BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu metode perbanyakan tanaman adalah melalui kultur jaringan yang
memanfaatkan dua prinsip utama yaitu bahan tanam yang bersifat
totipotensi dan budidaya yang terkendali. Penggunaan kultur jaringan
mempunyai kelebihan mampu memproduksi bibit yang seragam dalam jumlah banyak
yang seragam dan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu kultur jaringan
sering dijadikan solusi sebagai metode penyimpanan plasma nutfah yang tidak
membutuhkan tempat yang besar.
Penggunaan bahan totipotensi saja tidak cukup mendukung
keberhasilan kegiatan dalam kultur jaringan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan antara lain eksplan, media tumbuh, zat
pengatur tumbuh dan lingkungan (George and Shcrrington, 1984). Media pertumbuhan
jaringan berisi komponen esesial dan optional yang memiliki konsentrasi sesuai sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi optimal. Ketepatan konsentrasi ini menyangkut pada
ketersediaan nutrisi bagi eksplan tanaman. Kelebihan nutrisi dari tanaman akan
menyebabkan tanaman mengalami keracunan unsur hara. Oleh karena itu, pembuatan larutan
stock dan sterilisasi media dianggap penting untuk diketahui sebagai sarana penenunjang
kebutuhan informasi akan kultur jaringan.
Selain media kultur jaringan, salah satu pembatas dalam keberhasilan
kultur jaringan adalah kontaminasi yang dapat terjadi pada setiap saat
dalam masa kultur. Kontaminasi dapat berasal dari faktor internal
maupun eksternal. Untuk itu diperlukannya pemahaman mengenai
pentingnya sterilisasi alat dalam mencegah terjadinya kontaminasi.
Demikian telah dijabarkan, pentingnya memahami dan mampu
melaksanakan mengenai prinsip-prinsip sterilisasi alat agar setiap
mahasiswa mampu melaksanakan kultur jaringan dengan berhasil.
B. Tujuan
1. Mengetahui fungsi alat yang digunakan dalam kultur jaringan
2. Mengetahui prosedur melakukan sterilisasi alat dan media
3. Mengetahui cara pembuatan media dan larutan stok kultur jaringan tanaman
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Prinsip kerja dari kultur jaringan adalah dengan mengisolasi bagian tanaman seperti daun,
mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik
yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman
lengkap.
B. Sterilisasi dalam Kultur Jaringan
Berhasil tidaknya kultur jaringan sangat bergantung pada keadaan
aseptic atau sterilnya komponen-komponen kultur jaringan yang
meliputi eksplan (bagian tanaman yang akan dikultur), peralatan yang
digunakan, pekerja yang melakukan kultur maupun ruangan yang
digunakan untuk kultur jaringan (Moeso Suryowinoto, 2000) . Sterilisasi
merupakan suatu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan
atau benda dari semua mikroorganisme (Yunus et al., 2010). Sterilisasi
penting dilakukan untuk mencegah kontaminasi yang akan membawa
kegagalan bagi keberhasilan kultur jaringan. Prosedur sterilisasi perlu
dilakukan pada lingkungan kerja, sterilisasi alat, media dan bahan
tanam.
Macam-macam sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara yang
dapat dipakai sesuai kebutuhan. Pertama, sterilisasi secara mekanik
(filtrasi) dengan cara penyaringan untuk mensterilisasikan cairan yang
mudah rusak jika terkena panas atau mudah menguap, misalnya pada
larutan enzim, hormon, dan antibiotik. Sterilisasi ini menggunakan
suatu saringan berpori sangat kecil (0,2 atau 0,45 mikron) sehingga
mikroba tertahan pada saringan tersebut. Kedua sterilisasi secara fisik
melalui pemanasan dan penyinaran, dan ketiga sterilisasi secara
kimiawi dengan senyawa desinfektan contohnya alkohol dan detergen
(Yunus et al., 2010).
Alat yang digunakan untuk mensterilkan peralatan kultur jaringan
adalah autoklaf. Cara kerjanya hampir sama dengan alat masak
pressure cooker sebab alat ini merupakan sebuah bejana yang dapat
diisi air dan ditutup rapat-rapat. Sumber pemanasan autoklaf ada yang
dari listrik, tetapi ada pula yang harus diletakkan diatas kompor gas.
Jika alat ini dipanaskan maka akan terdapat uap air yang tidak dapat
keluar karena bejana tertutup rapat sehingga tekanan normal. Kenaikan
tekanan uap ini akan menyebabkan air mendidih diatas 100 %. Apabila
tekanan uap ini tidak diatur maka akan bertambah tinggi (Nugroho dan
Sudito, 2000).
Sterilisasi peralatan yang terbuat dari gelas seperti
erlenmeyer, test tube, petridish disterilkan dengan autoclave. Sebelum
digunakan peralatan dicuci dan disikat dengan detergen kemudian
dibilas air tawar, tunggu kering, setelah itu ditutup rapat dengan
alumunium foil dan plastik Setelah itu diatur rapi dalam autoclave,
autoclave ditutup rapat dan dioperasikan pada suhu 121C dengan
tekanan 1 atm, selama 30 menit (Sari dan Abdul, 2012).
d. Asam-asam amino
Asam amino merupakan sumber N organik , penyusun protein dan asam
nukleat, lebih cepat diambil oleh sel dan jaringan tanaman dari pada N anorganik
didalam medium kultur jaringan. Adapun asam amino yang umum ditambahkan
pada medium adalah: Glutamine, Glycine, L-Cyteine, L-Arginine, L-Aspartic
acid, L-Methionine.
e. Zat pengatur tumbuh
Selain nutrisi, zat pengatur tumbuh sangat diperlukan sebagai komponen
medium bagi pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi. Zat pengatur tumbuh
aktif pada konsentrasi rendah dan diproduksi didalam tubuh tanaman itu sendiri
(endogen). Untuk keperluan kultur jaringan telah dibuat zat pengatur tumbuh
sintetik, tanpa zat pengatur tumbuh pertumbuhan eksplan akan terhambat bahkan
mungkin tidak tumbuh sama sekali. Zat pengatur tumbuh dikelompokan dalam
beberapa grup: Auksin, Sitokinin, Gibberellin, Abscisic acid, dan Ethylene.
3. Bahan pemadat
Gelling agent digunakan untuk memadatkan medium, bahan pemadat yang
sering digunakan pada medium adalah agar-agar (7-10 g/l), bahan pemadat lain
(Jarang digunakan) adalah gelrite, gelrite lebih bening dari agar-agar. Pemakaian
gelrite juga lebih sedikit untuk mencapai kepadatan yang sama dengan agar, yaitu 2
g/l. Agarose juga sering digunakan untuk kultur protoplas dan mikrospora.
Penggunaan bahan pemadat ini megandung banyak kelemahan:
1. Hanya sebagian eksplan yang kontak dengan medium
2. Terjadi gradient nutrisi yang tidak sama
3. Mobilitas hara menjadi kurang baik
4. Terjadi akumulasi zat-zat toksik yang dikeluarkan oleh eksplan.
Agar merupakan campuran polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies
algae. Kandungan agar meliputi unsur Ca, Mg, K dan Na dalam jumlah yang sedikit.
Keuntungan penggunaan agar adalah agar membeku pada temperatur 45 0 C dan
mencair pada temperatur 1000 C. Sehingga dalam kisaran temperatur kultur agar akan
berada dalam keadaan beku yang stabil, tidak dicerna oleh enzim yang dihasilkan
tanaman dan tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa penyusun media (Gunawan,
1987).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Praktikuma cara pengenalan dan sterilisasi alat untuk kultur
jaringan dilaksanakan pada hari Selasa, 7 Maret 2017 puku
l0.20 sampai dengan 11.00 WIB. Sementara itu praktikum pembuatan
media kultur jaringan dilakukakn pada hari selasa tanggal 13 Maret
2017 puku l0.20 sampai dengan 11.00 WIB. Kedua praktikum tersebut
dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Yogyakarta
B. Alat dan Bahan
C. Cara Kerja
Cara kerja sterilisasi:
Pertama menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
untuk mensterilisasi serta alat yang akan di sterilisasi. Kemudian
cuci alat-alat yang akan disterilisasi menggunakan detergen lalu
dibilas dengan air bersih.Alat-alat kemudian diletakkan di rak
penyimpanan sambil di kering anginkan sampai kering. Kemudian
membungkus alat-alat kultur seperti petridish, pisau scalpel dan
pinset dengan kertas payungdan dikuatkan dengan melilitkan karet
gelang.Sedangkan alat-alat seperti botol jam, botol You C dan botol
kecap, mulut botol ditutup dengan plastik bening dan diikat
dengan karet gelang. Kemudian memasukkan botol-botoldan alat-
alat kultur yang telah dibungkus plastik dan kertas payung ke
dalam autoklaf untuk proses sterilisasi pada suhu 121 C, tekanan
1,5 kg/cm2 selama 20 menit.Setelah selesai, alat-alat kultur
disimpan dalam rak penyimpanan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
1. Alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan dan fungsinya antara
lain:
a. Autoklaf sebagai alat untuk melakukan sterilisasi secara fisik
b. Laminar Air Flow sebagai tempat ketika penanaman eksplan
c. Botol kultur sebagai tempat ditanamnya eksplan
d. Pinset sebagai alat memindahkan eksplan
e. Pisau scalpel sebagai alat pemotong eksplan
f. Cawan petri sebagai wadah untuk pemotongan eksplan
2. Alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan harus dalam keadaan
steril agar media tanam dapat bebas dari mikroba yang dapat
mengganggu pertumbuhan eksplan. Sterilisasi merupakan suatu
proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari
semua mikroorganisme. Sterilisasi yang digunakan pada praktikum ini
dengan menggunakan senyawa kimia dan pemanasan autoklaf.
Sterilisasi alat menggunakan autoklaf selama 20 menit pada suhu 120
C. Alat-alat yang disterilisasi yaitu botol kulturdan dissecting kit
(pinset, pisau scalpel dan petridish).
3. Pada praktikum kultur jaringan, praktikan hanya membuat media MS sebanyak 1 L dan
media agar kosong sebanyak 500 ml. Pembuatan media menggunakan resep tertentu
yang memiliki ukuran tersendiri. Oleh karena itu setiap kali pembuatan harus
menimbang bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini tentu saja tidak efektif,
misalnya pada suatu waktu hanya dibutuhkan media dalam jumlah yang sedikit. Maka
otomatis bahan yang ditimbang juga lebih sedikit. Sehingga akan mengurangi ketepatan
bahan-bahan yang digunakan.
Saran
Praktikan hendaknya fokus dalam praktikum sehingga tidak ada bahan
yang terlewatkan ataupun salah dalam pembagian agar
DAFTAR PUSTAKA
Coleman, J. O. D., Evans, D.E., and Kearns, A. 2003. Plant Cell Culture. New York: BIOS
Scientific Publishers
Gunawan L W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan tanaman
Pusat Bioteknologi
Hendaryono, D P S dan Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur jaringan. Pengenalan
dan petunjuk perbanyakan tanaman secara vegetatif. Jakarta: Penerbit
kanisius
Mengel, K and E.A Kirkby. 1987. Principles of plant nutrition. Switzerland:
International Potash Institute.
Nugroho, A danSudito.2000. TeknikKulturJaringan. Jakarta:
PenebarSwadaya.
Sari, I. P., dan Abdul Manan. 2012. Pola Pertumbuhan Nannochloropsis
Oculatapada Kultur Skala Laboratorium, Intermediet, dan
Massal. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4(2):123-127.
Suryowinoto, Moeso. 2000. Pemuliaan Tanaman Secara In-Vitro. Kanisius,
Yogyakarta
Yunus, Ahmad, Samanhudi, Amalia T Sakya, MujiRahayu.
2010. Teknologi KulturJaringan. Surakarta: UNS Press.