Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tentang : Askep komunitas pada kelompok Balita

KELOMPOK 2

Nama :

IRA PUSPITASARI
RATIH PUTRI MAHARANI
YULIANTI
MUHAMAD RAMADHAN
RESTI YULIANA NINGSIH
HAERUNNISAH PUTRI
FERI IRAWAN

KEMENTERIAN KESEHATAN POLITEKTIK KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN BIMA TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan karunianyalah
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini, juga kepada orang tua kami yang telah
memberikan dorongan baik moril maupun materil serta semangat kepada penyusun. Adapun
tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami mengenai asuhan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, mengingat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masih sangat terbatas. Oleh
karena itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun semangat,
agar kedepan kami bias membuat makalah dengan lebih baik. Dan kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami, khususnya pembaca dan pihak yang memerlukan pada
umumnya.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat serta karunianNya kepada semua pihak yang telah
turut membantu penyusunan makalah ini.

Penulis

Bima, maret 2016

i
Daftar isi

Kata pengantar.................................................................................................................i

Daftar isi..........................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................................ 1

B. Perumusah Masalah....................................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ................................................................................................................. 2

B. Tujuan........................................................................................................................ 3

C. Ruang lingkup............................................................................................................4

BAB III PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian.................................................................................................................. 5

B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................. 6

C. Perencanaan Keperawatan......................................................................................... 7

D. Tindakan Keperawatan.............................................................................................. 10

E. Evaluasi...................................................................................................................... 10

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................ 11

B. Saran.......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 12

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jika


dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Human
Development Report 2010, AKB di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran. Angka
itu, 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia. Juga, 1,2 kali lebih tinggi
dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Thailand.
Masalah ini harus menjadi perhatian serius. Kasus malnutrisi masih menjadi masalah
penting di Indonesia. Meski angka prevalensi malnutrisi anak menurun, namun masih
tergolong tinggi. Prevalensinya mencapai 42%, di Srilanka yang memiliki tingkat
pendapatan kotor per kapita (GDP) yang lebih rendah daripada Indonesia, tingkat
prevalensi malnutrisi anak hanya 18%. Data Departemen Kesehatan, terdapat
penurunan dalam jumlah kasus balita yang tergolong gizi kurang dan gizi buruk. Tahun
2004, jumlah balita gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta anak. 2006, jumlah
balita gizi kurang dan buruk turun jadi 4,28 juta anak. Tahun 2007, angka kasus balita
gizi kurang dan buruk menurun menjadi 4,13 juta anak.

Angka kematian ibu dan anak di Indonesia masih menjadi salah satu yang
tertinggi di Asia. Tahun 2002, angka kematian ibu saat melahirkan mencapai 307 per
100.000 kelahiran hidup. Angka ini 65 kali lebih tinggi dibandingkan Singapura, 9,5
kali lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia dan 2,5 kali lebih tinggi dibanding
Filipina. Rata-rata angka kematian ibu di dunia mencapai 400.000 per 100.000
kelahiran hidup. Pemerintah menargetkan untuk mengurangi angka kematian ibu dari
390 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 1994) menjadi 225 per 100.000 di tahun 1999,
dan menargetkan menjadi 225 per 100.000 di tahun 2010.

B. Rumusan masalah

Bagaimana asuhan keperawatan kelompok khusus balita di masyarakat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang masalah asuhan keperawatan kelompok
balita.
2. Untuk mengetahui pengertian tujuan asuhan keperawatan kelompok balita.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup asuhan keperawatan kelompok balita.
4. Untuk mengetahui proses keperawatan kelompok balita.
5. Untuk mengetahui pengembangan asuhan keperawatan kelompok balita di
masa yang akan datang

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Balita adalah anak yang berumur 5 tahun ke bawah atau masih kecil yang perlu
tempat bergantung pada seorang dewasa yang mempunyai kekuatan untuk mandiri.
Periode 5 (lima) tahun pertama kehidupan anak sering disebut juga sebagai "Masa
Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity) atau
Masa Kritis (critical period)" karena periode ini merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang paling pesat pada otak manusia, masa yang sangat peka bagi
otak anak dalam menerima berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya. Mengingat
masa 5 tahun pertama merupakan masa yang 'relatif pendek' dan tidak akan
terulang kembali dalam kehidupan seorang anak, maka orang
tua/pengasuh/pendidik/masyarakat dan tenaga kesehatan harus memanfaatkan
kesempatan ini untuk membentuk anak menjadi anak yang berkualitas tinggi melalui
kegiatan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang.

Asuhan keperawatan kelompok khusus balita adalah suatu bentuk pelayanan


keperawatan komprehensif yang diberikan pada kelompok balitadengan tujuan
meningkatkan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, memaksimalkan
kemampuanbalita dalam meningkatkan status kesehatan, serta meminimalkan
gangguan kesehatan yang terjadi pada balita. Stimulasi adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh
setiap orang yang berinteraksi dengan anak, mulai dari ibu, ayah, pengasuh anak,
anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga
masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa aspek yang
mempengaruhi perkembangan anak yaitu:

a) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

b) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjumput, menulis, dan
sebagainya.

c) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan


kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

d) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan


kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah
bermain), berpisah dengan ibu / pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.

Masalah yang sering terjadi pada balita adalah tumbuh kembang terganggu,
gizi buruk dari sedang sampai berat, diare dan ISPA. Infeksi saluran pernafasan
adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi.
Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat
beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari balita ukuran dari
saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta
keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).

B. Tujuan
1. Upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan mencari upaya pemecahan
masalah kesehatan
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perkembangan balita, masalah
kesehatan pada balita kepada keluarga dan orang tua.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan
kesehatan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pemerataan pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat telah dilakukan berbagai upaya salah
satunya adalah dengan meletakkan dasar pelayanan kesehatan pada sektor
pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat dilakukan di puskesmas induk,
puskesmas pembantu, posyandu serta unit-unit yang terkait di masyarakat.
Semua bentuk pelayanan kesehatan perlu di dorong dan digerakkan untuk
menciptakan pelayanan yang prima. Selain itu cakupan di perluas dengan
pemerataan pelayanan kesehatan untuk segala aspek atau lapisan
masyarakat.
5. Meningkatkan status gizi masyarakat
Peningkatan status gizi masyarakat merupakan bagian dari upaya untuk
mendorong terciptanya perbaikan status kesehatan. Dengan pemberian
gizi yang baik diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak akan
baik pula, disamping dapat memperbaiki status kesehatan anak.
6. Meningkatkan peran serta mayarakat

Peningkatan peran serta masyarakat dalam membantu perbaikan status


kesehatan penting, sebab upaya pemerintah dalam menurunkan kematian
bayi dan anak tidak hanya dapat dilakukan oleh pemerintah melainkan
peran serta masyarakat.

7. Meningkatkan manajemen kesehatan


Upaya pelaksanaan program pelayanan kesehatan anak dapat berjalan dan
berhasil dengan baik bila didukung dengan perbaikan dalam pengelolaan
pelayanan kesehatan

C. Ruang lingkup
Ruang lingkup asuhan keperawatan kelompok khusus balita mencakup upaya-
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan resosilitatif melalui
berbagai kegiatan yang terorganisisasi sebagai berikut :
o Pelayanan kesehatan dan keperawatan
o Penyuluhan kesehatan
o Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota, kader kesehata,
dan petugas kesehatan
o Penemuan kasus secara dini.
o Melakukan rujukan medis dan kesehatan
o Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan masyarakat, kader, dan
petugas kesehatan
Fenomena yang menjadi bidang garapan keperawatan kelompok khusus
balita adalah:
1. Pemantauan tumbuh kembang balita melalui pemeriksaan oleh petugas
kesehatan
2. Perawatan anak balita dengan seksama.
3. Pemberian asi eksklusif dan makanan tambahan
4. Imunisasi secara lengkap dan berkala.
5. Penimbangan berat badan secara rtin.
6. Pemberian vitamin
7. Status gizi pada balita
8. Angka kematian dan kesakitan pada balita.

BAB III

PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Data
Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, usia, pendidikan, alamat, agama, mana
ayah/ibu, pekerjaan ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu serta suku bangsa.
2. Keluhan-keluhan yang dialami balita
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit masa lampau meliputi prenatal, natal dan postnatal.
5. Penyakit waktu kecil dan apakah pernah dirawat di rumas sakit.
6. Obat-obatan yang pernah digunakan
7. Riwayat alergi pada balita
8. Kecelakaan
9. Imunisasi
10. Riwayat keluarga dan genogram keluarga
11. Riwayat sosial meliputi pengasuh utama, pembawaan secara umum, dan
lingkungan rumah.
12. Keadaan kesehatan saat ini meliputi diagnosa medis, tindakan operasi, obat-
obatan, tindakan keperawatan yang pernah dilakukan, hasil laboratorium dan
hasil rontgen.
13. Pengkajian pola fungsional meliputi persepsi kesehatan dan pola manajemen
kesehatan, pola nutrisi metabolik, pola eliminasi seperti pola defeksi, pola
eliminasi urine, kebersihan pakaian, aktivitas pola latihan, pola istirahat tidur
anak seperti lama tidur perhari, perubahan pola istirahat, posisi tidur, gerak tidur,
pola kognitif persepsi anak, persepsi diri dan pola konsep diri, stressor dari
keluarga, interaksi anak dengan keluarga, pols bermaian, support sistem, dan
pola-pola keyakinan.
14. Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kesadaran, postur tubuh, tanda vital,
tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, mata, hidung, mulut,
telinga, dada, janung, paru-paru, perut, punggng, genitalia, ekstremitas dan kulit.
15. Pemeriksaan perkembangan meliputi kemandirian dalam bergaul, motorik halus,
konitif dan bahasa serta perkembangan motorik kasar.

Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan


wawancara dan pemeriksaan fisik. Analisa data dilakukan dengan memilih data-data
yang ada sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu diagnosa keperawatan. Analisa
data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dapat diketahui kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh balita. Tujuan analisa data:

Menetapkan kebutuhan balita


Menetapkan kekuatan.
Mengidentifikasi pola respon balita
Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat menemukan masalah


kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh kelompok khusus balita. Masalah
yang sudah ditemukan tersebut perawat dapat menyusun rencana asuhan
keperawatan yang selanjutnya dapat diteruskan dengan intervensi. Masalah yang
ditemukan terkadang tidak dapat di selesaikan sekaligus sehingga diperlukan
prioritas masalah. Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki Maslow
yaitu:

Keadaan yang mengancam kehidupan


Keadaaan yang mengancam kesehatan
Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan, baik


aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. Diagnosa keperawatan adalah suatu peryataan yang jelas, padat, dan pasti
tentang status dan masalah klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa
keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan
masyarakat, baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial).
Diagnosa keperawatan mengandung komponen PES (problem, etiologi, symptom).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada balita adalah:

1) Kurang gizi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga


tentang gizi balita.

2) Diare

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus
c. Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura
perirektal.
d. Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan
anaknya
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas,
salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f. Kecemasan anak berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
lingkungan yang baru
3) ISPA

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi


pada saluran pernafasan, nyeri

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi


mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan
produksi sekret.

c. Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak,


hospitalisasi pada anak

C. Perencanaan

Diagnosa.1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-
tanda dehidrasi.

intervensi rasional
Berikan cairan oral dan parenteral Sebagai upaya rehidrasi untuk
sesuai dengan program rehidrasiPantau mengganti cairan yang keluar bersama
intake dan output. feses.Memberikan informasi status
keseimbangan cairan untuk menetapkan
kebutuhan cairan pengganti.

Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi Menilai status hidrasi, elektrolit dan
dan hasil pemeriksaan laboratorium keseimbangan asam basa

Pemberian obat-obatan secara kausal


Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif penting setelah penyebab diare
diketahui
7

Diagnosa.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera
badan.

Intervensi Rasional

Pertahankan tirah baring dan Menurunkan kebutuhan metabolik


pembatasan aktivitas selama fase akut.

Pertahankan status puasa selama fase Pembatasan diet per oral mungkin
akut (sesuai program terapi) dan segera ditetapkan selama fase akut untuk
mulai pemberian makanan per oral menurunkan peristaltik sehingga terjadi
setelah kondisi klien mengizinkan kekurangan nutrisi. Pemberian
makanan sesegera mungkin penting
setelah keadaan klinis klien
memungkinkan.

Bantu pelaksanaan pemberian makanan Memenuhi kebutuhan nutrisi klien


sesuai dengan program diet

Mengistirahatkan kerja gastrointestinal


Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral dan mengatasi/mencegah kekurangan
sesuai indikasi nutrisi lebih lanjut

Diagnosa. 3 : Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi fisura


perirektal.

Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal

Intervensi Rasional
Menurunkan tegangan permukaan abdomen
Atur posisi yang nyaman bagi dan mengurangi nyeri
klien, misalnya dengan lutut
fleksi.

Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus


Lakukan aktivitas pengalihan perhatian kliendan meningkatkan
untuk memberikan rasa nyaman kemampuan koping
seperti masase punggung dan
kompres hangat abdomen

Bersihkan area anorektal dengan Melindungi kulit dari keasaman feses,


sabun ringan dan airsetelah mencegah iritasi
defekasi dan berikan perawatan
kulit

Kolaborasi pemberian obat Analgetik sebagai agen anti nyeri dan


analgetika dan atau antikolinergik antikolinergik untuk menurunkan spasme
sesuai indikasi traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi
klinis
Kaji keluhan nyeri dengan Visual Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk
Analog Scale (skala 1-5), menetapkan intervensi selanjutnya
perubahan karakteristik nyeri,
petunjuk verbal dan non verbal

Diagnosa. 4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.

Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.

Intervensi Rasional
Dorong keluarga klien untuk Membantu mengidentifikasi penyebab
membicarakan kecemasan dan berikan kecemasan dan alternatif pemecahan
umpan balik tentang mekanisme masalah
koping yang tepat.
Tekankan bahwa kecemasan adalah Membantu menurunkan stres dengan
masalah yang umum terjadi pada orang mengetahui bahwa klien bukan satu-
tua klien yang anaknya mengalami satunya orang yang mengalami masalah
masalah yang sama yang demikian
Ciptakan lingkungan yang tenang, Mengurangi rangsang eksternal yang
tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dapat memicu peningkatan kecemasan
dalam membantu klien.

Diagnosa.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan


kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah
interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya,


serta mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

Intervensi Rasional
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti Efektivitas pembelajaran dipengaruhi
pembelajaran, termasuk pengetahuan oleh kesiapan fisik dan mental serta
tentang penyakit dan perawatan latar belakang pengetahuan
anaknya. sebelumnya.

Jelaskan tentang proses penyakit Pemahaman tentang masalah ini


anaknya, penyebab dan akibatnya penting untuk meningkatkan partisipasi
terhadap gangguan pemenuhan keluarga klien dan keluarga dalam
kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari- proses perawatan klien
hari.

Jelaskan tentang tujuan pemberian Meningkatkan pemahaman dan


obat, dosis, frekuensi dan cara partisipasi keluarga klien dalam
pemberian serta efek samping yang pengobatan.
mungkin timbul
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan Meningkatkan kemandirian dan kontrol
perineal setelah defekasi keluarga klien terhadap kebutuhan
perawatan diri anaknya

Diagnosa. 6 : Kecemasan anak berhubungan dengan Perpisahan dengan orang


tua, lingkugan yang baru

Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-


tanda kenyamanan.

Intervensi Rasional
Anjurkan pada keluarga untuk selalu Mencegah stres yang berhubungan
mengunjungi klien dan berpartisipasi dengan perpisahan
dalam perawatn yang dilakukan
Berikan sentuhan dan berbicara pada Memberikan rasa nyaman dan
anak sesering mungkin mengurangi stress
Lakukan stimulasi sensory atau terapi Meningkatkan pertumbuhan dan
bermain sesuai dengan ingkat perkembangan secara optimum
perkembangan klien

D. Impementasi

Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah


direncanakan sebelumnya

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut


tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang,
kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi
keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan
langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

10

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Jumlah balita yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian
masalah balita yang lebih mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan
balita yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta optimal. Dalam peningkatan
peranan serta masyarakat dapat dilaksanan dengan bentuk penyuluhan kesehatan
yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan penilaian upaya
kesehatan kelompok balita dalam rangka menciptakan kemandirian masyarakat.

B. Saran

Harapan agar balita tetap menjadi bagian dari masyarakat. Sebab generasi
penerus bangsa tergantung dari proses pertumbuhan dan perkembangan saat usia
balita karena usia balita merupakan golden period. Agar pemberdayaan dapat
berhasil maka seluruh komponen bangsa harus ambil bagian mulai departemen/
kementerian/instansi, organisasi profesi, yayasan, institusi masyarakat, PKK,
Posyandu, Karang Taruna, PAUD dan seluruh petugas lapangan dari jajaran
instansi pemerintah serta anggota masyarakat.

11

DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009

Stanhope, Marcia. 1998. Buku saku keperawatan komunitas dan kesehatan


rumah:perangkat pengkajian, intervensi, dan penyuluhan

Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip keperawatan pediatrik. EGC. Jakarta

Sudiyanto. 2009, Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh


kembang anak, Fakultas Kedokteran UI

Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.

http://www.infodokterku.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=92:kondisi-angka-kematian-neonatal-
akn-angka-kematian-bayi-akb-angka-kematian-balita-akbal-angka-kematian-ibu-
aki-dan-penyebabnya-di indonesia&catid=40:data&Itemid=54 di akses tanggal 4
Desember 2011

12

Anda mungkin juga menyukai