SKRIPSI
RINGKASAN
Sungai Cisadane memiliki luas wilayah 1100 km2, sungai ini merupakan
salah satu sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa Barat. Penurunan kualitas air
tersebut dapat terjadi sehubungan dengan masuknya berbagai limbah yang masuk
ke sungai yang cenderung meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui karakteristik kualitas air (tingkat pencemaran) Sungai Cisadane pada
daerah muara sungai bagian tawar dan payau untuk kepentingan pengelolaan
Sungai Cisadane. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan Sungai
Cisadane secara berkelanjutan. Dahuri (2003) mengatakan bahwa sirkulasi air di
daerah estuaria sangat dipengaruhi oleh aliran tawar yang bersumber dari badan
sungai di atasnya dan air pasang yang berasal dari laut.
Metode penelitian yang dilakukan adalah analisa laboratorium dan survey
lapangan. Pengambilan contoh air sampel dilakukan di 2 stasiun yakni stasiun
tawar yang berada di bagian tawar dari muara Sungai Cisadane (dekat Bandara
Soekarno-Hatta), stasiun payau berada di bagian payau dekat pintu masuk muara
Sungai Cisadane. Pengambilan sampel disesuaikan dengan saat kondisi air laut
pasang dan surut. Analisis data meliputi perbandingan kualitas air permukaan
dengan dasar, saat pasang dengan saat surut, dan stasiun tawar dengan staiun
payau dengan uji statistik (uji t) untuk mengetahui pengaruh antara dua
karakteristik kondisi (Walpole, 1995) pada air contoh muara Sungai Cisadane
yang diuji. Kualitas air diketahui dengan menggunakan menggunakan Indeks
Kualitas Air (IKA) STORET (Canter, 1977) dengan baku mutu PP No.82 tahun
2001 kelas 3.
Kualitas air muara Sungai Cisadane tercemar baik pada bagian tawar,
bagian payau, saat pasang, saat surut, lapisan permukaan, dan lapisan dasar.
Kualitas air muara Sungai Cisadane tercemar berat untuk baku mutu PP RI No. 82
Tahun 2001.
iv
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
SKRIPSI
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang
serta atas berkat rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Karakteristik Kualitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian Tawar
dan Payau di Kabupaten Tangerang, Banten . Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
memperbaiki usulan penelitian ini. Penulis berharap semoga penelitian ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi rekan-rekan
seprofesi khususnya serta bagi para pembaca umumnya.
Penulis
vii
Sebagai ucapan rasa syukur kepada Alloh atas selesainya skripsi ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc dan Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil selaku
pembimbing skripsi I dan II, atas bimbingan, saran, dan motivasi serta
nasehat yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini
2. Dr.Ir.Yunizar Ernawati,MS selaku dosen penguji departemen dan Dr.Ir.Yusli
Wardiatno, M.Sc selaku dosen penguji tamu yang telah banyak memberikan
masukan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
3. Bapak Ir. Zairion, M.Sc selaku pembimbing akademik (PA), atas bimbingan,
doa, dan motivasinya selama penulis menjalankan studi
4. Kedua orang tua (Bapak Kasman dan Ibu Sulistyowati), Kakak (Dyan Ikawati
Pusvita Rini), dan Adikku (Ayudyana Maya Desiska) yang telah memberi dan
mencurahkan kebahagiaan dan semangat untuk survive dan berprestasi di IPB
hingga terselesaikannya skripsi ini
5. Dr.Ir.Sulistiono,M.Sc (Kadep MSP) dan keluarga yang telah banyak
membantu baik moral maupun materi dalam usaha penyelesaian skripsi ini
baik langsung maupun tidak langsung
6. Dr. Rimbawan (Direktur Kemahasiswaan IPB) yang telah memberikan tips
dalam perolehan gelar sarjana
7. Tim Pendekar Cisadane; mahasiswa MSP angkatan 39,40,42,43, dan 44;
teman-teman UKM Pramuka IPB; FKM C IPB; UKM FORCES IPB; OMDA
Kabupaten Lamongan IPB (Formala); rekan-rekan ASEAN Student Exchange
Programme 2008 Delegation dan seluruh pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini.
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
2.1 Keadaan Umum Sungai Cisadane ................................................. 3
2.2 Pencemaran Perairan .................................................................... 4
2.3 Beberapa Karakteristik Kualitas Air ............................................. 5
2.3.1 DO (Dissolved Oxygen), BOD3 (Biochemical Oxygen
Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) ................. 5
2.3.2 Amonia (N-NH3), Nitrit (N-NO2), dan
Nitrat (N-NO3)..................................................................... 7
2.3.3 pH ....................................................................................... 9
2.3.4 TSS (Total Suspended Solid) .............................................. 10
2.3.5 Suhu .................................................................................... 10
2.3.6 Salinitas ............................................................................... 11
III. METODE PENELITIAN ............................................................... 13
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 13
3.3 Prosedur Pengamatan ................................................................. 13
3.4 Analisis Data .............................................................................. 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 19
4.1 Karakteristik Kualitas Air ........................................................... 19
4.1.1 DO (Dissolved Oxygen), BOD3 (Biochemical Oxygen
Demand) dan COD, (Chemical Oxygen Demand) ............. 19
4.1.2 Amonia (N-NH3), Nitrit (N-NO2), dan
Nitrat (N-NO3)................................................................... 22
4.1.3 pH ..................................................................................... 25
4.1.4 TSS (Total Suspended Solid).............................................. 26
4.1.5 Suhu .................................................................................. 27
4.1.6 Salinitas ............................................................................ 28
4.2 Tingkat Kualitas Air Menurut Indeks STORET .......................... 30
4.3 Upaya Pengelolaan Muara Sungai Cisadane ............................... 30
V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 33
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 33
5.2 Saran .......................................................................................... 33
i
ii
ii
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
10. Nilai rata-rata TSS (Total Suspended Solid) pada stasiun tawar
Dan payau di muara Cisadane payau pada saat pasang
(kiri) dan surut (kanan) pada musim kemarau .......................... 26
iv
v
v
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
n
1. Data lapangan ........................................................................... 38
2. Matriks hasil uji t antar variabel pada taraf nyata 95%................ 43
3. Indeks STORET dengan baku mutu PP No.82 Tahun 2001
(kelas 3) ..................................................................................... 44
4. Indeks STORET dengan baku mutu KEPMEN LH No.51
Tahun 2004 (biota laut) .............................................................. 47
5. Tingkat pencemaran perairan ( baku mutu bagi
peruntukan biota laut, Kepmen LH No. 51 tahun 2004)
berdasarkan indeks kualitas air di muara Sungai Cisadane
stasiun tawar dan stasiun pada saat surut pasang dan surut
pada musim kemarau 48
vi
1
I. PENDAHULUAN
1
2
Limbah
Industri dan Domestik
Rekomendasi Pengelolaan
1.3 Tujuan
Mengetahui karakteristik kualitas air (tingkat pencemaran) Sungai
Cisadane pada daerah muara sungai bagian tawar dan payau untuk kepentingan
pengelolaan Sungai Cisadane.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan Sungai
Cisadane secara berkelanjutan.
2
3
Kondisi perairan Sungai Cisadane pada bagian hilir (muara sungai) sangat
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Muara merupakan bagian dari estuari yang
mencakup sungai yang masih mendapat pengaruh laut. Muara Sungai Cisadane
terdiri dari aluvium pantai dan aluvium sungai dengan luas 85% dari total
keseluruhan luas muara Pada tahun 1994-1999 rata-rata daratan di depan muara
Sungai Cisadane bertambah maju ke arah laut sejauh 25,22 m pertahun. Muara
Sungai Cisadane termasuk dalam wilayah cekungan air tanah dimana air tanah
payau berada di atas air tanah tawar (brackish water above fresh ground water)
(Idawaty, 1999). Tinggi pasang semakin naik sejak hari pertama yang akan
mencapai maksimum pada hari ke enam dan ke tujuh, kemudian akan turun pada
ketinggian minimum di hari ke empat belas serta biasanya terjadi dua siklus
3
4
lengkap setiap bulan yang berhubungan dengan fase bulan (Hutabarat dan Evans,
1986). Salinitas pada saat pasang tertinggi (spring tide) di estuari dapat mencapai
1 PSU 31 PSU (Clark, 1986). Daerah muara sungai merupakan tempat yang
menjadi akhir aliran air sungai dari daerah hulu dan merupakan awal mula masuk
ke laut, sehingga terdapat akumulasi bahan-bahan tertentu yang terdapat di sungai
demikian pula dengan limbah.
Estuari merupakan daerah perairan yang mendapat pengaruh dari air laut
dan air tawar (Larry, 1996). Odum (1996) menyatakan bahwa estuari merupakan
bagian dari perairan pesisir yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi
yang dipengaruhi oleh pasang surut dengan kelimpahan dan keanekaragaman
yang cukup besar. Dahuri (2003) mengatakan bahwa sirkulasi air di daerah estuari
sangat dipengaruhi oleh aliran tawar yang bersumber dari badan sungai di atasnya
dan air pasang yang berasal dari laut. Besar atau kecilnya debit kedua aliran massa
air tersebut akan mempengaruhi pola stratifikasi massa air berdasarkan salinitas.
Sirkulasi air di muara sungai tergantung dari kisaran pasang surut, percampuran
vertikal di antara air tawar dan air laut serta topografi dasar. Sifat khas dari estuari
adalah dangkal dan gerak air turbulensi oksigen terlarut tinggi, meski di dasar
oksigen rendah pengadukan massa air di estuari tidak menyeluruh dari permukaan
ke dasar (Basmi, 1994). Estuari merupakan tempat sistem pembersih bahan
pencemar (Knox dan Miyabara, 1984).
4
5
5
6
perairan yang mencapai 0.5 mg/l termasuk perairan yang tercemar. Adanya
dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik di suatu perairan dapat
mengurangi kadar oksigen terlarut sehingga dapat mengganggu metabolisme
organisme sungai. Populasi organisme di sungai yang meningkat berdampak pada
peningkatan penggunaan oksigen terlarut sehingga mengurangi kadar oksigen
terlarut di perairan (Williams, 1979). Kadar oksigen terlarut di perairan yang baik
untuk kelangsungan hidup biota biasanya lebih dari 5 mg/l (Nemerow, 1974;
Nybakken, 1992; Effendi, 2003; Radojevic dan Bashkin, 2007). Kadar oksigen
yang rendah pada perairan akan membahayakan organisme akuatik karena akan
meningkatkan toksisitas zinc, copper, lead, sianida, hydrogen sulfide, dan
ammonia. Masuknya air tawar dan air laut secara teratur ke dalam estuari yang
dangkal mendukung terpenuhinya kadar oksigen di kolom perairan. Kelarutan
oksigen dalam air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas, jumlah oksigen
dalam air (Nybakken, 1992).
Pentingnya pengukuran oksigen terlarut di perairan adalah untuk
mengetahui laju oksigen yang digunakan oleh organisme. Adanya laju yang
sangat rendah akan mengindikasikan perairan yang bersih atau kemungkinan
minimnya mikroorganisme untuk mengkonsumsi bahan organik yang tersedia di
perairandan kemungkinan lainnya adalah mikroorganisme mati. Laju penggunaan
oksigen umumnya disebut Biochemical Oxygen Demand (BOD). Nilai BOD di
sungai dapat dipengaruhi oleh tiga variabel penting yang tidak konstan, yaitu :
suhu, waktu, dan cahaya (Vesilind et al., 1993). BOD merupakan metode untuk
mengetahui banyaknya kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
mendekomposisi bahan organik secara biologi (Biodegradable) di perairan dalam
sebuah unit volume air dengan memanfaatkan mikroorganisme (Reid, 1961;
Boyd, 1982; Davis dan Masten, 2004; Manahan, 2005; Radojevic dan Bashkin,
2007). Dekomposisi bahan organik dimulai saat limbah masuk ke sunga. BOD 5
menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi mikroba dalam proses respirasi
aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi sekitar 20 0C, pada
umumnya selama 5 hari dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd, 1982). Bahan
organik ini, yaitu : lemak, protein, kanji, glukosa, aldehida, dan ester (Effendi,
2003). Dekomposisi selulosa secara biologis berlangsung relatif lambat. Bahan
6
7
organik merupakan hasil pembusukan tumbuhan dan hewan yang telah mati atau
hasil buangan dari limbah domestik dan industri. Polii (1994) dan Ginting (2007)
menyatakan bahwa pengukuran nilai BOD suatu perairan di daerah tropis dapat
dilakukan pada suhu 300C selama 3 hari inkubasi setara dengan suhu 200 C
selama 5 hari (BOD5). Wilson dan Halcrow (1985) mengatakan bahwa BOD di
perairan estuari dapat mencapai 1.5 mg/l.
Pengukuran bahan organik yang dilakukan dengan cara oksidasi secara
kimia dapat menjadi lebih singkat. Oksidasi ini sering disebut dengan uji
Chemical Oxygen Demand (COD). Pengukuran COD pada suatu perairan
menggambarkan seberapa besar jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi secara kimiawi bahan organik yang biodegradable (terdegradasi
secara biologi) maupun yang non-biodegradable (tidak terdegradasi secara
biologi) menjadi CO2 dan H2O (Boyd, 1990; Boyd dan Tucker, 1992; Nemerow,
1991). Pada perairan yang tercemar biasanya memiliki nilai lebih dari 200 mg/l
dan pada limbah industri mencapai 60000 mg/l (UNESCO / WHO / UNEP, 1992
in Effendi, 2003). Pengukuran COD didasarkan pada prinsip bahwa hampir semua
bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan bantuan
oksidator kuat K2Cr2O7 (kalium dikromat) dalam suasana asam. Oksidator ini
diperkirakan dapat mengoksidasi bahan organik sekitar 95-100% (Effendi, 2003;
Ginting, 2007).
7
8
8
9
aerob. Oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter sp. Proses
nitrifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu keberadaan senyawa beracun
dalam air, suhu, derajat keasaman (pH), kandungan oksigen terlarut dan salinitas.
Kadar nitrat di perairan yang tidak tercemar biasanya lebih tinggi dari amonium
(Novotny dan Olem, 1994). Kadar nitrat yang melebihi 0,5 mg/l menggambarkan
terjadinya pencemaran yang berasal aktivitas manusia dan tinja hewan. Nitrat
merupakan produk akhir dari proses oksidasi biokimia amonia. Konsentrasi nitrat
di perairan dikontrol dalam proses nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi
senyawa amonia dalam kondisi aerob oleh bakteri autotrof. Pada perairan yang
mengalami banjir kandungan nitratnya akan meningkat secara nyata (Hasan,
1993).
2.3.3 pH
Nilai pH menggambarkan keadaan ion hidrogen di suatu perairan
(Boyd,1982). Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain aktivitas
biologis (fotosintesis dan respirasi organisme), suhu, dan keberadaan ion-ion
dalam perairan (Pescod, 1973). Perubahan asam atau basa di perairan laut dapat
mengganggu sistem keseimbangan ekologi. Sebagian material yang bersifat racun
akan meningkat toksisitasnya pada kondisi pH rendah (Williams, 1979). Vesilind
et al., (1993) mengatakan bahwa pH merupakan sebuah cara untuk mengukur
konsentrasi ion hidrogen pada suatu perairan. Fardiaz (1992) mengatakan bahwa
nilai pH air yang terpolusi, misalnya air buangan berbeda-beda bergantung dari
jenis buangannya. Sebagai contoh air buangan pabrik pengalengan mempunyai
pH 6.2 7.6 , air buangan pabrik susu dan produk-produk susu biasanya
mempunyai pH 5.3 7.8 , air buangan pabrik bir mempunyai pH 5.3 7.8
sedangkan air buangan pabrik pulp dan kertas biasanya mempunyai pH 7.6 9.5 .
Pada industri makanan, peningkatan keasaman air buangan produksi umumnya
disebabkan oleh kandungan asam-asam organik. Nilai pH sangat mempengaruhi
proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH
rendah. Nilai pH yang kurang dari 4 dan lebih dari 11 akan menyebabkan
kematian ikan (Boyd, 1982). Pada perairan yang mendapatkan pengaruh dari laut
(estuari), pH normal sekitar 8.0 .
9
10
2.3.5 Suhu
Suhu perairan mempunyai kaitan yang cukup erat dengan besarnya
intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu perairan. Semakin besar intensitas
cahaya matahari yang masuk ke dalam suatu perairan, maka semakin tinggi pula
suhu air (Fardiaz, 1992). Semakin bertambahnya kedalaman akan menurunkan
10
11
2.3.6 Salinitas
Salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air. Salinitas
menunjukkan jumlah garam yang terlarut dalam 1 kilogram air laut. Salinitas di
estuari berfluktuatif, pola gradien akan tampak pada suatu saat tertentu tetapi pola
gradiennya bervariasi bergantung dengan musim, topografi estuari, pasang surut,
11
12
dan jumlah air tawar (Nybakken, 1992). Salinitas di perairan estuari dapat
menyebabkan penurunan konsentrasi oksigen termasuk yang terdapat pada badan
sungai yang mendapat pengaruh dari perairan estuari. Seluruh organisme memiliki
beberapa kisaran salinitas dan apabila kisaran tersebut terlampaui maka organisme
tersebut akan mati atau pindah ke tempat lain (Williams, 1979). Secara definitif,
suatu gradien salinitas pada perairan estuari akan tampak pada suatu saat tertentu,
tetapi pola gradien bervariasi bergantung pada musim, topografi estuari, pasang
surut, dan jumlah air tawar. Faktor yang paling mempengaruhi perubahan pola
salinitas adalah pasang surut air laut. Tempat yang memiliki perbedaan pasang
surut yang cukup besar, pasang naik mendorong air laut lebih jauh ke hulu estuari,
menggeser isohalin ke hulu sehingga air bersalinitas maksimum (Dahuri, 2003).
Hugh (1964) menyatakan bahwa di estuari dapat terjadi variasi relatif salinitas
yang luas dan terjadi dalam waktu yang cepat dengan interval waktu yang pendek.
Pada saat pasang turun, menggeser isohalin ke hilir sehingga air bersalinitas
minimum. Akibatnya ada daerah di estuari yang salinitasnya berubah sesuai
dengan keadaan pasang surut (Nybakken, 1992). Salinitas perairan tawar berkisar
0 PSU 0.4 PSU dan salinitas estuari di Asia Tenggara berkisar antara 0.5 PSU
sampai dengan 30 PSU (Boyd, 1990)
12
13
13
14
14
15
(untuk BOD3, TSS, nitrat, dan nitrit) dan diawetkan dengan menggunakan asam
(H2SO4) untuk COD dan amonia, untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium.
Pengukuran BOD di perairan tropis dilakukan dengan inkubasi air contoh selama
3 hari pada suhu 300C karena setara dengan pengukuran BOD dengan inkubasi air
contoh sampel selama 5 hari pada suhu 200C (Polii, 1994). Analisis laboratorium
dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Analisis dilakukan dengan mengikuti prosedur standar APHA
(1998) seperti yang tercantum pada Tabel 2.
15
16
mutu yang digunakan dalam indeks STORET adalah PP RI No. 82 tahun 2001
kelas 3 (baku mutu air peruntukan budidaya perikanan). Uji statistik yang
digunakan adalah uji t dan untuk mempermudah analisis uji t digunakanlah
matriks (Tabel 3). Uji t digunakan untuk mengetahui beda nyata atau tidak pada
dua kondisi yang diuji (Walpole, 1995) yang meliputi bagian permukaan dengan
dasar, pasang dengan surut, dan stasiun tawar dengan stasiun payau.
Hipotesis Keterangan :
H0 : 1 = 2 1 : Nilai karakteristik kondisi A1
H1 : 1 2 2 : Nilai karakteristik kondisi A2
: 0,05
16
17
Menurut Kepmen LH Nomor 115 Tahun 2003 (www. bplhd. jakarta. go.
id) salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui parameter-
parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu adalah metode
STORET. Prinsip dari metode STORET adalah membandingkan data kualitas air
dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan
status mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan
menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency)
dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas sebagaimana tercantum
pada Tabel 4.
17
18
b. Bila jumlah data sama atau lebih dari 10, maka untuk nilai
maksimum, minimum, dan rata-rata untuk parameter fisika
berturut-turut diberi skor (-2, 2,-6) , untuk parameter kimia (-4,-4,-
12) , dan untuk parameter biologi (-6,-6,-18).
5. Nilai IKA STORET adalah nilai penjumlahan dari seluruh skor yang ada.
6. Berdasarkan nilai total skor tersebut kualitas perairan dapat digolongkan
apakah baik sekali, baik, tercemar sedang atau tercemar berat
sebagaimana pada Tabel 5.
18
19
Gambar 3. Nilai rata-rata oksigen terlarut (DO) dengan batas nilai maksimum dan
minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai
Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau.
Nilai DO stasiun tawar bagian dasar relatif lebih tinggi daripada nilai DO
stasiun payau bagian dasar. Keadaan ini dapat terjadi karena pengaruh dorongan
dari bagian lebih hulu stasiun tawar dan juga di stasiun tawar memiliki dasar
perairan berbatu dengan kemiringan yang tinggi daripada stasiun payau. Hal ini
dapat menyebabkan peluang pengadukan perairan yang tinggi sehingga oksigen
terlarut yang terbentuk relatif tinggi.
19
20
Nilai BOD3 yang terukur di muara Sungai Cisadane sebagian lebih dari 6
(Gambar 4) sehingga tidak memenuhi baku mutu PP RI No.82 Tahun 2001
(Lampiran 3). Hasil uji t nilai BOD3 menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran
2,6,7,8) pada bagian permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan
saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05,
n : 7). Nilai BOD3 secara statistik tidak berbeda nyata, meskipun demikian di
stasiun tawar dan payau ada yang melebihi baku mutu.
Gambar 4. Nilai rata-rata Biochemical Oxygen Demand (BOD3) dengan batas nilai
maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau
di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan),
pada musim kemarau.
Hal ini dapat disebabkan di stasiun tawar saat pasang terdapat bahan
organik yang dalam jumlah besar yang berasal dari bagian sungai lebih hulu dan
hidrologi sungai yang sebenarnya (debit air muara Sungai Cisadane kecil dan
pasang surut yang ada tidak menyebabkan air sungai berubah dengan baik)
menyebabkan massa air yang berada di muara sungai tidak mengalami fluktuasi
yang signifikan. Nilai BOD3 stasiun payau saat surut relatif lebih tinggi daripada
stasiun tawar. Hal ini dapat disebabkan oleh bahan organik yang relatif tinggi
yang berasal dari limbah organik di sekitar stasiun payau (outlet pembuangan
limbah kandang sapi) dan ketika masuk ke perairan cenderung bertahan di
permukaan sungai sebagai akibat hidrologi sungai.
Nilai COD kurang dari 50 mg/l (Gambar 5) sehingga memenuhi baku
mutu PP No.82 Tahun 2001 (Lampiran 3). Hasil uji t menunjukkan tidak berbeda
20
21
nyata (Lampiran 2,6,7,8) untuk nilai COD pada bagian permukaan dengan dasar
(p 0.05, n : 6), saat pasang dengan saat surut (p 0.05, n : 6), dan pada stasiun
tawar dengan stasiun (p 0.05, n : 6). Nilai COD lebih besar dari BOD karena
dengan pengukuran COD dapat mendegradasi bahan organik secara biologis
maupun yang sukar secara biologis, dan bahan yang stabil terhadap reaksi biologi
(komposisi limbah organik yang yang berbeda dengan BOD). Pengukuran COD
menggunakan oksidator kuat yakni kalium dikromat (K2Cr2O7) sehingga dengan
pengukuran COD nilai limbah organik yang terukur mendekati keadaan limbah
sebenarnya (Boyd, 1982; Fardiaz, 1992; Polii, 1994; Baird dan Cann, 2005;
Ginting, 2007; Mukhtasor, 2007).
Gambar 5. Nilai rata-rata Chemical Oxygen Demand (COD) dengan batas nilai
maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau
di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan),
pada musim kemarau.
Nilai COD lebih besar daripaa nilai BOD3 (Gambar 5), keadaan ini karena
pada saat pengukuran BOD masih banyak mengandung bahan organik yang stabil
terhadap reaksi biologis (fenol, tanin, selulosa, benzena, dll.) . Adanya fluktuasi
debit air yang tidak signifikan menyebabkan nilai COD di setiap titik
pengambilan sampel air tidak jauh berbeda. Penggunaan BOD dan COD sebagai
indikator pendugaan pencemaran organik, didasarkan pada inti masalah
pencemaran bahan organik, yaitu berhubungan dengan banyaknya oksigen yang
diperlukan untuk semua reaksi metabolik mikroba yang terjadi sebagai akibat
masuknya bahan organik ke suatu perairan (Polii, 1994).
21
22
Gambar 6. Nilai rata-rata amonia (N- NH3) dengan batas nilai maksimum dan
minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai
Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau.
Nilai amonia stasiun payau saat pasang bagian permukaan berbeda nyata
sebesar 3.39 mg/l dengan stasiun payau saat surut bagian dasar sebesar 0.86 mg/l
(p 0.05, n : 7). Hal ini karena limbah dari kotoran sapi berupa tinja dan urin
yang berasal dari outlet pembuangan limbah sapi disekitar stasiun payau yang
merupakan sumber amonia belum tercampur dengan bagian dasar perairan.
Toksisitas amonia di perairan meningkat jika terjadi penurunan oksigen terlarut,
peningkatan pH, dan temperatur (Boyd, 1990). Perairan muara Sungai Cisadane
bagian tawar dan payau memiliki kadar oksigen terlarut yang tidak memenuhi
baku mutu sehingga menyebabkan kadar amonia tinggi.
Nilai nitrit yang terukur di muara Sungai Cisadane terendah 0.04 mg/l dan
tertinggi 0.41 mg/l. Sebagian besar nilai nitrit lebih dari 0.06 mg/l (Gambar 8)
22
23
sehingga tidak memenuhi baku mutu menurut PP No.82 tahun 2001 (Lampiran 3).
Hasil uji t secara statistik menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8)
tetapi pada bagian permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan
saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05,
n : 7).
Gambar 7.Nilai rata-rata nitrit (N-NO2) dengan batas nilai maksimum dan
minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai
Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau.
23
24
stasiun tawar saat surut bagian dasar (0.11 mg/l). Hal ini dapat disebabkan DO
pada stasiun tawar saat surut bagian permukaan lebih rendah (1.37 mg/l) daripada
DO stasiun tawar pada saat surut bagian dasar (2.39 mg/l) sehingga pembentukan
nitrit lebih besar karena kadar DO rendah. Nitrit menggambarkan berlangsungnya
proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut
sangat rendah (Effendi, 2003). Nilai nitrit stasiun payau saat pasang bagian
permukaan (0.19 mg/l) lebih besar dari stasiun payau saat pasang bagian dasar
(0.04 mg/l). Hal ini karena muara Sungai Cisadane termasuk estuari tercampur
sebagian sehingga pada waktu tertentu (terutama saat pasang) air laut masuk ke
sungai sampai jauh ke bagian lebih hulu dari stasiun tawar.
Nilai nitrat di muara Sungai Cisadane kurang dari 20 mg/l (PP No.82
Tahun 2001) dimana nilai nitrat terbesar pada stasiun tawar saat surut bagian
permukaan sebesar 0.74 mg/l dan pada stasiun tawar saat surut bagian dasar
sebesar 0.80 mg/l (Gambar 8) sehingga memenuhi baku mutu (Lampiran 3).
Gambar 8. Nilai rata-rata nitrat (N-NO3) dengan nilai maksimum dan minimum
pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane
pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.
Hasil uji t nilai nitrat menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8)
pada permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan saat surut (p
0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7). Nilai
nitrat yang kecil ini disebabkan karena hidrologi perairan muara Sungai Cisadane
24
25
dimana sungai memiliki debit air kecil dan pasang surut yang tidak mampu
berubah sehingga tidak terjadi pergerakan massa air yang signifikan.
4.1.3 pH
Nilai pH sekitar 6-9 (Gambar 9) pada suatu perairan tergolong perairan
yang memenuhi baku mutu PP No.82 Tahun 2001 (Lampiran 3). Hasil uji t nilai
pH menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8) pada permukaan dengan
dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada
stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7). Nilai pH di muara Sungai
Cisadane semakin arah payau semakin besar antara 6.5-6.9 . Nilai pH pada stasiun
tawar 6.54-6.58 dan stasiun payau 6.70-6.91 . Berdasarkan Gambar 9 dapat
diketahui bahwa pH stasiun payau lebih tinggi daripada pH stasiun tawar.
Semakin ke arah laut salinitas semakin tinggi dan pH semakin basa sedangkan
nilai pH menurun (lebih asam) dapat terjadi karena bahan pencemar yang masuk
ke perairan (Baird dan Cann, 2005).
25
26
Gambar 10. Nilai rata-rata TSS (Total Suspended Solid) dengan batas nilai
maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau
di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan),
pada musim kemarau.
26
27
4.1.5 Suhu
Kisaran suhu stasiun tawar 26.8 0C 320C dan kisaran suhu stasiun payau
26.8 0C 320C. Suhu perairan pada saat pengambilan contoh air relatif sama
yakni berkisar antara 270C - 310C (Gambar 11). Knox dan Miyabara (1984)
menyatakan bahwa suhu perairan Asia Tenggara bagian muara di daerah tropis
umumnya berkisar antara 250C - 320C. Cahaya matahari yang masuk ke perairan
akan mengalami penyerapan dan perairan menjadi panas.
Gambar 11. Kisaran suhu perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane
stasiun tawar pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau.
27
28
Gambar 12. Kisaran suhu perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane
stasiun payau pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau.
4.1.6 Salinitas
Salinitas pada stasiun tawar saat surut berkisar 0 PSU 0,3 PSU dan
salinitas stasiun tawar saat pasang berkisar 0 PSU 10 PSU (Gambar 13).
Gambar 13. Kisaran salinitas perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane
stasiun tawar pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau.
28
29
Gambar 14. Kisaran salinitas perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane
stasiun payau pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau
.
Pada tanggal 19-21 Oktober 2007 salinitas di stasiun payau saat pasang
bagian permukaan mendekati nol. Hal ini disebabkan di bagian dasar sungai di
dominasi oleh air laut yang mempunyai densitas lebih berat dibandingkan air
29
30
tawar sehingga air tawar bergerak ke atas dan mendominasi di permukaan. Pada
tanggal 19 Juli 2008 di stasiun payau saat pasang bagian dasar mendekati nol. Hal
ini disebabkan tipe muara Sungai Cisadane bertipe tercampur sebagian sehingga
pada waktu tertentu air tawar mendominasi muara sehngga salinitas mendekati
nol. Fluktuasi salinitas yang terjadi di muara Sungai Cisadane ini
mengindikasikan tipe estuari tercampur sebagian dimana pengaruh dominan dari
air tawar atau air laut pada waktu tertentu (Lauff, 1967).
30
31
menunjukkan kualitas air muara Sungai Cisadane tercemar berat. Pada stasiun
tawar tingkat pencemarannya lebih besar daripada stasiun payau karena di stasiun
tawar air laut yang masuk sedikit sehingga salinitas rendah, dan sehingga bahan-
bahan organik mudah larut di dalam air daripada stasiun payau.
Baik Sekali
Baik
Sedang
Buruk
31
32
32
33
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Kondisi muara Sungai Cisadane yang tercemar tersebut disebabkan oleh
pembuangan limbah di bagian hulu dan sepanjang Sungai Cisadane, terutama dari
pemukiman, industri dan berbagai kegiatan di kota Tangerang. Hal ini antara lain
karena kebiasaan masyarakat membuang sampah dan limbah ke sungai masih
berlangsung. Sehubungan dengan itu, maka perlu sosialisasi tentang pentingnya
menjaga kebersihan sungai, baik untuk kelestarian dan kesehatan lingkungan
maupun dalam rangka menjaga kualitas air sungai sehingga dapat dimanfaatkan
lebih baik. Selain itu limbah industri tetap perlu diolah sebelum dibuang ke sungai
dengan pengawasan yang baik dan ketat, pembuatan tempat MCK untuk
masyarakat di sepanjang sungai yang dilengkapi dengan septic tank, dan untuk
limbah peternakan dibuatkan tempat pengolahan limbah yang dapat mengolah
limbah menjadi biogas.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
APHA (American Public Health Assosiation). 1998. Standard Methods for The
Examinations of Water and Wastewater. 20th Edition. APHA, AWWA
(American Water Works Association) dan WEF (Water Environment
Federation). United Book Press.Inc. Maryland, US. 4-144 h.
Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Ponds Fish Culture. Elsevier
Sciences Publishers. Amsterdam. Netherland. 318 h.
Boyd, C. E. dan C. C. Tucker. 1992. Water Quality and Pond Soil Analyses for
Aquaculture. Auburn University Press. Auburn. Alabama. US. 183 h.
34
35
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius Press. Yogyakarta. 257 h.
Fakultas Hukum UNSRAT. 2005. Kepmen LH No.51 Tahun 2004 Lampiran III
(baku mutu untuk biota laut).www.unsrat. ac. id
Fardiaz , S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius Press. Yogyakarta. 190 h.
Hasan, Z. 1993. Pengaruh Kegiatan Budidaya Ikan dalam Jaring Apung terhadap
Tingkat Kesuburan Perairan dan Komunitas Fitoplankton di Waduk
Saguling, Jawa Barat. Tesis Pascasarjana IPB. Bogor. 71 h.
Humas BPLHD Jakarta. 2005. Pedoman untuk menentukan status mutu air
dengan metoda STORET dalam Kepmen LH No.115 tahun 2003. http : //
www. bplhd. jakarta. go. id
Larry,W. M. 1996. Water Resources Handbook. Mac Graw-Hill. New York. US.
35
36
Nemerow, N. L. 1991. Stream, Lake, Estuary, and Ocean Pollution.2 nd. Van
Nostrand Reinhold Ltd. New York . US. 472 h.
Tim Editor Tempo Interaktif. 2004. Peraturan PP RI No.82 Tahun 2001. http://
www. tempointeraktif. com
Taufik, K. L. 2003. Kualitas Air Hulu dan Tengah Sungai Ciliwung Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya
Peraiaran. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 85 h.
36
37
Umiyati. 2002. Kualitas Air Cisadane Bagian Hulu dan Tengah yang Melalui
Wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat Selama Periode 1996-2000.
Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Peraiaran. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 103 h.
Welch, S. 1952. Limnology. Mac Graw-Hill Inc. New York . US. 318 h.
Wetzel, R. G. 1983. Limnology 2nd Edition. CBS College Publishing. US. 767 h.
Wilson, J. G. dan W. Halcrow. 1985. Estuarine Management and Quality
Assesment. Spring Street : Plenum Publishing Corporation. 225 h.
37
38
LAMPIRAN
38
39
39
40
40
41
Lampiran 1. (lanjutan)
Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau
6 Okt 07 25 26 37 30 94 40 71 51
20 Ok 07 18 36 20 33 28 17 14 33
26 Jun 08 22 13 16 19 23 12 11 18
06 Agus 08 44 41 41 40 39 62 94 10
41
42
Lampiran 1. (lanjutan)
Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau
Suhu Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Bagian Permukaan Bagian Dasar
22-Sep-07 32 29.1 32 30.5 31.9 29.1 32 30.5
26-Sep-07 28 29.5 29 30 26.8 29.5 29 30.1
6 Okt 07 30.5 29.8 32 29 28.5 29.9 28 27.5
20 Ok 07 28 29 29 28.5 26.8 29 29 29
26 Jun 08 29 28.1 29 32 28.5 28.3 28.8 31
19 Jul 08 28 27.3 28.5 28 28 27.5 29 28.5
06 Agus 08 29 27.8 28.8 29.8 28.8 28 28.8 30.2
42
43
Lampiran 2. Matriks hasil uji t antar variable pada taraf nyata 95%
43
44
Lampiran 3. Indeks STORET dengan baku mutu PP No.82 Tahun 2001 (kelas 3)
Stasiun tawar, pada saat surut, bagian permukaan
No Parameter Satuan Kelas III Hasil Pengamatan
Skor Baku Mutu
Maks. Min. Rata
Fisika
0
1 Suhu C Deviasi 3 29,8 27,3 28,6571 0
2 TSS mg/l 400 41 6 22,4571 0
Kimia
1 pH 6--9 7,2 6,22 6,7133 0
2 DO mg/l 3 3,2438 0,1711 1,3726 -8
3 BOD3 mg/l 6 12,6963 1,3732 7,6627 -8
4 COD mg/l 50 69,0000 10,0000 27,6667 -2
5 Amonia mg/l 0,02 2,3371 0,1777 1,3592 -10
6 Nitrat mg/l 20 1,9124 0,0344 0,7407 0
7 Nitrit mg/l 0,06 2,2077 0,0056 0,4108 -8
Jumlah Skor -36
Stasiun tawar, pada saat surut, bagian dasar
Hasil Pengamatan
No Parameter Satuan Kelas III Skor Baku Mutu
Maks. Min. Rata
Fisika
0
1 Suhu C Deviasi 3 29,8 27,3 28,7143 0
2 TSS mg/l 400 55 11,6 27,2286 0
Kimia
1 pH 6--9 7,7400 6,7500 7,1686 0
2 DO mg/l 3 7,8819 0,0000 2,2873 -8
3 BOD3 mg/l 6 14,1422 1,9194 8,2371 -8
4 COD mg/l 50 104,0000 10,8000 44,8000 -2
5 Amonia mg/l 0,02 2,3796 0,7128 1,6773 -10
6 Nitrat mg/l 20 2,1783 0,0706 0,8015 0
7 Nitrit mg/l 0,06 0,4520 0,0004 0,1077 -8
Jumlah Skor -36
44
45
Lampiran 3. (lanjutan)
Stasiun payau pada saat surut, bagian permukaan
Fisika
0
1 Suhu C Deviasi 3 31,8 28,5 29,4714 0
Kimia
Fisika
0
1 Suhu C Deviasi 3 31,9 28 29,4286 0
Kimia
45
46
Lampiran 3. (Lanjutan)
Staiun tawar pada saat surut bagian permukaan
No Parameter Satuan Kelas III Hasil Pengamatan
Skor Baku Mutu
Maks. Min. Rata
Fisika
0
1 Suhu C Deviasi 3 29,8 27,3 28,6571 0
2 TSS mg/l 400 41 6 22,4571 0
Kimia
1 pH 6--9 7,2 6,22 6,7133 0
2 DO mg/l 3 3,2438 0,1711 1,3726 -8
3 BOD3 mg/l 6 12,6963 1,3732 7,6627 -8
4 COD mg/l 50 69,0000 10,0000 27,6667 -2
5 Amonia mg/l 0,02 2,3371 0,1777 1,3592 -10
6 Nitrat mg/l 20 1,9124 0,0344 0,7407 0
7 Nitrit mg/l 0,06 2,2077 0,0056 0,4108 -8
46
47
Lampiran 4. Indeks STORET dengan baku mutu KEPMEN LH No.51 Tahun 2004 (biota laut)
Stasiun Payau Saat Pasang Bagian Permukaan
Hasil Pengamatan
No Parameter Satuan BM Skor
Maks. Min. Rata
1 Suhu 0C 31 28 29,4 0
2 TSS mg/l 20 40 12,4 24,11428571 -4
1 pH 7-8,5 7,49 5,7 6,707142857 -8
2 DO mg/l 5 6,1453 0,0000 1,6365 -8
3 BOD mg/l 20 21,4734592 1,23574 10,47322675 -2
4 Nitrat mg/l 0,008 1,6592 0,0272 0,5110 -10
5 Amonia mg/l 0,3 2,26156792 0,979789384 1,462117483 -10
47
48
Lampiran 5. Tingkat pencemaran perairan (baku mutu bagi peruntukan biota laut, Kepmen LH
No.51 Tahun 2004) berdasarkan indeks kualitas air STORET di muara Sungai
Cisadane stasiun tawar dan payau pada saat pasang dan surut pada musim kemarau.
48
49
Lampiran 6.Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane t-Test: Paired TwoSample
for Means
DO
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=DO pasang tawar permukaan =DO Ho=DO pasang tawar dasar =DO pasang
pasang payau permukaan payau dasar
H1=DO pasang tawar permukaan DO H1=DO pasang tawar dasar DO pasang
pasang payau permukaan payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable 1 Variable 2 Variable Variable 2
1
Mean 1.27446 1.77296677 Mean 1.769200 1.07680560
1 7
Variance 0.7778902 2.48806270 Variance 2.085201 1.04356558
2 5 7
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesized 0
d Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -1.020852 T hit t Stat 1.223699
9
P(T<=t) two- 0.3467085 P(T<=t) two- 0.266936
tail tail 2
T tab t Critical 2.4469118 T tab t Critical two- 2.446911
two-tail tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=DO surut tawar permukaan =DOsurut Ho=DO surut tawar dasar =DOsurut
payau permukaan payau dasar
H1=DO surut tawar permukaan DO surut H1=DO surut tawar dasar DO surut
payau permukaan payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 1.372644 1.63646965 Mean 2.287316 1.00373809
1 6 7
Variance 1.757816 4.22360714 Variance 7.986074 3.09600612
7 1 9 4
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.270373 T hit t Stat 0.956955
1
P(T<=t) two- 0.795933 P(T<=t) two- 0.375543
tail 2 tail
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
49
50
Lampiran 6. (lanjutan)
BOD3
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=BOD3 pasang tawar permukaan Ho=BOD3 pasang tawar dasar =BOD3
=BOD3 pasang payau permukaan pasang payau dasar
H1=BOD3 pasang tawar permukaan H1=BOD3 pasang tawar dasar BOD3
BOD3 pasang payau permukaan pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 6.221737 37.4749041 Mean 6.299228 3.72885341
2 5 5 4
Variance 48.75249 8182.93295 Variance 38.69475 1.32696449
5 3 1 9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.91267 T hit t Stat 1.216883
4
P(T<=t) two-tail 0.396605 P(T<=t) two-tail 0.269337
5 9
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=BOD3 surut tawar permukaan = Ho=BOD3 surut tawar dasar =BOD3 surut
BOD3surut payau permukaan payau dasar
H1=BOD3 surut tawar permukaan BOD3 H1=BOD3 surut tawar dasar BOD3
surut payau permukaan surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 5.593241 7.64469105 Mean 6.012480 2.9059778
1 5 4
Variance 9.149233 26.3789406 Variance 10.04228 4.59678832
7 1 4 5
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat 1.354121
0.828235
P(T<=t) two-tail 0.439232 P(T<=t) two-tail 0.231522
7 1
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka tolak H0 sehingga tak
n tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
50
51
Lampiran 6. (lanjutan)
COD
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=COD pasang tawar permukaan =COD Ho=BOD3 pasang tawar dasar =BOD3
pasang payau permukaan pasang payau dasar
H1=COD pasang tawar permukaan COD H1=COD pasang tawar dasar COD
pasang payau permukaan pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 26.18666 98.0183333 Mean 32.02 32.72
7 3
Variance 556.3530 28518.0860 Variance 535.1064 515.2544
7 2
Observations 6 6 Observations 6 6
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 5 df 5
T hit t Stat - T hit t Stat -
1.062113 0.072063
P(T<=t) two-tail 0.336768 P(T<=t) two-tail 0.945345
7 6
T tab t Critical two- 2.570581 T tab t Critical two- 2.570581
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=COD surut tawar permukaan = COD Ho=COD surut tawar dasar =COD surut
surut payau permukaan payau dasar
H1=COD surut tawar permukaan COD H1=COD surut tawar dasar COD surut
surut payau permukaan payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 27.66666 26.1666666 Mean 44.8 44.6666666
7 7 7
Variance 438.6666 361.766666 Variance 1420.88 1284.26666
7 7 7
Observations 6 6 Observations 6 6
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 5 df 5
T hit t Stat 0.118740 T hit t Stat 0.014098
1 1
P(T<=t) two-tail 0.910104 P(T<=t) two-tail 0.989296
3 9
T tab t Critical two- 2.570581 T tab t Critical two- 2.570581
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
51
52
Lampiran 6. (lanjutan)
Nitrogen Amonia
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=Amonia pasang tawar permukaan Ho=Amoniapasang tawar dasar =Amonia
=Amonia pasang payau permukaan pasang payau dasar
H1=Amonia pasang tawar permukaan H1=Amonia pasang tawar dasar Amonia
Amonia pasang payau permukaan pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 1.668063 3.39581798 Mean 1.574834 0.86961241
3 4 8 4
Variance 0.308807 37.097694 Variance 0.312630 0.24218505
6 5 6
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat 1.045201
0.748682 3
P(T<=t) two-tail 0.482355 P(T<=t) two-tail 0.315912
4 4
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit > T tab maka tolak h0 sehingga tak
n tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=Amonia surut tawar permukaan = Ho=Amonia surut tawar dasar =Amonia
Amonia surut payau permukaan surut payau dasar
H1=Amonia surut tawar permukaan H1=Amonia surut tawar dasar Amonia
Amonia surut payau permukaan surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 1.359151 1.46211748 Mean 1.677324 0.81072367
3 3 7
Variance 0.681934 0.24903222 Variance 0.404447 0.04512617
4 4 4 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat 1.201234
0.294138 4
P(T<=t) two-tail 0.778562 P(T<=t) two-tail 0.473212
5 3
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka tolak h0 sehingga tak
n tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
52
53
Lampiran 6. (lanjutan)
Nitrogen Nitrat
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=Nitrat pasang tawar permukaan =Nitrat Ho=Nitrat pasang tawar dasar =Nitrat
pasang payau permukaan pasang payau dasar
H1=Nitrat pasang tawar permukaan H1=Nitrat pasang tawar dasar Nitrat
Nitrat pasang payau permukaan pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 0.413697 0.48880154 Mean 0.399227 0.18080577
4 3 8 1
Variance 0.659163 0.25335017 Variance 0.497017 0.05493756
9 6 9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat 1.081268
0.434479 1
P(T<=t) two-tail 0.679131 P(T<=t) two-tail 0.321109
9
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=Nitrat surut tawar permukaan = Nitrat Ho=Nitrat surut tawar dasar =Nitrat surut
surut payau permukaan payau dasar
H1=Nitrat surut tawar permukaan Nitrat H1=Nitrat surut tawar dasar Nitrat surut
surut payau permukaan payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 0.740728 0.51095704 Mean 0.801522 0.21821608
9 2 3 7
Variance 0.583428 0.37638310 Variance 0.846260 0.14704876
1 4 8 4
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat 1.729121 T hit t Stat 2.202793
8 8
P(T<=t) two-tail 0.134518 P(T<=t) two-tail 0.069832
1 9
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
53
54
Lampiran 6.(lanjutan)
Nitrogen Nitrit
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=Nitrit pasang tawar permukaan =Nitrit Ho=Nitrit pasang tawar dasar =Nitrit
pasang payau permukaan pasang payau dasar
H1=Nitrit pasang tawar permukaan H1=Nitrit pasang tawar dasar Nitrit
Nitrit pasang payau permukaan pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 0.068701 0.19154766 Mean 0.040015 0.03828531
2 8 8 1
Variance 0.010125 0.06849121 Variance 0.002910 0.00655738
6 2 7 7
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat 0.091242
1.145646 5
P(T<=t) two-tail 0.295571 P(T<=t) two-tail 0.930269
5 9
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=Nitrit surut tawar permukaan = Nitrit Ho=Nitrit surut tawar dasar =Nitrit surut
surut payau permukaan payau dasar
H1=Nitrit Nitrat surut tawar permukaan H1=Nitrit surut tawar dasar Nitrit
Nitrit surut payau permukaan surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 0.410821 0.08845699 Mean 0.107694 0.04760870
4 9
Variance 0.646906 0.01122424 Variance 0.024250 0.00284543
4 4 3 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat 1.061468 T hit t Stat 1.401215
6 6
P(T<=t) two-tail 0.329322 P(T<=t) two-tail 0.210695
9 7
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
54
55
Lampiran 6. (lanjutan)
pH
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=pH pasang tawar permukaan =pH Ho=pH pasang tawar dasar =pH pasang
pasang payau permukaan payau dasar
H1=pH pasang tawar permukaan pH H1=pH pasang tawar dasar pH pasang
pasang payau permukaan payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 6.578571 6.69571428 Mean 6.572857 6.80857142
4 6 1 9
Variance 0.367847 0.44502857 Variance 0.273790 0.50144761
6 1 5 9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat -
0.981936 2.154395
P(T<=t) two-tail 0.364052 P(T<=t) two-tail 0.074652
2 1
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=pH surut tawar permukaan =pHsurut Ho=pHsurut tawar dasar =pH surut payau
payau permukaan dasar
H1=pH surut tawar permukaan pH surut H1=pH surut tawar dasar pH surut
payau permukaan payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 6.54 6.70714285 Mean 6.591428 6.91428571
7 6 4
Variance 0.374133 0.33409047 Variance 0.228781 0.37399523
3 6 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat -
1.623539 3.002146
P(T<=t) two-tail 0.155600 P(T<=t) two-tail 0.023941
3 8
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
55
56
Lampiran 6. (lanjutan)
TSS
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=TSS pasang tawar permukaan =TSS Ho=TSS pasang tawar dasar =TSS
pasang payau permukaan pasang payau dasar
H1=TSS pasang tawar permukaan TSS H1=TSS pasang tawar dasar TSS
pasang payau permukaan pasang payau dasar
t-Test: Paired Two t-Test: Paired Two
Sample for Means Sample for Means
Variable 1 Variable 2 Variable Variable 2
1
Mean 23.971429 78.74285714 Mean 35.28571 64
4
Variance 120.67238 21731.26286 Variance 779.2381 4143.61333
3
Observation 7 7 Observatio 7 7
s ns
Hypothesize 0 Hypothesiz 0
d Mean ed Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.977951 T hit t Stat -
1.106191
P(T<=t) 0.3658667 P(T<=t) 0.311013
two-tail two-tail
T tab t Critical 2.4469118 T tab t Critical 2.446911
two-tail two-tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0
n berbeda nyata. sehingga tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan
stasiun payau saat surut bagian permukaan stasiun payau saat surut bagian dasar
Ho=TSS surut tawar permukaan =TSS surut Ho=TSS surut tawar dasar =TSS surut
payau permukaan payau dasar
H1=TSS surut tawar permukaan TSS surut H1=TSS surut tawar dasar TSS
payau permukaan surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample for t-Test: Paired Two Sample
Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 22.45714 24.1142857 Mean 24.48571 29.2571428
3 1 4 6
Variance 157.9295 106.771428 Variance 379.2514 179.556190
2 6 3 5
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Difference Mean
Difference
df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat -
0.906434 0.496141
P(T<=t) two-tail 0.399642 P(T<=t) two- 0.637443
7 tail 7
T tab t Critical two-tail 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0
n berbeda nyata. n sehingga tak berbeda nyata.
56
57
Lampiran 7. Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane t-Test: Paired TwoSample
for Means
DO
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar
surut, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian dasar
Ho=DO pasang=DO surut Ho=DO pasang=DO surut
H1= DO pasang DO surut H1= DO pasang DO surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for
Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 1.2744 1.37264401 Mean 1.7692000 2.28731662
6 2 6 2
Variance 0.7778 1.75781669 Variance 2.0852014 7.98607489
9 3 8 7
Observation 7 7 Observations 7 7
s
Hypothesize 0 Hypothesized Mean 0
d Mean Difference
Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.2932 T hit t Stat -
0.7601123
P(T<=t) 0.7792 P(T<=t) two-tail 0.4759840
two-tail 2 5
T tab t Critical 2.4469 T tab t Critical two-tail 2.4469118
two-tail 1 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak
sehingga tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat
dengan saat surut, stasiun tawar bagian surut, stasiun payau bagian dasar
permukaan
Ho=DO pasang=DO surut Ho=DO pasang=DO surut
57
58
Lampiran 7.(lanjutan)
BOD3
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar
surut, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian
dasar
Ho=BOD pasang=BOD\ surut Ho=BOD pasang=BOD surut
H1= BOD pasang BOD surut H1= BOD pasang BOD surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for
Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 6.22174 5.59324111 Mean 6.2992284 6.01248039
7 8 8
Variance 48.7525 9.14923374 Variance 38.694751 10.0422835
1 1
Observation 7 7 Observations 7 7
s
Hypothesize 0 Hypothesized Mean 0
d Mean Difference
Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.36037 T hit t Stat 0.1703153
4
P(T<=t) 0.73092 P(T<=t) two-tail 0.8703600
two-tail 4
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical two-tail 2.4469118
two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
sehingga tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat
dengan saat surut, stasiun tawar bagian surut, stasiun payau bagian dasar
permukaan
Ho=BOD Ho=BOD pasang=BOD
pasang=BOD surut surut
H1= BOD pasang H1= BOD pasang BOD
BOD surut surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two
Sample for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 37.4749 7.64469105 Mean 3.7288534 2.9059778
5 1
Variance 8182.93 26.3789406 Variance 1.3269645 4.59678832
1 5
Observation 7 7 Observation 7 7
s s
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.8555 T hit t Stat 1.2160294
7
P(T<=t) 0.42511 P(T<=t) 0.2696400
two-tail two-tail 7
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga
sehingga tak berbeda nyata. tak berbeda nyata.
58
59
Lampiran 7.(lanjutan)
COD
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat surut,
saat surut, stasiun tawar bagian permukaan stasiun tawar bagian dasar
H1= COD pasang COD surut H1= COD pasang COD surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variable Variable 2 Variable 1 Variable 2
1
Mean 26.1867 27.66666667 Mean 32.02 44.8
Variance 556.353 438.6666667 Variance 535.1064 1420.88
Observations 6 6 Observations 6 6
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 5 df 5
T hit t Stat -0.4304 T hit t Stat -1.1988349
P(T<=t) two- 0.6848 P(T<=t) two- 0.2843053
tail tail
T tab t Critical two- 2.57058 T tab t Critical two- 2.57058183
tail tail
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat surut,
saat surut, stasiun tawar bagian permukaan stasiun payau bagian dasar
Ho=COD pasang=COD Ho=COD pasang=COD
surut surut
H1= COD pasang H1= COD pasang COD
COD surut surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variable Variable 2 Variable 1 Variable 2
1
Mean 98.0183 26.16666667 Mean 32.72 44.66666667
Variance 28518.1 361.7666667 Variance 515.2544 1284.266667
Observations 6 6 Observations 6 6
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 5 df 5
T hit t Stat 1.0343 T hit t Stat -1.9147616
P(T<=t) two- 0.34841 P(T<=t) two- 0.11368981
tail tail
T tab t Critical two- 2.57058 T tab t Critical two- 2.57058183
tail tail
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. berbeda nyata.
59
60
Lampiran 7. (lanjutan)
Nitrogen-Amonia
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun tawar bagian dasar
Ho=Amonia pasang=Amonia surut Ho=Amonia pasang=Amonia surut
H1= Amonia pasang Amonia surut H1= Amonia pasang Amonia surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 1.66806 1.35915099 Mean 1.5748348 1.67732431
3 2
Variance 0.30881 0.68193444 Variance 0.3126305 0.40444736
6 3 9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 1.05132 T hit t Stat -0.8212455
P(T<=t) two- 0.3336 P(T<=t) two- 0.4429066
tail tail 7
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun payau bagian dasar
Ho=Amonia pasang=Amonia surut Ho=Amonia pasang=Amonia surut
H1= Amonia pasang Amonia surut H1= Amonia pasang Amonia surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 3.39582 1.46211748 Mean 0.8696124 0.81072367
3 1 7
Variance 37.0977 0.24903222 Variance 0.2421850 0.04512617
4 6 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.84266 T hit t Stat 0.2590084
4
P(T<=t) two- 0.43172 P(T<=t) two- 0.8042857
tail tail
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
60
61
Lampiran 7. (lanjutan)
Nitrogen-Nitrat
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun tawar bagian dasar
Ho=Nitrat pasang=Nitrat surut Ho=Nitrat pasang=Nitrat surut
H1= Nitrat pasang Nitrat surut H1= Nitrat pasang Nitrat surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 0.4137 0.74072891 Mean 0.3992278 0.80152232
5 3
Variance 0.65916 0.58342810 Variance 0.4970170 0.84626078
1 2 7
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.98 T hit t Stat -1.8186097
P(T<=t) two- 0.36492 P(T<=t) two- 0.1188490
tail tail 1
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun payau bagian dasar
Ho=Nitrat pasang=Nitrat surut Ho=Nitrat pasang=Nitrat surut
H1= Nitrat pasang Nitrat surut H1= Nitrat pasang Nitrat surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 0.4888 0.51095704 Mean 0.1808057 0.21821608
2 7 7
Variance 0.25335 0.37638310 Variance 0.0549375 0.14704876
4 7 4
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.0919 T hit t Stat -0.3023449
P(T<=t) two- 0.92976 P(T<=t) two- 0.7725960
tail tail 9
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
61
62
Lampiran 7. (lanjutan)
Nitrogen-Nitrit
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun tawar bagian dasar
Ho=Nitrit pasang=Nitrit surut Ho=Nitrit pasang=Nitrit surut
H1= Nitrit pasang Nitrit surut H1= Nitrit pasang Nitrit surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 0.0687 0.41082096 Mean 0.0400158 0.10769396
1 1 4
Variance 0.01013 0.64690636 Variance 0.0029107 0.02425026
7 3 7
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -1.1039 T hit t Stat -1.0307723
P(T<=t) two- 0.31195 P(T<=t) two- 0.3423951
tail tail 1
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun payau bagian dasar
Ho=Nitrit pasang=Nitrit surut Ho=Nitrit pasang=Nitrit surut
H1= Nitrit pasang Nitrit surut H1= Nitrit pasang Nitrit surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 0.19155 0.08845699 Mean 0.0382853 0.04760870
4 1 9
Variance 0.06849 0.01122424 Variance 0.0065573 0.00284543
4 9 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.9218 T hit t Stat -0.2297608
P(T<=t) two- 0.39219 P(T<=t) two- 0.8259100
tail tail 9
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
62
63
Lampiran 7. (lanjutan)
pH
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun tawar bagian dasar
Ho=pH pasang=pH surut Ho=pH pasang=pH surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 6.69571 6.70714285 Mean 6.8085714 6.91428571
7 3 4
Variance 0.44503 0.33409047 Variance 0.5014476 0.37399523
6 2 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.1361 T hit t Stat -0.7884843
P(T<=t) two- 0.89618 P(T<=t) two- 0.4604227
tail tail 5
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
sehingga tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
63
64
Lampiran 7. (lanjutan)
TSS
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun tawar bagian dasar
Ho=TSS pasang=TSS surut Ho=TSS pasang=TSS surut
H1= TSS pasang TSS surut H1= TSS pasang TSS surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means
H1= TSS pasang TSS surut H1= TSS pasang TSS surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means
64
65
Lampiran 8.Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane t-Test: Paired TwoSample
for Means
DO
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang
bagian dasar, stasiun tawar saat pasang dengan bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=DO pasang tawar permukaan =DO Ho=DO pasang payau permukaan =DO
pasang tawar dasar pasang payau dasar
H1=DO pasang tawar permukaan DO H1=DO pasang payau permukaan
pasang tawar dasar DO pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 1.2745 1.76920005 Mean 1.77296 1.07680560
6 7 7
Variance 0.7779 2.08520147 Variance 2.48806 1.04356558
8 3 7
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.94 T hit t Stat 1.50904
P(T<=t) two- 0.3834 P(T<=t) two- 0.18202
tail tail 4
T tab t Critical 2.4469 T tab t Critical 2.44691
two-tail two-tail 2
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0
sehingga tak berbeda nyata. n sehingga tak berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut dengan bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=DO surut tawar permukaan =DO surut Ho=DO surut payau permukaan =DO
tawar dasar surut payau dasar
H1=DO surut tawar permukaan DO surut H1=DO surut payau permukaan DO
tawar dasar surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 1.3726 2.287316622 Mean 1.63647 1.00373809
7
Variance 1.7578 7.986074897 Variance 4.22360 3.09600612
7 4
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesize 0
Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.827 T hit t Stat 0.60150
6
P(T<=t) two- 0.4398 P(T<=t) two- 0.56951
tail tail 7
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical 2.44691
tail two-tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0
n berbeda nyata. n sehingga tak berbeda nyata.
65
66
Lampiran 8. (lanjutan)
BOD3
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang
bagian dasar, stasiun tawar saat pasang dengan bagian dasar, stasiun payau saatpasang
Ho=BOD3 pasang tawar permukaan Ho=BOD3 pasang payau permukaan =BOD3 pasang
=BOD3 pasang tawar dasar payau dasar
H1=BOD3 pasang tawar permukaan H1=BOD3 pasang payau permukaan
BOD3 pasang tawar dasar BOD3 pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 6.2217 6.29922848 Mean 37.4749 3.72885341
4 4
Variance 48.752 38.6947510 Variance 8182.93 1.32696449
9 3 9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesize 0
Mean Difference d Mean
Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.138 T hit t Stat 0.99032
4
P(T<=t) two-tail 0.8951 P(T<=t) two- 0.36025
tail 7
T tab t Critical two-tail 2.4469 T tab t Critical 2.44691
two-tail 2
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0
tak berbeda nyata. n sehingga tak berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=BOD3 surut tawar permukaan =BOD3 Ho=BOD3 surut payau permukaan
surut tawar dasar =BOD3 surut payau dasar
H1=BOD3 surut tawar permukaan BOD3 H1=BOD3surut payau permukaan
surut tawar dasar BOD3surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 5.5932 6.01248039 Mean 7.64469 2.9059778
8 1
Variance 9.1492 10.0422835 Variance 26.3789 4.59678832
1 4 5
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesize 0
Mean Difference d Mean
Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -1.199 T hit t Stat 2.06389
P(T<=t) two-tail 0.2756 P(T<=t) two- 0.0846
tail
T tab t Critical two-tail 2.4469 T tab t Critical 2.44691
two-tail 2
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0
tak berbeda nyata. n sehingga tak berbeda nyata.
66
67
Lampiran 8. (lanjutan)
COD
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan
dengan bagian dasar, stasiun tawar saat pasang bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=COD pasang tawar permukaan Ho=COD pasang payau permukaan
=COD pasang tawar dasar =COD pasang payau dasar
H1=COD pasang tawar permukaan H1=COD pasang payau permukaan
COD pasang tawar dasar COD pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample for t-Test: Paired Two Sample for Means
Means
Variabl Variable Variable Variable 2
e1 2 1
Mean 26.187 32.02 Mean 98.0183 32.72
3
Variance 556.35 535.106 Variance 28518.0 515.2544
4 9
Observations 6 6 Observations 6 6
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 5 df 5
T hit t Stat -2.956 T hit t Stat 1.07586
2
P(T<=t) two- 0.0317 P(T<=t) two- 0.33114
tail tail
T tab t Critical 2.5706 T tab t Critical 2.57058
two-tail two-tail 2
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0
sehingga tak berbeda nyata. sehingga tak berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=COD surut tawar permukaan Ho=COD surut payau permukaan
=COD surut tawar dasar =COD surut payau dasar
H1=COD surut tawar permukaan H1=COD surut payau permukaan COD
COD surut tawar dasar surut payau dasar
t-Test: Paired Two t-Test: Paired Two Sample for Means
Sample for Means
Variabl Variable Variable Variable 2
e1 2 1
Mean 27.667 44.8 Mean 26.1666 44.6666666
7 7
Variance 438.67 1420.88 Variance 361.766 1284.26666
7 7
Observations 6 6 Observations 6 6
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 5 df 5
T hit t Stat -1.33 T hit t Stat -
1.28900
8
P(T<=t) two- 0.241 P(T<=t) two- 0.25380
tail tail 7
T tab t Critical 2.5706 T tab t Critical 2.57058
two-tail two-tail 2
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0
sehingga tak berbeda nyata. sehingga tak berbeda nyata.
67
68
Lampiran 8. (lanjutan)
Nitrogen-Amonia
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan
dengan bagian dasar, stasiun tawar saat pasang bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=Amonia pasang tawar permukaan Ho=Amonia pasang payau permukaan
=Amonia pasang tawar dasar =Amonia pasang payau dasar
H1=Amonia pasang tawar permukaan H1=Amonia pasang payau permukaan
Amonia pasang tawar dasar Amonia pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 1.6681 1.57483483 Mean 3.39581 0.86961241
8 4
Variance 0.3088 0.31263052 Variance 37.0976 0.24218505
8 9 6
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat 1.0064 T hit t Stat 2.56721
P(T<=t) two- 0.3531 P(T<=t) two- 0.0331
tail tail
T tab t Critical 2.4469 T tab t Critical 2.4469
two-tail two-tail
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit > T tab maka tolak H0 sehingga
n sehingga tak berbeda nyata. berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
dengan Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=Amonia surut tawar permukaan Ho=Amoniasurut payau permukaan
=Amonia surut tawar dasar =Amoniasurut payau dasar
H1=Amonia surut tawar permukaan H1=Amonia surut payau permukaan
Amoniasurut tawar dasar Amonia surut payau dasar
t-Test: Paired Two t-Test: Paired Two Sample for Means
Sample for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 1.3592 1.67732431 Mean 3.39581 0.86961241
2 8 4
Variance 0.6819 0.40444736 Variance 37.0976 0.24218505
9 9 6
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat -1.069 T hit t Stat 1.07670
6
P(T<=t) two- 0.3263 P(T<=t) two- 0.32298
tail tail 7
T tab t Critical 2.4469 T tab t Critical 2.44691
two-tail two-tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0
n sehingga tak berbeda nyata. sehingga tak berbeda nyata.
68
69
Lampiran 8. (lanjutan)
Nitrogen-Nitrat
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan
bagian dasar, stasiun tawar saat pasang bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=Nitrat pasang tawar permukaan =Nitrat Ho=Nitrat pasang payau permukaan
pasang tawar dasar =Nitrat pasang payau dasar
H1=Nitrat pasang tawar permukaan H1=Nitrat pasang payau permukaan
Nitrat pasang tawar dasar Nitrat pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 0.4137 0.39922782 Mean 0.48880 0.18080577
9 2 1
Variance 0.6592 0.49701702 Variance 0.25335 0.05493756
9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat 0.3052 T hit t Stat 1.03671
P(T<=t) two-tail 0.7705 P(T<=t) two-tail 0.03905
1
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.44691
tail tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=Nitrat surut tawar permukaan =Nitrat Ho=Nitrat surut payau permukaan =Nitrat
surut tawar dasar surut payau dasar
H1=Nitrat surut tawar permukaan Nitrat H1=Nitrat surut payau permukaan Nitrat
surut tawar dasar surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 0.7407 0.80152232 Mean 0.51095 0.21821608
7 7
Variance 0.5834 0.84626078 Variance 0.37638 0.14704876
7 3 4
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat -0.34 T hit t Stat 1.03671
9
P(T<=t) two-tail 0.7453 P(T<=t) two-tail 0.0390
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.44691
tail tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
69
70
Lampiran 8. (lanjutan)
Nitrogen-Nitrit
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan
bagian dasar, stasiun tawar saat pasang bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=Nitrit pasang tawar permukaan =Nitrit Ho=Nitrit pasang payau permukaan =Nitrit
pasang tawar dasar pasang payau dasar
H1=Nitrit pasang tawar permukaan H1=Nitrit pasang payau permukaan Nitrit
Nitrit pasang tawar dasar pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 0.0687 0.04001581 Mean 0.19154 0.03828531
2 8 1
Variance 0.0101 0.00291073 Variance 0.06849 0.00655738
3 1 7
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.7713 T hit t Stat 1.51083
4
P(T<=t) two-tail 0.4698 P(T<=t) two-tail 0.18157
9
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.44691
tail tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=Nitrit surut tawar permukaan = Nitrit Ho=Nitrit surut payau permukaan =Nitrit
surut tawar dasar surut payau dasar
H1=Nitrit surut tawar permukaan Nitrit H1=Nitrit surut payau permukaan Nitrit
surut tawar dasar surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 0.4108 0.10769396 Mean 0.08845 0.04760870
4 7 9
Variance 0.6469 0.02425026 Variance 0.01122 0.00284543
7 4 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.9799 T hit t Stat 1.28575
7
P(T<=t) two-tail 0.365 P(T<=t) two-tail 0.24591
8
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.44691
tail tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
70
71
Lampiran 8. (lanjutan)
pH
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan
bagian dasar, stasiun tawar saat pasang bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=pH pasang tawar permukaan =pH Ho=pH pasang payau permukaan =pH
pasang tawar dasar pasang payau dasar
H1=pH pasang tawar permukaan pH H1=pH pasang payau permukaan pH
pasang tawar dasar pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 6.5786 6.57285714 Mean 6.69571 6.80857142
3 4 9
Variance 0.3678 0.27379047 Variance 0.44502 0.50144761
6 9 9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.118 T hit t Stat -
1.04662
5
P(T<=t) two-tail 0.91 P(T<=t) two-tail 0.33559
2
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.44691
tail tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=pH surut tawar permukaan =pH surut Ho=pH surut payau permukaan =pH surut
tawar dasar payau dasar
H1=pH surut tawar permukaan pH surut H1=pH surut payau permukaan pH surut
tawar dasar payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 6.54 6.59142857 Mean 6.70714 6.91428571
1 3 4
Variance 0.3741 0.22878095 Variance 0.33409 0.37399523
2 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.737 T hit t Stat -3.42594
P(T<=t) two-tail 0.4889 P(T<=t) two-tail 0.01404
1
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.44691
tail tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
71
72
Lampiran 8. (lanjutan)
TSS
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan
bagian dasar, stasiun tawar saat pasang bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=TSS pasang tawar permukaan =TSS Ho=TSSpasang payau permukaan =TSS
pasang tawar dasar pasang payau dasar
H1=TSS pasang tawar permukaan TSS H1=TSS pasang payau permukaan TSS
pasang tawar dasar pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 23.971 35.28571429 Mean 78.74286 64
Variance 120.67 779.2380952 Variance 21731.26 4143.613333
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat -1.152 T hit t Stat 0.418093
P(T<=t) two- 0.2932 P(T<=t) two- 0.69043
tail tail
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.446912
tail tail
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
sehingga tak berbeda nyata. tak berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=TSS surut tawar permukaan =TSS Ho=TSS surut payau permukaan =TSS
surut tawar dasar surut payau dasar
H1=TSS surut tawar permukaan TSS H1=TSS surut payau permukaan TSS
surut tawar dasar surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 22.457 24.48571429 Mean 24.11429 29.25714286
Variance 157.93 379.2514286 Variance 106.7714 179.5561905
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat -0.42 T hit t Stat -
0.765976
P(T<=t) two- 0.6894 P(T<=t) two- 0.472738
tail tail
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.446912
tail tail
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
sehingga tak berbeda nyata. tak berbeda nyata.
72
73
Lampiran 9. Hasil uji statistik (uji t) stasiun tawar dan payau, saat pasang dan surut, permukaan
dengan stasiun tawar dan payau, saat pasang dan surut t-Test: Paired Two Sample for
Means untuk indeks pencemaran STORET (PP RI No.82 tahun 2001)
- Stasiun tawar dan payau, saat pasang, permukaan dengan stasiun tawar dan payau, saat
pasang,dasar
Stasiun Tawar Stasiun Payau
Variable 1 Variable 2 Variable 1 Variable 2
Mean -38 -34 Mean -41,5 -27
Variance 8 8 Variance 24,5 2
Observations 2 2 Observations 2 2
Hypothesized Mean Hypothesized
Difference 0 Mean Difference 0
df 1 df 1
Thit t Stat -1 t Stat -5,8
P(T<=t) one-tail 0,25 P(T<=t) one-tail 0,054346706
t Critical one-tail 6,313752 t Critical one-tail 6,313751514
P(T<=t) two-tail 0,5 P(T<=t) two-tail 0,108693411
- Stasiun tawar dan payau, saat surut, permukaan dengan stasiun tawar dan payau, saat surut,dasar
Pasang Surut
Variable 1 Variable 2 Variable 1 Variable 2
Mean -36 -36 Mean -36,5 -32
Variance 32 0 Variance 144,5 72
Observations 2 2 Observations 2 2
Hypothesized Hypothesized
0 0
Mean Difference Mean Difference
df 1 df 1
Thit t Stat 0 t Stat -1,8
P(T<=t) one-tail 0,5 P(T<=t) one-tail 0,161414467
t Critical one-tail 6,313751514 t Critical one-tail 6,313751514
P(T<=t) two-tail 1 P(T<=t) two-tail 0,322828934
T Tab t Critical two-tail 12,70620473 t Critical two-tail 12,70620473
T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak
Kesimpulan
berbeda nyata. berbeda nyata.
73
74
Lampiran 10. Hasil uji statistik (uji t) stasiun payau, saat pasang dan surut, permukaan dengan
stasiun payau, saat pasang dan surut,dasar t-Test: Paired Two Sample for Means
untuk indeks pencemaran STORET (KEPMEN LH No.51 Tahun 2004,biota laut)
- Stasiun payau, saat pasang, permukaan dengan stasiun payau, saat pasang,dasar
Variable 1 Variable 2
Mean -43 -44
Variance 18 32
Observations 2 2
Pooled Variance 25
Hypothesized Mean Difference 0
df 2
t Stat : t hit 0,2
P(T<=t) one-tail 0,429986
t Critical one-tail 2,919986
P(T<=t) two-tail 0,859972
t Critical two-tail : t tab 4,302653
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal
tolak H0 sehingga tak
berbeda nyata.
- Stasiun payau, saat surut, permukaan dengan stasiun payau, saat surut,dasar
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
Variable 1 Variable 2
Mean -41 -30
Variance 2 32
Observations 2 2
Pooled Variance 17
Hypothesized Mean Difference 0
df 2
t Stat : t hit -2,66789
P(T<=t) one-tail 0,058229
t Critical one-tail 2,919986
P(T<=t) two-tail 0,116459
t Critical two-tail : t tB 4,302653
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal
tolak H0 sehingga tak
berbeda nyata.
74
75
Stasiun payau
Muara sungai
75
76
RIWAYAT HIDUP
76