Pelabuhan
Perencanaan Pelabuhan Ikan
Disusun Oleh :
Om Swastyastu
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat nya lah tugas besar Pelabuhan
dapat diselesaikan dengan baik demi memenuhi syarat perkuliahan smester V ini. Dimana
tugas pelabuhan ini bertujuan untuk memahami bagaimana cara menghitung dan mendesain
pelabuhan berdasarkan beberapa sumber.
Pelabuhan perikanan adalah suatu kawasan perikanan yang berfungsi sebagai tempat
labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran, tempat pelaksanaan
pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pengumpulan data tangkapan, tempat pelaksanaan
penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan dan tempat untuk memperlancar
operasional kapal perikanan.
Pada kesempatan ini juga kami tidak lupa berterima kasih kepada Dosen pengajar
sekaligus Pembimbing pada mata kuliah Pelabuhan ini, Bapak Ir. I Made Ardantha, MT yang
telah membantu dan membimbing kami dalam penyelesaian tugas ini.
Akhirnya, tidak lupa kami memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan
dalam tugas ini. Kami sadar bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang sekiranya dapat
digunakan untuk perbaikan pada perencanaan berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terima
kasih.
Denpasar, 10 Januari
2017
( Penulis )
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
2
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................15
DAFTAR GAMBA
3
Gambar 2. 1 Pembagian zona di Pelabukan Perikanan Cilacap
4
DAFTAR TAB
5
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
(Direktorat Jenderal Perikanan, 1994).
Menurut Baskoro (1984) dalam Fitriyah (2007) bahwa fungsi dan peranan dari
pelabuhan perikanan adalah sebagai tempat untuk mendaratkan ikan hasil tangkapan,
pemasaran dan tempat berlabuh bagi kapal yang mengisi bahan bakar serta persiapan operasi
penangkapan.
3
II.3 Tata Ruang Pelabuhan Perikanan
Tata ruang pelabuhan perikanan dirumuskan berdasar pengelompokan jenis kegiatan
sesuai dengan fungsi layanan dan jenis kegiatannya. pengelempokan dimaksudkan untuk
memberikan efesiensi gerak oprasional di dalam pelabuhan maupun di kawasan sekitarnya.
pengeleompokan kegiatan didasarkan pada fungsi layanan dan alur kegiatan. secara garis
besar terdapat tiga kelompok kegiatan pelayanan, yakni : pelayanan kapal, pelayanan hasil
tangkapan ikan dan pelayanan kegiatan manusia di dalam kawasan. kelompok kegiatan
tersebut dipisahkan berdasar jenis kegiatan spesifiknya di dalam suatu zonanzi seperti
ditunujukan pada Tabe II-2(Puser Bumi, 2007). Gambar II-1adalah pembagian zona pada
pelabuhan perikanan samudra cilacap. Penjelasan masing masing zona diberikan berikut.
Fungsi Layanan
Kapal Hasil Tangkapan Manusia
Zona kapal bongkar Zona Pelelangan Zona publik/umum
1. kelompok pelabuhan 1. sorting, cleaning, 1. parker kendaraan
2. tambatan nongkar weighting 2. ruang transaksi lelang
- kapal < 10 GT 2. tempat pelelangan 3. MCK umum
- kapal 10-30 GT 3. packing 4. terminal angkutan
- kapal > 30 GT 4. storing 5. tempat
3. transit shed & MCK 5. pabrik es/cold storage ibadah/mushola
6. loading ke atas truk 6. warung
7. area wisata bahari
Zona tambat dan Zona olah tradisional Zona administrasi
perbekalan 1. pabrik es/cold storage 1. kantor pelabuhan
1. tambatan istirahat 2. gudang 2. kantor syahbandar
2. tambat muat 3. pengasinan 3. kantor satpolair
3. tempat perbaikan 4. pengasapan 4. balai pertemuan
jaring 5. jemur nelayan
4. gudang es 6. IPAL 5. KUD/ koperasi mina
5. perbekalan (es, air 6. gardu listrik
bersih, beal, bbm) 7. layanan BBM
8. sumur/tangki air
9. pemadam kebakaran
Zona resparasi Zona industri perikanan Zona penunjang
1. slipways dengan 1. kawasan industri 1. rumah dinas
winch house 2. kawasan pergudangan 2. mes penginapan
2. repair workshop 3. kawasan pemasaran 3. restoran/kantin
3. electronic & ferig / pertokoan 4. poliklinik
4. gudang peralatan
berat
4
II.3.1 Zona Bongkar Kapal
Zona ini dilengkapi dengan dermaga bingkar yang merupakan tempat kapal
sandar untuk melakukan bongkar muatan hasil tangkapan. Zona ini dirancang
sedemikian rupa sehingga proses bongkar muatan hasil tangkapan dapat dilakukan
dengan cepat. Untuk itu, Zona kapal bongkar dikelompokan kedalam zona dermaga kecil
(<10 GT), Dermaga kapal sedang (10-50 GT) dan dermaga kapal besar (>50 GT). Pada
masing masing zona, penanganan muatannya berbeda sesuai dengan metoda bongkar
dan ukuran kapal yang dilayani.
5
II.3.2 Zona Tambat Kapal dan Perbekalan
Zona tambat dan zona perbekalan biasanya berada di tempat terpisah. Kedua
zona ini dipisahkan dari zona bongkar agar kapal-kapal yang sedang bertambat dan
mengisi perbekalam tidak mengganggu kegiatan bongkar yang sedang berlangsung.
Zona tambat dilengkapi dengan dermaga tambat. Di dermaga tambat ini kapal
ditambatkan dan ABK (anak buah kapal) pulang ke rumah untkberistirahat selama satu
minggu atau bahkan lebih berada di laut untuk menangkap ikan. Dermaga tambat
berfungsi sebagai tempat parkir kapal. Selama berada di dermaga tambat dilakukan
perawatan serta perbaikan alat penangkap ikan. Di dermaga ini ABK disediakan lahan
untk penjemuran jarring dan bangunan untuk menjurai dan memperbaiki jarring, serta
tempat untuk penyimpanan alat tangkap ikan dan suku cadang.
Zona perbekalan dilengkapi dengan dermaga perbekalan dan fasilitas lain yang
berkaitan dengan keberangkatan kapal yang akan menangkap ikan. Ketika nelayan akan
melaut lagi, kapal yang ditambatkan di dermaga tambat dibawa ke dermaga perbekalan
untuk mempersiapakan bekal yang akan dibawa melaut. Bahkan pokok yang disiapkan
untuk melaut adalah bahan makanan, air tawar, bahan bakar minyak, dan es. oleh karena
itu dermaga oerbekalan didukung dengan fasilitas berikut : angkutan es batu, gudang,
jaringan pipa air bersih, kios/waserda perbekalan, bahan bakar (bunker/tanki BBM),
jaringan pipa BBM, pompa meter BBM, dan fasilias pemadam kebakaran. Setelah semua
perbekalan disiapkan, selanjutnya kapal meninggalkan dermaga dan melaut lagi.
6
dengan : ruang administrasi pelelangan, ruang umum/tunggu, MCK umum, aliran air
bersih untuk pembersihan lantai lelang, parkir penjual dan pembelian ikan serta gudang
es.
7
kepala pelabuhan, kantor syahbandar, kantor satpolair, balai pertemuan nelayan,
KUD/Koperasi mina, gardu listrik/genset, sumur/tangki air, dsb.
Fasilitas yang ada pada zona fasilitas penunjang diantaranya adalah perumahan
pengelola, mess penginapan tamu, restoran/kantin, tempat ibadah, poliklinik, tempat
rekreasi, dan terminal angkutan.
Pelabuhan ikan menyediakan tempat bagi kapal-kapal ikan untuk melakukan kegiatan
penangkapan ikan dan memberikan pelayanan yang diperlukan. Berbeda dengan palbuhan
umum di mana semua kegiatan seperti bongkar muat barang, pengisian perbekalan,
perawatan dan perbaikan ringan dilakukan di dermaga yang sama; pada pelabuhan ikan
sarana dermaga disediakan secara terpisah untuk berbagai kegiatan. Hal ini mengingat bahwa
hasil tangkapan ikan adalah produk yang mudah busuk sehingga diperlukan penangan secara
cepat. Di samping itu jumlah kapal yang berlabuh di pelabuhan bisa cukup banyak sehingga
penggunaan fasilitas pelabuhan, terutama dermaga harus dilakukan seefisien mungkin.
Pelabuhan ikan dilengkapi berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan
dan kegiatan-kegiatan pendukungnya, seperti pemecah gelombang, kantor pelabuhan,
dermaga, tempat pelelangan ikan (TPI), tangki air, tangki BBM, pabrik es, ruang pendingin,
tempat pelayanan/perbaikan kapal, dan tempat penjemuran jala.
Untuk bisa memberikan pelayanan hasil penangkapan ikan dengan cepat, maka
dermaga pada pelabuhan ikan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu 1) dermaga bongkar, 2)
dermaga perbekalan dan 3) dermaga tambat. Fungsi dari masing-masing dermaga dijelaskan
berikut ini:
8
1. Dermaga Bongkar
Dermaga bongkar merupakan dermaga yang digunakan oleh kapal-kapal yang
baru datang dari melaut untuk membongkar hasil tangkapan ikan. Setelah merapat
ke dermaga, ikan harus segera dibongkar dan langsung dibawa ke TPI yang
letaknya tidak jauh dari dermaga bongkar. Di TPI ikan hasil tangkapan dilelang.
Agar dermaga bongkar dapat digunakan lagi oleh kapal yang datang berikutnya,
setelah semua hasil tangkapan ikan di angkut ke TPI, kapal segera meninggalkan
dermaga bongkar menuju dermaga tambat
2. Dermaga Tambat
Dermaga Tambat merupakan dermaga dimana kapal ditambatkan dan ABK (anak
buah kapal) pulang kerumah untuk beristirahat setelah selama satu minggu atau
bahkan lebih berada di laut untuk menangkap ikan. Selama berada di dermaga
tambat dilakukan perawatan serta perbaikan alat penangkapan ikan. Di dermaga
ini ABK melakukan persiapan untuk melaut berikutnya. Di dekat dermaga tambat
disediakan lahan untuk penjemuran jaring dan bangunan untuk menjurai dan
memperbaiki jaring, serta tempat untuk penyimpanan alat tangkap dan suku
cadang.
3. Dermaga Perbekalan.
Dermaga ini dermaga yang digunakan ketika nelayan akan melaut lagi, kapal yang
ditambatkan di dermaga tambat dibawa ke dermaga perbekalan untuk
mempersiapkan bekal yang akan dibawa melaut. Bahan pokok yang disiapkan
untuk melaut adalah bahan makanan, air tawar, bahan bakar minyak, dan es.
Setelah semua perbekalan disiapkan, selanjutnya kapal meninggalkan dermaga
dan melaut lagi.
II.5.1 Dermaga
Dermaga merupakan fasilitas pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan berbagai kegiatan di pelabuhan, seperti
membongkar muatan (hasil tangkapan ikan), pengisian bahan bakar dan bekal untuk
9
melaut dan menunggu selama dermaga sedang penuh. Dimensi dermaga didasarkan pada
jumlah dan ukuran kapal yang bertambat tiap hari, jumlah kapal dan waktu yang
diperlukan untuk menurunkan hasil tangkapan ikan. Dermaga tersebut meliputi dermaga
pendaratan, dermaga perlengkapan dan dermaga tunggu.
N
Ld (L+0,15 L)
=
Dengan,
L = Panjang kapal
N'
Lp ( L+0,15 L)
= '
Dengan,
10
Ld = panjang dermaga perlengkapan
L = Panjang kapal
LT
= n(B+0,5 B)
Dengan,
B = lebar kapal
11
menjadi kolam pendaratan, kolam perbekalan, kolam tambat dan kolam manuver.
Hitungan kebutuhan masing-masing kolam pelabuhan tersebut diberikan berikut ini.
A1 = L1 B 1
Dimana,
B = Lebar Kapal
A2 = L2 B 2
Dimana,
B2 = 1,5B
L2 = 1,1 Loa
12
II.5.2.4 Perairan untuk Manuver
Perairan untuk manuver kapal adalah ruangan perairan dengan lebar dan
kedalaman yang cukup untuk kapal-kapal berputar arah pada waktu merapat dan
meninggalkan dermaga. Cara manuver kapal tergantung pada beberapa faktor, yaitu
apakah kapal bertambat sejajar atau tegak lurus dermaga, tata letak dermaga, angin
dan kecepatan kapan. Luar perairan untuk manuver kapal dihitung dengan persamaan
berikut ini.
A3 = L3 W
Dimana,
L3 = panjang dermaga
Luas kolam putar ditentukan berdasar kapal terbesar yang menggunakan pelabuhan.
2
Ap = R = (2 L) 2
13
normal kapal dapat bertambat dalam beberapa baris. Jarak antara kapal satu dengan
lainya diberi antara (ruang kebebasan) sebesar 0,10L pada arah memanjang dan 0,3 B
pada arah lebar kapal.
Pada kondisi badai gerak kapal di kolam pelabuhan tidak semudah pada
kondisi normal. Ukuran kolam putar dan manuver dibuat lebih kecil, yang ditentukan
berdasarkan bobot kapal merata. Luas kolam pelabuhan pada kondisi badai dihitung
dengan persamaan berikut :
Dengan,
N = Jumlah Kapal
Luas TPI tergantung pada produksi ikan yang dihasilkan tiap hari, yang dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini.
N
S=
R P
Dengan
14
R = Jumlah pelelangan yang terjadi dalam satu hari
= rasio dari luasan yang dipakai untuk tempat ikan dengan luas total tempat
pelelangan ikan
BAB III
PEMBAHASAN
Bobot Kapal (GT) Panjang Total Loa (m) Lebar B (m) Draft (m)
20 16,20 4,20 1,30
30 18,50 4,50 1,50
50 21,50 5,00 1,78
75 23,85 5,55 2
15
Kala Ulang (Tahunan) Tinggi Gelombang (m)
1 2
10 2,5
25 2,8
50 3,25
3.2 Perhitungan Berat Rerata Kapal dan Jumlah kapal per Hari
a. Perhitungan Berat Rerata Kapal
Rumus Berat rerata kapal :
K b 1 Ab 1 + K b 2 Ab 2 + K b 3 A b3 + K b 4 Ab 4
Bobot rerata=
A
Dengan :
Kapal Besar (Kb1) = 20 GT
Kapal Besar (Kb2) = 30 GT
Kapal Besar (Kb3) = 50 GT
Kapal Besar (Kb3) = 75GT
Jumlah Kapal Besar (Ab1) = 45 buah
Jumlah Kapal Besar (Ab2) = 10 buah
Jumlah Kapal Besar (Ab3) = 5 buah
Jumlah Kapal Besar (Ab4) = 3 buah
Jumlah total kapal (A) = 63 buah
Keterangan :
16
1. Untuk total A (jumlah kapal) dipakai jumlah kapal besar yang ada, kapal sedang 5
GT tidak dihitung.
2. Jumlah kapal (A) yang dipakai adalah 63 kapal.
3. Kapal/motor sedang (Ks) tidak masuk dalam hitungan berat rerata kapal karena
kapal sedang dengan bobot 5 GT atau kurang tidak melakukan bongkar muat di
dermaga.
20 45+30 10+50 5+75 3
Bobot rerata= =26,587>
63
Dari hasil bobot rerata kapal diambil bobot yang terdekat dengan bobot kapal
yang ada di pelabuhan berdasarkan Tabel 11.2 (dimensi kapal sesuai bobot kapal),
maka dipakai bobot kapal 30 GT.
Untuk data kapal dengan bobot 30 GT sebagai berikut :
1. Panjang Total (Loa) = 18,50 m
2. Lebar (B) = 4,50 m
3. Draft = 1,50 m
Dimana :
Dt : Durasi trip tiap jenis/bobot kapal (hari)
T : Jumlah trip tiap jenis/bobot kapal (tahun)
N : Jumlah kapal jenis/bobot kapal
Untuk perhitungan jumlah kapal yang berlabuh tiap hari tidak menyertakan kapal
sedang 5GT.
17
Kapal Harian Tahunan (365D t .T ) Kapal yang
O .N
365
(N) (Dt) (T) Berlabuh
1 Kapal Motor 45 10 24 (36510.24 )
.45 15,411
Sedang (20 GT) 365
22
Dari hasil perhitungan jumlah kapal diperoleh 22 kapal yang berlabuh tiap hari.
Karena waktu untuk bongkar muat ikan untuk 1 kapal adalah 1 jam maka untuk 22 kapal
memerlukan waktu bongkar muat ikan 22 jam sedangkan waktu operasional pelabuhan
adalah 12 jam. Maka untuk kapal yang ada di dermaga pendaratan dan dermaga perbekalan
masing-masing 2 kapal.
Dengan :
Ld : Panjang dermaga pendaratan
N : Jumlah kapal yang berlabuh tiap hari
: Perbandingan antara waktu operasional pelabuhan dan waktu bongkar
muatan ikan. Dengan anggapan waktu untuk bongkar muat ikan adalah = 1
jam dan waktu untuk operasional adalah 12 jam, maka nilai = 12
L : Panjang kapal
Untuk panjang kapal (L) yang digunakan sesuai berat rerata kapal. Berat rerata
kapal adalah 30 GT dengan panjang kapal 18,5 m.
18
22
Ld = (18,50+0,15 18,50)
12
= 39,004
Ld = 40 m
Panjang dermaga pendaratan (Ld) yang didapat adalah panjang minimum yang
bisa digunakan. Karena ada 2 kapal yang mendarat di dermaga pendaratan,
panjang dermaga pendaratan (Ld) disesuaikan dengan panjang kapal dan ruang
kebebasan kapal.
Ruang kebebasan = 0,15 L
= 0,1518,50
= 2,775 m
Ruang kebebasan =3m
Panjang dermaga pendaratan (Ld) yang digunakan adalah 46 m.
19
Gambar 3. 2 Ukuran dermaga perlengkapan
LT = 398,25 m
20
Panjang dermaga tambat (LT) yang didapat adalah panjang minimum yang bisa
digunakan. Panjang dermaga tambat disesuaikan dengan jumlah kapal besar yang
bertambat. Karena jumlah kapal yang banyak dan agar tidak mengambil lahan
yang banyak, dermaga tambat dibuat tegak lurus garis pantai yaitu dengan
dermaga jenis pier. Panjang total dermaga tambat dengan 2 pier adalah 112,35 m.
21
Gambar 3. 4 Dimensi kolam pendaratan
22
Gambar 3. 5 Dimensi kolam perlengkapan
23
Gambar 3. 6 Dimensi kolam tambat
24
a. Luas kolam manuver di depan dermaga pendaratan adalah :
W1 = 2.L
= 2 . 23,85
= 47,7 meter dibulatkan menjadi 48 meter.
25
b. Luas kolam manuver di depan dermaga perbekalan adalah :
W2 = 2.L
= 2 . 23,85
= 47,7 meter dibulatkan menjadi 48 meter.
26
= 16178,4 m2
Ap = R2 = (2 .L)2
Dengan :
Ap : luas kolam putar
: 3,14
L : panjang kapal
Maka :
Ap = R2 = (2 .L)2
Ap = 7144,411 m2
27
3.4.7 Kolam Pelabuhan Kondisi badai
Untuk luasan kolam pelabuhan pada kondisi badai, ukuran kolam putar dan
perairan untuk manuver dihitung berdasarkan bobot rerata kapal, yaitu 30 GT.
Panjang kapal dengan bobot 30 GT adalah 18,5 m.
a. Luas Kolam Putar :
Ap darurat = R2 = (2 .L)2
Dengan :
Ap darurat : luas kolam putar darurat
: 3.14
L : panjang kapal
Maka :
Ap = R2 = (2 .L)2
Ap = 4298,66 m2
Amanuver= 2 Ld (2 L)
Dengan :
Amanuver : luas perairan manuver kapal
Ld : panjang dermaga pendaratan
L : panjang kapal
Maka :
Amanuver = 2 Ld (2 L)
Dengan :
Abadai : luas kolam pelabuhan pada kondisi badai
Lr : panjang kapal rerata dari semua kapal yang ada
28
Br : lebar kapal rerata dari semua kapal yang ada
N : jumlah kapal keseluruhan termasuk kapal sedang 5GT
A badai =N (Lr + 0,1 Lr )(Br + 0,3 Br )
= 63 (20+0,1.20)(5+0,3.5)
= 9009 m2
Luas kolam total pada kondisi badai adalah sebagai berikut :
A badai total= Apdarurat + A manuver + A badai
Dari perhitungan sebelumnya telah didapat luas kolam pelabuhan tanpa kondisi
badai dan saat kondisi badai, yaitu 38765,211 m2 dan 16711,66 m2. Maka akan digunakan
luas kolam pelabuhan yang terbesar, yaitu luas kolam pelabuhan tanpa kondisi badai
sebesar 38765,211 m2 .
4,8 5,55=26,64 m 27 m
Ketentuan :
Lebar dasar alur pelayaran = 27 m
Kemiringan tebing alur pelayaran = 1:1
Lebar permukaan air pada saat surut terendah = 34 m
Muka air rerata = 39 m
29
Kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut :
H=d+G+R+P+S+K
Di mulut pelabuhan dengan gelombang besar menurut Brunn (1981) menyatakan
Bahwa :
1) Ruang kebebasan draft kapal (G+R) = 20 % dari draft kapal
2) Draft kapal (d) untuk kapal bobot 75 GT = 2 m
Nilai ketelitian pengukuran (P),ruang pengendapan (S) dan toleransi pengerukan
(K) ditetapkan masing-masing 0,25 m.
H =d + G + R + P + S + K
=2 + 20% 2 + 0,25 + 0,25 + 0,25 = 3,15, dibulatkan menjadi 3,5 m
Diketahui :
T = 14 Detik
Batuan = Tetrapod
30
Kemiringan = 1 : 40
31
Gambar 3. 11 Grafik Penentuan Tinggi Gelombang Pecah (SPM, 1984).
Hb
H 'o = 1,4 Hb = 1,4 . H0
= 1,4 . 3,024
Hb = 4,2336 meter
Jadi tinggi gelombang pecah adalah Hb = 4,2336 meter.
32
Gambar 3. 12 Grafik Penentuan Kedalaman Gelombang Pecah (SPM, 1984)
db
Hb = 1,16 db = 1,16 . Hb
= 1,18 . 4,2336
db = 6,774 meter
Sw = 0,19 [ 12,82
] Hb
gT
2
Hb
= 0,19 [ 12,82
4,2336
9.81 .14 2 ]
4,2336 = 0,70 m
33
Kenaikan air laut karena pemanasan global (sea level rise, SLR) diperkirakan
dari Gambar 4.9 Buku Teknik Pantai, Bambang Triatmodjo, cetakan ke-6
2012, Yogyakarta. Dengan menggunakan grafik tersebut diperhitungkan
pembangunan di laksAnakan pada tahun 2020 dengan kala ulang 25 tahun
yang akan datang terjadi kenaikan muka air laut terbesar sebesar 0,28 m.
Elevasi muka air rencana (Design Water Level, DWL) ditetapkan berdasarkan
perhitungan berikut :
DWL = HWL + Sw + SLR
= 2,75 + 0,70 + 0,28 = 3,73 m
34
Triatmodjo, halaman 441, untuk d = 3,73 m diperoleh tinggi gelombang dilokasi
bangunan adalah H= 2,95 m
tg
Ir=
H 0,5
( )
Lo
tg 0,5
Ir= 0,5
= =5,090
H 2,95 0,5
( ) ( )
Lo 305,76
35
Dari grafik 5.10 di Buku Perencanaan Pelabuhan, Bambang Triatmodjo,
halaman 171, untuk lapis lindung tetrapod diperoleh :
Ru
H = 0,85 Ru = 0,875 . H
= 0,85 . 2,95
Ru = 2,581 meter
= 6,831 m
rH
W=
Dengan,
Kd ( Sr1 )3 cot
36
Berat jenis beton beton (r) = 2,4 ton/m3
Tinggi gelombang rencana (H) = 2,95 m
Koefisien stabilitas KD =7
(Karena memakai Tetrapod)
Berat jenis air laut (r) = 1,03 ton/m3
Kemiringan bangunan (cot) =2
Sr = Berat Jenis Beton / Berat jenis air laut = 2,4/1,03 = 2,33 ton/m3
2,4 .2,95
Maka berat lapis lindung (W) = 3
7 . ( 2,331 ) . 2 = 1,871
ton
t = nk [ ]
W
r
Keterangan :
Jumlah lapis (n) = 2
Koefesien (k) = 1,04 (Buku Perencanaan Pelabuhan, Tabel 5.2, Halaman 174)
1 /3
t = nk [ ]
W
r
= 2 . 1,04 [ ]
1,871
1,03
3
t = 2,538 m
B = nk [ ]
W
r
Keterangan :
Jumlah butir batu (n) = 3
37
1 /3
B = nk [ ]
W
r
1/ 3
= 3 . 1,04 [ 1,871
1.03 ]
= 3,807 m dibulatkan menjadi 4 m
Sehingga direncanakan pemecah gelombang sisi miring dengan tampang 3 lapis untuk
serangan gelombang pada satu sisi, dengan ketentuan lapis sebagai berikut :
Lapis 1 = Tetrapod dengan berat butir lapis lindung (W) 1,871 ton (dengan
penempatan acak)
W 1871 kg
Lapis 2 = 10 = 10 = 187,1 kg (menggunakan Quarry Stone)
W 1871 kg
Lapis 3 = 200 = 200 = 9,35 kg (menggunakan Quarry Stone)
38
39
Gambar 3. 17 Tampak Breakwater
40