Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

DAN KEWARGANEGARAAN

SIKAP DAN PERILAKU WARGA NEGARA DALAM


MENJAGA KEUTUHAN BANGSA DAN WILAYAH NKRI

Disusun Oleh :

Iqbal
2016.61.002645

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
BALIKPAPAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya.
Di dalam makalah ini, kami telah berusaha menguraikan sebaik mungkin
semua hal yang berkaitan dengan upaya mempertahankan NKRI. Besar harapan
kami agar pembaca mampu memahami lebih jauh tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan hal tersebut.
Akan tetapi, kami menyadari bahwa di dalam makalah ini, masih terdapat
banyak kekurangan yang tentunya mengakibatkan makalah ini masih dikatakan
jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami harapkan pembaca dapat memaklumi serta
memberi kritik dan saran yang membangun demi terwujudnya makalah yang lebih
baik di masa yang akan datang.

Balikpapan, Desember 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Situasi akhir-akhir ini kita melihat ada upaya kelompok-kelompok tertentu
yang berupaya untuk memecah belah NKRI baik dari dalam maupun negara asing.
Saat ini Indonesia telah kehilangan arah dan pegangan ideologi dalam kehidupan
berbangsa & bernegara. Hal ini sangat berbahaya karena pemerintah tidak tahu
harus membawa Indonesia kemana tanpa visi yang jelas, sementara digerogoti oleh
elit yang korup. Pemerintah hanya bersifat reaktif dalam menjalankan tugasnya,
tidak mempunyai program rencana ke depan. Rakyat terlantar, terutama setelah
kenaikan BBM yang memukul roda perkonomian rakyat. Rakyat yang daerahnya
kaya sumber daya alam harus mengalami kelaparan, busung lapar, penyakit
merajalela.
Permasalahan lain adalah penggusuran dengan ganti rugi yang tidak
mencukupi, harga barang-barang membumbung tinggi, biaya berobat yang mahal,
pendidikan mahal akibatnya rakyat menjadi bodoh. Rakyat menuntut kemerdekaan
karena ketidak adilan, sumber daya alam dikuras oleh negara asing sementara
Indonesia hanya mendapatkan sebagian kecil. Situasi ini dimanfaatkan oleh negara
asing seperti Amerika, Australia, dan sekutu-sekutunya untuk mendukung
kemerdekaan daerah-daerah tersebut dengan maksud apabila daerah tsb merdeka,
mereka akan lebih menguasai secara keseluruhan sumber daya alam dan
pemerintahaan baru akan sangat bergantung pada negara asing seperti Amerika,
Australia, dll untuk mendapatkan pinjaman. Siklus ini akan terus diterapkan
didaerah-daerah lain. Negara-negara imperialis semakin mengukuhkan dirinya
pada negara yang baru berdiri.Contohnya adalah Timor Leste dan yang berikutnya
adalah Aceh dan Papua.
Rakyat dihadapkan dengan aparat polisi dan TNI dalam memperjuangkan
hak-hak rakyat tertindas. Sementara Pemerintah dan para elit hanya mementingkan
keutuhan NKRI, tidak memperdulikan rakyat. Kemerdekaan yang telah
diperjuangkan oleh pendiri bangsa, saat ini tidak dirasakan oleh rakyat kecil. Hak-
hak rakyat seperti Pendidikan, Pekerjaan dengan gaji yang layak, Tempat tinggal
yang layak, Kebutuhan dasar telah dilupakan oleh pemerintah dengan alasan uang
negara tidak mencukupi harus hutang dengan negara-negara asing. Rakyat telah
dibodohi, nyatanya adalah pemerintah tidak becus dalam menjalankan
ketatanegaraan. Gerakan-gerakan rakyat harus menghentikan siklus tersebut,
dengan tidak mendukung kemerdekaan suatu daerah tetapi harus memperjuangkan
kemerdekaan hak-hak rakyat yang tertindas oleh rezim. Menjaga kemerdekaan
Rakyat Indonesia = keutuhan NKRI. Kemerdekaan Rakyat tidak dapat ditawar-
tawar oleh kebijakan politik apa pun bentuknya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya kita sebagai warga Negara untuk mempertahankan keutuhan
NKRI?
2. Apa saja bentuk-bentuk ancaman dari dalam dan luar negeri terhadap keutuhan
NKRI?

C. Tujuan
1. Menjelaskan Upaya kita sebagai warga Negara untuk mempertahankan
keutuhan NKRI.
2. Mengetahui bentuk-bentuk ancaman dari dalam dan luar negeri terhadap
keutuhan NKRI.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Budaya Dalam Mempertahankan NKRI


Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi telah mendorong perubahan
dalam aspek kehidupan manusia, baik pada tingkat individu, tingkat kelompok,
maupun tingkat nasional. Menurut Michael Haralambos dan Martin Holborn,
Globalisasi adalah suatu proses dimana batas-batas negara luluh dan tidak penting
lagi dalam kehidupan sosial. Untuk menghadapi era globalisasi agar dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin dan ditangkap secara tepat, kita memerlukan
perencanaan yang matang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan yang dimiliki dan
kemampuannya.
2. Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam
berbagai sektor kehidupan.
3. Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri /
regional.
4. Kesiapan perekonomian rakyat.
Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola
dan bentuk ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat
konvensional berkembang menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik), baik
berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Oleh karena itu kebijakan
strategis penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk menghadapi ancaman
atau gangguan terhadap keamanah nasional. Kekuatan pertahanan tidak hanya
digunakan untuk menghadapi ancaman tetapi juga untuk membantu pemerintah
dalam upaya pembangunan nasional dan tugas-tugas internasional. Dari hasil
perkiraan ancaman, Indonesia mempunyai kepentingan strategis untuk mencegah
dan mengatasi ancaman keamanan tradisional dan nontradisional.
Ancaman keamanan tradisional yaitu ancaman yang berbentuk kekuatan
militer negara lain yang membahayakan kemerdekaan, kedaulatan dan kebutuhan
wilayah NKRI. Dalam menghadapi ancaman terhadap kedaulatan dan kebutuhan
wilayah, kebijakan pertahanan Indonesia tetap mengacu pada prinsip sebagai
bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, yaitu mengutamakan
tindakan pencegahan dengan mengoptimalkan upaya diplomatik dalam kerangka
Confidence Building Measure (CBM) dan Preventive Diplomacy. Penggunaan
kekuatan militer untuk tujuan perang merupakan tindakan terpaksa yang harus
dilakukan sebagai jalan terakhir apabila cara-cara damai tidak membuahkan hasil.
Ancaman Keamanan Non-Tradisional yaitu ancaman yang terjadi akibat
dinamika politik di sejumlah negara serta kesenjangan ekonomi dunia yang makin
lebar telah menyebabkan kondisi timpang yang lambat laun berkembang dan
menjalar melampaui batas-batas negara. Ancaman keamanan non tradisional yang
timbul di dalam negeri dengan motivasi separatisme, akan dihadapi dengan
mengedepankan cara-cara dialogis.
Penyelesaian masalah melalui cara cinta damai, diplomatik atau cara-cara
dialogis harus menggunakan pendekatan budaya. Pendekatan budaya dalam
pembangunan dan pembinaan kekuatan pertahanan adalah sebagai fenomena yang
mengelilingi kita setiap saat, yang secara terus menerus terjadi dan tercipta oleh
adanya interaksi dengan orang lain. Ciri utama dari Budaya adalah sesuatu yang
merupakan hasil bersama (shared), atau kesepakatan kelompok (held in common).
Beberapa produk hasil bersama antara lain adalah : bahasa, tradisi, kebiasaan,
norma-norma kelompok, nilai-nilai pendukung, seperti kualitas produk, filosofi
kelompok, aturan main, iklim kerja, kemampuan terpendam, cara berpikir,
pengertian yang sama serta simbol-simbol yang mempersatukan mereka. Tanggap
akan pengaruh budaya dengan memahami keragaman dan perbedaan budaya akan
mengurangi dampak negatif globalisasi (kegoncangan budaya dan
ketimpangan/ketertinggalan budaya).

B. Sikap dan Perilaku Menjaga Kesatuan Negara RI


Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan latar belakang
budaya yang berbeda-beda. Perbedaan suku bangsa ini bias menjadi sumber
konflik yang dapat menyebabkan perpecahan di tubuh NKRI. Keanekaragaman itu
seharusnya dapat menjadi sebuah kekuatan yang dahsyat untuk menangkal semua
gangguan atau ancaman yang ingin memecah belah persatan bangsa.

Berikut beberapa sikap dan perilaku mempertahankan NKRI :

a. Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
b. Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga keutuhan,
kedaulatan Negara dan mempererat persatuan bangsa.
c. Menghormati perbedaan suku, budaya, agama dan warna kulit. Perbedaan yang
ada akan menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan
karena merupakan salah satu kekayaan bangsa.
d. Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa,
bahasa persatuan, dan tanah air Indonesia, serta memiliki pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, dan Sang saka merah putih. Kebersamaan dapat diwujudkan
dalam bentuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
e. Memiliki semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu semangat
mewujudkan persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik
alamiah maupun aspek sosial yang menyangkut kehidupan bermasyarakat.
Wawasan nusantara meliputi kepentingan yang sama, tujuan yang sama, keadilan,
solidaritas, kerja sama, kesetiakawanan terhadap ikrar bersama. Memiliki wawasan
nusantara berarti memiliki ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati
dan dipelihara oleh semua komponen masyarakat. Ketentuan-ketentuan itu antara
lain pancasila sebagai landasan idiil, dan UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional. Ketentuan lainnya dapat berupa peraturan-peraturan yang berlaku di
daerah yang mengatur kehidupan bermasyarakat.
f. Mentaati peraturan agar kehidupan berbangsa dang bernegara berjalan dengan
tertib dan aman. Jika peraturan saling dilanggar, akan terjadi kekacauan yang dapat
menimbulkan perpecahan.

C. Bentuk-Bentuk Ancaman dari Dalam dan Luar Negeri


Bela Negara biasanya selalu dikaitkan dengan militerisme, seolah-olah
kewajiban dan tanggung jawab untuk membela negara terletak pada TNI. Padahal
berdasarkan Pasal 30 UUD 1945, bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap
warga negara NKRI. Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk
mempertahankan NKRI terhadap ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.

Ancaman dari dalam terhadap NKRI.

Potensi yang dihadapi NKRI dari dalam negeri, antara lain :


1. Disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan sentimen
kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan
pemerintah pusat.
2. Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran Hak
Azasi Manusia yang pada gilirannya dapat menyebabkan huru hara/kerusuhan
massa.
3. Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang ekstrim atau
tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia.
4. Potensi konflik antar kelompok/golongan baik perbedaan pendapat dalam
masalah politik, maupun akibat masalah SARA.
5. Makar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional.
Di masa transisi ke arah demokrasi sesuai tuntutan reformasi, potensi
konflik antar kelompok/golongan dalam masyarakat sangatlah besar. Perbedaan
pendapat justru adalah esensi dari demokrasi akan menjadi potensi konflik yang
serius apabila salah satu pihak berkeras dalam mempertahankan pendapat atau
pendiriannya, sementara pihak yang lain berkeras memaksakan kehendaknya.
Contoh kasus FPI dengan Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan
Berkeyakinan (AKKB). Namun cara yang sesungguhnya merupakan ciri khas
budaya bangsa Indonesia itu tampaknya sudah dianggap kuno. Masalahnya, cara
pengambilan keputusan melalui pengambilan suara terbanyakpun (yang dianggap
sebagai cara yang paling demokratis dalam menyelesaikan perbedaan pendapat)
seringkali menimbulkan rasa tidak puas bagi pihak yang kalah, sehingga mereka
memilih cara pengerahan massa atau melakukan tindak kekerasan untuk
memaksakan kehendaknya.
Tidak adanya kesadaran hukum di sebagian kalangan masyarakat serta
ketidakpastian hukum akibat campur tangan pemerintah dalam sistem peradilan
juga merupakan potensi ancaman bagi keamanan dalam negeri. Pelecehan terhadap
hukum/undang-undang ini jelas menimbulkan kekacauan/anarki dan merupakan
potensi konflik yang serius. Contoh nyata adalah insiden Semanggi dimana para
pengunjuk rasa yang tidak mematuhi UU no 9/1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum akhirnya bentrok dengan aparat
keamanan yang justru ingin menegakkan hukum. Seandainya semua pihak
menyadari pentingnya kepatuhan terhadap hukum, tentunya insiden tersebut tidak
akan terjadi. Tidak adanya kesadaran hukum juga menyebabkan sering timbulnya
tawuran antar warga atau tawuran antar pelajar/mahasiswa yang pada gilirannya
menimbulkan keresahan masyarakat dan menyebabkan instabilitas keamanan
lingkungan.
Sosialisasi berbagai peraturan dan perundang-undangan serta penegakkan
hukum yang tegas, adil dan tanpa pandang bulu adalah satu-satunya jalan untuk
mengatasi potensi konflik ini. Potensi ancaman dari dalam negeri ini perlu
mendapat perhatian yang serius mengingat instabilitas internal seringkali
mengundang campur tangan pihak asing, baik secara langsung maupun tidak
langsung, untuk kepentingan mereka.
Ancaman dari luar negeri terhadap NKRI
Dengan berakhirnya Perang Dingin pada awal tahun 1990an, maka ketegangan
regional di dunia umumnya, dan di kawasan Asia Tenggara khususnya dapat
dikatakan berkurang. Meskipun masih terdapat potensi konflik
perbatasan khususnya di wilayah Laut Cina Selatan, misalnya sengketa kepulauan
Spratly yang melibatkan beberapa negara di kawasan tersebut, namun diperkirakan
semua pihak terkait tidak akan menyelesaikan masalah tersebut melalui kekerasan
bersenjata. Dapat dikatakan bahwa ancaman dalam bentuk agresi dari luar relatif
kecil.
Potensi ancaman dari luar tampaknya akan lebih berbentuk upaya
menghancurkan moral dan budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda,
peredaran narkoba, film-film porno atau berbagai kegiatan kebudayaan asing yang
mempengaruhi bangsa Indonesia, terutama generasi muda, dan merusak budaya
bangsa. Potensi ancaman lainnya adalah dalam bentuk penjarahan sumber daya
alam melalui eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol sehingga merusak
lingkungan, seperti illegal loging, illegal fishing, dsb.

Semua potensi ancaman tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan Ketahanan


Nasional melalui berbagai cara, antara lain :
1. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal
pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma kehidupan bangsa
Indonesia.
2. Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melalui pemahaman
dan penghayatan (bukan sekedar penghafalan) sejarah perjuangan bangsa.
3. Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya nasional serta
terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa (legitimasi, bebas KKN, dan
konsisten melaksanakan peraturan/undang-undang).
4. Kegiatan yang bersifat kecintaan terhadap tanah air serta menanamkan semangat
juang untuk membela negara, bangsa dan tanah air serta mempertahankan
Pancasila sebagai ideologi negara dan UUD 1945 sebagai landasan berbangsa dan
bernegara.
5. Untuk menghadapi potensi agresi bersenjata dari luar, meskipun
kemungkinannya relatif sangat kecil, selain menggunakan unsur komponen utama
(TNI), tentu saja dapat menggunakan komponen cadangan dan komponen
pendukung (UU komponen cadangan dan komponen pendukung masih dalam
proses persetujuan anggota Dewan yang terhormat).
BAB III
KESIMPULAN

Jadi, upaya untuk mempertahankan NKRI bisa ditempuh dengan cara


mengetahui kebudayaan di Indonesia. Dengan adanya pengetahuan budaya
Indonesia, kita dapat menyaring budaya-budaya asing yang masuk ke dalam
Negara Indonesia, sehingga tidak timbul perpecahan antar daerah karena budaya
yang ada.
Selain itu, sikap dan perilaku kita juga dapat mencerminkan bahwa kita
sedang mempertahankan keutuhan NKRI ini. Salah satunya dengan cara
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, bukan hanya sekedar
memahami saja.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Putih Pertahanan Negara : Mempertahankan Tanah air Memasuki Abad 21,
Indonesia Dephan, 2003, Jakarta.

Juwono Sudarsono, Mengembangkan Pertahanan Nir-militer Indonesia, Ceramah


Menhan RI pada Peserta Training of Trainer (TOT) anggota Badiklat Dephan, 30
September 2005, Jakarta.

Koentjaraninggrat, Sejarah Teori Antropologi II, cetakan pertama, UI-Press,


Jakarta, 1990.

Marsekal Muda TNI Pieter L.D. Wattimena, S.IP., Pointer Ceramah Dirjen
Ranahan pada Peserta Training of Trainer : Minimum Essential Force (MEF), 27
September 2005, Jakarta.

Maas D.P., Buku Materi Pokok : Antropologi Budaya, Depdikbud, UT, Jakarta
1985.
Peraturan Menteri Pertahanan Nomor : PER/01/M/VIII/2005 tanggal 25 Agustus
2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dephan.
Studi Pertahanan Nomor : 1 Monographe : Pokok-Pokok Pikiran tentang
Hankamneg, Badiklat Dephan, Agustus 2005, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan


Negara, Biro Hukum Setjen Dephan, 2002, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • DILARANG
    DILARANG
    Dokumen2 halaman
    DILARANG
    Iqbal Biqi
    Belum ada peringkat
  • Toko Emas
    Toko Emas
    Dokumen1 halaman
    Toko Emas
    Iqbal Biqi
    Belum ada peringkat
  • Gauge
    Gauge
    Dokumen5 halaman
    Gauge
    Iqbal Biqi
    Belum ada peringkat
  • Penjelasan Tari
    Penjelasan Tari
    Dokumen9 halaman
    Penjelasan Tari
    Iqbal Biqi
    Belum ada peringkat
  • Pidato
    Pidato
    Dokumen1 halaman
    Pidato
    Iqbal Biqi
    Belum ada peringkat
  • Bahasa Inggris
    Bahasa Inggris
    Dokumen3 halaman
    Bahasa Inggris
    Iqbal Biqi
    Belum ada peringkat
  • Sejarah
    Sejarah
    Dokumen13 halaman
    Sejarah
    Iqbal Biqi
    Belum ada peringkat
  • Password Cheat by TM
    Password Cheat by TM
    Dokumen1 halaman
    Password Cheat by TM
    Iqbal Biqi
    Belum ada peringkat