggabungannya) dalam suatubahasa.

Adapun menurut KBBI (1993:250) ejaan ialah kaidah-kaidah


caramenggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam
bentuktulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Dengan
demikian,secara sederhana dapat dikatakan bahwa ejaan adalah seperangkat
kaidahtulis-menulis yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan tandabaca.

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa


Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai
dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan
unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang
disempurnakan.Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa
yang menyempurnakan sebuah karya tulis.Karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan
untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar. Justru itu untuk
memahami EYD sangatlah penting untuk mengetahui pembahasan berikut ini .

A. Pelafalan

Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara
pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar
orang melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang
dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna bahasa dalam melafalkan huruf.
Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai
dengan bunyi yang melambangkan huruf tersebut.

Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi


bahasa lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan
bahasa Jerman. Dalam bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan
satu huruf, misalnya /a/ atau /g/, dapat diucapkan dengan berbagai wujud bunyi
bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain halnya dengan
bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia
cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan
sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia
disesuaikan dengan tulisan.

3
Perhatikan contoh berikut!

-teknik Lafal yang salah: tehnik Lafal yang benar: teknik [t e k n i k]

-tegel Lafal yang salah: tehel Lafal yang benar: tegel [t e g e l]

-energi Lafal yang salah: enerhi, enersi, enerji Lafal yang benar: energi [e n e r g
i]

Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai


singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan
pelafalan yang benar seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan.

Perhatikan pelafalan berikut!

-TV Lafal yang salah: [tivi] Lafal yang benar: [t e ve]

-MTQ Lafal yang salah: [emtekyu], [emtekui] Lafal yang benar: [em te ki]

Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan


pelafalan huruf pada penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan
dikatakan bahwa penulisan dan pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan
hukum, lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan sebagainya disesuaikan
dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain.
Pertimbangan yang dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau
kesejahteraan, dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik
(Soewandi) atau Ejaan yang Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang dapat
saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik nama
tersebut.

Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau
nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama
tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai
dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari
pakar yang bersangkutan.

Perhatikan contoh berikut!

- coca Lafal yang benar: cola [ko ka ko la]

- HCI Lafal yang benar: [Ha Se El]

- CO2 Lafal yang benar: [Se O2]

Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan


bunyi.Pelafalan bunyi ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi yang
terletak di antara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti
pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi yang terletak di antara dua
vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran,
seperti pada kata tahun, lihat, pahit. Bunyi pada kata seperti itu umumnya
dilafalkan dengan bunyi luncur atau yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak

4
berlaku bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal
bahasa asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir, kohesi.

2.Pemisahkan suku kata

Pemenggalan kata merupakan pemisahan huruf/kelompok huruf dari kata.


Sebelum melakukan pemenggalan kata, yang harus dipahami terlebih dahulu
adalah membedakan huruf vokal dengan huruf konsonan. Huruf vokal terdiri dari
a, i, u, e, o. Sedangkan huruf konsonan adalah huruf selain vokal contoh k, j, l, m,
n, j dan lain lain. Setelah memahami huruf vokal dan huruf konsonan,
selanjutnya adalah memahami suku kata. Suku kata merupakan bagian kata,
cara mudah menentukan suku kata yaitu dengan memperhatikan pengucapan.
Pemenggalan kata dasar baik kata Indonesia maupun kata serapan, dilakukan
dengan prinsip otografis.

1.Pemenggalan kata yang mengandung sebuah huruf konsonan dilakukan


sebelum huruf konsonan tersebut. Contoh:

kabar > ka-bar

sopan > so-pan

makan > ma-kan

tikam > ti-kam

2.Pemenggalan kata yang mengandung huruf-huruf vocal yang berurutan


ditengahnya dilakukan diantara kedua huruf vocal tersebut. Contoh:

buah > bu-ah

ideal > i-de-al

kuota > ku-o-ta

taat > ta-at

3.Suku kata yang mengandung gugus vocal au, ai, oi, ae, ei, eu, dan ui baik
dalam kata-kata Indonesia maupun dalam kata-kata serapan, diperlakukan
sebagai satu suku. Contoh:

aula > au-la

santai > san-tai

5
survei > sur-vei

amboi > am-boi

4.Pemenggalan kata yang mengandung dua huruf konsonan berurutan yang


tidak me-wakili satu fonem dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu. Contoh:

arsip > ar-sip

kapten > kap-ten

kurban > kur-ban

5.Pemenggalan kata yang ditengahnya terdapat gabungan huruf konsonan yang


mewakili fonem tunggal (digraf) dilakukan dengan tetap mempertahankan
kesatuan digraf itu. Contoh:

akhlak > akh-lak

bangku > bang-ku

sunyi > su-nyi

masyarakat > ma-sya-ra-kat

6.Pemenggalan kata yang mengandung tiga atau empat huruf konsonan


berurutan ditengahnya dilakukan diantara huruf konsonan pertama dan huruf
konsonan kedua. Contoh:

instrumen > in-stru-men

implikasi > im-pli-ka-si

kontraktor > kon-trak-tor

7.Pemenggalan kata yang mengandung bentuk trans dilakukan sebagai berikut:

Jika trans diikuti bentuk bebas, maka Pemenggalan dilakukan memisahkan trans
sebagai bentuk utuh. Contoh:

transmigrasi > trans-mig-ra-si

transaksi > trans-ak-si

transfusi > trans-fu-si

transplantasi > trans-plan-ta-si

Jika trans diikuti bentuk terikat, Pemenggalan seluruh data dilakukan dengan
mengikuti pola Pemenggalan kata dasar. Contoh:

transit > tran-sit

transparansi > tran-spa-ran-si

6
transkripsi > tran-skrip-si

8.Pemenggalan kata yang mengandung eks dilakukan seperti dibawah ini :

Jika unsur eks ada dalam kata yang mempunyai bentuk sepadan, dengan kata
yang mengandung unsur in dan im, Pemenggalan dilakukan diantara unsur eks
dan unsur berikutnya. Contoh:

ekstra > eks-tra

eksternal > eks-ter-nal

eksplisit > eks-pli-sit

ekspor > eks-por

Bentuk lain yang mengandung unsur eks, dipenggal sebagai kata utuh. Contoh:

ekses > ek-ses

eksodus > ek-so-dus

eksistensi > ek-sis-ten-si

eksperimen > ek-spe-ri-men

9.Pemenggalan kata yang terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur
itu dapat bergabung dengan unsur lain, Pemenggalan dilakukan diantara unsur-
unsurnya. Contoh :

Fotografi > foto-grafi > fo-to-gra-fi

Biografi > bio-grafi > bi-o-gra-fi

Kilogram > kilo-gram > ki-lo-gram

Pascapanen > pasca-panen >pas-ca-pa-nen

Introspeksi > intro-speksi > in-tro-spek-si

Kecuali :

endoskopis > en-dos-ko-pis

telegrafis > te-le-gra-fis

atmosferis > at-mo-sfe-ris

10. Pemenggalan unsur asing yang berakhiran isme dilakukan sebagai berikut :

Yang didahului satu vocal, dipenggal setelah huruf vocal. Contoh :

egoisme > e-go-is-me

heroisme > he-ro-is-me

7
sukuisme > su-ku-is-me

Hinduisme > hin-du-is-me

Yang didahului konsonan, dipenggal sebelum huruf konsonan, Contoh:

absolutisme > ab-so-lu-tis-me

humanisme > hu-ma-nis-me

patriotisme > pa-tri-o-tis-me

sadisme > sa-dis-me

3.Huruf Kapital

Huruf kapital adalah huruf yang berukuran dan berbentuk khusus (lebih
besar dari huruf biasa), biasanya digunakan sebagai huruf pertama dari kata
pertama dalam kalimat, huruf pertama nama diri, dan sebagainya.

Aturan penggunaan huruf kapital

Terdapat banyak aturan-aturan yang mengatur pengunaan huruf kapital,


diantaranya :

Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.

Contohnya: Saya membaca buku.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang


berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.

Contoh:

Islam

Kristen

Quran

Injil

Weda

Yang Mahakuasa

Yang Maha Penyayang

Rahmat-Mu

Kuasa-Nya

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,


keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

8
Contoh:

Haji Agus Salim

Sultan Hasanuddin

Nabi Adam

Imam Hanafi

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Contoh:

Presiden Joko Widodo

Rektor Institut Pertanian Bogor

Gubernur Sulawesi Selatan

Walikota Ridwan Kamil

Jenderal Moeldoko

Menteri Dalam Negeri

Profesor Supomo

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Contoh:

Amir Hamzah

Jusuf Kalla

Dewi Sartika

Bacharuddin Jusuf Habibie

Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.

Contoh:

suku Sunda

bahasa Inggris

bangsa Indonesia

9
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.

Contoh:

perang Kemerdekaan

bulan Agustus

tahun Masehi

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Contoh:

Bukit Barisan

Danau Toba

Selat Sunda

Teluk Jakarta

Sungai Cimanuk

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali
kata seperti dan.

Contoh:

Dewan Perwakilan Rakyat

Undang-Undang Dasar 1945

Kementerian Pekerjaan Umum

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Contoh:

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial

Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan

10
judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak
terletak pada posisi awal.

Contoh:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.

Contoh:

Dr. doktor

S.E. sarjana ekonomi

S.H. sarjana hukum

S.S. sarjana sastra

S.Kp. sarjana keperawatan

M.A. master of arts

M.Hum. magister humaniora

Prof. profesor

K.H. kiai haji

Tn. tuan

Ny. nyonya

Sdr. saudara

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan


kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.

Contoh:

Kapan Saudara berangkat?

11
Saya akan disuntik, Dok?

Di mana rumah Pak Joni?

Itu apa, Bu?

Surat Bapak sudah saya terima.

Dari aturan-aturan tersebut, terdapat pula larangan tentang penggunaan huruf


kapital, diantaranya :

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Contoh:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

Pada tahun ini dia pergi naik haji.

Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.

Contoh:

Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?

Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.

Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.

Contoh:

mesin diesel

10 volt

5 ampere

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

12
Contoh :

pengindonesiaan kata asing

keinggris-inggrisan

kejawa-jawaan

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.

Contoh:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.

Contoh:

ukiran Jepara

pempek Palembang

tari Melayu

sarung Mandar

asinan Bogor

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.

Contoh:

nangka belanda

kunci inggris

harimau sumatera

petai cina

pisang ambon

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen
resmi.

Contoh:

Republik Indonesia

13
Departemen Keuangan

Majelis Permusyawaratan Rakyat

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972

Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

Contoh:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta

14
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa :

Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan


menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa


Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai
dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan
unsur serapan.

Huruf kapital adalah huruf yang berukuran dan berbentuk khusus (lebih besar
dari huruf biasa), biasanya digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama
dalam kalimat, huruf pertama nama diri, dan sebagainya.

Cara pengunaan huruf kapital yang baik dan benar adalah dengan mengikuti
aturan baku yang telah ditetapkan dalam penggunaan huruf kapital seperti yang
sudah dituliskan di dalam makalah ini.

Pengunaan huruf kapital pada saat ini kurang diperhatikan penggunaannya yang
sesuai dengan aturan. Hal ini dikarenakan karena kebanyakan orang
menganggap hal itu tertalu rumit dan cenderung memilih jalan yang praktis saja.

SARAN

Dari pembahasan makalah ini, kami dapat menyarankan bahwa :

Penggunaan ejaan yang benar,pemisahan suku kata,penggunaan huruf kapital


yang baik dan benar sedapat mungkin diajarkan sejak dini.

Tayangan-tayangan yang ada di media elektronik atau cetak, sebaiknya


menggunakan penulisan huruf kapital dan Ejaan yang benar karena secara tidak
langsung akan ditirukan oleh pembacanya

15
DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non


Jurusan. Cetakan ke-16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia

http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia

http://ibnuhasansibuan.wordpress.com/2011/03/06sejarah-perkembangan-
bahasa-indonesia

Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta.


:KawanPustaka

Hs, Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Di


Peruruan Tinggi). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.

http://bahasaindonesiasmisgs.blogspot.com/2009/03/huruf-kapital.html

Widya. 2010. Pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia Yang disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung : Yrama Widya

16

Anda mungkin juga menyukai