PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Manusia berinteraksi secara kontinu dengan lingkungan sekitarnya,
sehingga lingkungan memiliki peran besar dalam memengaruhi kualitas
hidup. World Health Organization (WHO), mendefinisikan lingkungan,
sebagai sesuatu yang berkaitan langsung dengan kesehatan karena
keterkaitannya terhadap seluruh faktor fisik, kimia, dan biologis, serta semua
perilaku dari manusia.Program kesehatan lingkungan merupakan usaha-usaha
yang terdiri atas pencegahan atau pengendalian penyakit, cedera, dan
ketidakmampuan yang berhubungan dengan perilaku manusia dan
lingkungan di sekitarnya. Program the Healthy People 2020, sebagai program
kesehatan lingkungan, mengusung enam elemen utama yang salah satunya
adalah global environment health (kesehatan lingkungan global)lengkap
dengan pernyataan bahwa penyakit dapat dikurangi dengan meningkatkan
kualitas air, meningkatkan fasilitas sanitasi lingkungan, dan mengurangi
potensi tempat perkembangbiakan nyamuk.1
Laporan pencapaian tujuan pembangunan milenium di Indonesia pada
tahun 2013 menunjukkan bahwa pada tujuan ke tujuh, memastikan
kelestarian lingkungan hidup, proporsi rumah tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap sumber air minum layak daerah pedesaan masih
belum mencapai target. Data menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga
dengan akses berkelanjutan terhadap fasilitas sanitasi dasar layak daeah
perkotaan dan pedesaan belum mencapai target.2
Angka kematian akibat kualitas air, sanitasi, dan kebersihan yang buruk
di kawasan Asia Tenggaraadalah sebanyak 842.000 orang per tahun, di mana
sebesar 58% kematian diakibatkan oleh penyakit diare. Sanitasi buruk
berkaitan dengan transmisi penyakit seperti kolera, diare, disentri, hepatitis A,
tifoid, dan polio, serta memiliki dampak langsung terhadap malnutrisi,
1
sehingga angka kematian pada anak usia kurang dari lima tahun mencapai
760.000 jiwa per tahun.3
Pelaksanaan program kesehatan lingkungan di Indonesia sendiri dapat
dikatakan belum maksimal. Profil kesehatan nasional tahun 2014,
menyatakan bahwa hanya 56,58% rumah tangga yang menerapkan perilaku
hidup bersih sehat (PHBS), 67,73% masyarakat yang memeroleh akses
sumber air minum berkualitas, 77% kualitas air minum yang memenuhi
syarat, 60,9% masyarakat yang memiliki akses terhadap sanitasi layak
(jamban sehat), 61,8% rumah yang memenuhi syarat kesehatan, 68,24%
tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan, dan 75,2%
tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan.4
Kondisi kesehatan lingkungan di Kalimantan Barat masih kurang bila
dibandingkan dengan angka capaian secara nasional. Angka rumah tangga
yang menerapkan PHBS hanya 40,7%, angka masyarakat yang memeroleh
akses sumber air minum berkualitas hanya 48%, angka masyarakat yang
memiliki akses terhadap sanitasi layak (jamban sehat)sebesar 52,1%, dan
hanya terdapat sebesar 58,9 TTU yang memenuhi syarat kesehatan. Capaian
program kesehatan lingkungan Kalimantan Barat yang berada di atas capaian
nasional hanya ada dua, yaitu rumah yang memenuhi syarat kesehatan
sebesar 64,7%, dan tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat
kesehatan sebesar 75,35%.4
Berdasarkan profil kesehatan kota pontianak tahun 2014, kondisi
kesehatan lingkungan di Kota Pontianak sebagian masih dibawah capaian
rata-rata provinsi. Persentase rumah sehat sebesar 24,5%, penduduk yang
memiliki akses air minum sehat sebesar 38%, masyarakat yang memeroleh
akses sumber air minum berkualitas 7,94%, masyarakat yang memiliki akses
terhadap sanitasi layak (jamban sehat) 31,2%, TTU yang memenuhi syarat
kesehatan 70,9%, dan TPM yang memenuhi syarat kesehatan sebesar
62.36%.5
Kondisi kesehatan lingkungan di wilayah pelayanan Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD)Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara diantaranya
2
tergambarkan dengan persentase rumah sehat sebesar 7%, penduduk yang
memiliki akses air minum sehat sebesar 47%, tidak ada data mengenai
masyarakat yang memperoleh akses ke sumber air minum berkualitas,
masyarakat yang memiliki akses terhadap sanitasi layak (jamban sehat)
35,5%, TTU yang memenuhi syarat kesehatan 82,5%, dan 67,86% TPM
yang memenuhi syarat higiene sanitasi.6
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Kecamatan Pontianak
Utara memiliki beberapa program dasar dalam upaya penyelenggaraan
kesehatan. Setiap program di Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara
memiliki cakupan-cakupan yang mencapai target, walaupun terdapat
beberapa yang belum mencapai target. Program penyelenggaran kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar merupakan salah satu program dengan jumlah
cakupan tidak mencapai target cukup banyak, yakni terdapat tiga cakupan
program yang belum mencapai target pada tahun 2014 antara lain institusi
yang dibina (memenuhi syarat kesehatan), rumah/bangunan bebas jentik
nyamuk, tempat pengelolaan makanan dan tempat umum yang memenuhi
syarat.7
Kinerja program penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan sanitasi
dasar yang masih dibawah target dapat menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan masyarakat seperti ditemukannya kasus diare, demam berdarah,
malaria, dan lainnya. Saat ini belum terdapat perbaikan atas kondisi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu evaluasi terhadap
program tersebut berdasarkan pedoman-pedoman yang mengatur pelaksanaan
program kesehatan lingkungan di Indonesia.
3
Mengetahui dan menilai program kesehatan lingkungan dan
sanitasi dasar yang ada di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak
Utara.
4
dapat lebih efektif dan memberi alternatif penyelesaian masalah
pelaksanaan program dan diharapkan dapat membantu dalam
meningkatkan pencapaian program.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
ekologis antara manusia dan lingkungan, agar masyarakat menjadi sehat
dan sejahtera.
Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
(HAKLI), kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia
dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia. Dalam pengertian ini titik pusat pandang dari
kesehatan lingkungan adalah bahwa tercapainya tujuan kesehatan yaitu
masyarakat sehat dan sejahtera apabila kondisi lingkungan sehat.
2. Keadaan Udara
Udara yang memenuhi kategori sehat adalah udara yang didalamnya
terdapat zat-zat yang diperlukan, contohnya oksigen dan di dalamnya tidak
tercemar oleh zat-zat yang merusak tubuh, contohnya zat CO2 (zat
carbondioksida).
3. Keadaan Tanah
Tanah yang memenuhi kategori sehat adalah tanah yang baik untuk
penanaman suatu tumbuhan, dan tidak tercemar oleh zat-zat logam berat.
7
4. Suara/ Kebisingan
Kebisingan merupakan keadaan dimana suatu lingkungan yang
kondisinya tidak mengganggu aktifitas/alat pendengaran manusia.
8
7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.
8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program
kesehatan lingkungan.
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
9
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan
syarat sebagai berikut:
a. Tanah permukaan tidak boleh terdapat kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin
memasuki mata air atau sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar; atau, bila memang benar-
benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak
mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Rumah dapat dikatakan sehat bila memenuhi kriteria sebagai
berikut:3,6
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu: privasi yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah
rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang
tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan
dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,
tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya
jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Informasi mengenai unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat
mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar
10
kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien. Teknik
pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memerhatikan faktor-
faktor atau unsur, berikut:11,12
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang memengaruhi produksi
sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas,
pola kehidupan/tingkat sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim,
dan kemajuan teknologi
b. Penyimpanan sampah
c. Pengumpulan, pengolahan, dan pemanfaatan kembali
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
11
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran,
rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin
makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap
santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan atau restoran, dan hotel).11
Persyaratan higene sanitasi makanan dan minuman tempat
pengelolaan makanan meliputi:
a. Persyaratan lokasi dan bangunan
b. Persyaratan fasilitas sanitasi
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
e. Persyaratan pengolahan makanan
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
g. Persyaratan peralatan yang digunakan
7. Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan, diantaranya adalah pencemaran air,
pencemaran tanah, dan pencemaran udara. Pencemaran udara terbagi
menjadi indoor air pollution dan out door air pollution. Indoor air
pollution merupakan masalah perumahan/pemukiman serta gedung umum,
bus, kereta api. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan
yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam
ruangan daripada di jalanan.1,5 Pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah
tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi
saluran pernafasan bagi anak balita.
Masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah,
menurut berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan
peningkatan masalah. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan
risiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok risiko tinggi
penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah
12,5 kali lebih besar. Jenis pencemar yang bersifat akumulatif akan
menjadi lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan,baikdengan
tujuan untuk lahan pertanian maupun sekedar diambil kayunya,ternyata
membawa dampak serius misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi
12
pada mata, terganggunya jadwal penerbangan, terganggunya ekologi
hutan.8,11
13
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
14
pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana
dan prasarana sesuai standar yang telah ditetapkan.
Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan medik spesialistik telah
munculdi beberapa daerah tertentu. Dalam keadaan ini, apabila ada
kemampuan, di puskesmas dapat dikembangkan pelayanan medik
spesialistik tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan maupun rawat inap.
Keberadaan pelayanan medik spesialistik di puskesmas hanya dalam rangka
mendekatkan pelayanan rujukan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Status dokter dan atau tenaga spesialis yang bekerja di puskesmas
dapatsebagai tenaga konsulen atau tenaga tetap fungsional puskesmas yang
diatur oleh dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
Kedudukan dan fungsi puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan
kesehatan tingkat pertama, meskipun puskesmas menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga medis
spesialis.Puskesmas tetap bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayaan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya.
15
BAB III
METODE EVALUASI
2. Data sekunder
Data sekunder dikumpulkan dengan mempelajari dokumentasi
Puskesmas yaitu Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Kecamatan
Pontianak Utara periode Januari 2014 Desember 2014.
Tabel 3.1 Tolok Ukur Program Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
16
No. Variabel Tolok Ukur keberhasilan (%)
Daerah/Puskesmas1 Nasional2
1. Rumah/bangunan bebas jentik 95 60,5
2. Tempat umum yang memenuhi 70 70,4
syarat
3. Institusi yang dibina 68 52,5
(memenuhi syarat kesehatan)
Sumber:
1. Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Kec. Pontianak Utara Tahun 2014
2. Pedoman Rencana Kerja Program Kesehatan Lingkungan Tahun 2011, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
17
BAB IV
PENYAJIAN DATA
18
4.2 Kependudukan
Data kependudukanberdasarkan Profil Kelurahan Siantan Hilir Tahun
2014, penduduk wilayah binaan UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak
Utara berjumlah 36.332 jiwa, terdiri dari 18.556 jiwa berjenis kelamin laki-
laki dan17.776 jiwaberjenis kelamin perempuan. Data monografi kecamatan
menunjukkan bahya area yang termasuk dalam wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Pontiank Utara, tersebar di empat kelurahan yaitu:
Kelurahan Siantan Hilir terdiri dari 40 RW dan 151 RT. Persebaran
penduduk menurut jenis kelamin di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontiank Utara dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini:
19
berjumlah 3.604 orang, ibu hamil berjumlah 562 orang,bulin sebanyak 537
orang, bufas sebanyak 517 orang, WUS sebanyak 7.755orang, dan PUS
sebanyak 5.283 orang. Secara keseluruhan indikator kependudukan di
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontiank Utara tahun 2013 dapat dilihat pada
Tabel 4.1 dibawah ini:
No Uraian Jumlah
1 Luas wilayah (km) 787
2 RW 40
3 RT 151
4 Penduduk 36.332
5 Kepala keluarga 9.130
6 Bumil 562
7 Bulin 537
8 Bufas 517
9 Bayi 1.120
10 Balita 3.604
11 WUS 7.755
12 PUS 5.283
13 Pra lansia dan usia lanjut 7618
14 Ratio Jenis Kelamin (laki- laki:perempuan) 104,39
15 Ratio beban Tanggungan (KK: anggota keluarga) 44
16 Kepadatan penduduk (Km/jiwa) 46,17
Sumber: Data Monografi Kecamatan Pontianak Utara Tahun 2014
20
Gambar 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontiank UtaraTahun 2014
Sumber: Profil Kelurahan Siantan Hilir, Tahun 2014
21
umur 70-74 tahun (1,4%). Persentase penduduk menurut kelompok umur
dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini:
22
% Institusi yang
dibina (memenuhi 68 25,79 41 159
syarat kesehatan)
% Rumah/bangunan
95 69,94 3124 4467
bebas jentik nyamuk
% Tempat umum yang
70 24,17 87 360
memenuhi syarat
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas, 2014
23
berkembang biak berbagai macam vektor penyakit, salah satunya jentik
nyamuk Aedes Aegypti. Pengelolaan PAH agar tidak menjadi tempat
berkembang biak jentik nyamuk dapat dilakukan dengan menutup rapat
PAH, memberi abate ataupun memelihara predator jentik nyamuk yaitu
Ikan Suamang. Petugas puskesmas telah melakukan pemeriksaan jentik
secara berkala ke rumah-rumah untuk mengantisipasi berkembangnya
jentik nyamuk. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas sanitasi setiap hari
jumat dibantu petugas puskesmas yang lain.
Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam rangka pengawasan
penyehatan kualitas air bersih antara lain:
a. Inspeksi sarana air bersih;
b. Pemeriksaan sampel air dilakukan terhadap air PDAM, depot air
minum, dan air minum di masyarakat;
c. Pembinaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK);
3. Penyehatan Perumahan/Pemukiman
24
Rumah yang memenuhi kriteria dalam segi kesehatan lingkungan,
hendaknya dibangun dengan memenuhi syarat kesehatan, antara lain:
a. Memenuhi kebutuhan fisik dasar penghuni
b. Memenuhi kebutuhan kejiwaan penghuni
c. Melindungi penghuni dari penyakit menular
d. Melindungi penghuni dari bahaya atau kecelakaan.
Syarat rumah yang sehat menurut Ditjen PPM dan PL Depkes RI
yaitu rumah memiliki jendela, ventilasi, dan pencahayaan, memiliki sarana
sanitasi misalnya air bersih serta sarana pembuangan sampah dan kotoran
serta penghuni berperilaku sehat seperti membuka jendela dan membuang
tinja di jamban.
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara melalui program
sanitasi melakukan pendataan rumah sehat yaitu dari 7.040 rumah tangga
di wilayah kerja puskesmas, sebanyak 933 rumah tangga yang diperiksa.
Hasil dari kegiatan tersebut memberikan informasi bahwa sebanyak 172
(2,44%) rumah di wilayah kerja puskesmas telah berkategori rumah sehat.
25
sehingga dalam hal ini perlu lebih ditingkatkan kinerjanya dalam
mengawasi dan menyehatkan TTU dan TPM yang ada di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara.
26
BAB V
HASIL PENILAIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.1 Indikator dan Tolok Ukur Keluaran Cakupan Program Kesehatan
Lingkungan dan Sanitasi Dasar di UPTD Puskesmas Kecamatan
Pontianak Utara
No
Indikator Target
.
1. Institusi yang dibina (memenuhi syarat kesehatan) 68 %
2. Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk 95 %
3. Tempat umum yang memenuhi syarat 70 %
27
Berdasarkan data diatas dapat diidentifikasi sejumlah masalah dalam
Program Kesehatan Lingkungan dan sanitasi dasar di UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Utara dengan permasalahan yaitu :
1 Institusi yang dibina (memenuhi syarat kesehatan)
2 Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk
3 Tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan
28
Tabel 5.3 Penetapan Prioritas Masalah
Jumlah
Importance T R P=
No. Daftar Masalah
IxTxR
P S RI DU SB PB PC
1. Institusi yang dibina 4 5 3 3 3 3 4 3 5 375
(memenuhi syarat kesehatan)
2. Rumah/bangunan bebas jentik 2 5 1 5 4 4 5 3 5 390
3. Tempat umum yang
4 3 3 5 4 4 1 3 5 360
memenuhi syarat kesehatan
29
diberikan nilai paling besar untuk indikator akibat yang ditimbulkan
(Severity).
30
cakupan program ini bersentuhan langsung dengan isu (penyakit) yang
berdampak pada suasana politik.
31
Gambar 5.1 Kerangka konsep model tulang ikan
32
Masing-masing anggota kelompok pengevaluasi memilih estimasi
penyebab masalah tersebut dengan penetapan peringkat, di mana penyebab
setiap penyebab masalah yang berada di peringkat pertama memiliki skor6,
peringkat kedua memiliki skor5, dan seterusnya hingga peringkat ketujuh
memiliki skor1. Sistem skoringyang telah dilakukan dapat dilihat pada
Tabel 5.4. berikut.
No Anggota Total
Daftar Masalah
. 1 2 3 4 5
Kurangnya sumber daya petugas
1. 4 6 4 5 6 25
kesehatan lingkungan
2. Kurangnya koordinasi lintas sektor 5 5 6 6 4 26
3. Kurangnya dana 2 1 1 3 2 9
Permasalahan dalam pengor-
4. 3 3 2 1 3 12
ganisasian
5. Kurangnya sosialisasi/penyuluhan 6 4 5 4 5 24
Kurangnya partisipasi masya-
6. 1 2 3 2 1 9
rakat
33
P=I x T x R
P S RI DU SB PB PC
1. Kurangnya koordinasi
4 4 3 4 4 4 5 4 4 384
lintas sektor
2. Kurangnya sumber
daya petugas 5 3 3 4 3 3 1 3 5 330
kesehatan lingkungan
3. Kurangnya
3 4 3 4 4 4 1 4 4 368
sosialisasi/penyuluhan
34
Degree of Unmet Need (DU) untuk ketiga masalah diberikan poin yang
hampir sama besarnya.Ketika masyarakat tahu akan manfaat dan
keberlangsungan program ini, mereka tentunya menginginkan semua
komponen berjalan dengan baik sehingga program dapat berjalan dengan
optimal.
Sosial Benefit (SB) danPublic Concern (PB)untukmasalah kurangnya
koordinasi lintas sektor dan kurangnya sosialisasi atau penyuluhan
diberikan poin lebih tinggi dari pada masalah kurangnya tenaga kesehatan
lingkungan di puskesmas.Sama halnya dengan scoring severity, manfaat
sosial yang dirasa akan berdampak pada perhatian masyarakat mengenai
masalah tersebut. Suatu program dapat berjalan dengan baik dan
memberikan dampak sosial yang baik apabila masalah yang ada minimal
atau bahkan tidak ada, terlepas dari ketidaktahuan masyarakat tentang
permasalahan program tersebut.
Peran pemerintah dan tokoh masyarakat pada prioritas masalah pada
evaluasi program ini pastinya sangat berkaitan dengan suasana politik,
Political Climate (PC). Keterlibatan pemerintah pada suatu wilayah pada
bidang apapun, termasuk kesehatan, tentunya melihat bagaimana suasana
politik didaerah tersebut terlebih dahulu, yaitu tanggapan masyarakat dan
kepercayaan masyarakat terhadap pemegang kebijakan.Hal tersebut akan
berpengaruh kepada masalah koordinasi lintas sektor. Masalah lainnya
yaitu kurangnya sosialisasi dan tenaga kesehatan lingkungan tidak terlalu
berhubungan dengan suasana politik.
Technical feasibility (T) untuk masalah kurangnya sosialisasi atau
penyuluhan dan kurangnya koordinasi lintas sektor diberikan nilai yang
lebih tinggi dari pada masalah kurangnya tenaga kesehatan lingkungan. Hal
ini dikarenakan kurangnya promosi kesehatan dan koordinasi lintas sektor
berkaitan langsung dengan ketersediaan atau pemanfaatan teknologi.
Kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi, dalam hal ini
informasi yang berkaitan dengan kesehatan akan berpengaruh terhadap
peningkatan pengetahuan masyarakat dan perhatian masyarakat tentang
35
program tersebut. Koordinas lintas sektor dapat dipermudah dengan
bantuan teknologi sehingga dalam menjalankan fungsinya dapat lebih
optimal.
Petugas kesehatan merupakan elemen yang penting bagi penyelengaraa
kesehatan disuatu wilayah maupun institusi karena petugas kesehatan
merupakan elemen penggerak atau sumber daya yang digunakan untuk
menjalankan program-program kesehatan itu sendiri. Atas dasar itulah
perhatian terhadap masalah Resourches (R) atau sumber daya, secara
khusus petugas kesehatan lingkungan pada masalah cakupan progranm ini
memiliki poin tertingi dibandingkan masalah lain.
36
terkait, pemerintah kecamatan dan desa serta partisipasi masyarakat
untuk ikut dalam mensukseskan program ini. Sebagai contoh,
puskesmas dapat berkoordinasi dengan dinas kebersihan dan
pemerintah desa menggerakkan masyarakat untuk melakukan gotong
royong membersihkan lingkungan rumah seminggu atau dua minggu
sekali.
37
C
Alternatif jalan keluar yang dipilih sebagai prioritas adalah yang
memiliki hasil perhitungan tertinggi. Hasil perhitungan alternatif jalan
keluar yang ditawarkan dapat diperhatikan pada tabel berikut.
Prioritas Jalan
Alternatif Jalan Keluar M I V C Keluar:
P=(MxIxV)/C
Melakukan sosialisasi/penyuluhan
4 4 4 3 21,3
rutin
Koordinasi lintas sektor 4 4 4 2 32
Pelatihan jumantik 3 3 3 4 6,75
Pembagian serbuk abate 4 3 3 4 9
38
sosialisasi/penyuluhan rutin dan koordinasi lintas sektor diberikan poin
lebih tinggi karena kedua hal ini dirasakan penting untuk diterapkan dan
tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan masalah ini.
Jika didukung dengan jumlah petugas kesehatan yang memadai
sosialisasi yang rutin akan mudah untuk dilakukan dan tidak terlalu
memakan waktu, begitu pula dengan koordinasi lintas sektoral.
Pertimbangan biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan alternatif
pemecahan masalah (cost), diberikan nilai 4 pada alternatif pemecahan
masalah pelatihan jumantik dan pembagian serbuk abate. Kedua hal ini
diberikan nilai tinggi karena memerlukan biaya yang besar dalam proses
penyelengaraannya.
Tabel matriks di atas menggambarkan bahwa yang mendapat nilai
terbesar adalahdenganmeningkatkan koordinasi lintas sektor, antara
puskesmas dengan dinas kesehatan, dinas kebersihan, pemerintah
kecamatan, pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat secara
baik, diikuti dengan melakukan sosialisasi/penyuluhan rutin ke setiap
RW. Selanjutnya urutan ketiga penyelesaian masalah adalah pembagian
serbuk abate, dan alternatif pemecahan masalah yang terakhir yaitu
pelatihan juru pemantau jentik yang diambil dari siswa SD hingga SMA.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara mempunyai Program
Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar yang merupakan salah satu dari
tujuh program wajib puskesmas.
2. Program kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Utara mempunyai tiga indikator dengan tolak ukur
yang berbeda-beda.
3. Masalah utama dalam program kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara berdasarkan laporan tahun
2014 adalah belum tercapainya target rumah/bangunan bebas jentik.
39
4. Prioritas estimasi penyebab masalah belum tercapainya target
rumah/bangunan bebas jentik adalah kurangnya sumber daya petugas
kesehatan lingkungan, kurangnya koordinasi lintas sektor, kurangnya dana,
permasalahan dalam pengorganisasian, kurangnya sosialisasi/penyuluhan,
dan kurangnya partisipasi masyarakat.
5. Alternatif jalan keluar untuk estimasi penyebab masalah yang ada
berdasarkan sistem matriks dan mendapat nilai terbesar adalah
meningkatkan koordinasi lintas sektor, diikuti dengan melakukan
sosialisasi/penyuluhan rutin, pembagian serbuk abate dan melakukan
pelatihan jumantik.
6.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
a. Memantau dan meninjau kembali program kesehatan lingkungan dan
sanitasi dasar yang dilaksanakan agar terus membaik sesuai dengan
pedoman yang diberikan pemerintah.
b. Memprioritaskan kegiatan dan aktivitas yang berorientasi pada
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga
kebersihanlingkungan.
c. Menggalakkan promosi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
2. Bagi Pemerintah
a. Mendukung dan mefasilitasi program puskesmas kerja UPTD
Puskesmas maupun Puskesmas Pembantu di Kecamatan Pontianak
Utara
b. Melakukan kegiatan pelatihan untuk seluruh petugas puskesmas
terutama bagi petugas yang terlibat langsung dengan program
kesehatan lingkungan di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak
Utara.
3. Bagi mahasiswa
a. Mempelajari lebih dalam mengenai evaluasi program ini dan
pelaksanaan programnya sehingga letak keterbatasan dalam evaluasi
ini dapat diatasi.
40
b. Melakukan survei ke lapangan secara langsung sehingga gambaran
mengenai keadaan kesehatan lingkungan di UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Utara ini dapat dibahas secara mendalam dan
keterkaitannya dengan hasil evaluasi lebih jelas.
41
Daftar Pustaka
42