Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas
Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan sekalian umatnya
yang bertakwa. Atas berkat rahmat serta hidayah Allah jualah kami selaku penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : Pengembangan Instrumen
Evaluasi Non Tes.
Adapun penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Kimia Prodi PENDIDIKAN KIMIA. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak menutup kemungkinan
apabila masih terdapat kesalahan atau kekeliruan. Karena kesempurnaan hanya
milik pencipta alam semesta ini.
Akhirnya sesuai dengan kata pepatah Tiada gading yang tak retak,
penulis mengharapkan saran dan kritik,khususnya dari teman-teman sekalian demi
perbaikan makalah kami ini. Semoga makalah sederhana ini mendatangkan
manfaat bagi penulis dan bagi rekan-rekan semua pada umumnya .Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah ikut membantu
sehingga selesainya makalah ini.

Wassalamu Alaikum Wr.Wb

Pekabaru, 31 Oktober 2016

Penyusun

1 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................1


Daftar Isi ...................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................4
C. Tujuan Masalah......................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknik Nontes .....................................................5
1. Penyusunan Instrumen Non-Tes.....................................5
2. Teknik Penyusunan Non Tes..........................................6
B. Penggolongan Teknik Nontes.................................................7
1. Observasi ...............................................................................7
2. Wawancara ............................................................................13
3. Daftar Cek..............................................................................16
4.Skala Penilaian .......................................................................18
5. Angket ...................................................................................19
6. Studi Kasus.............................................................................25
7.Catatan Insidental....................................................................27
8.Teknik Pemberian Penghargaan Kepada Peserta Didik............28

BAB III PENUTUP


Kesimpulan.................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

2 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa,
pengelola sekolah, lingkungan,kualitas pengajaran, kurikulum dan sebagainya.
Usaha peningkatan pendidikan bisa ditempuh dengan peningkatan kualitas
pembelajaran dan sistem evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan sistem
pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik,
selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan
strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.
Sehubungan dengan itu, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru
yang tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi
dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu
lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar,
namun perlu penilaian terhadap input, output dan kualitas proses pembelajaran itu
sendiri.
Dalam makalah ini, kami menyajikan beberapa hal tentang teknik evaluasi
yang dapat digunakan dalam penilaian terhadap anak didik, baik itu tentang
kemampuan belajar, sikap, keterampilan, sifat, bakat, minat dan kepribadian.
Adapun teknik yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah teknik nontes.
Salah satu teknik yang sangat membantu dalam penilaian terhadap hal-hal yang
bersangkutan dengan siswa.

3 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Teknik Non Tes?
2. Apa sajakah penyusun instrumen Non Tes?
3. Apa sajakah teknik penyususn Non Tes?
4. Apa sajakah penggolongan teknik Non Tes?
5. Bagaimanakah langkah-langkah penyusunan teknik Non Tes?
6. Bagaimanakah format penilaian Non Tes?
7. Sebutkan contoh dari teknik Non Tes!

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian teknik non tes
2. Untuk mengetahui penyusun instrumen Non Tes
3. Untuk mengetahui teknik penyususn Non Tes
4. Untuk mengetahui penggolongan teknik Non Tes
5. Untuk mengetahui langkah-langkah penyusunan teknik Non Tes
6. Untuk mengetahui format penilaian Non Tes
7. Untuk mengetahui contoh dari teknik Non Tes

BAB II
PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI NON
TES

4 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


A. Pengertian Teknik Nontes

Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Teknik evaluasi nontes berarti
melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Tehnik penilaian ini
umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi
sikap,tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain,
yangberhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara
individumaupun secara kelompok.
Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa
disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun
partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka),
sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-
pertanyaan, dan sebagainya.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur
dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit
diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif
psikomotor.

1. Penyusunan Instrumen Non-Tes


Teknis nontes adalah suatu alat penilaian yang biasanya dipergunakan
untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan peserta tes (Inggris: testee)
dengan tidak menggunakan tes. Hal ini berarti bahwa jawaban yang diberikan
oleh peserta tes tidak bisa dikategorikan sebagai jawaban benar atau salah
sebagaimana interpretasi jawaban tes. Dengan teknik nontes maka penilaian atau
evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa menguji peserta didik
melainkan dilakukan dengan cara tertentu.
Teknik penilaian nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak
menggunakan tes. Sedangkan teknik penilaian non tes tulis maksudnya adalah
bentuk evaluasi non tes yang berbentuk tulisan atau non lisan. Adapun menurut

5 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


Hasyim, Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa
secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh
penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa,
percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya.
Penilaian yang dilakukan dengan teknis nontes terutama bertujuan untuk
memperoleh informasi yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar peserta didik
dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah ketrampilan
(psychomotoric domain). David Krathwohl (1974), sebagaimana dikutip Anas
Sudijono (2005 : 54) mengembangkan taksonomi mengenai ranah afektif ini
dengan membaginya kedalam lima jenjang yaitu : receiving (menerima),
responding (merespon), valuing (menilai atau memaknai), organization
(mengorganisasi) dan (characterization by a value or value complex (karakterisasi
dengan suatu nilai atau nilai yang kompleks).

Kemampuan psikomotor (psychomotoric domain) adalah kemampuan


yang berhubungan dengan gerak yaitu kemampuan dalam menggunakan otot-otot
seperti berjalan, lari, melompat, berenang,melukis, membongkar dan memasang
peralatan dan lain sebagainya. Dalam dunia psikologi, kemampuan psikomotor
dibagi kedalam lima tingkatan yaitu gerak refleks, gerakan dasar, kemampuan
perseptual, kemampuan fisik, gerakan trampil dan komunikasi nondiskursip. B.
Teknik Penyusunan Non Tes

2. Teknik Penyusunan Non Tes


Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran
terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes
kurang digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada
umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih
berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan
yang dilakukan guru pada saat menentukan siswa. Seiring dengan berlakunya
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang didasarkan pada] standar
kompetensi dan kompetensi dasar maka teknik penilaian harus disesuaikan dengan

6 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


kompetensi yang diukur, aspek yang akan diukur, pengetahuan, keterampilan atau
sikap, kemampuan siswa yang akandiukur, sarana dan prasarana yang ada.

Dalam dunia pendidikan teknik nontes yang sering digunakan adalah


pengamatan (observasi), dan terkadang, seorang guru juga menggunakan
wawancara. Dalam penelitian-penelitian sosial, teknik nontes biasanya juga
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan obyek penelitian.
Teknik nontes yang sering digunakan dalam penelitian-penelitian sosial penelitian
adalah kuesioner. Dibawah ini adalah jenis-jenis penelitian non tes.

B. Penggolongan Teknik Nontes


1. Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang
dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat
misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain,
dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.

a. Cara dan Tujuan Observasi


Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1) Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi
(observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil
bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada
diluar garis seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif :
Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru
hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.

7 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


2) Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer
sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan
diamati.
Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak
terdapat stuktur ketegori yang akan diamati. Contoh observasi sistematis misalnya
guru yang sedang mengamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru
melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati,
misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan
kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku
murid dalam menanam bunga.
Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori
diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.

3) Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara
nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat
perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:

a) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
b) Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
c) Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan
siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan
juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data.

b. Sifat Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
1) Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
2) Direncanakan secara sistematis
3) Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan

8 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


4) Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.

c. Kelebihan dan Kelemahan Observasi


Observasi sebagai alat penilaian nontes, mempunyai beberapa kelebihan,
antara lain:
1) Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
2) Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan
terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting
3) Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang
diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4) Observer tidak perlu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan
objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak
langsung memegang peran.

Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan,


antara lain:
1) Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang yang
sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan
kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya
mengamati anak yang menyanyi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum
tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka
tetapi dirahasiakan.
2) Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi
maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3) Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol
sebelumnya.
d. Langkah-langkah menyusun observasi :
1. Merumuskan tujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi

9 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


5. Menyusun panduan observasi
6. Menyusun alat penilaian

e. Contoh Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa


Maka setelah melewati langkah-langkah tersebut di atas, maka kita telah
menyusun sebuah lembar observasi penelitian, yang bentuk akhirnya berupa skala
rating seperti berikut ini:
LEMBAR OBSERVASI
KEAKTIFAN SISWA DALAM BELAJAR
Sekolah / Kelas : _________________
Hari / Tanggal : _________________
Nama Guru : _________________
Nama Observer : _________________

Tujuan :
1. Merekam data berapa banyak siswa di suatu kelas aktif belajar
2. Merekam data kualitas aktivitas belajar siswa

Petunjuk :
1. Observer harus berada pada posisi yang tidak mengganggu pembelajaran tetapi
tetap dapat memantau setiap kegiatan yang dilakukan siswa.
2. Observer memberikan skor sesuai dengan petunjuk berikut:
Banyak siswa : 0 sampai > 20% ; 2 bila 20% sampai > 40% ; 3 bila 40%
sampai > 60% skor 4 bila 60% sampai 80% ; skor 5 bila 80% sampai 100%
aktif.
Kualitas : 1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik; 5 = baik
sekali

10 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


11 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes
2. Wawancara (Interview)

12 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informasi yang hendak digali.
Wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si
penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas
sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara.
Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun
pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada
informasi-informasi yang diperlukan saja.
Wawancara adalah suatu tehnik penilaian yang dilakukan dengan jalan
percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung
apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang
tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian
sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
a. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal
ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang
diwawancarai.
b. Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki
keterampilan dalam melaksanakan wawancara.
c. Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat
oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-
pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

a. Langkah-langkah penyusunan wawancara :


1. Perumusan tujuan
2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
3. Penyusunan kisi-kisi
4. Penyusunan pedoman wawancara
5. Lembaran penilaian

13 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


b. Kelebihan dan kelemahan wawancara
Kelebihan wawancara yaitu :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung
pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam
pelaksaannya
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi data tentang
keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan
observasi dan angket.
4. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara
dengan objek

Sedangkan Kelemahan wawancara:


1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan
individu yang diwawancarai
2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan
wawancara
3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari
pewawancara
4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil
wawancara

Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi,
yaitu:
1. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan
istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis
(Systematic Interview).
2. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan
istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis
(Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas.

14 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:
a. Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai background tentang
apa yang akan ditanyakan
b. Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara
tersebut
c. Harus menjaga hubungan yang baik
d. Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya
e. Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas
f. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara
g. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber
data
h. Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama
i. Guru harus mengobrol dalam wawancara
j. Batasi waktu wawancara
k. Hindari penonjolan aku dari guru

c. Contoh Wawancara
Pertanyaan :
1. Apakah siswa mengalami kesulitan memahami petunjuk baik arahan dari guru
atau petunjuk dalam LKS?
...................................................................................................................
2. Pada saat mengalami kesulitan apakah siswa berusaha bertanya kepada teman
lain atau kepada guru ?
...................................................................................................................
3. Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan siswa agar dapat memahami materi
pelajaran ?
...................................................................................................................
4. Apakah siswa mempunyai buku paket atau referensi yang berhubungan dengan
materi yang sedang dibahas ?
...................................................................................................................

15 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


5. Apakah siswa selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya ?
...................................................................................................................
6. Apakah materi pelajaran dirasakan siswa tidak ada manfaatnya dalam
kehidupannya kelak ?
...................................................................................................................
7. Apakah siswa diluar jam ataupun dirumah berusaha belajar dengan
teman yang lain?
...................................................................................................................
8. Apakah menurut siswa lingkungan disekolah (didalam dan diluar kelas)
kondusif untuk belajar ?
...................................................................................................................
9. Apakah orang tua siswa di rumah menyuruh untuk belajar ?
...................................................................................................................
10. Apakah siswa mempunyai keinginan untuk keluar dari kesulitan yan
dihadapinya ?
..................................................................................................................

3. Daftar Cek (Check List)

Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang
akan diamati, penilai tnnggal memberikan tanda centang () pda tiap-tiap aspek
sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan.

Contoh :

No Nama siswa SB B C K SK
Nano
1
waryono
2 Elin roslina
3 Arie apriadi
Angga
4
zalindra
5 Ardi maulana

Keterangan :

16 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


SB : sangat baik

B : baik

C : cukup

K : kurang

SK : sangat kurang

Daftar cek tentang kebiasaan belajar

Nama : Kelas :

Umur : Sekolah :

no
1 Kegiatan diskusi
2 Membuat rangkuman
3 Latihan
4 Balajar sendiri dan belajar kelompok
5 Tanya Jawab

4. Skala Penilaian

Dalam daftar cek, penilaian hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel
tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang
akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jadi,
tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidak adanya variabel tertentu,
tetapi lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang ingin diukur.
Pencatatan melalui daftar cek termasuk pencatatan yang kasar. Fenomena-
fenomena hanya dicatat ada tau tidak ada. Hal ini agak kurang realistik. Perilaku
manusia, baik yang berwujud sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi belajar timbul
dalam dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Oleh karena itu, untuk mengukur hal-
hal tersebut ada baiknya digunakan penilaian.
Namun demkian, skala penilaian juga mempunyai kelemahan, antara lain:
1. Ada kemungkinan terjadinya halo effects, yaitu kelemahan yang akan timbul
jika dalam pencatatan observasi terpikat oleh kesan-kesan umum yang baik pada

17 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


peserta didik sementara ia tidak menyeldiki kesan-kesan umum itu. Misalnya,
seorang guru terkesan oleh sopan santun dari peserta didik sehingga memberikan
nilai yang tinggi pada segi-segi yang lain, padahal mungkin peserta didik tersebut
tidak demikian adanya. Bisa juga guru terkesan dengan model berpakaian atau
penampilan umum peserta didik. Begitu juga sebaliknya, seorang guru mungkin
memberikan nilai yang rendah, karena peserta didik kurang span dan tidak
berpakaian rapi.
2. Generosity effects, yaitu kelemahan yang akan muncul bila ada keinginan
untuk berbuat bak. Misalnya, seorang guru dalam keadaan ragu-ragu, maka ia
cenderung akan memberikan nilai yang tinggi.
3. Carry-over effects, yaitu kelemahan akan muncul jika guru tidak dapat
memisahkan satu fenomena yang lain. Jika fenomena yang muncul dinilai baik,
maka fenomen yang lain akan dinilai baik pula.

5. Angket

Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi
oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan
angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk
memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan
dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung
maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu
diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan
dilaksanakan secara tidak langsung apabila angket itu diberikan kepada orang
untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada
orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.
Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori.
Dari segi yang memberikan jawaban, angket dibagi menjadi angket langsung
angket tidak langsung. Angket langsung adalah angket yang dijawab langsung
oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan angket tidak langsung dijawab
oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui sipenjawab

18 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta
huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila
ditinjau dari segi cara menjawab maka angket terbagi menjadi angket tertutup dan
angket terbuka. Angket tertutup adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau
lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek ()
pada jawaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah daftar
pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan
pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu
angket berstuktur dan angket tidak berstuktur. Angket berstuktur adalah angket
yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyaan yang terbatas, singkat dan
membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula. Sedangkan angket tidak
berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak,
dan bebas. Biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan, alasan-
alasan terbuka terbagi menjadi angket tertutup dan angket terbuka. Angket
tertutup adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si
penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek () pada jawaban yang ia
anggap sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si
penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci
sesuai dengan apa yang ia ketahui.

Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu


angket berstuktur dan angket tidak berstuktur. Angket berstuktur adalah angket
yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyaan yang terbatas, singkat dan
membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula. Sedangkan angket tidak
berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak,
dan bebas. Biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan, alasan-
alasan terbuka.
Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat,
kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket antara lain:

19 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak
yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain:


1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila
ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak,
atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara
mendetail.
3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua,
sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang
diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.

a. Langkah-langkah menyusun angket :


1) Merumuskan tujuan
2) Merumuskan kegiatan
3) Menyusun langkah-langkah
4) Menyusun kisi-kisi
5) Menyusun panduan angket
6) Menyusun alat penilaian

b. Contoh Angket
DAFTAR ANGKET
IDENTITAS
Nama :
Kelas :
PETUNJUK :
1) Saudara dipersilahkan menjawab setiap pertanyaan di bawah ini

20 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


dengan cara memilih salah satu jawaban yang Anda anggap paling
benar dengan memberi tanda silang (X)
2) Kesungguhan dan kejujuran Anda dalam menjawab sangat kami
harapkan.
3) Atas bantuan Anda kami sampaikan terima kasih.
Pertanyaan-pertanyaan :

A. Attention (perhatian) sebagai motivasi belajar kepada siswa


1. Apakah guru anda pernah bertanya tentang keadaan/kabar anda sebelum
pelajaran dimulai?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
2. Apakah guru anda pernah menerangkan pelajaran?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
3. Apakah guru anda pernah menerangkan pelajaran dengan metode cerita?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
4. Apakah guru anda pernah bertanya kepahaman anda terhadap pelajaran
yang diterangkan?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
5. Apakah guru anda pernah mengulangi penjelasan ketika anda kurang paham
terhadap pelajaran?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
6. Apakah guru anda pernah memberikan pertanyaan secara langsung kepada
anda tentang pelajaran yang diajarkan?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah

21 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


7. Apakah guru anda pernah memberikan kesempatan kepada anda untuk
bertanya tentang materi pelajaran yang diajarkan?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah

B. Relevance (keterkaitan) mata pelajaran dengan kehidupan sehari-hari


sebagai motivasi belajar siswa
8. Apakah anda setuju bahwa materi pelajaran yang anda pelajari berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak setuju

9. Apakah guru anda pernah mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan


sehari-hari?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
10. Apakah anda setuju bahwa belajar dengan tekun akan meningkatkan
prestasi anda?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak setuju
11. Apakah guru anda pernah memberikan contoh seseorang yang belajar
dengan tekun akan meningkat prestasinya?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
12. Apakah anda setuju bahwa soal ujian mampu mengukur pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak setuju
13. Apakah anda setuju bahwa tidak semua soal ujian mampu mengukur
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju

22 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


b. Setuju d. Tidak setuju
14. Apakah anda setuju bahwa ada keterkaitan antara materi satu dengan
materi yang lain dalam satu mata pelajaran?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak setuju
15. Apakah guru anda pernah mengaitkan materi pelajaran satu dengan yang
lainnya?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah

C. Confidence (percaya diri) sebagai motivasi belajar siswa


16. Apakah guru anda pernah memberikan soal-soal kepada anda?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
17. Apakah anda sanggup mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru
anda?
a. Sangat sanggup c. Kurang sanggup
b. Sanggup d. Tidak sanggup
18. Apakah guru anda pernah memberikan tugas kepada anda?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
19. Apakah anda pernah tertantang dengan tugas yang diberikan oleh guru
anda?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
20. Apakah anda pernah mengerjakan tugas yang diberikan kepada anda?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah

23 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


21. Apakah anda pernah disuruh presentasi hasil tugas yang diberikan kepada
anda?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
22. Apakah anda pernah merasa percaya diri atas hasil tugas yang anda
presentasikan?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah

D. Satisfaction (kepuasan) sebagai motivasi belajar siswa


23. Apakah anda pernah mendapatkan nilai dalam belajar?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
24. Apakah nilai yang diberikan selalu berbentuk angka?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
25. Apakah nilai yang diberikan kepada anda sudah sesuai dengan proses
belajar anda?
a. Sangat sesuai c. Kurang sesuai
b. Sesuai d. Tidak sesuai
26. Apakah nilai yang anda terima memuaskan hati anda?
a. Sangat memuaskan c. Biasa saja
b. Cukup memuaskan d. Tidak memuaskan
27. Apakah nilai membuat anda lebih semangat belajar?
a. Sangat semangat c. Biasa saja
b. Cukup semangat d. Tidak semangat
28. Apakah nilai membuat anda ingin mengulangi /mendapatkan nilai yang
lebih bagus?
a. Sangat ingin c. Biasa saja
b. Cukup ingin d. Tidak ingin
29. Apakah nilai membuat anda ingat akan nilai tersebut?

24 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
30. Apakah anda setuju tentang Pemberian nilai kepada para siswa?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak setuj

6. Studi Kasus

Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu


yang dianggap mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari khusus anak
nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan orang lain, anak yang selalu gagal
belajar, atau anak pandai, anak yang paling disukai teman-temannya. Kasus- kasus
tersebut dipelajari secara mendalam dan dalam kurun waktu yang cukup lama.
Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan apa yang
dilakukannya dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya
terhadap lingkungan.
Kelebihan studi kasus dari studi lainnya adalah bahwa subjek dapat
dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemahannya sesuai
dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif,
artinya hanya untuk individu yang bersangkutan, dan belum tentu dapat
digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain. Dengan kata lain,
generalisasi informasi sangant terbatas penggunaannya hasil studi kasus dapat
menghasilkan hipotesis yang dapat diuji lebih lanjut. Studi kasus dalam
pendidikan bisa dilakukan oleh guru, guru pembimbing, wali kelas, terutama
untuk kasus-kasus siswa di sekolah.
Beberapa Petunjuk untuk melaksanakn studi kasus dalam bidang
pendidikan, khususnya di sekolah:
1. Menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang mempunyai masalah khusus untuk
dijadikan kasus.
2. Menetapkan jenis masalah yang dihadapi siswa dan perlu mendapatkan bantuan
pemecahan oleh guru.

25 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


3. Mencari bukti-bukti lain untuk lebih meyakinkan kebenaran masalah yang
dihadapi siswa tersebut.
4. Mencari sebab-sebab timbulnya masalah dari berbagai aspek yang berkenaan
dengan kehidupan siswa tersebut.
5. Menganalisis sebab-sebab tersebut dan menghubungkannya dengan tinkah laku
siswa tersebut.
6. Dengan informasi yang telah lengkap tentang faktor penyebab tersebut, guru
dapat menentukan sejumlah alternatif pemecahannya.
7. Alternatif yang telah teruji sebagai upaya pemecahan masalah dibicarakan
dengan siswa untuk secara bertahap diterapkan, baik oleh siswa itu sendiri
maupun guru.

Beberapa kasus yang sering terjadi pada siswa di sekolah antara lain adalah:
1. Kegagalan belajar yang dapat dilihat dari prrestasi yang dicapainya, baik dalam
mata pelajaran tertentu maupun untuk semua mata pelajarn yang diberikan di
sekolah.
2. Ketidakmampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan sekolah.
3. Gangguan emosional yang berlebihan seperti cepat marah, mudah tersinggung,
mudah menangis.
4. Kenakalan yang sifanya menyimpang dari nilai sosial, moral, dan hukum.
5. Terlibat dalam tidakan kriminal seperti mencuri, perkosaan dan perkelahian.
Bentuk kasus-kasus di atas dan mungkin masih banyak lagi bersumber dari tiga
faktor utama yakni faktor dari dalam dirinya, faktor keluarga dan faktor
lingkungan.
Efek siswa yang menalami kasus sangat merugikan baik bagi siswa yang
bersangkutan maupun bagi ketertiban dan tegaknya disiplin sekolah disamping
citra sekolah di masyarakat.

7. Catatan Insidental

Catatan insidental merupakan catatan-catatan tentang peristiwa sepintas


yang dialamipeserta didik secara peerseorangan. Catatan tersebut belum berarti

26 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


apa-apa terhadap penilaian sesorang, namun dapat menjadi petunjuk yang berguna
apabila dihubungkaan dengan data-data.

Catatan insidental Adalah catatan-catatan singkat tentang


peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara
perseorangan. Catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka
penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama yang
berkenaan dengan tingkah laku peserta didik. Catatan tersebut
biasanya berbunyi :
a. Tanggal 23 Februari 2008, Gita menangis sendiri
dibelakang sekolah. Tanpa sebab
b. Tanggal 21 April 2008 Gita berkelahi dengan Galih karena
Gita berkata Galih anakm pungut
c. Tanggal 16 Mei 2001 Gita berkelahi dengan Gina, karena
menuduh Gina mencuri uang Gita
d. Dan sebagainya
Catatan insidental semacam ini mungkin belum berarti
apa-apa bagi keperluan penilaian Gita, tetapi setelah
dihubungkan dengan data-data yang lain sering kali memberikan
petunjuk yang berguna. Catatan ini dapat dibuat dibuku khusus
atau pada kartu-kartu kecil, sehingga memudahkan dalam
penafsirannya.
Contoh : kartu catatan insidental
Hari / tanggal / bulan / tahun : Rabu, 31 Oktober 2016
Nama peserta didik : Gita
Nama SMA / Kelas : SMA Negeri 2 Pekanbaru / kelas XI
Nama observer : Anggi
Tempat observasi : di dalam kelas
Catatan : peristiwa : Gita berkelahi dengan Galih, karena Gita
berkata : Galih anak pungut. Kesimpulan sementara : Gita membuat
orang tidak senang.

27 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan
catatan insidental, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut :
Tetapkan terlebih dahulu peserta didik yang sangat
memerlukan penyelidikan. Dalam hal apakah penyelidikan itu
harus dilakukan
Setiap kegiatan pencatatan suatu peristiwa hendaknya
diambil kesimpulan sementara. Kesimpulan final baru ditentukan
setelah membandingkan beberapa kesimpulan sementara dari
beberapa kegiatan pencatatan
Fokus perhatian guru adalah tingkah laku peserta didik yang
dianggap perlu diselidiki itu

8. Teknik Pemberian Penghargaan kepada Peserta Didik

Teknik pemberian penghargaan ini penting karena banyak respon atau


tindakan positif peserta didik yang diakibatkan oleh proses belajar yang kurang
diperhatikan guru. Apabila guru memberikan penghargaan atas tindakan positif
yang dilakukan peserta didik dalam berbagai bentuk, dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.

Berikut ini merupakan teknik pemberian penghargaan:

1. Teknik Verbal merupakan pemberian penghargaan melalui pujian,


dukungan, dorongan atau pengakuan.

2. Teknik Non-verbal, melalui:

1) Mimik dan gerakan tubuh (senyuman, acungan jempol, tepuk tangan)

2) Cara mendekati (proximity)

3) Sentuhan (contact)

28 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


Pengembangan instrumen evaluasi non tes dalam proses pembelajaran Bahasa
Indonesia

1. Tes Perbuatan

Kemampuan Membaca
No. Nama Siswa
1 2 3 4 5
1.
Usman
1
2.
Said
2
3.
Sutejo Ade
3
Dst Dst..

Keterangan : Skor Tes Perbuatan :

1. = Membaca lancar dan baik = 80 90 = A

2. = Membaca lancar kurang baik = 70 79 = B

3. = Membaca Terbata-bata = 60 69 = C

4. = Membaca Terbata-bata dengan bantuan guru = 50 59 =D

5. = Tidak dapat membaca = kurang dari 50 = E

2. Portofolio yakni Tes pengalaman dilakukan dengan menggunakan


portofolio dimana guru mencatat pengalaman berdasarkan antara lain:

apa yang dilihat;

laporan rekan guru dan pegawai lainnya; dan

laporan dari orangtua murid atau siswa

3. Penilaian Afektif

29 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


Indikator : Siswa menunjukkan sikap yang terpuji

Aspek Penilaian
Jml
Kerja
Nama
No Tuntas Nilai Catatan
Siswa Disiplin Respon Inisiatif Skor
Sama Tugas

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10

Catatan :

1. Kriteria perilaku

1 = sangat kurang 4 = baik

2 = kurang 5 = amat baik

3 = cukup

1. Nilai merupakan jumlah dari nilai tiap-tiap indikator perilaku

25. Nilai maksimum = 25.

1. Keterangan nilai

23 25 = sangat baik

18 22 = baik

30 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


13 17 = cukup

8 12 = kurang

0 7 = sangat kurang

BAB III
KESIMPULAN

31 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak
mengunakan tes. Tehnik evaluasi ini umumnya untuk menilai keperibadian anak
secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap social, ucapan,
riwayat hidup dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam
pendidkan baik individual maupun secara kelompok.
Teknik nontes terdiri atas ; Observasi (pengamatan), Wawancara
(interview), Angket (Questionave), Pemeriksaan Dokumen (Dukomentary
Analisis), dan Sosiometri. Tiap-tiap metode penilaian memiliki kelebihan dan
kekurangan, tetapi pada dasarnya dapat diterapkan (disesuaikan) pada semua mata
pelajaran pada sistem belajar mengajar kita. Akhirnya, aktivitas penilaian yang
baik adalah identik dengan aktivitas pengajaran yang baik. Mengacu klasifikasi
domain tujuan pendidikan menjadi domain kognitif, afektif, dan psikomotor, maka
untuk mencapai tujuan ketiga domain tersebut diperlukan instrumen yang valid
untuk mengukur pencapaian ketiga domain tersebut.

Pengukuran domain afektif tidak semudah mengukur domain kognitif.


Pengukuran domain afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan
tingkah laku peserta didik dapat berubah sewaktu-waktu. Pembentukan sikap
seseorang memerlukan waktu yang relatif lama.

Untuk mengukur domain afektif dan sebagian psikomotor diperlukan


pengembangan instrumen evaluasi nontes (alternative test). Pengembangan
instrumen ini relatif lebih sulit dibandingkan dengan pengembangan instrumen
evaluasi tes. Untuk itu, diperlukan kajian yang seksama dalam menurunkan serta
menjabarkan domain afektif ke dalam aspek-aspek yang spesifik untuk dapat
mengembangkan instrumen yang valid dan reliabel.
Ada beberapa alat penilaian yang sering digunakan dalam penilaian. Alat
tersebut adalah skala penilaian, daftar cek, catatan anekdot, dan catatan kumulatif.

DAFTAR PUSTAKA

32 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


Ali Imron.1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Pustaka Jaya

Ariteunto, Suharsimi. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi


Aksara.

Clarke, David. 1997. Constructive Assesment in Mathematics. Berkeley USA :


Key Curriculum press.

Daryanto. 2001. Evaluasi Pendidkan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Depdikbud. 1987. Penilaian dalam Pendidikan. Buku Akta Mengajar V. Jakarta :


Depdikbud.

Depdikbud. 1984. Modul Evaluasi Hasil Belajar. Buku II Program Akta Mengajar
V-B Komponen Dasar Kependidikan. Jakarta : Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Penilaian dan Pengujian Untuk Guru.


Jakarta : Depdikbud.

Malone, John, 1997, Innovative Assessment Methods, Paper for short course on
Teaching/learning Skills in University 10 - 31 August 1997, Curtin University of
Technology Perth Western Australia. Perth : CUT

Nana Sudjana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar dan Mengajar. Bandung : PT
Remadja Rosda Karya

33 |Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes

Anda mungkin juga menyukai