Anda di halaman 1dari 89

i

KARAKTERISTIK KUALITAS AIR MUARA SUNGAI


CISADANE BAGIAN TAWAR DAN PAYAU DI KABUPATEN
TANGERANG, BANTEN

HENRY KASMANHADI SAPUTRA


C24104046

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
ii

PERNYATAAN SIKAP MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Karakteristik


Kualitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian Tawar dan Payau di
Kabupaten Tangerang, Banten adalah benar merupakan karya sendiri dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telahdisebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Henry Kasmanhadi Saputra


C24104046
iii

HENRY KASMANHADI SAPUTRA. Karakteristik Kualitas Air Muara


Sungai Cisadane Bagian Tawar dan Payau di Kabupaten Tangerang,
Banten. Dibimbing oleh Sigid Hariyadi dan Hefni Effendi

RINGKASAN
Sungai Cisadane memiliki luas wilayah 1100 km2, sungai ini merupakan
salah satu sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa Barat. Penurunan kualitas air
tersebut dapat terjadi sehubungan dengan masuknya berbagai limbah yang masuk
ke sungai yang cenderung meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui karakteristik kualitas air (tingkat pencemaran) Sungai Cisadane pada
daerah muara sungai bagian tawar dan payau untuk kepentingan pengelolaan
Sungai Cisadane. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan Sungai
Cisadane secara berkelanjutan. Dahuri (2003) mengatakan bahwa sirkulasi air di
daerah estuaria sangat dipengaruhi oleh aliran tawar yang bersumber dari badan
sungai di atasnya dan air pasang yang berasal dari laut.
Metode penelitian yang dilakukan adalah analisa laboratorium dan survey
lapangan. Pengambilan contoh air sampel dilakukan di 2 stasiun yakni stasiun
tawar yang berada di bagian tawar dari muara Sungai Cisadane (dekat Bandara
Soekarno-Hatta), stasiun payau berada di bagian payau dekat pintu masuk muara
Sungai Cisadane. Pengambilan sampel disesuaikan dengan saat kondisi air laut
pasang dan surut. Analisis data meliputi perbandingan kualitas air permukaan
dengan dasar, saat pasang dengan saat surut, dan stasiun tawar dengan staiun
payau dengan uji statistik (uji t) untuk mengetahui pengaruh antara dua
karakteristik kondisi (Walpole, 1995) pada air contoh muara Sungai Cisadane
yang diuji. Kualitas air diketahui dengan menggunakan menggunakan Indeks
Kualitas Air (IKA) STORET (Canter, 1977) dengan baku mutu PP No.82 tahun
2001 kelas 3.
Kualitas air muara Sungai Cisadane tercemar baik pada bagian tawar,
bagian payau, saat pasang, saat surut, lapisan permukaan, dan lapisan dasar.
Kualitas air muara Sungai Cisadane tercemar berat untuk baku mutu PP RI No. 82
Tahun 2001.
iv

KARAKTERISTIK KUALITAS AIR MUARA SUNGAI CISADANE BAGIAN


TAWAR DAN PAYAU DI KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

HENRY KASMANHADI SAPUTRA


C24104046

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Bogor
2009
v

SKRIPSI

Judul : Karakteristik Kualitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian


Tawar dan Payau di Kabupaten Tangerang, Banten

Nama Mahasiswa : Henry Kasmanhadi Saputra


Nomor Pokok : C24104046
Program Studi : Manajemen Sumbedaya Perairan

Menyetujui :
Komisi Pembimbing

Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc Dr.Ir. Hefni Effendi, M.Phil


NIP. 19591118 198503 1 005 NIP. 19640213 198903 1 014

Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc


NIP. 19610410 198601 1 002

Tanggal Lulus : 12 Mei 2009


vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang
serta atas berkat rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Karakteristik Kualitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian Tawar
dan Payau di Kabupaten Tangerang, Banten . Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
memperbaiki usulan penelitian ini. Penulis berharap semoga penelitian ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi rekan-rekan
seprofesi khususnya serta bagi para pembaca umumnya.

Bogor, Mei 2009

Penulis
vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Sebagai ucapan rasa syukur kepada Alloh atas selesainya skripsi ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc dan Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil selaku
pembimbing skripsi I dan II, atas bimbingan, saran, dan motivasi serta
nasehat yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini
2. Dr.Ir.Yunizar Ernawati,MS selaku dosen penguji departemen dan Dr.Ir.Yusli
Wardiatno, M.Sc selaku dosen penguji tamu yang telah banyak memberikan
masukan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
3. Bapak Ir. Zairion, M.Sc selaku pembimbing akademik (PA), atas bimbingan,
doa, dan motivasinya selama penulis menjalankan studi
4. Kedua orang tua (Bapak Kasman dan Ibu Sulistyowati), Kakak (Dyan Ikawati
Pusvita Rini), dan Adikku (Ayudyana Maya Desiska) yang telah memberi dan
mencurahkan kebahagiaan dan semangat untuk survive dan berprestasi di IPB
hingga terselesaikannya skripsi ini
5. Dr.Ir.Sulistiono,M.Sc (Kadep MSP) dan keluarga yang telah banyak
membantu baik moral maupun materi dalam usaha penyelesaian skripsi ini
baik langsung maupun tidak langsung
6. Dr. Rimbawan (Direktur Kemahasiswaan IPB) yang telah memberikan tips
dalam perolehan gelar sarjana
7. Tim Pendekar Cisadane; mahasiswa MSP angkatan 39,40,42,43, dan 44;
teman-teman UKM Pramuka IPB; FKM C IPB; UKM FORCES IPB; OMDA
Kabupaten Lamongan IPB (Formala); rekan-rekan ASEAN Student Exchange
Programme 2008 Delegation dan seluruh pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini.
i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
2.1 Keadaan Umum Sungai Cisadane ................................................. 3
2.2 Pencemaran Perairan .................................................................... 4
2.3 Beberapa Karakteristik Kualitas Air ............................................. 5
2.3.1 DO (Dissolved Oxygen), BOD3 (Biochemical Oxygen
Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) ................. 5
2.3.2 Amonia (N-NH3), Nitrit (N-NO2), dan
Nitrat (N-NO3)..................................................................... 7
2.3.3 pH ....................................................................................... 9
2.3.4 TSS (Total Suspended Solid) .............................................. 10
2.3.5 Suhu .................................................................................... 10
2.3.6 Salinitas ............................................................................... 11
III. METODE PENELITIAN ............................................................... 13
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 13
3.3 Prosedur Pengamatan ................................................................. 13
3.4 Analisis Data .............................................................................. 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 19
4.1 Karakteristik Kualitas Air ........................................................... 19
4.1.1 DO (Dissolved Oxygen), BOD3 (Biochemical Oxygen
Demand) dan COD, (Chemical Oxygen Demand) ............. 19
4.1.2 Amonia (N-NH3), Nitrit (N-NO2), dan
Nitrat (N-NO3)................................................................... 22
4.1.3 pH ..................................................................................... 25
4.1.4 TSS (Total Suspended Solid).............................................. 26
4.1.5 Suhu .................................................................................. 27
4.1.6 Salinitas ............................................................................ 28
4.2 Tingkat Kualitas Air Menurut Indeks STORET .......................... 30
4.3 Upaya Pengelolaan Muara Sungai Cisadane ............................... 30
V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 33
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 33
5.2 Saran .......................................................................................... 33

i
ii

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 34


LAMPIRAN .......................................................................................... 38
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... 76

ii
iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pemanfaatan air baku di Kabupaten Tangerang .......................... 3


2. Parameter kualitas perairan yang diamati beserta alat, metode
pengukuran dan referensinya ..................................................... 15
3. Matriks uji t untuk setiap karakteristik kualitas air ..................... 16
4. Klasifikasi mutu air .................................................................... 17
5. Pemberian skor dalam penentuan indeks STORET ..................... 18

iii
iv

DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

1. Skema alur rumusan masalah penelitian ..................................... 2


2. Peta lokasi penelitian ................................................................. 14
3. Nilai rata-rata oksigen terlarut (DO) dengan batas nilai maksimum
dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara
Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan)
pada musim kemarau ................................................................ . 19

4.Nilai rata-rata Biochemical Oxygen Demand (BOD3) dengan batas


nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan
payau di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut
(kanan) pada musim kemarau .................................................... . 20

5. Nilai rata-rata Chemical Oxygen Demand (COD) dengan batas


nilai maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun
tawar dan payau di muara Sungai Cisadane pada saat
pasang (kiri) dan surut (kanan) pada musim kemarau .............. 21

6. Nilai rata-rata amonia (N-NH3) dengan batas nilai maksimum dan


minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara
Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut
(kanan) pada musim kemarau ................................................... 22

7. Nilai rata-rata nitrit (N-NO2) pada stasiun tawar dan payau


di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan
surut (kanan) pada musim kemarau ........................................... 23

8. Nilai rata-rata nitrat (N-NO3) pada stasiun tawar dan payau


di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri)
dan surut (kanan) pada musim kemarau...................................... 24

9. Nilai rata-rata pH pada stasiun tawar dan payau di muara


Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut
(kanan) pada musim kemarau ................................................... 25

10. Nilai rata-rata TSS (Total Suspended Solid) pada stasiun tawar
Dan payau di muara Cisadane payau pada saat pasang
(kiri) dan surut (kanan) pada musim kemarau .......................... 26

11. Kisaran suhu perairan secara temporal di muara


Sungai Cisadane stasiun tawar pada saat pasang (kiri)
dan surut (kanan) musim kemarau ........................................... 27

iv
v

12. Kisaran suhu perairan secara temporal di muara


Sungai Cisadane stasiun payau pada saat pasang (kiri)
dan surut (kanan) musim kemarau ........................................... 28

13. Kisaran salinitas perairan secara temporal di muara


Sungai Cisadane stasiun tawar pada saat pasang (kiri)
dan surut (kanan) musim kemarau ........................................... 28

14. Kisaran salinitas perairan secara temporal di muara


Sungai Cisadane stasiun payau pada saat pasang (kiri)
dan surut (kanan) musim kemarau ........................................... 29

15.Tingkat pencemaran perairan (baku mutu kelas 3, PP No.82


Tahun 2001) berdasarkan indeks kualitas air STORET
di muara Sungai Cisadane stasiun tawar dan payau pada saat
pasang dan surut pada musim kemarau........................................ 31

v
vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
n
1. Data lapangan ........................................................................... 38
2. Matriks hasil uji t antar variabel pada taraf nyata 95%................ 43
3. Indeks STORET dengan baku mutu PP No.82 Tahun 2001
(kelas 3) ..................................................................................... 44
4. Indeks STORET dengan baku mutu KEPMEN LH No.51
Tahun 2004 (biota laut) .............................................................. 47
5. Tingkat pencemaran perairan ( baku mutu bagi
peruntukan biota laut, Kepmen LH No. 51 tahun 2004)
berdasarkan indeks kualitas air di muara Sungai Cisadane
stasiun tawar dan stasiun pada saat surut pasang dan surut
pada musim kemarau 48

6. Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane


dasar t-Test: Paired Two Sample for Means ................................ 49
7. Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane
t-Test: Paired Two Sample for Means .......................................... 57
8. Hasil uji uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cidadane
t-Test: Paired Two Sample for Means ........................................ 65
9. Hasil uji statistik (uji t) stasiun tawar dan payau, saat pasang
dan surut, permukaan dengan stasiun tawar dan payau, saat
pasang dan surut t-Test: Paired Two Sample for Means untuk
indeks pencemaran STORET (PP RI No.82 tahun 2001) ............ 73
10. Hasil uji statistik (uji t) saat pasang dengan saat surut t-Test:
Paired Two Sample for Means untuk indeks pencemaran
STORET (Kepmen LH No.51 tahun 2004, biota laut) .............. 74
11. Foto stasiun penelitian dan sekitarnya ...................................... 75

vi
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sungai merupakan salah satu bentuk perairan yang dicirikan memiliki arus
yang mengalir dari hulu ke hilir. Sungai oleh manusia digunakan sebagai sumber
air minum, pengairan, pertanian dan berbagai kegiatan lainnya. Kualitas air sungai
sangat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor alam dan faktor manusia. Faktor
alam yang mempengaruhi kondisi sungai misalnya hujan deras yang dapat meluap
dan menjadi keruh, sedangkan faktor yang berasal dari manusia misalnya
pembuangan limbah yang berasal dari industri, pertanian maupun domestik.
Sungai Cisadane memiliki luas wilayah 1100 km2 dan merupakan salah
satu sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa Barat. Sumbernya berada di
Gunung Salak Pangrango (Kabupaten Bogor) dan mengalir ke Laut Jawa
melewati sebagian wilayah DKI Jakarta dan Tangerang, Banten (Umiyati, 2002).
Bahan pencemar yang berasal dari pabrik, perumahan, tempat pembuangan
sampah yang dekat dengan sungai, kegiatan pertanian dan tambak di sekitar
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane dapat menyebabkan penurunan mutu
kualitas air Sungai Cisadane. Hal ini karena sisa kegiatan produksi yang
dihasilkan kemungkinan besar akan dibuang ke Sungai Cisadane. Sehubungan
dengan hal tersebut, perlu diadakan pengkajian kualitas air Sungai Cisadane
mengingat sungai ini berperan penting bagi masyarakat sekitar.

1.2 Rumusan Masalah


Sungai Cisadane berhulu di Bogor dan berakhir di Tangerang. Sebelum
sampai ke muara, Sungai Cisadane melewati salah satu sumber pencemar yakni
Kota Tangerang. Di Kota Tangerang terdapat industri-industri besar yang selain
menghasilkan limbah ke perairan juga mengakibatkan urbanisasi ke kota yang
lebih lanjut akan berdampak pada berdirinya pemukiman-pemukiman yang
jumlahnya besar sehingga menyebabkan permasalahan baru yakni adanya limbah
domestik. Kegiatan manusia yang terdapat di sekitar daerah aliran Sungai
Cisadane dapat mempengaruhi penurunan kualitas air. Penurunan kualitas air
perlu diwaspadai sehingga diperlukan pengamatan karakteristik kualitas air yang

1
2

nantinya diharapkan kedepannya diperoleh suatu rumusan bentuk


rekomendasi pengelolaan muara Sungai Cisadane.

Kegiatan Manusia di DAS Cisadane,


terutama di Kota Tangerang

Limbah
Industri dan Domestik

Kualitas Air Sungai / Muara

Pengamatan Karaktersitik Kualitas Air

Rekomendasi Pengelolaan

Gambar 1. Skema alur rumusan masalah penelitian

1.3 Tujuan
Mengetahui karakteristik kualitas air (tingkat pencemaran) Sungai
Cisadane pada daerah muara sungai bagian tawar dan payau untuk kepentingan
pengelolaan Sungai Cisadane.

1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan Sungai
Cisadane secara berkelanjutan.

2
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keadaan Umum Sungai Cisadane


Kabupaten Tangerang secara keseluruhan memiliki luas 111038 Ha. Setiap
tahunnya Kota Tangerang mengalami peningkatan kegiatan industri, pertanian,
pariwisata, perikanan, ekonomi dan jumlah penduduk (Departemen Lingkungan
Hidup Provinsi Banten, 2007). Daerah aliran Sungai Cisadane dibatasi oleh sub
DAS Cimanceuri di sebelah barat dan DAS Ciliwung di sebelah timur
(Arwindrasti, 1997 in Anggoro, 2004). Sungai Cisadane memiliki panjang sungai
dari hulu ke hilir 140 km, lebar 80 m. Air Sungai Cisadane dimanfaatkan
untuk rumah tangga, industri, kantor pemerintahan, niaga, sosial dan air curah
seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Pemanfaatan air baku di Kabupaten Tangerang


No. Pelanggan Jumlah Volume ( m3/ Tahun)
1 Rumah Tangga 88622 1958463
2 Industri 84 634434
3 Kantor Pemerintahan 92 156651
4 Niaga 282 803688
5 Sosial 734 770755
6 Air Curah 16 95605512
Sumber : Departemen Lingkungan Hidup, 2007

Kondisi perairan Sungai Cisadane pada bagian hilir (muara sungai) sangat
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Muara merupakan bagian dari estuari yang
mencakup sungai yang masih mendapat pengaruh laut. Muara Sungai Cisadane
terdiri dari aluvium pantai dan aluvium sungai dengan luas 85% dari total
keseluruhan luas muara Pada tahun 1994-1999 rata-rata daratan di depan muara
Sungai Cisadane bertambah maju ke arah laut sejauh 25,22 m pertahun. Muara
Sungai Cisadane termasuk dalam wilayah cekungan air tanah dimana air tanah
payau berada di atas air tanah tawar (brackish water above fresh ground water)
(Idawaty, 1999). Tinggi pasang semakin naik sejak hari pertama yang akan
mencapai maksimum pada hari ke enam dan ke tujuh, kemudian akan turun pada
ketinggian minimum di hari ke empat belas serta biasanya terjadi dua siklus

3
4

lengkap setiap bulan yang berhubungan dengan fase bulan (Hutabarat dan Evans,
1986). Salinitas pada saat pasang tertinggi (spring tide) di estuari dapat mencapai
1 PSU 31 PSU (Clark, 1986). Daerah muara sungai merupakan tempat yang
menjadi akhir aliran air sungai dari daerah hulu dan merupakan awal mula masuk
ke laut, sehingga terdapat akumulasi bahan-bahan tertentu yang terdapat di sungai
demikian pula dengan limbah.
Estuari merupakan daerah perairan yang mendapat pengaruh dari air laut
dan air tawar (Larry, 1996). Odum (1996) menyatakan bahwa estuari merupakan
bagian dari perairan pesisir yang memiliki kandungan bahan organik yang tinggi
yang dipengaruhi oleh pasang surut dengan kelimpahan dan keanekaragaman
yang cukup besar. Dahuri (2003) mengatakan bahwa sirkulasi air di daerah estuari
sangat dipengaruhi oleh aliran tawar yang bersumber dari badan sungai di atasnya
dan air pasang yang berasal dari laut. Besar atau kecilnya debit kedua aliran massa
air tersebut akan mempengaruhi pola stratifikasi massa air berdasarkan salinitas.
Sirkulasi air di muara sungai tergantung dari kisaran pasang surut, percampuran
vertikal di antara air tawar dan air laut serta topografi dasar. Sifat khas dari estuari
adalah dangkal dan gerak air turbulensi oksigen terlarut tinggi, meski di dasar
oksigen rendah pengadukan massa air di estuari tidak menyeluruh dari permukaan
ke dasar (Basmi, 1994). Estuari merupakan tempat sistem pembersih bahan
pencemar (Knox dan Miyabara, 1984).

2.2 Pencemaran Perairan


Miller dan Connell (1995) mengatakan bahwa pencemaran perairan
merupakan peristiwa masuknya senyawa-senyawa yang dihasilkan dari kegiatan
manusia ditambahkan ke lingkungan perairan, menyebabkan perubahan yang
buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis dan estetis. Makhluk hidup
memiliki berbagai reaksi mulai dari pengaruh yang sangat kecil sampai ke subletal
seperti, berkurangnya pertumbuhan, perkembangbiakan pengaruh perilaku, atau
kematian yang nyata. Sedangkan menurut (Williams, 1979) pencemaran
merupakan keadaan perubahan dari kondisi normal, satu atau lebih parameter
yang menyebabkan lingkungan terdegradasi.

4
5

Miller dan Connell (1995) mengatakan bahwa ekosistem alamiah yang


rumit pada makhluk hidup merupakan suatu bagian integral dapat bereaksi dalam
berbagai cara untuk mempengaruhi komponen makhluk hidup mulai dari sumber
(pencemar) sampai dengan tanggapan dari populasi, komunitas dan ekosistem
Kegiatan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air sungai adalah
untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukkannya agar tetap
dalam kondisi alamiahnya serta menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku
mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta
pemulihan kualitas air. Radojevic dan Bashkin (2007) mengatakan bahwa
pencemar dapat berasal dari daerah khusus (point souirce) dan terdistribusi (non-
point source). Sumber pencemar point source, misalnya: saluran buangan pabrik,
dan sumur pengeboran minyak. Sumber pencemar non-point source, misalnya:
limpasan pestisida yang berasal dari sawah dan domestik.
Limbah organik dengan kadar yang tinggi akan menyebabkan penurunan
kadar oksigen terlarut karena dalam perombakan limbah organik membutuhkan
oksigen terlarut untuk proses perombakan (dekomposisi). Sumber limbah organik
adalah limbah rumah tangga, food processing, perkotaan, lumpur sisa produksi
industri (Radojevic dan Bashkin, 2007). Parameter yang umumnya digunakan
untuk mengetahui tingkat pencemaran limbah organik yaitu padatan total, BOD,
COD, nitrogen total, amonia-nitrogen, klorida, alkalinitas dan minyak dan lemak
(Rump dan Krist, 1992 in Effendi, 2003). Pencemaran diperairan dapat
menyebabkan penurunan oksigen terlarut secara tajam sehingga mengancam
kehidupan biota perairan (Davis dan Masten, 2004; Radojevic dan Bashkin,
2007).

2.3 Beberapa Karakteristik Kualitas Air


2.3.1 DO (Dissolved Oxygen), BOD3 (Biochemical Oxygen Demand) dan COD
(Chemical Oxygen Demand)

DO (Dissolved Oxygen) merupakan oksigen yang terlarut di perairan


dipengaruhi oleh pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah
yang masuk ke badan air (Boyd, 1990 ; Nemerow, 1991; Effendi, 2003).
Nemerow (1974 dan 1991) mengatakan bahwa kadar oksigen terlarut dalam

5
6

perairan yang mencapai 0.5 mg/l termasuk perairan yang tercemar. Adanya
dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik di suatu perairan dapat
mengurangi kadar oksigen terlarut sehingga dapat mengganggu metabolisme
organisme sungai. Populasi organisme di sungai yang meningkat berdampak pada
peningkatan penggunaan oksigen terlarut sehingga mengurangi kadar oksigen
terlarut di perairan (Williams, 1979). Kadar oksigen terlarut di perairan yang baik
untuk kelangsungan hidup biota biasanya lebih dari 5 mg/l (Nemerow, 1974;
Nybakken, 1992; Effendi, 2003; Radojevic dan Bashkin, 2007). Kadar oksigen
yang rendah pada perairan akan membahayakan organisme akuatik karena akan
meningkatkan toksisitas zinc, copper, lead, sianida, hydrogen sulfide, dan
ammonia. Masuknya air tawar dan air laut secara teratur ke dalam estuari yang
dangkal mendukung terpenuhinya kadar oksigen di kolom perairan. Kelarutan
oksigen dalam air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas, jumlah oksigen
dalam air (Nybakken, 1992).
Pentingnya pengukuran oksigen terlarut di perairan adalah untuk
mengetahui laju oksigen yang digunakan oleh organisme. Adanya laju yang
sangat rendah akan mengindikasikan perairan yang bersih atau kemungkinan
minimnya mikroorganisme untuk mengkonsumsi bahan organik yang tersedia di
perairandan kemungkinan lainnya adalah mikroorganisme mati. Laju penggunaan
oksigen umumnya disebut Biochemical Oxygen Demand (BOD). Nilai BOD di
sungai dapat dipengaruhi oleh tiga variabel penting yang tidak konstan, yaitu :
suhu, waktu, dan cahaya (Vesilind et al., 1993). BOD merupakan metode untuk
mengetahui banyaknya kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
mendekomposisi bahan organik secara biologi (Biodegradable) di perairan dalam
sebuah unit volume air dengan memanfaatkan mikroorganisme (Reid, 1961;
Boyd, 1982; Davis dan Masten, 2004; Manahan, 2005; Radojevic dan Bashkin,
2007). Dekomposisi bahan organik dimulai saat limbah masuk ke sunga. BOD 5
menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi mikroba dalam proses respirasi
aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi sekitar 20 0C, pada
umumnya selama 5 hari dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd, 1982). Bahan
organik ini, yaitu : lemak, protein, kanji, glukosa, aldehida, dan ester (Effendi,
2003). Dekomposisi selulosa secara biologis berlangsung relatif lambat. Bahan

6
7

organik merupakan hasil pembusukan tumbuhan dan hewan yang telah mati atau
hasil buangan dari limbah domestik dan industri. Polii (1994) dan Ginting (2007)
menyatakan bahwa pengukuran nilai BOD suatu perairan di daerah tropis dapat
dilakukan pada suhu 300C selama 3 hari inkubasi setara dengan suhu 200 C
selama 5 hari (BOD5). Wilson dan Halcrow (1985) mengatakan bahwa BOD di
perairan estuari dapat mencapai 1.5 mg/l.
Pengukuran bahan organik yang dilakukan dengan cara oksidasi secara
kimia dapat menjadi lebih singkat. Oksidasi ini sering disebut dengan uji
Chemical Oxygen Demand (COD). Pengukuran COD pada suatu perairan
menggambarkan seberapa besar jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi secara kimiawi bahan organik yang biodegradable (terdegradasi
secara biologi) maupun yang non-biodegradable (tidak terdegradasi secara
biologi) menjadi CO2 dan H2O (Boyd, 1990; Boyd dan Tucker, 1992; Nemerow,
1991). Pada perairan yang tercemar biasanya memiliki nilai lebih dari 200 mg/l
dan pada limbah industri mencapai 60000 mg/l (UNESCO / WHO / UNEP, 1992
in Effendi, 2003). Pengukuran COD didasarkan pada prinsip bahwa hampir semua
bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan bantuan
oksidator kuat K2Cr2O7 (kalium dikromat) dalam suasana asam. Oksidator ini
diperkirakan dapat mengoksidasi bahan organik sekitar 95-100% (Effendi, 2003;
Ginting, 2007).

2.3.2 Amonia (N-NH3), Nitrit (N-NO2), dan Nitrat (N-NO3)


Nitrogen di suatu perairan dapat berasal dari nitrogen dalam bentuk gas
(N2) dan sebagian besar telah diubah oleh mikroorganisme melalui proses fiksasi
biologi. Bentuk nitrogen di perairan antara lain amonia (NH 3), nitrit (NO2), nitrat
(NO3), amonium (NH4+) serta sebagian besar N yang berkaitan dalam organik
komplek (Alaerts dan Santika, 1987). Senyawa nitrogen dalam perairan berasal
dari luar (allochthonous) yaitu presipitasi tanah yang mengandung senyawa dan
amonia, limpasan permukaan, limbah industri, rumah tangga dan pertanian.
Senyawa nitrogen yang berasal dari dalam air (autochthonous) berawal dari
proses perombakan yang dilakukan oleh bakteri (Pescod, 1973; Knox dan
Miyabara, 1984). Pada dasar perairan kemungkinan terdapat amonia dalam jumlah

7
8

yang lebih banyak dibandingkan perairan di bagian atasnya karena oksigen


terlarut pada bagian dasar relatif lebih kecil (Welch, 1952). Amonia merupakan
salah satu bentuk nitrogen di alam yang dapat menyebabkan kematian ikan pada
kisaran 0.4 mg/l-3.1 mg/l (Tchobanoglous, 1976 in Boyd, 1982). Semakin
meningkat salinitas di perairan maka semakin meningkat prosentase amonia bebas
di perairan. Toksisitas amonia terhadap organisme akuatik meningkat dengan
penurunan kadar oksigen terlarut, penigkatan pH, dan suhu. Kadar amonia yang
tinggi merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari
limbah domestik, industri, dan limpasan (run-off) pupuk pertanian, hasil
pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang
terdapat dalam tanah dan air, dekomposisi bahan organik (biota akuatik yang
mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur (dikenal dengan istilah
amonifikasi), hasil ekskresi dari biota akuatik, dan reduksi gas N2 yang berasal
dari proses difusi udara atmosfir (Pescod, 1973). Daya racun amonia ini
meningkat dengan konsentrasi CO2 yang rendah di perairan (Boyd, 1982).
Nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat (nitrifikasi)
serta antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Nitrit biasanya ditemukan
dalam jumlah sedikit di perairan dan bersifat tidak stabil jika terdapat oksigen.
Pada kondisi oksigen yang cukup (oksik) nitrit akan berubah menjadi nitrat,
sedangkan pada kondisi kekurangan oksigen (anoksik) nitrit akan berubah menjadi
amonia. Perubahan ini karena nitrit merupakan nitrogen yang tidak stabil
(Novotny dan Olem, 1994). Nitrit akan cepat berubah menjadi nitrat melalui
oksidasi. Nitrit merupakan gas beracun di perairan sehingga dapat membahayakan
kehidupan ikan (Darmono, 2001). Kandungan nitrit dapat dikurangi ataupun
dihilangkan dengan cara penggantian air, pemberian aerasi, penguapan, maupun
reaksi kimia dengan oksigen. Nitrit merupakan senyawa tak stabil yang
merupakan bentuk peralihan antara amonia dengan nitrat dengan bantuan bakteri
(Basmi, 1994). Nitrit tidak diserap fitoplankton karena bersifat racun (Welch,
1952).
Ion nitrat (NO3-) merupakan bentuk senyawa nitrogen yang dominan.
Konsentrasi nitrat di suatu perairan diatur dalam proses nitrifikasi sedangkan
nitrifikasi merupakan proses oksidasi amonia yang berlangsung dalam kondisi

8
9

aerob. Oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter sp. Proses
nitrifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu keberadaan senyawa beracun
dalam air, suhu, derajat keasaman (pH), kandungan oksigen terlarut dan salinitas.
Kadar nitrat di perairan yang tidak tercemar biasanya lebih tinggi dari amonium
(Novotny dan Olem, 1994). Kadar nitrat yang melebihi 0,5 mg/l menggambarkan
terjadinya pencemaran yang berasal aktivitas manusia dan tinja hewan. Nitrat
merupakan produk akhir dari proses oksidasi biokimia amonia. Konsentrasi nitrat
di perairan dikontrol dalam proses nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi
senyawa amonia dalam kondisi aerob oleh bakteri autotrof. Pada perairan yang
mengalami banjir kandungan nitratnya akan meningkat secara nyata (Hasan,
1993).

2.3.3 pH
Nilai pH menggambarkan keadaan ion hidrogen di suatu perairan
(Boyd,1982). Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain aktivitas
biologis (fotosintesis dan respirasi organisme), suhu, dan keberadaan ion-ion
dalam perairan (Pescod, 1973). Perubahan asam atau basa di perairan laut dapat
mengganggu sistem keseimbangan ekologi. Sebagian material yang bersifat racun
akan meningkat toksisitasnya pada kondisi pH rendah (Williams, 1979). Vesilind
et al., (1993) mengatakan bahwa pH merupakan sebuah cara untuk mengukur
konsentrasi ion hidrogen pada suatu perairan. Fardiaz (1992) mengatakan bahwa
nilai pH air yang terpolusi, misalnya air buangan berbeda-beda bergantung dari
jenis buangannya. Sebagai contoh air buangan pabrik pengalengan mempunyai
pH 6.2 7.6 , air buangan pabrik susu dan produk-produk susu biasanya
mempunyai pH 5.3 7.8 , air buangan pabrik bir mempunyai pH 5.3 7.8
sedangkan air buangan pabrik pulp dan kertas biasanya mempunyai pH 7.6 9.5 .
Pada industri makanan, peningkatan keasaman air buangan produksi umumnya
disebabkan oleh kandungan asam-asam organik. Nilai pH sangat mempengaruhi
proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH
rendah. Nilai pH yang kurang dari 4 dan lebih dari 11 akan menyebabkan
kematian ikan (Boyd, 1982). Pada perairan yang mendapatkan pengaruh dari laut
(estuari), pH normal sekitar 8.0 .

9
10

2.3.4 TSS (Total Suspended Solid)


Residu di perairan dapat dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut
dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini sebagian besar bikarbonat
yang merupakan anion utama di perairan telah mengalami transformasi menjadi
karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas-gas lain menghilang pada saat
pemanasan tidak tercakup dalam nilai padatan total (Boyd, 1990; Effendi, 2003).
Padatan Tersuspensi Total (TSS) dapat meningkatkan nilai kekeruhan sehingga
akan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya
berpengaruh terhadap proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air dan
selanjutnya akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dan meningkatkan pasokan
karbondioksida di perairan. Padatan tersuspensi merupakan bahan-bahan
tersuspensi dan tidak larut dalam air serta tersaring pada kertas saring miliopore
dengan ukuran pori-pori sebesar 0.45 m (APHA; 1998). Einstein (1971) in
Taufik (2003) berpendapat bahwa padatan tersuspensi yang hanyut di sungai
memiliki banyak variasi ukuran, bentuk, kerapatan dan ketahanan terhadap
perubahan kondisi sungai secara fisika dan kimia. Ia juga berpendapat bahwa
ukuran partikel dapat berpengaruh terhadap pergerakannya di dalam aliran sungai,
misalnya: jumlah dan ukuran partikel besar dapat mengendap lebih cepat di dalam
sungai. Nybakken (1992) mengatakan bahwa besarnya jumlah partikel tersuspensi
yang terdapat di perairan estuari menyebabkan air sangat keruh pada waktu
tertentu dalam setahun. Jumlah partikel tersuspensi minimum biasanya terdapat di
dekat mulut sungai karena penuhnya air laut dan jumlah partikel tersuspensi
maksimum biasanya terdapat di daerah pedalaman estuari. Air tawar, sungai, dan
kali mengangkut partikel lumpur dalam bentuk suspensi sedangkan partikel di
estuari pada umumnya dimanfaatkan oleh makhluk hidup khususnya partikel
organik (Knox dan Miyabara, 1984).

2.3.5 Suhu
Suhu perairan mempunyai kaitan yang cukup erat dengan besarnya
intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu perairan. Semakin besar intensitas
cahaya matahari yang masuk ke dalam suatu perairan, maka semakin tinggi pula
suhu air (Fardiaz, 1992). Semakin bertambahnya kedalaman akan menurunkan

10
11

suhu perairan. Terjadinya kenaikan suhu juga sangat berpengaruh terhadap


komposisi nitrogen yang ada dalam suatu perairan. Semakin tinggi suhu maka
semakin tinggi pula kandungan amonia karena tingginya suhu suatu perairan
dapat menyebabkan menurunnya kandungan oksigen terlarut sehingga proses
amonifikasi yang terjadi adalah pada kondisi kurang oksigen dan dengan kondisi
kurang oksigen tersebut maka kandungan nitrat mengalami penurunan konsentrasi
(Welch, 1952). Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai
proses industri. Air pendingin setelah digunakan akan mendapatkan panas dari
bahan yang didinginkan, kemudian dikembalikan ke tempat asalnya yaitu sungai
atau sumber air lainnya. Peningkatan suhu diikuti dengan menurunnya kadar
oksigen terlarut dalam perairan (Fardiaz, 1992).
Suhu air di estuari lebih bervariasi daripada di perairan pantai di dekatnya.
Hal ini sebagian karena biasanya di estuari volume air lebih kecil sedangkan luas
permukaan lebih besar, dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada air di
estuari lebih cepat panas dan lebih cepat dingin. Air tawar di sungai lebih
dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman daripada air laut sehingga titik tertentu
di estuari akan memperlihatkan variasi suhu yang besar sebagai fungsi dari
perbedaan antara suhu air laut dan air sungai. Pada perairan estuari suhu
perairannya dapat mencapai kisaran antara 240C - 340C (Eyre, 1993). Suhu air
estuari yang bervariasi disebabkan juga karena adanya masukan air tawar. Kisaran
suhu terbesar terdapat di daerah hulu estuari dan kisaran suhu terkecil terdapat di
daerah hilir estuari. Suhu bervariasi secara vertikal. Perairan permukaan
mempunyai kisaran yang terbesar, dan perairan yang lebih dalam kisaran suhunya
lebih kecil (Nybakken, 1992). Hugh (1964) menyatakan bahwa di estuari dapat
terjadi variasi relatif suhu yang luas dan terjadi dalam waktu yang singkat dengan
interval waktu yang pendek.

2.3.6 Salinitas
Salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air. Salinitas
menunjukkan jumlah garam yang terlarut dalam 1 kilogram air laut. Salinitas di
estuari berfluktuatif, pola gradien akan tampak pada suatu saat tertentu tetapi pola
gradiennya bervariasi bergantung dengan musim, topografi estuari, pasang surut,

11
12

dan jumlah air tawar (Nybakken, 1992). Salinitas di perairan estuari dapat
menyebabkan penurunan konsentrasi oksigen termasuk yang terdapat pada badan
sungai yang mendapat pengaruh dari perairan estuari. Seluruh organisme memiliki
beberapa kisaran salinitas dan apabila kisaran tersebut terlampaui maka organisme
tersebut akan mati atau pindah ke tempat lain (Williams, 1979). Secara definitif,
suatu gradien salinitas pada perairan estuari akan tampak pada suatu saat tertentu,
tetapi pola gradien bervariasi bergantung pada musim, topografi estuari, pasang
surut, dan jumlah air tawar. Faktor yang paling mempengaruhi perubahan pola
salinitas adalah pasang surut air laut. Tempat yang memiliki perbedaan pasang
surut yang cukup besar, pasang naik mendorong air laut lebih jauh ke hulu estuari,
menggeser isohalin ke hulu sehingga air bersalinitas maksimum (Dahuri, 2003).
Hugh (1964) menyatakan bahwa di estuari dapat terjadi variasi relatif salinitas
yang luas dan terjadi dalam waktu yang cepat dengan interval waktu yang pendek.
Pada saat pasang turun, menggeser isohalin ke hilir sehingga air bersalinitas
minimum. Akibatnya ada daerah di estuari yang salinitasnya berubah sesuai
dengan keadaan pasang surut (Nybakken, 1992). Salinitas perairan tawar berkisar
0 PSU 0.4 PSU dan salinitas estuari di Asia Tenggara berkisar antara 0.5 PSU
sampai dengan 30 PSU (Boyd, 1990)

12
13

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian kualitas air di muara Sungai Cisadane dilakukan dengan cara
survey lapang dan analisis di laboratorium. Penelitian dilaksanakan pada saat
musim kemarau tahun 2007 (September November) dan musim kemarau tahun
2008 (Juni-Agustus). Lokasi penelitian di Desa Tanjung Burung, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dan analisis karakteristik
kualitas air di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah GPS Garmin
Clathe-USA, SCT meter Hach, injection tools dengan ketelitian 0.1 ml untuk
titrasi (sebagai pengganti buret), gelas erlenmeyer Pyrex volume (125 ml, 300 ml,
dan 1 L), botol BOD Duran 250 ml, gelas ukur Pyrex volume 100 ml, corong
kaca, ember kecil, jerigen plastik 1 L dan 600 ml, wadah sampel, perahu, pipet
tetes kecil, boks pendingin Marina dan Igloo Cooler, botol semprot akuades, Van
Dorn sampler, Kemmerer sampler, Current meter, tali panjang, meteran
gulungan, DO meter digital TOA model DO-20A, botol BOD, dan pH Tester
digital Waterproof dengan ketelitian 0.01 dan beberapa peralatan analisis air di
laboratorium (Vacum pump Dry Vane Pump 200/200 Volt 50/60 Hz, lemari
inkubasi, buret Assislent volume 25 ml dengan ketelitian 0.01 ml, pipet
volumetrik Pyrex volume 50 ml dengan ketelitian 0.01 ml, pipet volumetrik Pyrex
volume 25 ml dengan ketelitian 0.03 dsb.) . Bahan yang digunakan adalah
MnSO4, sulfami acid, NaOHKI, K2Cr2O7, larutan FAS, brucine, phenol, sodium
nitroprusit, alkaline hipoklorit, pereaksi warna, dan H 2SO4.

3.3 Prosedur Pengamatan


Pengambilan contoh air sampel dilakukan di stasiun tawar dan payau pada
saat pasang dan surut. Semula contoh air diambil pada tiga kedalaman tetapi,
kenyataannya hanya dua bagian kedalaman yang sesuai, yakni : bagian

13
14

permukaan (20% kedalaman) dan bagian dasar (80% kedalaman). Pengambilan


contoh air dilakukan di dua stasiun yakni stasiun tawar dari muara Sungai
Cisadane (dekat Bandara Soekarno-Hatta), dan stasiun payau yang berada di
bagian payau muara Sungai Cisadane. Antar kedua stasiun berjarak 5 km.
Pengambilan sampel contoh air sebanyak 7 kali.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

Penentuan pengambilan contoh air dilakukan berdasarkan penelitian


pendahuluan dengan mengetahui kadar salinitas pada sungai sehingga dapat
diketahui bagian sungai yang termasuk air tawar dan salinitas payau. Pengamatan
pada saat pasang dan surut dilakukan dengan menggunakan data pendukung
pasang surut dari daftar pasang surut perairan Tanjung Burung Dinas
Hidrooseanografi (Dishidros) TNI AL, sedangkan penentuan titik pengambilan
sampel menggunakan alat GPS dengan stasiun tawar pada koordinat 106o 38'
06.0" BT - 06o 05' 45.4" LS dan stasiun payau 106o 38' 03.7" BT - 06o 02' 59.0"
LS.
Pengamatan untuk beberapa karakteristik seperti suhu, DO, salinitas, dan
pH langsung dilakukan di lapangan. Sebagian contoh air yang lain didinginkan

14
15

(untuk BOD3, TSS, nitrat, dan nitrit) dan diawetkan dengan menggunakan asam
(H2SO4) untuk COD dan amonia, untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium.
Pengukuran BOD di perairan tropis dilakukan dengan inkubasi air contoh selama
3 hari pada suhu 300C karena setara dengan pengukuran BOD dengan inkubasi air
contoh sampel selama 5 hari pada suhu 200C (Polii, 1994). Analisis laboratorium
dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Analisis dilakukan dengan mengikuti prosedur standar APHA
(1998) seperti yang tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter kualitas perairan yang diamati berserta alat, metode


pengukuran dan referensinya
Parameter Alat Unit Metode Keterangan Referensi
Elektrometri,
0
Suhu SCT meter C sensor Lapangan APHA,1998
thermistor
Gravimetri
timbangan, oven, (Penimbangan
TSS peralatan gelas, mg/l dan Laboratorium APHA,1998
filter pengeringan
103-105 0C)
Salinitas SCT meter PSU Elektrometri Lapangan APHA,1998

pH pH tester - Elektrometri Lapangan APHA,1998


DO meter dan Elektrometri
DO mg/l Lapangan APHA,1998
peralatan titrasi dan iodometri
Botol BOD plastik Iodometri dan
BOD3 gelap, dan mg/l Inkubasi 3 hari Laboratorium APHA,1998
peralatan titrasi suhu 300C
Gelas Titrimetri
erlenmeyer,kaca dengan
COD mg/l Laboratorium APHA,1998
arloji dan peralatan oksidator
titrasi K2Cr2O7
Pencahayaan
Amonia Spektrofotometer mg/l Laboratorium APHA,1998
(Phenate)
Pencahayaan
Nitrat Spektrofotometer mg/l Laboratorium APHA,1998
(Brucine)
Pencahayaan
Nitrit Spektrofotometer mg/l Laboratorium APHA,1998
(Sulfanilamide)

3.4 Analisis Data


Analisa data meliputi pembandingan nilai karakteristik kualitas air yang
terukur dengan baku mutu, sedangkan untuk mengetahui tingkat pencemaran
perairan menggunakan Indeks Kualitas Air (IKA) STORET (Canter, 1977). Baku

15
16

mutu yang digunakan dalam indeks STORET adalah PP RI No. 82 tahun 2001
kelas 3 (baku mutu air peruntukan budidaya perikanan). Uji statistik yang
digunakan adalah uji t dan untuk mempermudah analisis uji t digunakanlah
matriks (Tabel 3). Uji t digunakan untuk mengetahui beda nyata atau tidak pada
dua kondisi yang diuji (Walpole, 1995) yang meliputi bagian permukaan dengan
dasar, pasang dengan surut, dan stasiun tawar dengan stasiun payau.
Hipotesis Keterangan :
H0 : 1 = 2 1 : Nilai karakteristik kondisi A1
H1 : 1 2 2 : Nilai karakteristik kondisi A2
: 0,05

Kesimpulan dan Keputusan


T Hit > T Tab : Tolak H0, terima H1 sehingga nilai karakteristik kondisi A1 berbeda
nyata dengan nilai karakteristik kondisi A2
T Hit < T Tab : Gagal tolak H0, terima H0 sehingga nilai karakteristik kondisi A1
tidak berbeda nyata (sama dengan) nilai karakteristik kondisi A2

Tabel 3. Matriks uji t untuk setiap karakteristik kualitas air


Uji t Permukaan dengan Dasar
B.Permukaan B.Dasar B.Permukaan B.Dasar B.Permukaan B.Dasar B.Permukaan B.Dasar
Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau
Saat Pasang Saat Surut
Teladan : uji t nilai karakteristik kondisi A1 (bagian permukaan, stasiun tawar, saat pasang)
dengan nilai karakteristik kondisi A2 (bagian dasar,stasiun tawar,saat pasang )
Uji t Saat Pasang dengan Saat Surut
Saat Saat Saat Saat
Saat Pasang Saat Pasang Saat Pasang Saat Pasang
Surut Surut Surut Surut
B.Permukaan B.Dasar B.Permukaan B.Dasar
Stasiun Tawar Stasiun Payau
Teladan : uji t nilai karakteristik kondisi A1 (saat pasang,bagian permukaan, stasiun tawar)
dengan nilai karakteristik kondisi A2 (saat surut, bagian permukaan, stasiun tawar)
Uji t Stasiun Tawar dengan Stasiun Payau
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
Tawar Payau Tawar Payau Tawar Payau Tawar Payau
B.Permukaan B.Dasar B.Permukaan B.Dasar
Saat Pasang Saat Surut
Teladan : uji t nilai karakteristik kondisi A1 (stasiun tawar, bagian permukaan, saat pasang)
dengan nilai karakteristik kondisi A2 (stasiun payau, bagian permukaan, saat pasang)

16
17

Menurut Kepmen LH Nomor 115 Tahun 2003 (www. bplhd. jakarta. go.
id) salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui parameter-
parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu adalah metode
STORET. Prinsip dari metode STORET adalah membandingkan data kualitas air
dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan
status mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan
menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency)
dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas sebagaimana tercantum
pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi mutu air


Skor Kelas Karakteristik Kualitas Air
0 A Baik sekali
-1 s/d -10 B Baik
-11 s/d -30 C Tercemar sedang
-31 D Tercemar berat
Sumber : Canter (1977)

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode STORET


dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Hitung nilai maksimum, minimum dan rata-rata setiap parameter kualitas
air yang diamati, kemudian cantumkan dalam satu tabel.
2. Bandingkan nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum dari
masing-masing parameter kualitas air tersebut dengan nilai baku mutu.
3. Jika nilai-nilai dari hasil pengukuran tersebut memenuhi nilai baku mutu
air, maka diberi skor 0 (nol).
4. Jika nilai-nilai tersebut tidak memenuhi nilai baku mutu air, maka diberi
skor tertentu sebagai berikut (Tabel 4):
a. Bila jumlah data (pengamatan) kurang dari 10, maka untuk nilai
maksimum, minimum, dan rata-rata untuk parameter fisika
berturut-turut diberi skor (-1,-1,-2) , untuk parameter kimia (-2,-2,-
6) dan untuk parameter biologi (-3,-3,-9).

17
18

b. Bila jumlah data sama atau lebih dari 10, maka untuk nilai
maksimum, minimum, dan rata-rata untuk parameter fisika
berturut-turut diberi skor (-2, 2,-6) , untuk parameter kimia (-4,-4,-
12) , dan untuk parameter biologi (-6,-6,-18).
5. Nilai IKA STORET adalah nilai penjumlahan dari seluruh skor yang ada.
6. Berdasarkan nilai total skor tersebut kualitas perairan dapat digolongkan
apakah baik sekali, baik, tercemar sedang atau tercemar berat
sebagaimana pada Tabel 5.

Tabel 5. Pemberian skor dalam penentuan indeks STORET


Parameter
Jumlah Data Nilai
Fisika Kimia Biologi
Maksimum -1 -2 -3
< 10 Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -6 -9
Maksimum -2 -4 -6
10 Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Sumber : Canter (1977)

18
19

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Kualitas Air


4.1.1 DO (Dissolved Oxygen), BOD3 (Biochemical Oxygen Demand) dan COD
(Chemical Oxygen Demand)

Nilai oksigen terlarut (dissolved oxygen) yang terukur di muara Sungai


Cisadane kurang dari 3 mg/l (Gambar 3) sehingga tidak memenuhi baku mutu PP
RI No.82 Tahun 2001 (Lampiran 3). Hasil uji t nilai DO menunjukkan tidak
berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8) pada bagian permukaan dengan dasar (p 0.05,
n : 7) , saat pasang dengan saat surut (p 0.05 , n : 7), dan pada stasiun tawar
dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7). Nilai DO yang tidak berbeda nyata karena
debit air muara Sungai Cisadane kecil dan pasang suurut yang ada tidak
menyebabkan air berubah dengan baik.

Gambar 3. Nilai rata-rata oksigen terlarut (DO) dengan batas nilai maksimum dan
minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai
Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau.

Nilai DO stasiun tawar bagian dasar relatif lebih tinggi daripada nilai DO
stasiun payau bagian dasar. Keadaan ini dapat terjadi karena pengaruh dorongan
dari bagian lebih hulu stasiun tawar dan juga di stasiun tawar memiliki dasar
perairan berbatu dengan kemiringan yang tinggi daripada stasiun payau. Hal ini
dapat menyebabkan peluang pengadukan perairan yang tinggi sehingga oksigen
terlarut yang terbentuk relatif tinggi.

19
20

Nilai BOD3 yang terukur di muara Sungai Cisadane sebagian lebih dari 6
(Gambar 4) sehingga tidak memenuhi baku mutu PP RI No.82 Tahun 2001
(Lampiran 3). Hasil uji t nilai BOD3 menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran
2,6,7,8) pada bagian permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan
saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05,
n : 7). Nilai BOD3 secara statistik tidak berbeda nyata, meskipun demikian di
stasiun tawar dan payau ada yang melebihi baku mutu.

Gambar 4. Nilai rata-rata Biochemical Oxygen Demand (BOD3) dengan batas nilai
maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau
di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan),
pada musim kemarau.

Hal ini dapat disebabkan di stasiun tawar saat pasang terdapat bahan
organik yang dalam jumlah besar yang berasal dari bagian sungai lebih hulu dan
hidrologi sungai yang sebenarnya (debit air muara Sungai Cisadane kecil dan
pasang surut yang ada tidak menyebabkan air sungai berubah dengan baik)
menyebabkan massa air yang berada di muara sungai tidak mengalami fluktuasi
yang signifikan. Nilai BOD3 stasiun payau saat surut relatif lebih tinggi daripada
stasiun tawar. Hal ini dapat disebabkan oleh bahan organik yang relatif tinggi
yang berasal dari limbah organik di sekitar stasiun payau (outlet pembuangan
limbah kandang sapi) dan ketika masuk ke perairan cenderung bertahan di
permukaan sungai sebagai akibat hidrologi sungai.
Nilai COD kurang dari 50 mg/l (Gambar 5) sehingga memenuhi baku
mutu PP No.82 Tahun 2001 (Lampiran 3). Hasil uji t menunjukkan tidak berbeda

20
21

nyata (Lampiran 2,6,7,8) untuk nilai COD pada bagian permukaan dengan dasar
(p 0.05, n : 6), saat pasang dengan saat surut (p 0.05, n : 6), dan pada stasiun
tawar dengan stasiun (p 0.05, n : 6). Nilai COD lebih besar dari BOD karena
dengan pengukuran COD dapat mendegradasi bahan organik secara biologis
maupun yang sukar secara biologis, dan bahan yang stabil terhadap reaksi biologi
(komposisi limbah organik yang yang berbeda dengan BOD). Pengukuran COD
menggunakan oksidator kuat yakni kalium dikromat (K2Cr2O7) sehingga dengan
pengukuran COD nilai limbah organik yang terukur mendekati keadaan limbah
sebenarnya (Boyd, 1982; Fardiaz, 1992; Polii, 1994; Baird dan Cann, 2005;
Ginting, 2007; Mukhtasor, 2007).

Gambar 5. Nilai rata-rata Chemical Oxygen Demand (COD) dengan batas nilai
maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau
di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan),
pada musim kemarau.

Nilai COD lebih besar daripaa nilai BOD3 (Gambar 5), keadaan ini karena
pada saat pengukuran BOD masih banyak mengandung bahan organik yang stabil
terhadap reaksi biologis (fenol, tanin, selulosa, benzena, dll.) . Adanya fluktuasi
debit air yang tidak signifikan menyebabkan nilai COD di setiap titik
pengambilan sampel air tidak jauh berbeda. Penggunaan BOD dan COD sebagai
indikator pendugaan pencemaran organik, didasarkan pada inti masalah
pencemaran bahan organik, yaitu berhubungan dengan banyaknya oksigen yang
diperlukan untuk semua reaksi metabolik mikroba yang terjadi sebagai akibat
masuknya bahan organik ke suatu perairan (Polii, 1994).

21
22

4.1.2 Amonia (N-NH3), Nitrit (N-NO2) dan Nitrat (N-NO3),


Nilai amonia yang terukur di muara sungai Sungai Cisadane terendah 0.81
mg/l dan tertinggi 3.39 mg/l (Gambar 6). Nilai amonia yang lebih dari 0.02 mg/l
tidak memenuhi baku mutu PP No.82 tahun 2001 (Lampiran 3). Hasil uji t
menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8) pada saat pasang dengan
saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p
0.05, n : 7).

Gambar 6. Nilai rata-rata amonia (N- NH3) dengan batas nilai maksimum dan
minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai
Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau.

Nilai amonia stasiun payau saat pasang bagian permukaan berbeda nyata
sebesar 3.39 mg/l dengan stasiun payau saat surut bagian dasar sebesar 0.86 mg/l
(p 0.05, n : 7). Hal ini karena limbah dari kotoran sapi berupa tinja dan urin
yang berasal dari outlet pembuangan limbah sapi disekitar stasiun payau yang
merupakan sumber amonia belum tercampur dengan bagian dasar perairan.
Toksisitas amonia di perairan meningkat jika terjadi penurunan oksigen terlarut,
peningkatan pH, dan temperatur (Boyd, 1990). Perairan muara Sungai Cisadane
bagian tawar dan payau memiliki kadar oksigen terlarut yang tidak memenuhi
baku mutu sehingga menyebabkan kadar amonia tinggi.
Nilai nitrit yang terukur di muara Sungai Cisadane terendah 0.04 mg/l dan
tertinggi 0.41 mg/l. Sebagian besar nilai nitrit lebih dari 0.06 mg/l (Gambar 8)

22
23

sehingga tidak memenuhi baku mutu menurut PP No.82 tahun 2001 (Lampiran 3).
Hasil uji t secara statistik menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8)
tetapi pada bagian permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan
saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05,
n : 7).

Gambar 7.Nilai rata-rata nitrit (N-NO2) dengan batas nilai maksimum dan
minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai
Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau.

Meskipun secara statistik terlihat tidak berbeda nyata,tetapi dari data


terlihat kecenderungan terjadi perbedaan sehingga melebihi baku mutu seperti
nilai nitrit pada bagian permukaan lebih besar daripada bagian dasar, hal ini
karena pada perairan payau dipengaruhi air tawar dan air laut . Air laut memiliki
massa jenis air yang lebih besar daripada air tawar (adanya salinitas pada air laut)
sehingga air laut cenderung tenggelam atau berada di bawah air tawar. Pada saat
pengadukan terjadi air laut mendorong air tawar ke permukaan dari dasar perairan
dan air tawar mendorong air laut ke dasar sehingga terbentuk putaran. Air tawar
yang mendominasi bagian permukaan menyebabkan peluang untuk melarutkan
bahan organik seperti nitrit besar sehingga bagian permukaan memiliki
konsentrasi nitrit yang tinggi daripada bagian dasar karena air tawar mudah
melarutkan bahan organik seperti nitrit daripada air laut (Boyd, 1982). Nilai nitrit
pada stasiun tawar saat surut bagian permukaan lebih besar (0.41 mg/l) daripada

23
24

stasiun tawar saat surut bagian dasar (0.11 mg/l). Hal ini dapat disebabkan DO
pada stasiun tawar saat surut bagian permukaan lebih rendah (1.37 mg/l) daripada
DO stasiun tawar pada saat surut bagian dasar (2.39 mg/l) sehingga pembentukan
nitrit lebih besar karena kadar DO rendah. Nitrit menggambarkan berlangsungnya
proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut
sangat rendah (Effendi, 2003). Nilai nitrit stasiun payau saat pasang bagian
permukaan (0.19 mg/l) lebih besar dari stasiun payau saat pasang bagian dasar
(0.04 mg/l). Hal ini karena muara Sungai Cisadane termasuk estuari tercampur
sebagian sehingga pada waktu tertentu (terutama saat pasang) air laut masuk ke
sungai sampai jauh ke bagian lebih hulu dari stasiun tawar.
Nilai nitrat di muara Sungai Cisadane kurang dari 20 mg/l (PP No.82
Tahun 2001) dimana nilai nitrat terbesar pada stasiun tawar saat surut bagian
permukaan sebesar 0.74 mg/l dan pada stasiun tawar saat surut bagian dasar
sebesar 0.80 mg/l (Gambar 8) sehingga memenuhi baku mutu (Lampiran 3).

Gambar 8. Nilai rata-rata nitrat (N-NO3) dengan nilai maksimum dan minimum
pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane
pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

Hasil uji t nilai nitrat menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8)
pada permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan saat surut (p
0.05, n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7). Nilai
nitrat yang kecil ini disebabkan karena hidrologi perairan muara Sungai Cisadane

24
25

dimana sungai memiliki debit air kecil dan pasang surut yang tidak mampu
berubah sehingga tidak terjadi pergerakan massa air yang signifikan.

4.1.3 pH
Nilai pH sekitar 6-9 (Gambar 9) pada suatu perairan tergolong perairan
yang memenuhi baku mutu PP No.82 Tahun 2001 (Lampiran 3). Hasil uji t nilai
pH menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8) pada permukaan dengan
dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan saat surut (p 0.05, n : 7), dan pada
stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7). Nilai pH di muara Sungai
Cisadane semakin arah payau semakin besar antara 6.5-6.9 . Nilai pH pada stasiun
tawar 6.54-6.58 dan stasiun payau 6.70-6.91 . Berdasarkan Gambar 9 dapat
diketahui bahwa pH stasiun payau lebih tinggi daripada pH stasiun tawar.
Semakin ke arah laut salinitas semakin tinggi dan pH semakin basa sedangkan
nilai pH menurun (lebih asam) dapat terjadi karena bahan pencemar yang masuk
ke perairan (Baird dan Cann, 2005).

Gambar 9. Nilai rata-rata pH dengan batas nilai maksimum dan minimum


pengamatan pada stasiun tawar dan payau di muara Sungai Cisadane
pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim kemarau.

Nilai pH juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktivitas biologis


meliputi fotosintesis dan respirasi organisme, suhu dan keberadaan ion-ion yamg
masuk ke perairan (Pescod, 1973).

25
26

4.1.4 TSS (Total Suspended Solid)


Nilai TSS yang terukur di muara Sungai Cisadane kurang dari 400 mg/l
(Gambar 10) sehingga memenuhi baku mutu PP No.82 Tahun 2001 (Lampiran 3).
Uji t nilai TSS menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 2,6,7,8) pada bagian
permukaan dengan dasar (p 0.05, n : 7), saat pasang dengan saat surut (p 0.05,
n : 7), dan pada stasiun tawar dengan stasiun payau (p 0.05, n : 7).

Gambar 10. Nilai rata-rata TSS (Total Suspended Solid) dengan batas nilai
maksimum dan minimum pengamatan pada stasiun tawar dan payau
di muara Sungai Cisadane pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan),
pada musim kemarau.

Ott (1978) menyatakan bahwa suatu perairan tergolong tercemar jika


memiliki konsentrasi TSS 100 mg/l atau lebih. Nilai TSS pada saat pasang di
stasiun payau lebih besar dibandingkan stasiun tawar, hal ini karena terjadi
akumulasi partikel tersuspensi dari bagian perairan yang lebih hulu dari stasiun
tawar (Kota Tangerang). Nilai TSS yang tinggi berasal dari limbah kandang sapi
di sekitar stasiun payau, erosi alamiah dari pinggir sungai, dan pengadukan air
laut yang kuat pada saat pasang. Pada saat surut nilai TSS kecil dan hampir sama,
hal ini karena pada saat surut TSS ikut terbawa sungai ke laut. TSS dapat terdiri
dari lumpur dan pasir halus serta jasad renik yang terutama disebabkan oleh
kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa air sungai selain itu juga berasal dari
limbah yang masuk ke sungai (Darmono, 2001).

26
27

4.1.5 Suhu
Kisaran suhu stasiun tawar 26.8 0C 320C dan kisaran suhu stasiun payau
26.8 0C 320C. Suhu perairan pada saat pengambilan contoh air relatif sama
yakni berkisar antara 270C - 310C (Gambar 11). Knox dan Miyabara (1984)
menyatakan bahwa suhu perairan Asia Tenggara bagian muara di daerah tropis
umumnya berkisar antara 250C - 320C. Cahaya matahari yang masuk ke perairan
akan mengalami penyerapan dan perairan menjadi panas.

Gambar 11. Kisaran suhu perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane
stasiun tawar pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau.

Proses ini berlangsung secara instensif pada lapisan permukaan sehingga


memiliki suhu yang lebih tinggi daripada lapisan dasar. Pada tanggal 26-27
September 2007, 6-7 Oktober 2007 dan 19-21 Oktober 2007 di stasiun tawar saat
pasang dan surut, suhu lapisan permukaan lebih besar daripada suhu lapisan dasar.
Hal ini karena pengadukan pada saat pasang menyebabkan partikel tersuspensi
bagian dasar terdorong ke permukaan sehingga dapat menyebabkan perairan
keruh pada bagian permukaan dan menyerap panas . Pada tanggal 6-7 Oktober
2007 menunjukkan terjadi fluktuasi suhu yang cukup besar pada stasiun payau
saat pasang bagian permukaan sebesar 320C dengan stasiun payau saat pasang
bagian dasar sebesar 280C (Gambar 12). Hal ini karena pada saat pengambilan
sampel pada saat sore hari yakni cuaca cerah dan cukup panas sekitar pukul
15.20-15.50 WIB.

27
28

Gambar 12. Kisaran suhu perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane
stasiun payau pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau.

Perbedaan suhu di perairan dapat disebabkan adanya perbedaan


kemampuan menyerap panas dan kecepatan rambat suhu. Cepat rambat suhu ke
dasar perairan yang rendah menyebabkan suhu di lapisan permukaan lebih besar
daripada lapisan dasar.

4.1.6 Salinitas
Salinitas pada stasiun tawar saat surut berkisar 0 PSU 0,3 PSU dan
salinitas stasiun tawar saat pasang berkisar 0 PSU 10 PSU (Gambar 13).

Gambar 13. Kisaran salinitas perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane
stasiun tawar pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau.

28
29

Knox dan Miyabara (1983) menyatakan bahwa fluktuasi salinitas di


perairan pesisir dipengaruhi oleh topografi pasang surut, dan jumlah air tawar.
Boyd (1990) mengatakan bahwa salinitas air tawar berkisar 0 PSU 0.4 PSU.
Salinitas pada tanggal 06 Agustus 2008 di stasiun tawar pasang permukaan (9.5
PSU) dan stasiun tawar pasang dasar (10 PSU). Hal ini karena muara Sungai
Cisadane termasuk estuari tercampur sebagian sehingga pada waktu tertentu air
tawar air laut masuk ke muara sungai dalam jumlah besar. Air laut yang masuk
ke sungai dalam jumlah besar menyebabkan air laut masuk ke sungai sampai
bagian lebih hulu pada bagian tawar sehingga menyebabkan salinitas di stasiun
tawar melebihi 0.5 PSU.
Salinitas stasiun payau pada saat pasang bagian permukaan berkisar
antara 0 PSU 31.8 PSU sedangkan salinitas stasiun payau pada saat pasang
bagian dasar berkisar antara 0.1 PSU 31.8 PSU (Gambar 14). Salinitas
mendekati nol terjadi pada tanggal 26-27 September 2007 di stasiun payau baik
saat saat pasang maupun surut. Hal ini karena pada waktu tersebut jumlah air
tawar banyak masuk ke sungai.

Gambar 14. Kisaran salinitas perairan secara temporal di muara Sungai Cisadane
stasiun payau pada saat pasang (kiri) dan surut (kanan), pada musim
kemarau
.

Pada tanggal 19-21 Oktober 2007 salinitas di stasiun payau saat pasang
bagian permukaan mendekati nol. Hal ini disebabkan di bagian dasar sungai di
dominasi oleh air laut yang mempunyai densitas lebih berat dibandingkan air

29
30

tawar sehingga air tawar bergerak ke atas dan mendominasi di permukaan. Pada
tanggal 19 Juli 2008 di stasiun payau saat pasang bagian dasar mendekati nol. Hal
ini disebabkan tipe muara Sungai Cisadane bertipe tercampur sebagian sehingga
pada waktu tertentu air tawar mendominasi muara sehngga salinitas mendekati
nol. Fluktuasi salinitas yang terjadi di muara Sungai Cisadane ini
mengindikasikan tipe estuari tercampur sebagian dimana pengaruh dominan dari
air tawar atau air laut pada waktu tertentu (Lauff, 1967).

4.2 Tingkat Kualitas Air Menurut Indeks STORET


Perairan muara Sungai Cisadane merupakan daerah paling hilir Sungai
Cisadane sehingga memungkinkan bahan organik termasuk juga hasil buangan
limbah domestik maupun non domestik dari aktivitas manusia dan industri di
sekitar Tangerang terakumulasi dan terjadi pencemaran sungai. Indikasi adanya
pencemaran tersebut perlu diuji kebenarannya sehingga dibutuhkan upaya untuk
mengetahui tingkat pencemaran di muara sungai tersebut dengan menggunakan
metode tertentu. Salah satu metode yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
pencemaran perairan menurut Canter (1977) adalah dengan menggunakan Indeks
Kualitas Air (IKA) STORET.
Hasil uji t bagian permukaan dengan dasar pada stasiun tawar dan stasiun
payau saat pasang dan surut menunjukkan tidak berbeda nyata (Lampiran 9)
sehingga pada bagian permukaan dan dasar dirata-ratakan. Pada stasiun tawar,
saat pasang dan surut nilainya -36 sedangkan pada stasiun payau saat pasang
nilainya -32.5 dan saat surut nilainya -32. Pada stasiun payau berdasarkan baku
mutu peruntukan biota laut, Kepmen LH no.52 tahun 2004 nilainya lebih kecil
dari PP RI no.81 tahun 2001 yakni -43 dan -34 (Lampiran 5,10) sehingga
termasuk tercemar berat. Faktor lain yang dapat mempengaruhi berkurangnya
beban limbah adalah limbah yang masuk ke perairan bercampur dengan air
sungai sehingga limbah yang masuk ke perairan tidak pekat atau lebih encer dan
memudahkan mikroorganisme dalam mendekomposisi limbah dengan
memanfaatkan air dan oksigen yang ada di perairan.
Tingkat pencemaran perairan muara Sungai Cisadane berdasarkan indeks
kualitas air STORET dengan baku mutu PP No.82 Tahun 2001 (Gambar 15)

30
31

menunjukkan kualitas air muara Sungai Cisadane tercemar berat. Pada stasiun
tawar tingkat pencemarannya lebih besar daripada stasiun payau karena di stasiun
tawar air laut yang masuk sedikit sehingga salinitas rendah, dan sehingga bahan-
bahan organik mudah larut di dalam air daripada stasiun payau.
Baik Sekali

Baik

Sedang

Buruk

Gambar 15.Tingkat pencemaran perairan (terhadap baku mutu kelas 3, PP RI


No.82 Tahun 2001) berdasarkan indeks kualitas air STORET di
muara Sungai Cisadane stasiun tawar dan payau pada saat pasang
dan surut pada musim kemarau.

4.3 Upaya Pengelolaan Muara Sungai Cisadane


Muara Sungai Cisadane merupakan hilir dari Sungai Cisadane yang
mengalir dari hulu di wilayah Bogor hingga melalui daerah pemukiman di Bogor
dan daerah perkotaan dan industri di Tangerang, Provinsi Banten. Secara umum
kualitas air muara Sungai Cisadane termasuk tercemar. Beberapa parameter
kualitas yang yang tidak memenuhi baku mutu, seperti DO, BOD3, amonia, dan
nitrit, mengindikasikan terjadi pencemaran organik karena sebagian besar limbah
yang dihasilkan berasal dari aktivitas manusia di sekitar sungai, seperti : MCK,
pembuangan sampah, peternakan sapi, dan limbah buangan dari Kota Tangerang.
Adanya bukti terdapatnya pencemaran di muara Sungai Cisadane mendorong
perlunya alternatif solusi pemecahan. Beberapa upaya yang dapat dirumuskan

31
32

untuk menanggulangi permasalahan kualitas air muara Sungai Cisadane antara


lain sebagai berikut :
a. Pembuatan dan pengawasan dalam penggunaan Instalasi Pengolahan Air
Limbah Terpadu (IPALT) dimana dalam satu kawasan industri yang sama
terdapat satu tempat pengolahan limbah bersama.
b. Pembuatan dan sosialisasi penggunaan tempat MCK dengan tempat
pengolahan limbahnya sebelum dibuang di sungai.
c. Pembuatan tempat pembuangan limbah organik yang berasal binatang
ternak yang jauh dari sungai dan diupayakan pemanfaatan limbahnya
untuk keperluan masyarakat, misalnya: pupuk organik,biogas, dan bahan
pembuatan gerabah.
d. Sosialisasi kepada masyarakat sekitar sungai tentang pentingnya
memelihara kebersihan sungai dengan tidak menjadikan sungai sebagai
tempat pembuangan sampah.

32
33

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini kualitas air muara Sungai Cisadane,


khususnya pada musim kemarau, sudah tergolong tercemar, baik di bagian tawar
maupun di bagian payau. Hal ini terlihat dari beberapa karakteristik kualitas air
seperti DO, BOD3, amonia dan nitrit yang tidak memenuhi baku mutu pada
beberapa pengamatan. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kualitas air di
bagian tawar dan bagian payau. Demikian juga antara bagian permukaan dan
bagian dasar, maupun kondisi pasang dan surut

5.2 Saran
Kondisi muara Sungai Cisadane yang tercemar tersebut disebabkan oleh
pembuangan limbah di bagian hulu dan sepanjang Sungai Cisadane, terutama dari
pemukiman, industri dan berbagai kegiatan di kota Tangerang. Hal ini antara lain
karena kebiasaan masyarakat membuang sampah dan limbah ke sungai masih
berlangsung. Sehubungan dengan itu, maka perlu sosialisasi tentang pentingnya
menjaga kebersihan sungai, baik untuk kelestarian dan kesehatan lingkungan
maupun dalam rangka menjaga kualitas air sungai sehingga dapat dimanfaatkan
lebih baik. Selain itu limbah industri tetap perlu diolah sebelum dibuang ke sungai
dengan pengawasan yang baik dan ketat, pembuatan tempat MCK untuk
masyarakat di sepanjang sungai yang dilengkapi dengan septic tank, dan untuk
limbah peternakan dibuatkan tempat pengolahan limbah yang dapat mengolah
limbah menjadi biogas.

33
34

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan S. S. Santika. 1987. Metode Penelitian Air. PT Penerbit Usaha


Nasional. Surabaya. 309 h.

APHA (American Public Health Assosiation). 1998. Standard Methods for The
Examinations of Water and Wastewater. 20th Edition. APHA, AWWA
(American Water Works Association) dan WEF (Water Environment
Federation). United Book Press.Inc. Maryland, US. 4-144 h.

Anggoro, H. 2004. Pencemaran Beberapa Unsur Logam Berat di Sungai


Cisadane Periode Tahun 1998-2002. Skripsi. Departemen Manajemen
Sumberdaya Peraiaran. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 125 h.

Baird, C. dan M. Cann. Environmental Chemistry. W.H. Freeman and Company.


New York. US. 129 h.

Basmi, J. J. 1994. Ekosistem Perairan : Habitat dan Biota. Departemen


Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. 64 h.

Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Ponds Fish Culture. Elsevier
Sciences Publishers. Amsterdam. Netherland. 318 h.

Boyd, C. E. 1990. Water Quality In Warmwater Fish Ponds Agricultural


Experiment Station, Auburn University Press. Auburn. Alabama. US.
482 h.

Boyd, C. E. dan C. C. Tucker. 1992. Water Quality and Pond Soil Analyses for
Aquaculture. Auburn University Press. Auburn. Alabama. US. 183 h.

Canter, L. W. 1977. Environmental Impact Assesment. University Oklahoma


Press. US. 331 h.

Clark, R. B. 1986. Marine Pollution. Clarendon Press. Oxford. 213 h.

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan


Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 412 h.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungannya dengan


Toksikologi Senyawa Logam . UI Press. Jakarta. 168

Davis, M. L. dan S. J. Masten. 2004. Principles of Environmental Engineering


and Science. Mac. Graw Hill. Boston. US. 704 h.

Departemen Lingkungan Hidup Provinsi Banten. 2007. Status Lingkungan Hidup


Daerah Kabupaten Tangerang. Laporan. Banten. 15 h.

34
35

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius Press. Yogyakarta. 257 h.

Eyre, B. 1993. Nutrients in the Sediment of a Tropical North-eastern Australian


Estuary, Cathment and Nearshore Coastal Zone. Australian Journal of
Marine and Freshwater Research. 42 (4): 92-95

Fakultas Hukum UNSRAT. 2005. Kepmen LH No.51 Tahun 2004 Lampiran III
(baku mutu untuk biota laut).www.unsrat. ac. id

Fardiaz , S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius Press. Yogyakarta. 190 h.

Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. CV.


Yrama Widya. Bandung. 222 h

Hasan, Z. 1993. Pengaruh Kegiatan Budidaya Ikan dalam Jaring Apung terhadap
Tingkat Kesuburan Perairan dan Komunitas Fitoplankton di Waduk
Saguling, Jawa Barat. Tesis Pascasarjana IPB. Bogor. 71 h.

Humas BPLHD Jakarta. 2005. Pedoman untuk menentukan status mutu air
dengan metoda STORET dalam Kepmen LH No.115 tahun 2003. http : //
www. bplhd. jakarta. go. id

Hugh, J. L. 1964. Management of Estuarine Fisheries. Allen Press, Inc. Kansas.


US. 85 h.

Hutagalung, H. P. dan H. Rozak, 1982. Pengamatan Pendahuluan Kadar Pb dan


Cd dalam Air dan Biota Estuari Muara Angke. LIPI. Jakarta.

Idawaty. 1999. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Lansekap Hutan


Mangrove di Muara Sungai Cisadane, Kecamatan Teluk Naga, Jawa Barat.
Disertasi. Program Studi Lingkungan. Program Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 123 h.

Larry,W. M. 1996. Water Resources Handbook. Mac Graw-Hill. New York. US.

Lauff, G. H. 1967. Estuaries. The Horn-Shafer Company. Maryland. US. 757 h.

Knox, G. A. dan T. Miyabara, 1984. Coastal Zone Resource Development and


Conservation in South East Asia, with Special Reference to Indonesia.
UNESCO Press. Jakarta. 182 h.

Manahan, S. E. 2005. Environmental Chemistry. CRC Press. Boca Raton. Florida.


US. 783 h.

Miller, G. J. dan Connel, D. W. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. UI


Press. Jakarta. 520 h.

35
36

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. PT Pradnya Paramita. Jakarta.


322 h.

Nemerow, N. L. 1974. Scientific Stream Pollution Analysis. Van Nostrand


Reinhold L.td. New York .US. 358 h.

Nemerow, N. L. 1991. Stream, Lake, Estuary, and Ocean Pollution.2 nd. Van
Nostrand Reinhold Ltd. New York . US. 472 h.

Novotny V. dan H. Olem. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, and


Management of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold. New York.
1054 h.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : suatu pendekatan ekologis. Diterjemahkan


oleh M. Eidman, Koesoebiono, M. Hutomo, S. Sukardjo, dan D. G.
Bengen. PT Gramedia. Jakarta . 458 h.

Ott, W. R. 1978. Environmental Indices : Theory and Practice. Ann Arbor


Science Publishers Inc. Washington.

Odum, E. P. 1996. Dasar dasar Ekologi. Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh


Tjahjono Samingan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 546 h.

Pemerintah Kabupaten Tangerang. 2008. Peta Muara Sungai Cisadane.

Pescod, M. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for


Tropical Countries. Environmental Engineering Division. Bangkok : Asian
Intsitut Technologi Press. 148 h.

Polii, B. 1994. Kajian Konsep Pengukuran BOD sebagai Indikator Pendugaan


Pencemaran Bahan Organik di Perairan Daerah Tropis. Disertasi. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Radojevic, M. dan, V. N. Bashkin. 2007. Practical Environmental Analysis. RSC


Publishing. UK. 457 h.

Reid, G. K. 1961. Ecology of Inland Waters and Estuaries. Reinhold Publishing


Corporation. Florida. US. 375 h.

Tim Editor Tempo Interaktif. 2004. Peraturan PP RI No.82 Tahun 2001. http://
www. tempointeraktif. com

Taufik, K. L. 2003. Kualitas Air Hulu dan Tengah Sungai Ciliwung Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya
Peraiaran. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 85 h.

36
37

Umiyati. 2002. Kualitas Air Cisadane Bagian Hulu dan Tengah yang Melalui
Wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat Selama Periode 1996-2000.
Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Peraiaran. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 103 h.

Vesilind, P. A., J. J. Pierce dan R. T. Weiner. 1990. Environmental Pollution and


Control. Butterworth-Heineman Inc. Boston.US. 389 h.

Vesilind, P. A., J. J. Pierce dan R. T. Weiner. 1993. Environmental Engineering.


Butterworth-Heineman Inc. Boston. US. 544 h.

Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistik edisi ke 3. PT Gramedia Pustaka.


Jakarta. 515 h.

Welch, S. 1952. Limnology. Mac Graw-Hill Inc. New York . US. 318 h.
Wetzel, R. G. 1983. Limnology 2nd Edition. CBS College Publishing. US. 767 h.
Wilson, J. G. dan W. Halcrow. 1985. Estuarine Management and Quality
Assesment. Spring Street : Plenum Publishing Corporation. 225 h.

Williams, J. 1979. Introduction to Marine Pollution Control. A Wiley-


Interscience Publication. New York. US. 173 h.

37
38

LAMPIRAN

38
39

Lampiran 1.Data lapangan


Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau
DO Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Bagian Permukaan Bagian Dasar
22-Sep-07 2.03 3.24 2.86 0.82 2.43 3.24 2.43 0.40

26-Sep-07 2.03 3.24 2.86 0.82 2.43 3.24 2.43 0.40

6 Okt 07 0.81 0.41 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00


20 Ok 07 2.49 1.22 2.27 1.70 2.72 1.01 1.22 4.94

26 Jun 08 0.32 0.17 0.53 0.72 1.05 0.64 0.85 0.85


19 Jul 08 0.43 0.40 0.00 1.25 3.76 7.88 0.00 0.43

06 Agus 08 0.82 0.92 3.89 6.15 0.00 0.00 0.61 0.00


Rata 1.27 1.37 1.77 1.64 1.77 2.29 1.08 1.00

Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau

BOD3 Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut

Bagian Permukaan Bagian Dasar

22-Sep-07 1.50 4.60 3.20 15.67 3.70 3.61 2.40 1.60


26-Sep-07 0.10 2.70 3.61 0.90 0.80 3.90 4.01 1.10

6 Okt 07 3.40 6.21 4.20 6.81 3.60 7.81 4.20 7.00

20 Ok 07 0.52 1.00 2.40 12.81 1.60 1.40 2.01 1.01


26 Jun 08 13.49 9.27 3.16 8.33 11.39 10.32 3.76 2.11

19 Jul 08 6.52 6.74 0.00 3.90 4.95 6.43 0.00 3.99


06 Agus 08 18.03 8.64 3.13 5.10 18.05 8.62 5.30 3.53

Rata 6.22 5.59 2.82 7.64 6.30 6.01 3.10 2.91

Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau


COD Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Bagian Permukaan Bagian Dasar

22-Sep-07 5.12 13.52 9.11 15.62 5.12 14.36 9.32 15.62

6 Okt 07 6.17 20.87 47.12 56.57 13.52 22.97 38.72 68.12


20 Ok 07 73.37 75.47 69.17 19.82 73.37 83.87 48.17 57.62
26 Jun 08 51.18 39.14 28.98 49.18 69.24 63.22 20.90 28.98

19 Jul 08 51.18 39.14 0.00 24.94 63.22 0.00 73.42 0.00

06 Agus 08 30.11 36.13 6.76 6.76 42.15 30.11 18.88 10.80


26.86
Rata 36.19 37.38 28.81 44.44 35.76 34.90 30.19

39
40

Lampiran 1.( lanjutan)


Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau
Amonia Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Bagian Permukaan Bagian Dasar
22-Sep-07 2.0212 0.1777 1.7212 1.9882 1.7680 2.2297 0.9606 0.6841
26-Sep-07 1.0585 0.6160 0.9309 0.9798 1.0479 0.7128 0.6947 1.2383
6 Okt 07 1.9627 2.2648 1.5106 2.2616 2.3584 2.3796 1.9169 0.6213
20 Ok 07 0.8015 1.1397 0.7531 1.0086 0.7246 1.2185 0.8680 0.9165

26 Jun 08 1.7853 1.1119 1.0938 1.4206 1.6618 1.3835 0.5715 0.6902

19 Jul 08 1.6684 1.8669 17.1783 1.4851 1.4424 1.5250 0.6019 0.7092

06 Agus 08 2.3789 2.3371 0.5829 1.0910 2.0208 2.2921 0.4736 0.8156

Rata 1.6681 1.3592 3.3958 1.4621 1.5748 1.6773 0.8696 0.8107


Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau
Nitrit Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Bagian Permukaan Bagian Dasar
22-Sep-07 0.0524 2.2077 0.7459 0.0683 0.0974 0.0489 0.0154 0.0137
26-Sep-07 0.1238 0.0797 0.2119 0.1432 0.1353 0.0824 0.2198 0.0242
6 Okt 07 0.0022 0.0057 0.0000 0.0013 0.0000 0.0004 0.0000 0.0022

20 Ok 07 0.1476 0.1996 0.1635 0.1485 0.7388 0.1899 0.0000 0.0859

26 Jun 08 0.0088 0.0945 0.2422 0.0038 0.0077 0.0928 0.0024 0.1045

19 Jul 08 0.0091 0.4130 0.0323 0.3112 0.0081 0.4546 0.0049 0.1436

06 Agus 08 0.0099 0.0056 0.0486 0.0501 0.0084 0.0095 0.0312 0.0148


Rata 0.0505 0.4294 0.2063 0.1038 0.1422 0.1255 0.0391 0.0556
Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau
Nitrat Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Bagian Permukaan Bagian Dasar
22-Sep-07 0.0079 0.3817 0.1863 0.0272 0.0778 0.0802 0.0368 0.0199
26-Sep-07 0.4757 0.6035 0.9243 0.2201 0.5746 0.7410 0.2153 0.0079

6 Okt 07 0.0344 0.1284 0.0585 0.1839 0.0344 0.0754 0.0000 0.0000

20 Ok 07 2.2169 1.2595 1.3608 1.0256 1.9347 2.1783 0.5818 0.8929

26 Jun 08 0.0344 0.0344 0.0006 0.0452 0.0344 0.1309 0.0103 0.0006

19 Jul 08 0.0344 1.9227 0.2852 1.6695 0.0127 1.3656 0.0320 0.6493


06 Agus 08 0.0923 0.0802 0.6059 0.1718 0.1260 0.0706 0.4130 0.0706
Rata 0.4137 0.6301 0.4888 0.4776 0.3992 0.6631 0.1842 0.2345

40
41

Lampiran 1. (lanjutan)
Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau

pH Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut

Bagian Permukaan Bagian Dasar

22-Sep-07 5.41 5.5 5.47 5.7 5.64 5.95 5.52 5.92

26-Sep-07 6.36 6.22 6.36 6.33 6.38 6.26 6.3 6.68

6 Okt 07 6.63 6.51 6.77 6.6 6.62 6.49 6.69 6.58

20 Ok 07 6.55 6.95 7.32 7.49 6.53 6.88 7.09 7.7

26 Jun 08 7.16 7.2 7.05 7.03 7.09 7.1 7.41 7.36

19 Jul 08 7.24 7.15 7.4 7.05 7.25 7.21 7.55 7.41

06 Agus 08 6.7 6.25 6.5 6.75 6.5 6.25 7.1 6.75

Rata 6.58 6.54 6.70 6.71 6.57 6.59 6.81 6.91

Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau

TSS Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut

Bagian Permukaan Bagian Dasar

22-Sep-07 8 6 16 14.4 8 8 20.8 25.2

26-Sep-07 28.8 17.2 9.2 12.4 36 14.4 45.2 29.6

6 Okt 07 25 26 37 30 94 40 71 51

20 Ok 07 18 36 20 33 28 17 14 33

26 Jun 08 22 13 16 19 23 12 11 18

19 Jul 08 22 18 412 20 19 18 192 38

06 Agus 08 44 41 41 40 39 62 94 10

Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau

Salinitas Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut

Bagian Permukaan Bagian Dasar

22-Sep-07 0.1 0.1 22.3 22.3 0.1 0.1 29.1 29.5

26-Sep-07 0 0.5 0 0.5 0 0.5 0.1 10

6 Okt 07 0.5 1 25 31.3 25.5 1 26.8 31.8

20 Ok 07 0.2 0.3 1 18 0.2 0.3 27.2 30.3

26 Jun 08 0.2 0.2 23 17 0.2 0.3 23.5 24

19 Jul 08 0.4 0.2 23 1.8 0.8 0.2 31 30.4

06 Agus 08 11.5 0 24.2 7.8 11 0 26.5 31.8

41
42

Lampiran 1. (lanjutan)
Stasiun Tawar Stasiun Payau Stasiun Tawar Stasiun Payau
Suhu Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
Bagian Permukaan Bagian Dasar
22-Sep-07 32 29.1 32 30.5 31.9 29.1 32 30.5
26-Sep-07 28 29.5 29 30 26.8 29.5 29 30.1
6 Okt 07 30.5 29.8 32 29 28.5 29.9 28 27.5
20 Ok 07 28 29 29 28.5 26.8 29 29 29
26 Jun 08 29 28.1 29 32 28.5 28.3 28.8 31
19 Jul 08 28 27.3 28.5 28 28 27.5 29 28.5
06 Agus 08 29 27.8 28.8 29.8 28.8 28 28.8 30.2

42
43

Lampiran 2. Matriks hasil uji t antar variable pada taraf nyata 95%

Karakteristik Kualitas Air


Variabel uji t
DO BOD3 COD Amonia Nitrit Nitrat pH TSS
Uji t karakteristik kualitas air stasiun tawar dengan stasiun payau
Stasiun tawar,permukaan,saat pasang dengan stasiun payau,permukaan,saat pasang - - - - - - - -
Stasiun tawar,dasar,saat pasang dengan stasiun payau,dasar,saat pasang - - - + - - - -
Stasiun tawar,permukaan,saat surut dengan stasiun payau,permukaan,saat surut - - - - - - - -
Stasiun tawar,dasar,saat surut dengan stasiun payau,dasar,saat surut - - - - - - - -
Uji t karakteristik kualitas air saat pasang dengan saat surut
Saat pasang,bagian permukaan,stasiun tawar dengan saat surut,bagian permukaan,stasiun
- - - - - - - -
tawar
Saat pasang,bagian dasar,stasiun tawar dengan saat surut,bagian dasar,stasiun tawar - - - - - - - -
Saat pasang,bagian permukaan,stasiun payau dengan saat surut,bagian permukaan,stasiun
- - - - - - - -
payau
Saat pasang,bagian dasar,stasiun payau dengan saat surut,bagian dasar,stasiun payau - - - - - - - -
Uji t karakteristik kualitas bagian permukaan dengan bagian dasar
Bagian permukaan,stasiun tawar,saat pasang dengan bagian dasar,stasiun tawar,saat pasang - - - - - - - -
Bagian permukaan,stasiun payau,saat pasang dengan bagian dasar,stasiun payau,saat pasang - - - - - - - -
Bagian permukaan,stasiun tawar,saat surut dengan bagian dasar,stasiun tawar,saat surut - - - - - - - -
Bagian permukaan,stasiun payau,saat surut dengan bagian dasar,stasiun payau,saat surut - - - - - - - -
Keterangan
+ : berbeda nyata
- : tidak berbeda nyata

43
44

Lampiran 3. Indeks STORET dengan baku mutu PP No.82 Tahun 2001 (kelas 3)
Stasiun tawar, pada saat surut, bagian permukaan
No Parameter Satuan Kelas III Hasil Pengamatan
Skor Baku Mutu
Maks. Min. Rata
Fisika
0
1 Suhu C Deviasi 3 29,8 27,3 28,6571 0
2 TSS mg/l 400 41 6 22,4571 0
Kimia
1 pH 6--9 7,2 6,22 6,7133 0
2 DO mg/l 3 3,2438 0,1711 1,3726 -8
3 BOD3 mg/l 6 12,6963 1,3732 7,6627 -8
4 COD mg/l 50 69,0000 10,0000 27,6667 -2
5 Amonia mg/l 0,02 2,3371 0,1777 1,3592 -10
6 Nitrat mg/l 20 1,9124 0,0344 0,7407 0
7 Nitrit mg/l 0,06 2,2077 0,0056 0,4108 -8
Jumlah Skor -36
Stasiun tawar, pada saat surut, bagian dasar
Hasil Pengamatan
No Parameter Satuan Kelas III Skor Baku Mutu
Maks. Min. Rata
Fisika
0
1 Suhu C Deviasi 3 29,8 27,3 28,7143 0
2 TSS mg/l 400 55 11,6 27,2286 0
Kimia
1 pH 6--9 7,7400 6,7500 7,1686 0
2 DO mg/l 3 7,8819 0,0000 2,2873 -8
3 BOD3 mg/l 6 14,1422 1,9194 8,2371 -8
4 COD mg/l 50 104,0000 10,8000 44,8000 -2
5 Amonia mg/l 0,02 2,3796 0,7128 1,6773 -10
6 Nitrat mg/l 20 2,1783 0,0706 0,8015 0
7 Nitrit mg/l 0,06 0,4520 0,0004 0,1077 -8
Jumlah Skor -36

44
45

Lampiran 3. (lanjutan)
Stasiun payau pada saat surut, bagian permukaan

Kelas III Hasil Pengamatan


No Parameter Satuan Skor Baku Mutu
Maks. Min. Rata

Fisika
0
1 Suhu C Deviasi 3 31,8 28,5 29,4714 0

2 TSS mg/l 400 412 9,2 78,7429 -1

Kimia

1 pH 6--9 7,4000 5,4700 6,6957 -2

2 DO mg/l 3 3,8933 0,0000 1,7730 -8

3 BOD3 mg/l 6 332,3815 3,2907 51,3406 -8

4 COD mg/l 50 63,0000 6,0000 98,0183 -8

5 Amonia mg/l 0,02 17,1783 0,5829 3,3958 -10

6 Nitrat mg/l 20 1,3608 0,0006 0,4888 0

7 Nitrit mg/l 0,06 0,7459 -0,0066 0,1915 -8

Jumlah Skor -45

Stasiun payau pada saat surut, bagian dasar

Kelas III Hasil Pengamatan


No Parameter Satuan Skor Baku Mutu
Maks. Min. Rata

Fisika
0
1 Suhu C Deviasi 3 31,9 28 29,4286 0

2 TSS mg/l 400 192 11 64,0000 0

Kimia

1 pH 6--9 7,5500 5,5200 6,8086 -2

2 DO mg/l 3 2,4290 0,0000 1,0768 -10

3 BOD3 mg/l 6 7,2542 2,7536 5,1085 -2

4 COD mg/l 50 72,0000 9,3200 32,7200 -2

5 Amonia mg/l 0,02 1,9169 0,4736 0,8696 -10

6 Nitrat mg/l 20 0,5818 0,0000 0,1808 0

7 Nitrit mg/l 0,06 0,2198 0,0000 0,0447 -2

Jumlah Skor -28

45
46

Lampiran 3. (Lanjutan)
Staiun tawar pada saat surut bagian permukaan
No Parameter Satuan Kelas III Hasil Pengamatan
Skor Baku Mutu
Maks. Min. Rata
Fisika
0
1 Suhu C Deviasi 3 29,8 27,3 28,6571 0
2 TSS mg/l 400 41 6 22,4571 0
Kimia
1 pH 6--9 7,2 6,22 6,7133 0
2 DO mg/l 3 3,2438 0,1711 1,3726 -8
3 BOD3 mg/l 6 12,6963 1,3732 7,6627 -8
4 COD mg/l 50 69,0000 10,0000 27,6667 -2
5 Amonia mg/l 0,02 2,3371 0,1777 1,3592 -10
6 Nitrat mg/l 20 1,9124 0,0344 0,7407 0
7 Nitrit mg/l 0,06 2,2077 0,0056 0,4108 -8

Jumlah Skor -36

Stasiun tawar pada saat surut bagian dasar


Hasil Pengamatan
No Parameter Satuan Kelas III Skor Baku Mutu
Maks. Min. Rata
Fisika
0
1 Suhu C Deviasi 3 29,8 27,3 28,7143 0
2 TSS mg/l 400 55 11,6 27,2286 0
Kimia
1 pH 6--9 7,7400 6,7500 7,1686 0
2 DO mg/l 3 7,8819 0,0000 2,2873 -8
3 BOD3 mg/l 6 14,1422 1,9194 8,2371 -8
4 COD mg/l 50 104,0000 10,8000 44,8000 -2
5 Amonia mg/l 0,02 2,3796 0,7128 1,6773 -10
6 Nitrat mg/l 20 2,1783 0,0706 0,8015 0
7 Nitrit mg/l 0,06 0,4520 0,0004 0,1077 -8
Jumlah Skor -36

46
47

Lampiran 4. Indeks STORET dengan baku mutu KEPMEN LH No.51 Tahun 2004 (biota laut)
Stasiun Payau Saat Pasang Bagian Permukaan
Hasil Pengamatan
No Parameter Satuan BM Skor
Maks. Min. Rata

1 Suhu 0C 31,8 28,5 29,47 0


2 TSS mg/l 20 412 9,2 78,74 -4
1 pH 7-8,5 7,4000 5,4700 6,6957 -8
2 DO mg/l 5 3,8933 0,0000 1,7730 -10
3 BOD mg/l 20 0,0000 3,2907 51,3406 -6
4 Nitrat mg/l 0,008 1,3608 0,0006 0,4888 -8
5 Amonia mg/l 0,3 17,1783 0,5829 3,3958 -10

Jumlah Skor -46


Stasiun Payau Saat Pasang Bagian Dasar
Hasil Pengamatan
No Parameter Satuan BM Skor
Maks. Min. Rata

1 Suhu 0C 31,9 28 29,42857143 0


2 TSS mg/l 20 192 11 64 -4
1 pH 7-8,5 7,55 5,52 6,808571429 -8
2 DO mg/l 5 2,4290 0,0000 1,0768 -10
3 BOD mg/l 20 7,25417354 2,753620573 5,108529177 0
4 Nitrat mg/l 0,008 0,5818 -0,0235 0,1808 -8
5 Amonia mg/l 0,3 1,91692373 0,473644221 0,869612414 -10

Jumlah Skor -40


Stasiun Payau Saat Surut Bagian Permukaan
Hasil Pengamatan
No Parameter Satuan BM Skor
Maks. Min. Rata

1 Suhu 0C 31 28 29,4 0
2 TSS mg/l 20 40 12,4 24,11428571 -4
1 pH 7-8,5 7,49 5,7 6,707142857 -8
2 DO mg/l 5 6,1453 0,0000 1,6365 -8
3 BOD mg/l 20 21,4734592 1,23574 10,47322675 -2
4 Nitrat mg/l 0,008 1,6592 0,0272 0,5110 -10
5 Amonia mg/l 0,3 2,26156792 0,979789384 1,462117483 -10

Jumlah Skor -42


Stasiun Payau Saat Surut Bagian Dasar
Hasil Pengamatan
No Parameter Satuan BM Skor
Maks. Min. Rata

1 Suhu 0C 31 27,5 29,54 0


2 TSS mg/l 20 51 10 29,26 -4
1 pH 7-8,5 7,7000 5,9200 6,9143 -8
2 DO mg/l 5 4,9391 0,0000 1,0037 -10
3 BOD mg/l 20 9,5954 1,3800 3,9812 0
4 Nitrat mg/l 0,008 0,8929 0,0500 0,2182 -8
5 Amonia mg/l 0,3 1,2383 0,6200 0,8107 -10
Jumlah Skor -26

47
48

Lampiran 5. Tingkat pencemaran perairan (baku mutu bagi peruntukan biota laut, Kepmen LH
No.51 Tahun 2004) berdasarkan indeks kualitas air STORET di muara Sungai
Cisadane stasiun tawar dan payau pada saat pasang dan surut pada musim kemarau.

48
49

Lampiran 6.Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane t-Test: Paired TwoSample
for Means
DO
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=DO pasang tawar permukaan =DO Ho=DO pasang tawar dasar =DO pasang
pasang payau permukaan payau dasar
H1=DO pasang tawar permukaan DO H1=DO pasang tawar dasar DO pasang
pasang payau permukaan payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable 1 Variable 2 Variable Variable 2
1
Mean 1.27446 1.77296677 Mean 1.769200 1.07680560
1 7
Variance 0.7778902 2.48806270 Variance 2.085201 1.04356558
2 5 7
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesized 0
d Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -1.020852 T hit t Stat 1.223699
9
P(T<=t) two- 0.3467085 P(T<=t) two- 0.266936
tail tail 2
T tab t Critical 2.4469118 T tab t Critical two- 2.446911
two-tail tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=DO surut tawar permukaan =DOsurut Ho=DO surut tawar dasar =DOsurut
payau permukaan payau dasar
H1=DO surut tawar permukaan DO surut H1=DO surut tawar dasar DO surut
payau permukaan payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 1.372644 1.63646965 Mean 2.287316 1.00373809
1 6 7
Variance 1.757816 4.22360714 Variance 7.986074 3.09600612
7 1 9 4
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.270373 T hit t Stat 0.956955
1
P(T<=t) two- 0.795933 P(T<=t) two- 0.375543
tail 2 tail
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.

49
50

Lampiran 6. (lanjutan)
BOD3
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=BOD3 pasang tawar permukaan Ho=BOD3 pasang tawar dasar =BOD3
=BOD3 pasang payau permukaan pasang payau dasar
H1=BOD3 pasang tawar permukaan H1=BOD3 pasang tawar dasar BOD3
BOD3 pasang payau permukaan pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 6.221737 37.4749041 Mean 6.299228 3.72885341
2 5 5 4
Variance 48.75249 8182.93295 Variance 38.69475 1.32696449
5 3 1 9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.91267 T hit t Stat 1.216883
4
P(T<=t) two-tail 0.396605 P(T<=t) two-tail 0.269337
5 9
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=BOD3 surut tawar permukaan = Ho=BOD3 surut tawar dasar =BOD3 surut
BOD3surut payau permukaan payau dasar
H1=BOD3 surut tawar permukaan BOD3 H1=BOD3 surut tawar dasar BOD3
surut payau permukaan surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 5.593241 7.64469105 Mean 6.012480 2.9059778
1 5 4
Variance 9.149233 26.3789406 Variance 10.04228 4.59678832
7 1 4 5
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat 1.354121
0.828235
P(T<=t) two-tail 0.439232 P(T<=t) two-tail 0.231522
7 1
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka tolak H0 sehingga tak
n tak berbeda nyata. n berbeda nyata.

50
51

Lampiran 6. (lanjutan)
COD
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=COD pasang tawar permukaan =COD Ho=BOD3 pasang tawar dasar =BOD3
pasang payau permukaan pasang payau dasar
H1=COD pasang tawar permukaan COD H1=COD pasang tawar dasar COD
pasang payau permukaan pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 26.18666 98.0183333 Mean 32.02 32.72
7 3
Variance 556.3530 28518.0860 Variance 535.1064 515.2544
7 2
Observations 6 6 Observations 6 6
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 5 df 5
T hit t Stat - T hit t Stat -
1.062113 0.072063
P(T<=t) two-tail 0.336768 P(T<=t) two-tail 0.945345
7 6
T tab t Critical two- 2.570581 T tab t Critical two- 2.570581
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=COD surut tawar permukaan = COD Ho=COD surut tawar dasar =COD surut
surut payau permukaan payau dasar
H1=COD surut tawar permukaan COD H1=COD surut tawar dasar COD surut
surut payau permukaan payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 27.66666 26.1666666 Mean 44.8 44.6666666
7 7 7
Variance 438.6666 361.766666 Variance 1420.88 1284.26666
7 7 7
Observations 6 6 Observations 6 6
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 5 df 5
T hit t Stat 0.118740 T hit t Stat 0.014098
1 1
P(T<=t) two-tail 0.910104 P(T<=t) two-tail 0.989296
3 9
T tab t Critical two- 2.570581 T tab t Critical two- 2.570581
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.

51
52

Lampiran 6. (lanjutan)
Nitrogen Amonia
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=Amonia pasang tawar permukaan Ho=Amoniapasang tawar dasar =Amonia
=Amonia pasang payau permukaan pasang payau dasar
H1=Amonia pasang tawar permukaan H1=Amonia pasang tawar dasar Amonia
Amonia pasang payau permukaan pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 1.668063 3.39581798 Mean 1.574834 0.86961241
3 4 8 4
Variance 0.308807 37.097694 Variance 0.312630 0.24218505
6 5 6
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat 1.045201
0.748682 3
P(T<=t) two-tail 0.482355 P(T<=t) two-tail 0.315912
4 4
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit > T tab maka tolak h0 sehingga tak
n tak berbeda nyata. n berbeda nyata.

Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=Amonia surut tawar permukaan = Ho=Amonia surut tawar dasar =Amonia
Amonia surut payau permukaan surut payau dasar
H1=Amonia surut tawar permukaan H1=Amonia surut tawar dasar Amonia
Amonia surut payau permukaan surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 1.359151 1.46211748 Mean 1.677324 0.81072367
3 3 7
Variance 0.681934 0.24903222 Variance 0.404447 0.04512617
4 4 4 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat 1.201234
0.294138 4
P(T<=t) two-tail 0.778562 P(T<=t) two-tail 0.473212
5 3
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka tolak h0 sehingga tak
n tak berbeda nyata. n berbeda nyata.

52
53

Lampiran 6. (lanjutan)
Nitrogen Nitrat
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=Nitrat pasang tawar permukaan =Nitrat Ho=Nitrat pasang tawar dasar =Nitrat
pasang payau permukaan pasang payau dasar
H1=Nitrat pasang tawar permukaan H1=Nitrat pasang tawar dasar Nitrat
Nitrat pasang payau permukaan pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 0.413697 0.48880154 Mean 0.399227 0.18080577
4 3 8 1
Variance 0.659163 0.25335017 Variance 0.497017 0.05493756
9 6 9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat 1.081268
0.434479 1
P(T<=t) two-tail 0.679131 P(T<=t) two-tail 0.321109
9
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=Nitrat surut tawar permukaan = Nitrat Ho=Nitrat surut tawar dasar =Nitrat surut
surut payau permukaan payau dasar
H1=Nitrat surut tawar permukaan Nitrat H1=Nitrat surut tawar dasar Nitrat surut
surut payau permukaan payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 0.740728 0.51095704 Mean 0.801522 0.21821608
9 2 3 7
Variance 0.583428 0.37638310 Variance 0.846260 0.14704876
1 4 8 4
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat 1.729121 T hit t Stat 2.202793
8 8
P(T<=t) two-tail 0.134518 P(T<=t) two-tail 0.069832
1 9
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.

53
54

Lampiran 6.(lanjutan)
Nitrogen Nitrit
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=Nitrit pasang tawar permukaan =Nitrit Ho=Nitrit pasang tawar dasar =Nitrit
pasang payau permukaan pasang payau dasar
H1=Nitrit pasang tawar permukaan H1=Nitrit pasang tawar dasar Nitrit
Nitrit pasang payau permukaan pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 0.068701 0.19154766 Mean 0.040015 0.03828531
2 8 8 1
Variance 0.010125 0.06849121 Variance 0.002910 0.00655738
6 2 7 7
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat 0.091242
1.145646 5
P(T<=t) two-tail 0.295571 P(T<=t) two-tail 0.930269
5 9
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=Nitrit surut tawar permukaan = Nitrit Ho=Nitrit surut tawar dasar =Nitrit surut
surut payau permukaan payau dasar
H1=Nitrit Nitrat surut tawar permukaan H1=Nitrit surut tawar dasar Nitrit
Nitrit surut payau permukaan surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 0.410821 0.08845699 Mean 0.107694 0.04760870
4 9
Variance 0.646906 0.01122424 Variance 0.024250 0.00284543
4 4 3 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat 1.061468 T hit t Stat 1.401215
6 6
P(T<=t) two-tail 0.329322 P(T<=t) two-tail 0.210695
9 7
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.

54
55

Lampiran 6. (lanjutan)
pH
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=pH pasang tawar permukaan =pH Ho=pH pasang tawar dasar =pH pasang
pasang payau permukaan payau dasar
H1=pH pasang tawar permukaan pH H1=pH pasang tawar dasar pH pasang
pasang payau permukaan payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 6.578571 6.69571428 Mean 6.572857 6.80857142
4 6 1 9
Variance 0.367847 0.44502857 Variance 0.273790 0.50144761
6 1 5 9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat -
0.981936 2.154395
P(T<=t) two-tail 0.364052 P(T<=t) two-tail 0.074652
2 1
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan stasiun
stasiun payau saat surut bagian permukaan payau saat surut bagian dasar
Ho=pH surut tawar permukaan =pHsurut Ho=pHsurut tawar dasar =pH surut payau
payau permukaan dasar
H1=pH surut tawar permukaan pH surut H1=pH surut tawar dasar pH surut
payau permukaan payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample
for Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 6.54 6.70714285 Mean 6.591428 6.91428571
7 6 4
Variance 0.374133 0.33409047 Variance 0.228781 0.37399523
3 6 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat -
1.623539 3.002146
P(T<=t) two-tail 0.155600 P(T<=t) two-tail 0.023941
3 8
T tab t Critical two- 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
tail 8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.

55
56

Lampiran 6. (lanjutan)
TSS
Stasiun tawar saat pasang bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat pasang bagian dasar dengan
stasiun payau saat pasang bagian permukaan stasiun payau saat pasang bagian dasar
Ho=TSS pasang tawar permukaan =TSS Ho=TSS pasang tawar dasar =TSS
pasang payau permukaan pasang payau dasar
H1=TSS pasang tawar permukaan TSS H1=TSS pasang tawar dasar TSS
pasang payau permukaan pasang payau dasar
t-Test: Paired Two t-Test: Paired Two
Sample for Means Sample for Means
Variable 1 Variable 2 Variable Variable 2
1
Mean 23.971429 78.74285714 Mean 35.28571 64
4
Variance 120.67238 21731.26286 Variance 779.2381 4143.61333
3
Observation 7 7 Observatio 7 7
s ns
Hypothesize 0 Hypothesiz 0
d Mean ed Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.977951 T hit t Stat -
1.106191
P(T<=t) 0.3658667 P(T<=t) 0.311013
two-tail two-tail
T tab t Critical 2.4469118 T tab t Critical 2.446911
two-tail two-tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0
n berbeda nyata. sehingga tak berbeda nyata.
Stasiun tawar saat surut bagian permukaan dengan Stasiun tawar saat surut bagian dasar dengan
stasiun payau saat surut bagian permukaan stasiun payau saat surut bagian dasar

Ho=TSS surut tawar permukaan =TSS surut Ho=TSS surut tawar dasar =TSS surut
payau permukaan payau dasar
H1=TSS surut tawar permukaan TSS surut H1=TSS surut tawar dasar TSS
payau permukaan surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample for t-Test: Paired Two Sample
Means for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 22.45714 24.1142857 Mean 24.48571 29.2571428
3 1 4 6
Variance 157.9295 106.771428 Variance 379.2514 179.556190
2 6 3 5
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Difference Mean
Difference
df 6 df 6
T hit t Stat - T hit t Stat -
0.906434 0.496141
P(T<=t) two-tail 0.399642 P(T<=t) two- 0.637443
7 tail 7
T tab t Critical two-tail 2.446911 T tab t Critical two- 2.446911
8 tail 8
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0
n berbeda nyata. n sehingga tak berbeda nyata.

56
57

Lampiran 7. Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane t-Test: Paired TwoSample
for Means
DO
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar
surut, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian dasar
Ho=DO pasang=DO surut Ho=DO pasang=DO surut
H1= DO pasang DO surut H1= DO pasang DO surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for
Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 1.2744 1.37264401 Mean 1.7692000 2.28731662
6 2 6 2
Variance 0.7778 1.75781669 Variance 2.0852014 7.98607489
9 3 8 7
Observation 7 7 Observations 7 7
s
Hypothesize 0 Hypothesized Mean 0
d Mean Difference
Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.2932 T hit t Stat -
0.7601123
P(T<=t) 0.7792 P(T<=t) two-tail 0.4759840
two-tail 2 5
T tab t Critical 2.4469 T tab t Critical two-tail 2.4469118
two-tail 1 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak
sehingga tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat
dengan saat surut, stasiun tawar bagian surut, stasiun payau bagian dasar
permukaan
Ho=DO pasang=DO surut Ho=DO pasang=DO surut

H1= DO pasang DO surut H1= DO pasang DO surut

t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two


Sample for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 1.7729 1.63646965 Mean 1.0768056 1.00373809
7 1 1 7
Variance 2.4880 4.22360714 Variance 1.0435655 3.09600612
6 1 9 4
Observation 7 7 Observation 7 7
s s
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.2268 T hit t Stat 0.0996638
7 8
P(T<=t) 0.8280 P(T<=t) 0.9238577
two-tail 6 two-tail 5
T tab t Critical 2.4469 T tab t Critical 2.4469118
two-tail 1 two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0
sehingga tak berbeda nyata. sehingga tak berbeda nyata.

57
58

Lampiran 7.(lanjutan)
BOD3
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar
surut, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat surut, stasiun tawar bagian
dasar
Ho=BOD pasang=BOD\ surut Ho=BOD pasang=BOD surut
H1= BOD pasang BOD surut H1= BOD pasang BOD surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for
Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 6.22174 5.59324111 Mean 6.2992284 6.01248039
7 8 8
Variance 48.7525 9.14923374 Variance 38.694751 10.0422835
1 1
Observation 7 7 Observations 7 7
s
Hypothesize 0 Hypothesized Mean 0
d Mean Difference
Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.36037 T hit t Stat 0.1703153
4
P(T<=t) 0.73092 P(T<=t) two-tail 0.8703600
two-tail 4
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical two-tail 2.4469118
two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
sehingga tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat
dengan saat surut, stasiun tawar bagian surut, stasiun payau bagian dasar
permukaan
Ho=BOD Ho=BOD pasang=BOD
pasang=BOD surut surut
H1= BOD pasang H1= BOD pasang BOD
BOD surut surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two
Sample for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 37.4749 7.64469105 Mean 3.7288534 2.9059778
5 1
Variance 8182.93 26.3789406 Variance 1.3269645 4.59678832
1 5
Observation 7 7 Observation 7 7
s s
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.8555 T hit t Stat 1.2160294
7
P(T<=t) 0.42511 P(T<=t) 0.2696400
two-tail two-tail 7
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga
sehingga tak berbeda nyata. tak berbeda nyata.

58
59

Lampiran 7.(lanjutan)
COD
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat surut,
saat surut, stasiun tawar bagian permukaan stasiun tawar bagian dasar

Ho=COD pasang=COD surut Ho=COD pasang=COD surut

H1= COD pasang COD surut H1= COD pasang COD surut

t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variable Variable 2 Variable 1 Variable 2
1
Mean 26.1867 27.66666667 Mean 32.02 44.8
Variance 556.353 438.6666667 Variance 535.1064 1420.88
Observations 6 6 Observations 6 6
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 5 df 5
T hit t Stat -0.4304 T hit t Stat -1.1988349
P(T<=t) two- 0.6848 P(T<=t) two- 0.2843053
tail tail
T tab t Critical two- 2.57058 T tab t Critical two- 2.57058183
tail tail
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat surut,
saat surut, stasiun tawar bagian permukaan stasiun payau bagian dasar
Ho=COD pasang=COD Ho=COD pasang=COD
surut surut
H1= COD pasang H1= COD pasang COD
COD surut surut
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variable Variable 2 Variable 1 Variable 2
1
Mean 98.0183 26.16666667 Mean 32.72 44.66666667
Variance 28518.1 361.7666667 Variance 515.2544 1284.266667
Observations 6 6 Observations 6 6
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 5 df 5
T hit t Stat 1.0343 T hit t Stat -1.9147616
P(T<=t) two- 0.34841 P(T<=t) two- 0.11368981
tail tail
T tab t Critical two- 2.57058 T tab t Critical two- 2.57058183
tail tail
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. berbeda nyata.

59
60

Lampiran 7. (lanjutan)
Nitrogen-Amonia
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun tawar bagian dasar
Ho=Amonia pasang=Amonia surut Ho=Amonia pasang=Amonia surut

H1= Amonia pasang Amonia surut H1= Amonia pasang Amonia surut

t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 1.66806 1.35915099 Mean 1.5748348 1.67732431
3 2
Variance 0.30881 0.68193444 Variance 0.3126305 0.40444736
6 3 9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 1.05132 T hit t Stat -0.8212455
P(T<=t) two- 0.3336 P(T<=t) two- 0.4429066
tail tail 7
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun payau bagian dasar
Ho=Amonia pasang=Amonia surut Ho=Amonia pasang=Amonia surut

H1= Amonia pasang Amonia surut H1= Amonia pasang Amonia surut

t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 3.39582 1.46211748 Mean 0.8696124 0.81072367
3 1 7
Variance 37.0977 0.24903222 Variance 0.2421850 0.04512617
4 6 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.84266 T hit t Stat 0.2590084
4
P(T<=t) two- 0.43172 P(T<=t) two- 0.8042857
tail tail
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. n berbeda nyata.

60
61

Lampiran 7. (lanjutan)
Nitrogen-Nitrat
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun tawar bagian dasar
Ho=Nitrat pasang=Nitrat surut Ho=Nitrat pasang=Nitrat surut

H1= Nitrat pasang Nitrat surut H1= Nitrat pasang Nitrat surut

t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 0.4137 0.74072891 Mean 0.3992278 0.80152232
5 3
Variance 0.65916 0.58342810 Variance 0.4970170 0.84626078
1 2 7
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.98 T hit t Stat -1.8186097
P(T<=t) two- 0.36492 P(T<=t) two- 0.1188490
tail tail 1
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun payau bagian dasar
Ho=Nitrat pasang=Nitrat surut Ho=Nitrat pasang=Nitrat surut

H1= Nitrat pasang Nitrat surut H1= Nitrat pasang Nitrat surut

t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 0.4888 0.51095704 Mean 0.1808057 0.21821608
2 7 7
Variance 0.25335 0.37638310 Variance 0.0549375 0.14704876
4 7 4
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.0919 T hit t Stat -0.3023449
P(T<=t) two- 0.92976 P(T<=t) two- 0.7725960
tail tail 9
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. n berbeda nyata.

61
62

Lampiran 7. (lanjutan)
Nitrogen-Nitrit
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun tawar bagian dasar
Ho=Nitrit pasang=Nitrit surut Ho=Nitrit pasang=Nitrit surut

H1= Nitrit pasang Nitrit surut H1= Nitrit pasang Nitrit surut

t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 0.0687 0.41082096 Mean 0.0400158 0.10769396
1 1 4
Variance 0.01013 0.64690636 Variance 0.0029107 0.02425026
7 3 7
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -1.1039 T hit t Stat -1.0307723
P(T<=t) two- 0.31195 P(T<=t) two- 0.3423951
tail tail 1
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun payau bagian dasar
Ho=Nitrit pasang=Nitrit surut Ho=Nitrit pasang=Nitrit surut

H1= Nitrit pasang Nitrit surut H1= Nitrit pasang Nitrit surut

t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 0.19155 0.08845699 Mean 0.0382853 0.04760870
4 1 9
Variance 0.06849 0.01122424 Variance 0.0065573 0.00284543
4 9 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.9218 T hit t Stat -0.2297608
P(T<=t) two- 0.39219 P(T<=t) two- 0.8259100
tail tail 9
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak sehingga tak
tak berbeda nyata. n berbeda nyata.

62
63

Lampiran 7. (lanjutan)
pH
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun tawar bagian dasar
Ho=pH pasang=pH surut Ho=pH pasang=pH surut

H1= pH pasang pH surut H1= pH pasang pH surut

t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means

Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2


e1
Mean 6.57857 6.54 Mean 6.5728571 6.59142857
4 1
Variance 0.36785 0.37413333 Variance 0.2737904 0.22878095
3 8 2
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.39333 T hit t Stat -0.2155815
P(T<=t) two- 0.70767 P(T<=t) two- 0.8364556
tail tail 1
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
sehingga tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun payau bagian dasar
Ho=pH pasang=pH surut Ho=pH pasang=pH surut

H1= pH pasang pH surut H1= pH pasang pH surut

t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample
for Means
Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2
e1
Mean 6.69571 6.70714285 Mean 6.8085714 6.91428571
7 3 4
Variance 0.44503 0.33409047 Variance 0.5014476 0.37399523
6 2 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.1361 T hit t Stat -0.7884843
P(T<=t) two- 0.89618 P(T<=t) two- 0.4604227
tail tail 5
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
sehingga tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.

63
64

Lampiran 7. (lanjutan)
TSS
Saat pasang, stasiun tawar bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun tawar bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun tawar bagian dasar
Ho=TSS pasang=TSS surut Ho=TSS pasang=TSS surut

H1= TSS pasang TSS surut H1= TSS pasang TSS surut

t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means

Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2


e1
Mean 23.9714 22.4571428 Mean 35.285714 24.4857142
6 3 9
Variance 120.672 157.929523 Variance 779.23809 379.251428
8 5 6
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.41713 T hit t Stat 1.2114347
6
P(T<=t) two- 0.6911 P(T<=t) two- 0.2712710
tail tail 6
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
sehingga tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Saat pasang, stasiun payau bagian permukaan dengan saat Saat pasang, stasiun payau bagian dasar dengan saat
surut, stasiun tawar bagian permukaan surut, stasiun payau bagian dasar
Ho=TSS pasang=TSS surut Ho=TSS pasang=TSS surut

H1= TSS pasang TSS surut H1= TSS pasang TSS surut

t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means

Variabl Variable 2 Variable 1 Variable 2


e1
Mean 78.7429 24.1142857 Mean 64 29.2571428
1 6
Variance 21731.3 106.771428 Variance 4143.6133 179.556190
6 3 5
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.97072 T hit t Stat 1.4720625
5
P(T<=t) two- 0.36918 P(T<=t) two- 0.1914219
tail tail 9
T tab t Critical 2.44691 T tab t Critical 2.4469118
two-tail two-tail 5
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
sehingga tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.

64
65

Lampiran 8.Hasil uji t karakteristik kualitas air muara Sungai Cisadane t-Test: Paired TwoSample
for Means
DO
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang
bagian dasar, stasiun tawar saat pasang dengan bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=DO pasang tawar permukaan =DO Ho=DO pasang payau permukaan =DO
pasang tawar dasar pasang payau dasar
H1=DO pasang tawar permukaan DO H1=DO pasang payau permukaan
pasang tawar dasar DO pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 1.2745 1.76920005 Mean 1.77296 1.07680560
6 7 7
Variance 0.7779 2.08520147 Variance 2.48806 1.04356558
8 3 7
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.94 T hit t Stat 1.50904
P(T<=t) two- 0.3834 P(T<=t) two- 0.18202
tail tail 4
T tab t Critical 2.4469 T tab t Critical 2.44691
two-tail two-tail 2
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0
sehingga tak berbeda nyata. n sehingga tak berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut dengan bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=DO surut tawar permukaan =DO surut Ho=DO surut payau permukaan =DO
tawar dasar surut payau dasar
H1=DO surut tawar permukaan DO surut H1=DO surut payau permukaan DO
tawar dasar surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 1.3726 2.287316622 Mean 1.63647 1.00373809
7
Variance 1.7578 7.986074897 Variance 4.22360 3.09600612
7 4
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesize 0
Mean d Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.827 T hit t Stat 0.60150
6
P(T<=t) two- 0.4398 P(T<=t) two- 0.56951
tail tail 7
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical 2.44691
tail two-tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0
n berbeda nyata. n sehingga tak berbeda nyata.

65
66

Lampiran 8. (lanjutan)
BOD3
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang
bagian dasar, stasiun tawar saat pasang dengan bagian dasar, stasiun payau saatpasang
Ho=BOD3 pasang tawar permukaan Ho=BOD3 pasang payau permukaan =BOD3 pasang
=BOD3 pasang tawar dasar payau dasar
H1=BOD3 pasang tawar permukaan H1=BOD3 pasang payau permukaan
BOD3 pasang tawar dasar BOD3 pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 6.2217 6.29922848 Mean 37.4749 3.72885341
4 4
Variance 48.752 38.6947510 Variance 8182.93 1.32696449
9 3 9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesize 0
Mean Difference d Mean
Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.138 T hit t Stat 0.99032
4
P(T<=t) two-tail 0.8951 P(T<=t) two- 0.36025
tail 7
T tab t Critical two-tail 2.4469 T tab t Critical 2.44691
two-tail 2
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0
tak berbeda nyata. n sehingga tak berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=BOD3 surut tawar permukaan =BOD3 Ho=BOD3 surut payau permukaan
surut tawar dasar =BOD3 surut payau dasar
H1=BOD3 surut tawar permukaan BOD3 H1=BOD3surut payau permukaan
surut tawar dasar BOD3surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 5.5932 6.01248039 Mean 7.64469 2.9059778
8 1
Variance 9.1492 10.0422835 Variance 26.3789 4.59678832
1 4 5
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesize 0
Mean Difference d Mean
Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -1.199 T hit t Stat 2.06389
P(T<=t) two-tail 0.2756 P(T<=t) two- 0.0846
tail
T tab t Critical two-tail 2.4469 T tab t Critical 2.44691
two-tail 2
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0
tak berbeda nyata. n sehingga tak berbeda nyata.

66
67

Lampiran 8. (lanjutan)
COD
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan
dengan bagian dasar, stasiun tawar saat pasang bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=COD pasang tawar permukaan Ho=COD pasang payau permukaan
=COD pasang tawar dasar =COD pasang payau dasar
H1=COD pasang tawar permukaan H1=COD pasang payau permukaan
COD pasang tawar dasar COD pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample for t-Test: Paired Two Sample for Means
Means
Variabl Variable Variable Variable 2
e1 2 1
Mean 26.187 32.02 Mean 98.0183 32.72
3
Variance 556.35 535.106 Variance 28518.0 515.2544
4 9
Observations 6 6 Observations 6 6
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 5 df 5
T hit t Stat -2.956 T hit t Stat 1.07586
2
P(T<=t) two- 0.0317 P(T<=t) two- 0.33114
tail tail
T tab t Critical 2.5706 T tab t Critical 2.57058
two-tail two-tail 2
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0
sehingga tak berbeda nyata. sehingga tak berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=COD surut tawar permukaan Ho=COD surut payau permukaan
=COD surut tawar dasar =COD surut payau dasar
H1=COD surut tawar permukaan H1=COD surut payau permukaan COD
COD surut tawar dasar surut payau dasar
t-Test: Paired Two t-Test: Paired Two Sample for Means
Sample for Means
Variabl Variable Variable Variable 2
e1 2 1
Mean 27.667 44.8 Mean 26.1666 44.6666666
7 7
Variance 438.67 1420.88 Variance 361.766 1284.26666
7 7
Observations 6 6 Observations 6 6
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
df 5 df 5
T hit t Stat -1.33 T hit t Stat -
1.28900
8
P(T<=t) two- 0.241 P(T<=t) two- 0.25380
tail tail 7
T tab t Critical 2.5706 T tab t Critical 2.57058
two-tail two-tail 2
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0
sehingga tak berbeda nyata. sehingga tak berbeda nyata.

67
68

Lampiran 8. (lanjutan)
Nitrogen-Amonia
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan
dengan bagian dasar, stasiun tawar saat pasang bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=Amonia pasang tawar permukaan Ho=Amonia pasang payau permukaan
=Amonia pasang tawar dasar =Amonia pasang payau dasar
H1=Amonia pasang tawar permukaan H1=Amonia pasang payau permukaan
Amonia pasang tawar dasar Amonia pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 1.6681 1.57483483 Mean 3.39581 0.86961241
8 4
Variance 0.3088 0.31263052 Variance 37.0976 0.24218505
8 9 6
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat 1.0064 T hit t Stat 2.56721
P(T<=t) two- 0.3531 P(T<=t) two- 0.0331
tail tail
T tab t Critical 2.4469 T tab t Critical 2.4469
two-tail two-tail
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit > T tab maka tolak H0 sehingga
n sehingga tak berbeda nyata. berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
dengan Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=Amonia surut tawar permukaan Ho=Amoniasurut payau permukaan
=Amonia surut tawar dasar =Amoniasurut payau dasar
H1=Amonia surut tawar permukaan H1=Amonia surut payau permukaan
Amoniasurut tawar dasar Amonia surut payau dasar
t-Test: Paired Two t-Test: Paired Two Sample for Means
Sample for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 1.3592 1.67732431 Mean 3.39581 0.86961241
2 8 4
Variance 0.6819 0.40444736 Variance 37.0976 0.24218505
9 9 6
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesize 0 Hypothesize 0
d Mean d Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat -1.069 T hit t Stat 1.07670
6
P(T<=t) two- 0.3263 P(T<=t) two- 0.32298
tail tail 7
T tab t Critical 2.4469 T tab t Critical 2.44691
two-tail two-tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0
n sehingga tak berbeda nyata. sehingga tak berbeda nyata.

68
69

Lampiran 8. (lanjutan)
Nitrogen-Nitrat
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan
bagian dasar, stasiun tawar saat pasang bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=Nitrat pasang tawar permukaan =Nitrat Ho=Nitrat pasang payau permukaan
pasang tawar dasar =Nitrat pasang payau dasar
H1=Nitrat pasang tawar permukaan H1=Nitrat pasang payau permukaan
Nitrat pasang tawar dasar Nitrat pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 0.4137 0.39922782 Mean 0.48880 0.18080577
9 2 1
Variance 0.6592 0.49701702 Variance 0.25335 0.05493756
9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat 0.3052 T hit t Stat 1.03671
P(T<=t) two-tail 0.7705 P(T<=t) two-tail 0.03905
1
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.44691
tail tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=Nitrat surut tawar permukaan =Nitrat Ho=Nitrat surut payau permukaan =Nitrat
surut tawar dasar surut payau dasar
H1=Nitrat surut tawar permukaan Nitrat H1=Nitrat surut payau permukaan Nitrat
surut tawar dasar surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 0.7407 0.80152232 Mean 0.51095 0.21821608
7 7
Variance 0.5834 0.84626078 Variance 0.37638 0.14704876
7 3 4
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat -0.34 T hit t Stat 1.03671
9
P(T<=t) two-tail 0.7453 P(T<=t) two-tail 0.0390
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.44691
tail tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.

69
70

Lampiran 8. (lanjutan)
Nitrogen-Nitrit
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan
bagian dasar, stasiun tawar saat pasang bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=Nitrit pasang tawar permukaan =Nitrit Ho=Nitrit pasang payau permukaan =Nitrit
pasang tawar dasar pasang payau dasar
H1=Nitrit pasang tawar permukaan H1=Nitrit pasang payau permukaan Nitrit
Nitrit pasang tawar dasar pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 0.0687 0.04001581 Mean 0.19154 0.03828531
2 8 1
Variance 0.0101 0.00291073 Variance 0.06849 0.00655738
3 1 7
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.7713 T hit t Stat 1.51083
4
P(T<=t) two-tail 0.4698 P(T<=t) two-tail 0.18157
9
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.44691
tail tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=Nitrit surut tawar permukaan = Nitrit Ho=Nitrit surut payau permukaan =Nitrit
surut tawar dasar surut payau dasar
H1=Nitrit surut tawar permukaan Nitrit H1=Nitrit surut payau permukaan Nitrit
surut tawar dasar surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 0.4108 0.10769396 Mean 0.08845 0.04760870
4 7 9
Variance 0.6469 0.02425026 Variance 0.01122 0.00284543
7 4 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.9799 T hit t Stat 1.28575
7
P(T<=t) two-tail 0.365 P(T<=t) two-tail 0.24591
8
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.44691
tail tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.

70
71

Lampiran 8. (lanjutan)
pH
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan
bagian dasar, stasiun tawar saat pasang bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=pH pasang tawar permukaan =pH Ho=pH pasang payau permukaan =pH
pasang tawar dasar pasang payau dasar
H1=pH pasang tawar permukaan pH H1=pH pasang payau permukaan pH
pasang tawar dasar pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 6.5786 6.57285714 Mean 6.69571 6.80857142
3 4 9
Variance 0.3678 0.27379047 Variance 0.44502 0.50144761
6 9 9
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat 0.118 T hit t Stat -
1.04662
5
P(T<=t) two-tail 0.91 P(T<=t) two-tail 0.33559
2
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.44691
tail tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=pH surut tawar permukaan =pH surut Ho=pH surut payau permukaan =pH surut
tawar dasar payau dasar
H1=pH surut tawar permukaan pH surut H1=pH surut payau permukaan pH surut
tawar dasar payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variabl Variable 2 Variable Variable 2
e1 1
Mean 6.54 6.59142857 Mean 6.70714 6.91428571
1 3 4
Variance 0.3741 0.22878095 Variance 0.33409 0.37399523
2 8
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
df 6 df 6
T hit t Stat -0.737 T hit t Stat -3.42594
P(T<=t) two-tail 0.4889 P(T<=t) two-tail 0.01404
1
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.44691
tail tail 2
Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga Kesimpula T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
n tak berbeda nyata. n tak berbeda nyata.

71
72

Lampiran 8. (lanjutan)
TSS
Bagian permukaan, stasiun tawar saat pasang dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat pasang dengan
bagian dasar, stasiun tawar saat pasang bagian dasar, stasiun payau saat pasang
Ho=TSS pasang tawar permukaan =TSS Ho=TSSpasang payau permukaan =TSS
pasang tawar dasar pasang payau dasar
H1=TSS pasang tawar permukaan TSS H1=TSS pasang payau permukaan TSS
pasang tawar dasar pasang payau dasar
t-Test: Paired Two Sample for Means t-Test: Paired Two Sample for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 23.971 35.28571429 Mean 78.74286 64
Variance 120.67 779.2380952 Variance 21731.26 4143.613333
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat -1.152 T hit t Stat 0.418093
P(T<=t) two- 0.2932 P(T<=t) two- 0.69043
tail tail
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.446912
tail tail
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
sehingga tak berbeda nyata. tak berbeda nyata.
Bagian permukaan, stasiun tawar saat surut dengan Bagian permukaan, stasiun payau saat surut dengan
Bagian dasar, stasiun tawar saat surut bagian dasar, stasiun payau saat surut
Ho=TSS surut tawar permukaan =TSS Ho=TSS surut payau permukaan =TSS
surut tawar dasar surut payau dasar
H1=TSS surut tawar permukaan TSS H1=TSS surut payau permukaan TSS
surut tawar dasar surut payau dasar
t-Test: Paired Two Sample t-Test: Paired Two Sample for Means
for Means
Variable Variable 2 Variable Variable 2
1 1
Mean 22.457 24.48571429 Mean 24.11429 29.25714286
Variance 157.93 379.2514286 Variance 106.7714 179.5561905
Observations 7 7 Observations 7 7
Hypothesized 0 Hypothesized 0
Mean Mean
Difference Difference
Df 6 df 6
T hit t Stat -0.42 T hit t Stat -
0.765976
P(T<=t) two- 0.6894 P(T<=t) two- 0.472738
tail tail
T tab t Critical two- 2.4469 T tab t Critical two- 2.446912
tail tail
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 Kesimpulan T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga
sehingga tak berbeda nyata. tak berbeda nyata.

72
73

Lampiran 9. Hasil uji statistik (uji t) stasiun tawar dan payau, saat pasang dan surut, permukaan
dengan stasiun tawar dan payau, saat pasang dan surut t-Test: Paired Two Sample for
Means untuk indeks pencemaran STORET (PP RI No.82 tahun 2001)

- Stasiun tawar dan payau, saat pasang, permukaan dengan stasiun tawar dan payau, saat
pasang,dasar
Stasiun Tawar Stasiun Payau
Variable 1 Variable 2 Variable 1 Variable 2
Mean -38 -34 Mean -41,5 -27
Variance 8 8 Variance 24,5 2
Observations 2 2 Observations 2 2
Hypothesized Mean Hypothesized
Difference 0 Mean Difference 0
df 1 df 1
Thit t Stat -1 t Stat -5,8
P(T<=t) one-tail 0,25 P(T<=t) one-tail 0,054346706
t Critical one-tail 6,313752 t Critical one-tail 6,313751514
P(T<=t) two-tail 0,5 P(T<=t) two-tail 0,108693411

T Tab t Critical two-tail 12,7062 t Critical two-tail 12,70620473


T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak
Kesimpulan berbeda nyata. berbeda nyata.

- Stasiun tawar dan payau, saat surut, permukaan dengan stasiun tawar dan payau, saat surut,dasar
Pasang Surut
Variable 1 Variable 2 Variable 1 Variable 2
Mean -36 -36 Mean -36,5 -32
Variance 32 0 Variance 144,5 72
Observations 2 2 Observations 2 2
Hypothesized Hypothesized
0 0
Mean Difference Mean Difference
df 1 df 1
Thit t Stat 0 t Stat -1,8
P(T<=t) one-tail 0,5 P(T<=t) one-tail 0,161414467
t Critical one-tail 6,313751514 t Critical one-tail 6,313751514
P(T<=t) two-tail 1 P(T<=t) two-tail 0,322828934
T Tab t Critical two-tail 12,70620473 t Critical two-tail 12,70620473
T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak T hit < T tab maka gagal tolak H0 sehingga tak
Kesimpulan
berbeda nyata. berbeda nyata.

73
74

Lampiran 10. Hasil uji statistik (uji t) stasiun payau, saat pasang dan surut, permukaan dengan
stasiun payau, saat pasang dan surut,dasar t-Test: Paired Two Sample for Means
untuk indeks pencemaran STORET (KEPMEN LH No.51 Tahun 2004,biota laut)

- Stasiun payau, saat pasang, permukaan dengan stasiun payau, saat pasang,dasar

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances

Variable 1 Variable 2
Mean -43 -44
Variance 18 32
Observations 2 2
Pooled Variance 25
Hypothesized Mean Difference 0
df 2
t Stat : t hit 0,2
P(T<=t) one-tail 0,429986
t Critical one-tail 2,919986
P(T<=t) two-tail 0,859972
t Critical two-tail : t tab 4,302653
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal
tolak H0 sehingga tak
berbeda nyata.

- Stasiun payau, saat surut, permukaan dengan stasiun payau, saat surut,dasar
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances

Variable 1 Variable 2
Mean -41 -30
Variance 2 32
Observations 2 2
Pooled Variance 17
Hypothesized Mean Difference 0
df 2
t Stat : t hit -2,66789
P(T<=t) one-tail 0,058229
t Critical one-tail 2,919986
P(T<=t) two-tail 0,116459
t Critical two-tail : t tB 4,302653
Kesimpulan T hit < T tab maka gagal
tolak H0 sehingga tak
berbeda nyata.

74
75

Lampiran 11. Foto stasiun penelitian dan sekitarnya


Stasiun Tawar

Stasiun payau

Muara sungai

Beberapa pencemar sungai

75
76

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 05


Februari 1986 hari Rabu Pon dari Bapak Kasman dan Ibu Sulistyowati
sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan penulis diawali dari TK
ABA Parengan (1991-1992), SD N Pangkatrejo (1992-1999), SLTP N 1
Sekaran (1999-2001), SMU N 2 Lamongan (2001-2004), Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa
Timur. Pada tahun 2004 penulis diterima masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk
IPB) di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan (FPIK).
Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif mengikuti organisasi sebagai Staf DPM
TPB IPB Bidang Internal (2004), Staf pengurus Himasper Divisi Pendidikan (2005-2006), Ketua
Buletin Majalah FKM C, FPIK (2005-2006), Wakil Ketua PSDM UKM FORCES (2005-2006),
Koordinator Rumah Tangga Racana Surya Tirta Kencana-Inggita Puspa Kirana UKM PRAMUKA
IPB (2005-2006), Ketua Umum Himasper MSP (2006-2007), Ketua Forum UKM IPB I (2007-
2008), Ketua Majelis Pertimbangan UKM FORCES (2008-sekarang), dan Vice President of ASEAN
Students Exchange Programme 2008 .
Asisten dosen luar biasa yang pernah penulis ikuti, yakni : mata kuliah Dasar-Dasar
Limnologi (2006-2007), Avertebrata Air (2007-2008) dan Ikhtiologi Fungsional (2008-2009).
Penulis pernah magang di Laboratorium Kualitas Air dan Laboratorium Penyakit Ikan, Balai Besar
Air Tawar (BBAT), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Sukabumi, Jawa Barat. Penulis
pernah mengikuti kegiatan PKM (Progrm Kreativitas Mahasiswa) sejak tahun 2005-2008 dan lolos
didanai oleh Dikti-Depdiknas.
Penulis melaksanakan penelitian yang berjudul Karakteristik Kualitas Air Muara
Sungai Cisadane Bagian Tawar dan Payau di Kabupaten Tangerang, Banten sebagai syarat
untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

76

Anda mungkin juga menyukai