Anda di halaman 1dari 20

SERVANT LEADERSHIP VS HUMAN LEADERSHIP

SERVANT LEADERSHIP
TEORI PENUNJANG
Servant Leadership merupakan teori kepemimpinan baru yang dikemukakan oleh
Robert K. Greenleaf pada tahun 1970. Teori servant leadership merupakan teori yang
menekankan pada peningkatan pelayanan kepada orang lain.Servant Leadership mempunyai
sebuah motivasi kepemimpinan yang unik dan dipandang sebagai suatu perbedaan yang
penting terhadap teori kepemimpinan yang melayani atau manajemen lainnya. Motivasi yang
dilakukan pada servant leadership adalah dengan cara menanamkan nilai-nilai pribadi
mereka kepada bawahannya melalui perbuatan dan arahan yang berisi penanaman nilai
positif kepemimpinan dari waktu ke waktu dalam perilaku organisasi. Oleh karena itu nilai-
nilai pribadi yang terdapat dari diri seorang pemimpin dianggap sebagai sumber pengaruh
untuk membawa perubahan bagi organisasinya.
Selain itu, definisi lain mengenai servant leadership merupakan suatu proses dimana
pemimpin dan para pengikutnya bekerja sama untuk mencapai visi organisasi (Irving, 2005).
Page dan Wong (2000) mendefinisikan servant leadership sebagai seorang pemimpin yang
mau melayani orang lain dengan mengupayakan pembangunan dan kesejahteraan untuk
memenuhi tujuan bersama.
Menurut Jennings (2004), adapun beberapa tugas yang harus dilakukan dalam
servant leadership adalah :
1. Run to Great Purpose
Pemimpin memiliki visi misi yang jelas dan mereka akan memberikan motivasi pada
semua pihak yang terkait untuk memberikan upaya mereka yang terbaik.
2. Upend the Pyramid
Pemimpin memposisikan diri di bagian bawah piramid dengan maksud bahwa mereka
dapat menjadi satu dengan para karyawannya sehingga kerjasama dalam tim akan
menjadi lebih baik.
3. Raise the Bar
Dengan cara sangat selektif dalam memimpin para pemimpin dalam sebuah tim dan
dengan menerapkan standar kinerja yang tinggi.
4. Blaze the Trail
Dengan cara mengajarkan berbagai prinsip dan praktek mengenai servant leadership.
5. Build on Strength
Dengan cara mengatur tiap-tiap karyawan untuk memberikan kontribusi terbaik di
bidangnya masing-masing. Hal ini akan meningkatkan kinerja setiap orang dan membuat
tim dalam organisasi menjadi lebih solid.

Menjadi servant leader tidaklah mudah dikarenakan memerlukan toleransi untuk


ketidaksempurnaan (misal ada beberapa karyawan yang kinerjanya lamban), dan juga
pemimpin juga harus mengendalikan ego karena peran mereka bukan untuk dilayani, tetapi
melayani.
Menurut (Spears, 1998) terdapat beberapa karakteristik dari Servant
Leadershipadalah :
1. Listening
Salah satu keahlian seorang pemimpin secara umum adalah kemampuannya di dalam
melakukan komunikasi dan pengambilan keputusan. Tapi untuk seorang servant leader
harus ditambah dengan kemampuan untuk mendengarkan.Robert Greenleaf
mengungkapkan, Hanya pelayan sejati yang otomatis menanggapi setiap masalah
dengan mendengarkan terlebih dahulu. Kalau ia adalah seorang pemimpin, di posisi ini
membuat dirinya pertama-tama dilihat sebagai pelayan.
2. Empathy
Empati berarti mendengarkan dan peduli atas keluhan dan masalah yang dihadapi oleh
tim dalam suatu organisasi. Pemimpin berusaha mengenali kelebihan-kelebihan dan
keunikkan-keunikkan dari bawahannya dan sekaligus berusaha mengembangkannya.
Dengan keahlian sikap empati ini diharapkan balasannya adalah support yang penuh dari
tiap-tiap anggota atau karyawan.
3. Healing
Healing berarti dapat menyembuhkan luka batin, ataupun trauma atas kegagalan dari
target yang tidak terpenuhi. Dengan adanya kemampuan healing ini, seorang pemimpin
proyek dapat memberikan energi yang positif terhadap para karyawannya agar tetap
semangat dan fokus dalam melakukan pencapaian berikutnya.
4. Awareness
Sikap kepedulian, memperhatikan kondisi lingkungan akan memperkuat sikap
kepemimpinan model servant leadership. Dengan pemahaman mengenai awareness akan
memberikan pemahaman terkait issue-issue yang muncul seperti issue etika, kekuasaan
dan nilai-nilai yang dianut.
5. Persuasion
Kemampuan diri untuk mempengaruhi orang lain dengan tidak menggunakan wewenang
dan kekuasaan yang berasal dari kedudukan atau otoritas formal, dalam membuat
keputusan di organisasi.
6. Conceptualization
Seorang servant leader memiliki pola pikir konseptual di dalam perannya sebagai
seorang manajer, pemimpin. Dengan konsep yang kuat, seorang servant leader
mempunyai misi dan visi yang jelas jauh ke depan. Dengan demikian pola berpikirnya
akan lebih maksimal.
7. Foresight
Memungkinkan servant leader dapat memahami pelajaran dari masa lalu, realita masa
sekarang, dan kemungkinan konsekuensi dari keputusan untuk masa datang.
8. Stewardship
Pengertian dari karakter ini adalah seorang servant leadersadar akan peran dan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Seorang pemimpin menganggap komitmen untuk
melayani kebutuhan orang lain adalah hal yang utama, dan ia percaya bahwa
bawahannya juga mau dan mampu melayani orang lain dengan baik.
9. Commitment to the Growth of People
Salah satu karakter dari seorang servant leader adalah komitmen untuk membangun dan
mengembangkan sumber daya manusia. Seorang pimpinan harus mampu membentuk
karyawannya untuk menjadi ahli di bidangnya masing-masing.
10. Building Community
Servant leader berusaha untuk membangun suatu hubungan yang erat sebagaimana
layaknya sebuah keluarga di antara sesama anggota yang bekerja dalam organisasi.

Adapun dimensi dari servant leadership (Barbuto & Wheeler, 2006) adalah :
1. Altruistic Calling
Menggambarkan hasrat yang kuat dari pemimpin untuk membuat perbedaan positif pada
kehidupan orang lain dan meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya
sendiri dan akan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan bawahannya.
2. Emotional Healing
Menggambarkan komitmen seorang pemimpin dan keterampilannya untuk meningkatkan
dan mengembalikan semangat bawahan dari trauma atau penderitaan.
3. Wisdom
Menggambarkan pemimpin yang mudah untuk menangkap tanda-tanda di
lingkungannya, sehingga memahami situasi dan memahami implikasi dari situasi
tersebut.
4. Persuasive Mapping
Menggambarkan sejauh mana pemimpin memiliki keterampilan untuk memetakan
persoalan dan mengkonseptualisasikan kemungkinan tertinggi untuk terjadinya dan
mendesak seseorang untuk melakukan sesuatu ketika mengartikulasikan peluang.
5. Organizational Stewardship
Menggambarkan sejauh mana pemimpin menyiapkan organisasi untuk membuat
kontribusi positif terhadap lingkungannya melalui progam pengabdian masyarakat dan
pengembangan komunitas dan mendorong pendidikan tinggi sebagai satu komunitas.

TOKOH SERVANT LEADERSHIP


Berdasarkan pengertian di atas, kelompok kami memilih Nelson Mandela sebagai tokoh
Servant Leadership. Adapun faktor-faktor lainnya yang akan dijelaskan sebagai berikut :

History
Nelson Rolihlahla Mandela atau lebih dikenal dengan Nelson Mandela lahir di Mvezo, Afrika
Selatan pada 18 Juli 1918 meninggal di Johannesburg, Afrika Selatan, 5 Desember 2013
pada umur 95 tahun adalah seorang revolusioner anti-apartheid dan politisi Afrika Selatan
yang menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak 1994 sampai 1999. Mandela adalah
orang Afrika Selatan berkulit hitam pertama yang menjadi presiden yang terpilih melalui
keterwakilan penuh, dalam sebuah pemilu multiras. Pemerintahannya berfokus pada
penghapusan pengaruh apartheid dengan memberantas rasisme, kemiskinan dan kesenjangan,
dan mendorong rekonsiliasi rasial. Ketika menetap di Johannesburg, ia terlibat dalam politik
antikolonial, bergabung dengan ANC, dan menjadi anggota pendiri Liga Pemuda ANC.
Setelah kaum nasionalis Afrikaner dari Partai Nasional berkuasa tahun 1948 dan menerapkan
kebijakan apartheid, popularitas Mandela melejit di Defiance Campaign ANC tahun 1952,
terpilih menjadi Presiden ANC Transvaal, dan menghadiri Congress of the People tahun
1955. Sebagai pengacara, ia berulang kali ditahan karena melakukan aktivitas menghasut dan,
sebagai ketua ANC, diadili di Pengadilan Pengkhianatan pada 1956 sampai 1961, namun
akhirnya divonis tidak bersalah. Meski awalnya berunjuk rasa tanpa kekerasan, ia dan Partai
Komunis Afrika Selatan mendirikan militan Umkhonto we Sizwe (MK) tahun 1961 dan
memimpin kampanye pengeboman terhadap target-target pemerintahan. Pada 1962, ia
ditahan dan dituduh melakukan sabotase dan bersekongkol menggulingkan pemerintahan,
dan dihukum penjara seumur hidup di Pengadilan Rivonia. Mandela menjalani masa
kurungan 27 tahun, pertama di Pulau Robben, kemudian di Penjara Pollsmoor dan Penjara
Victor Verster. Kampanye internasional yang menuntut pembebasannya membuat Mandela
dibebaskan tahun 1990.

Education
- SMP Clarkebury Junior Highschool
- SMA Healdtown Methodist Boarding School
- Fort Hare University
- Witwatersrand University-Johannesburg

Principal
1. Courage is not the absence of fear its inspiring others to move beyond it. Mandela
kerap kali merasa gentar, dan menurutnya itu wajar dialami oleh seorang pemimpin. Tapi,
ia tidak ingin menunjukkan rasa takut itu di hadapan orang lain. Keberanian yang
ditampilkan Mandela, meskipun itu kadang hanya berpura-pura, dapat menenangkan
kekuatiran dan menyemangati orang di saat-saat sulit.
2. Lead from the front but dont leave your base behind. Ketika Mandela memutuskan
untuk memulai dialog dengan pemerintah apartheid, teman-temannya mengira ia sudah
menjual diri. Ketimbang meninggalkan mereka dan maju sendiri dengan keyakinannya,
Mandela mendatangi mereka satu per satu, menjelaskan rencananya, dan dengan sabar
membujuk mereka pelan-pelan.
3. Lead from the back and let others believe they are in front. Tugas seorang pemimpin,
kata Mandela, bukanlah untuk menyuruh-nyuruh orang lain, melainkan untuk menciptakan
sebuah kesepakatan. Dalam rapat-rapat, Mandela biasanya mendengarkan pendapat teman-
temannya terlebih dahulu. Ketika tiba gilirannya, ia akan merangkum semua pendapat itu,
baru mengutarakan pendapatnya sendiri dan pelan-pelan mengarahkan hasil diskusi tanpa
nada memaksa atau memerintah. It is wise, he said, to persuade people to do things and
make them think it was their own idea.
4. Know your enemy and learn about his favorite sport. Di awal perjuangannya, Mandela
bersikeras untuk belajar bahasa Afrikaan, bahasa orang kulit putih Afrika Selatan, beserta
sejarah kolonialisasi mereka. Ia bahkan berusaha mendalami rugby yang menjadi olahraga
favorit kulit putih Afsel. Hasilnya, ia mendapat respek dari pihak lawan, mula dari sipir
penjara hingga P. W. Botha (Presiden kulit putih Afsel pada masa apartheid), dan
memperlancar proses dialog dengan mereka.
5. Keep your friends close and your rivals even closer. Orang-orang dekat Mandela tidak
selalu orang yang ia sukai. Seringkali mereka adalah rivalnya, orang-orang yang
digosipkan berusaha menggulingkan kepemimpinannya. Tapi Mandela percaya bahwa
dekat dengan rival adalah satu cara untuk mengendalikan mereka. Tapi bukankah mereka
belum tentu akan loyal padanya? Mandela mengakui bahwa loyalitas memang penting,
tapi ia juga tak terlalu menggantungkan diri pada hal itu. After all, he used to say, People
act in their own interest. It was simply a fact of human nature, not a flaw or a defect.
6. Appearances matter and remember to smile. Mandela percaya apa yang tampak di luar
sama pentingnya dengan apa yang ada di dalam. Karena itu, ia benar-benar menggunakan
penampilan fisik untuk membantu perjuangannya. Ia tampan, seorang petinju amatir, anak
seorang kepala suku, suka berpakaian rapi dengan jas, dan ia memanfaatkan semua itu
untuk membangun citranya. Tapi ikon yang paling menonjol dari Mandela adalah
senyumnya yang penuh kedamaian, sehingga ketika berkampanye untuk pilpres, ANC
(partainya) tak membutuhkan slogan lain.
7. Nothing is black or white. Meski Mandela jelas-jelas menentang apartheid, ia juga sadar
bahwa apartheid memiliki penyebab historis, sosiologis, dan psikologis yang kompleks.
Karena itu ia tak pernah terpaku pada satu jalan untuk memecahkan masalah. Mandela
adalah politikus yang pragmatis; Ia tak akan segan-segan mengubah ideologi atau taktik
(misalnya dengan menghentikan perjuangan bersenjata) jika memang itu adalah cara
paling praktis untuk mencapai tujuan akhirnya.
8. Quitting is leading too. Berhenti menjabat atau memerintah bukan berarti berhenti
memimpin. Jasa-jasa Mandela cukup signifikan untuk membuatnya menjadi presiden
seumur hidup, tapi ia menjadi salah satu dari sedikit pemimpin Afrika yang dengan
sukarela tidak ingin dipilih lagi ketika pemilu berikutnya menjelang. Bagi Mandela, yang
diikuti dari seorang pemimpin bukan hanya apa yang ia lakukan, tapi juga apa yang tidak
ia lakukan.

Strategy of Change
Tahun 1951 Mandela terpilih sebagai ketua Liga Pemuda ANC di propinsi Transvaal Afrika
Selatan. Pada tahun 1952, Mandela bersama rekannya, Oliver Tambo mendirikan lembaga
bantuan hukum untuk kaum kulit hitam yang memiliki banyak peminat dari berbagai macam
golongan kulit hitam tanpa dipungut biaya. Mandela semakin giat berkampanye ke seluruh
Afrika Selatan untuk menentang UU apartheid yang telah berlangsung selama dua setengah
abad di Afrika Selatan. Kampanye ini berhasil dengan sukses, sehingga banyak orang kulit
hitam di berbagai kota di Afrika Selatan yang sengaja mencari gara-gara dengan memasuki
zona terlarang bagi kulit hitam. Mandela yang keras kepala dan tidak gentar dengan ancaman
pemerintah ini tetap mengadakan rapat dan konferensi wilayah ANC, mengobarkan semangat
kaum kulit hitam dengan pidato-pidatonya dan seruan-seruannya untuk mengadakan
perlawanan dengan damai tanpa kekerasan. 26 Juni 1955 diadakanlah kongres rakyat di
Johannesburg. Mandela mengikuti kongres ini dengan menyamar sebagai pria tua berjanggut
tebal. Mandela menyusun draft kebebasan dan meminta pemimpin kongres untuk
membacakan draft itu. Seluruh peserta kongres yang mendengarkan draft itu sontak
bergemuruh, terharu, dan menyetujui draft ini. Mandela memerintahkan seluruh kader ANC
dan ANC Youth League di seluruh Afrika Selatan untuk mengadakan mogok kerja massal dan
aksi bakar pass-card. April 1960, terjadi pemogokan kerja dan demonsrasi massal terbesar
dalam sejarah Afrika Selatan. Mandela yang ikut dalam demo membakar pass-card miliknya
dan diikuti oleh seluruh demonstran yang mengikutinya.

Dark Side
Mandela adalah pendukung aborsi dengan menandatangani Choice on Termination of
Pregnancy Act of 1996, yang menurut The Guttmacher Institute dikatakan sebagai " hukum
aborsi paling liberal di seluruh dunia ". Hukum yang dilegalkan Mandela dua tahun setelah
pemerintahannya itu melegalkan aborsi sebelum 12 minggu dan setelah 20 minggu. Menurut
statistik resmi, kurang lebih satu juta aborsi legal telah dilaporkan dan itu berarti satu juta
nyawa bayi melayang di Afrika Selatan sejak hukum pro aborsi itu dilegalkan. Mandela juga
mendukung homoseksual dan pernikahan gay. Mandela dikenal sebagai salah satu icon gay
terbesar! Tahun 1994 Afrika Selatan adalah negara pertama di dunia yang melegalkan kaum
homoseksual dan itu menjadi jalan utama bagi pernikahan gay. Hal itu dilakukan Mandela di
tahun pertama pemerintahannya. Afrika Selatan akhirnya dikenal sebagai pemimpin global
untuk hak-hak LGBT. Lalu yang terakhir, Mandela mempromosikan kekerasan. Dr. Peter
Hammond of Frontline Fellowship of Newlands, South Africa mengatakan bahwa Mandela
bertanggung jawab atas 156 aksi kekerasan publik yang terjadi di negara itu. Militer di bawah
AFC dianggapnya bertanggung jawab atau kekerasan dan pembunuhan banyak rakyat Afrika
termasuk seorang misionaris dan keluarganya. Istrinya yaitu Winnie Mandela juga terlibat
dalam banyak aksi pembunuhan dan penculikan termasuk melakukan kejahatan necklacing
(membakar hidup-hidup seseorang dengan ban dan bensin).
Lead Followers
Nelson Mandela merupakan pemimpin yang menjunjung tinggi moralitas dengan
memperjuangkan kebebasan semua orang dalam rangka menentang politik apartheid yang
saat itu berlaku di negaarnya. Ia juga merupakan pemimpin yang mempunyai taktik dalam
mempengaruhi para pengikutnya serta mampu mendorong dan membangkitkan semangat
para pengikutnya untuk mencapai kesetaraan hak. Nelson Mandela bukan hanya seorang
pemimpin, tetapi Ia juga merupakan orang yang mampu mendengarkan pendapat-pendapat
para pengikutnya. Dia membela ketidaksetaraan dan rasisme. Ciri khasnya adalah
kekhawatiran. Perhatian tidak hanya mengkhawatirkan dirinya tapi juga nasib bangsanya.
Kebanyakan pemimpin hanya melakukan apa yang mereka lakukan untuk memperbaiki diri.
Beberapa bahkan tidak peduli dengan orang atau masalah mereka. Nelson Mandela
melakukannya dan dia akan lebih khawatir tentang bangsanya sendiri. Sebagian besar hal
yang dia lakukan adalah untuk bangsanya.

Achievement
Mandela menerima lebih dari 260 penghargaan selama masa hidupnya yang diantaranya
adalah Lenin Peace Prize dari Uni Soviet (1990), Antonio Agostinho Neto Order (1990) yaitu
penghargaan tertinggi dari Republik Angola, Bharat Ratna (1990) yaitu pengharggan tertinggi
dari India, menerima Nobel Peace Prize bersama dengan Frederik Willem de Klerk berkat
penghapusan sistem apartheid dan membangun pondasi demokratik yang baru di Afrika
Selatan. Pada tahun 2009, United Nations General Assembly juga memproklamasikan hari
ulang tahun Mandela sebagai "Mandela Day" yaitu tanggal 18 Juli. Di Afrika Selatan Nelson
Mandela juga di kenal sebagai "Bapak Bangsa" atau "Bapak Demokrasi".

Failure
Pernah mengalami kegagalan rumah tangga pada tahun 1956 karena Nelson Mandela terlalu
sibuk dengan organisasi politiknya (ANC). Juga pada tahun 1996, 2 tahun setelah menjadi
presiden, Nelson Mandela mengalami lagi kegagalan rumah tangga. Pada April 1960, Nelson
demonstrasi massal dengan mogok kerja dan membakar passcard yang berakibat masuknya ia
ke penjara selama satu tahun. Setelah bebas, Nelson Mandela kembali menjadi buronan
karena aktivitas ke luar negerinya yang illegal dan dituntut telah melakukan gerakan bawah
tanah untuk menggulingkan pemerintahan. 12 Juni 1964, Mandela dijatuhi hukuman mati
oleh pengadilan dan akan dieksekusi di penjara pulau Robben. Hukuman ini mendapat
kecaman keras dari PBB dan negara-negara lainnya di dunia, termasuk Indonesia yang
diwakili oleh presiden Soekarno. Pemerintah Afrika Selatan lalu mengganti hukuman mati
dengan hukuman penjara selama 18 tahun di penjara pulau Robben.

Turning Point
Titik baliknya ketika beberapa petinggi militer Afrika Selatan mengunjungi Mandela di
penjara, mereka menanyai Mandela apakah ia menyimpan dendam kepada orang kulit putih.
Mandela menjawab bahwa ia sama sekali tidak pernah membenci kulit putih ataupun
menyimpan rasa dendam, bahkan sejak pertama kali dirinya mendirikan ANC Youth League.
Mandela sangat menghormati kulit putih dan selalu menganggap bahwa mereka sebenarnya
adalah orang-orang yang baik. Mandela mengatakan pada para petinggi militer bahwa dirinya
dan ANC hanya ingin agar Afrika Selatan dapat menjadi negara yang diisi oleh multi-etnis,
putih dan hitam, agar dapat bersama-sama membangun Afrika Selatan yang lebih baik dan
dikagumi dunia internasional. Berita wawancara Mandela dan petinggi militer Afrika Selatan
ini meluas di seluruh dunia. Masyarakat internasional menaruh hormat pada Mandela dan
menyuarakan tuntutan untuk membebaskan Mandela. Tahun 1982, Mandela dipindahkan ke
penjara Pollsmoor yang merupakan penjara mewah dengan segala fasilitas yang elit. Tuntutan
terhadap pembebasan Mandela terus digemakan di seluruh penjuru dunia. 18 Juli 1988, tepat
pada saat hari ulang tahunnya yang ke-70, para musisi dunia mengadakan konser megah di
Stadion Wembley London untuk menghormati Mandela dan menyuarakan tuntutan mereka
yang ingin agar Mandela dibebaskan. Konser megah ini ditayangkan di televisi dan ditonton
oleh lebih dari 60 negara di seluruh dunia. Sehingga, pada Januari 1990, Frederik Willem De
Klerk terpilih menjadi presiden Afrika Selatan yang baru menggantikan Botha. 2 Februari
1990, Presiden de Klerk mencabut larangan bagi ANC untuk berorganisasi dan
memperbolehkan ANC untuk kembali aktif dalam panggung politik. 11 Februari 1990,
presiden de Klerk mengeluarkan keputusan untuk membebaskan Mandela dari penjara tanpa
syarat setelah mendapatkan tekanan dari dunia internasional. Tahun 1991, presiden de Klerk
mencabut UU apartheid, dan dengan demikian, apartheid sudah tidak berlaku lagi di Afrika
Selatan. Akhirnya, Mandela terpilih menjadi presiden kulit hitam Afrika Selatan pertama
pada tanggal 10 Mei 1994 hingga Juni 1999.

Legacy
Yang ditinggalkan adalah semangat juang didalam memperoleh kesetaraan hak yang tidak
membeda-bedakan warna kulit. Nelson Mandela juga meninggalkan sistem demokrasi yang
baik di Afrika Selatan. Ia juga mendirikan yayasan-yayasan sosial seperti Nelson Mandela
Children's Funds (NMCF) yaitu yayasan yang menggalang dana untuk pendidikan anak-anak.
Lalu mendirikan Nelson Mandela Fund (NMF) yang berfokus pada pencegahan penularan
HIV/AIDs dan mendirikan Mandela Rhodes Fund (MRF) yang berfokus pada pendidikan
orang dewasa dengan memberikan beasiswa pasca sarjana untuk mahasiswa berbakat dan
bertalenta, baik itu kulit hitam maupun kulit putih.

Impact to the Culture


1. Jalan Politik yang Berbeda
Karena Mandela, jalan politik di Afrika Selatan menjadi demokrasi, membawa satu
konstitusi paling berpengaruh. Membolehkan orang kulit hitam, tidak hanya boleh
melakukan pemungutan suara tapi juga dapat mencalonkan diri sebagai pemimpin.
2. Kekuatan Budaya
Bersamaan dengan cricket, rugby menjadi permainan yang biasanya hanya dimainkan oleh
orang kulit putih. Namun pada tahun 1995 juga, Afrika menjadi tuan rumah Rugby World
Cup perayaan pertama yang diadakan sejak era ras berhenti. Tim mereka mampu
merebut kemenangan.

Character of Style Leader


Nelson Mandela merupakan seorang pemimpin yang berani, yang all-out dalam membela
kepentingan organisasinya yang dianggap benar. Dia juga merupakan seorang pemimpin yang
pragmatis, Ia tak akan segan-segan mengubah ideologi atau taktik (misalnya dengan
menghentikan perjuangan bersenjata) jika memang itu adalah cara paling praktis untuk
mencapai tujuan akhirnya. Nilai-nilai demokratisnya pun terpampang karena ia menyetarakan
hak dan kewajiban dari seluruh rakyatnya tanpa membeda-bedakan warna kulit. Ia juga
seorang pemimpin yang berkarisma, mempunyai visi yang jelas dan selalu berapi-api dalam
mengobarkan semangat para pengikutnya.

HUMAN LEADERSHIP
TEORI PENUNJANG
Human leadership merupakan gaya kepemimpinan yang tergabung dari servant
leadership, appreciative leadership, we-centric leadership, dan tribal leadership dimana pada
teori ini lebih mengutamakan pada sumber daya manusia. Bagaimana cara pemimpin untuk
lebih bisa mengayomi dan mengganggap karyawan seperti keluarga. Menurut Chapman
(2016), tindakan tersebut bisa diwujudkan melalui sharing experiences, advice, dan lain-
lain.Ia berpendapat bahwa apabila dalam suatu organisasi bisnis menerapkan gaya
kepimpinan tersebut, maka akan memberikan pengaruh yang positif karena karyawan merasa
lebih dihargai.
Servant Leadershipidentik dengan melayani dan memposisikan berada di level
bawah agar bisa menyeimbangkan karyawannya. Appreciative Leadership menekankan pada
penilaian dari kontribusi yang telah diberikan, menumbuhkan rasa percaya diri pada masing-
masing individu. Dua gaya kepemimpinan tersebut apabila digabung akan terbentuk struktur
dariTribal Leadership.
Salah satu bagian terpenting dari Human Leadership yang fokus utamanya yaitu
membangun sebuah tribe melalui pembentukan budaya, identitas, nilai-nilai, dan visi dari
organisasi tersebut. Adapun 5 tingkatan yang ada didalam sebuah organisasi dari yang
tingkatan yang paling rendah sampai tingkatan yang paling sulit untuk di capai yaitu:
1. Stage 1 - 'Life Sucks' artinya orang-orang yang pada tingkatan ini mengasingkan diri dari
relasi yang hendak di bangun didalam organisasi. Ada 2% orang yang berada pada
tingkatan ini.
2. Stage 2 - 'My life Sucks' artinya tiap member terpisah antara satu dengan yang lain, merasa
tidak mempunyai kekuatan, merasa tertekan dan mereka menggangap relasi yang
dibangun itu tidak efektif. Sekiranya ada 25% orang pada organisasi.
3. Stage 3 - 'Im great (you're not)' artinya pada tingkatan ini, ada orang-orang yang merasa
mendominasi di sebuah organisasi karena hal-hal yang telah dicapainya didalam organisasi
tersebut. Dan hal tersebut membentuk sebuah relasi diadik, yaitu mereka hanya
berkomunikasi dengan orang-orang yang sama kepentingannya dengan mereka.
4. Stage 4 - 'We're great (you're not)' artinya pada tingkatan ini orang-orang akan mengalami
kemitraan yang stabil dan diekspresikan melalui bahasa dan perilaku tribe mereka.
5. Stage 5 - 'Life is great' hanya 2% orang yang masuk pada tingkatan ini. Orang-orang pada
tingkatan ini lebih mempunyai pandangan yang positif terhadap tribe mereka dan
pandangan hidup mereka sangat positif dan tidak bergantung pada tribe lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tribal Leadership mempunyai fokus kepada 2
aspek yaitu kata-kata yang digunakan didalam percakapan dan relasi yang dibentuk dari
budaya tersebut. Menggerakkan orang dari satu tingkatan ke tingkatan lain sama saja dengan
membantu orang tersebut untuk mengubah bahasa mereka dan mempersiapkan berbagai
macam relasi yang bisa dibentuk. Jika hal tersebut bisa dilakukan, maka seluruh tribe akan
mengalami masa perubahan dan menjadi dominan pada tingkatan yang lebih baik.
Terry (2016) berdapat bahwa terdapat 8 prinsip dalam Human Leadershipyaitu :
1. Humility
It cant about you, its about team. Pemimpin lebih memprioritaskan tentang kerjasama
dalam tim.
2. Trust
Integrity is an absolute must. Pemimpin juga harus membangun kepercayaan di antara
kedua belah pihak, sehingga akan tercipta suasana kerja yang nyaman dan bisa
meningkatkan kinerja para karyawan.
3. Values
Menerapkan nilai-nilai perusahaan pada karyawan.
4. Teaching
Pemimpin harus terus mengembangkan sumber daya manusia yang ada, sehingga para
karyawan juga bisa memberikan kontribusi yang maksimal ke perusahaan. Selain itu,
pemimpin juga diharapkan dapat melahirkan pemimpin-pemimpin baru dalam tiap unit
dalam perusahaan.
5. Accountability
Pemimpin dapat mendelegasikan tanggung jawab kepada masing-masing karyawannya
dengan baik, sehingga tiap karyawan mendapatkan tanggung jawab sesuai dengan
porsinya. Prinsip ini lebih mengacu pada keadilan pada karyawan.
6. Metrics
Pemimpin diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai visi misi dari
perusahaan kepada karyawan.
7. Positivity
Pemimpin bisa memberikan energi positif kepada para karyawan ketika menghadapi
masalah-masalah dalam organisasi.
8. Love
Pemimpin memperlakukan para karyawannya seperti keluarga.
TOKOH HUMAN LEADERSHIP
Berdasarkan pengertian di atas, kelompok kami memilih John Willard Marriot sebagai tokoh
Human Leadership. Adapun faktor-faktor lainnya yang akan dijelaskan sebagai berikut :
History
John Willard Marriot lahir pada tanggal 17 September 1900 di Utah, Amerika
Serikat. Ia meninggal pada tanggal 13 Agustus 1985. John Willard Marriot merupakan
founder dari Marriot Corporation. Sejak tahun 1993, nama tersebut berubah menjadi Marriott
International. Perusahaan ini bergerak di bidang rumah sakit, hotel, dan chain restoran. Salah
satu hotel yang tergabung dengan Marriott International, adalah Hotel J.W. Marriot.
Bisnis Marriott berawal dari usaha pengolahan bir yang berlokasi di Washington
pada tahun 1927. Saat itu, ia bekerja sama dengan A&W Beer dan mendapatkan hak jual
untuk daerah Washington dan sekitarnya. Saat merintis bisnis itulah, ia memutuskan menikah
dengan Alice Sheets pada 9 Juni 1927. Dari pernikahan tersebut, ia memperoleh 2 orang
anak. Salah satu anaknya, Bill Marriott Jr., melanjutkan posisi sang ayah untuk
mengendalikan bisnis itu. Bill menjadi presiden dan CEO di Marriott International.
Dari usaha penjualan bir, Marriot mulai mengembangkan sayap usahanya di bidang
restoran. Di tahun 1927 pula, ia membuka restoran keluarga dengan tambahan menu
Meksiko. Restoran yang diberi nama The Hot Shoppes itu akhirnya laris manis dan terkenal.
Saat usaha restoran berkembang, ia melebarkan sayap di bidang bisnis kontraktor bangunan.
Tak puas dengan bisnis yang ada, Marriot merambah ke dunia perhotelan. Hotel pertama
yang ia dirikan lebih merupakan motel bernama Twin Bridges Motor Hotel di Virginia.
Berawal dari satu hotel, kelak bisnis jaringan hotel yang ia dirikan menyebar di dunia.
Pada saat ia meninggal pada 13 Agustus 1985 dalam usia 84 tahun, perusahaan yang
ia dirikan itu telah memiliki 1.400 restoran, 143 hotel dan resort di dunia. Di Indonesia saja,
hotel Marriott terdapat di tiga kota besar, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Medan. Dari seluruh
unit usaha di berbagai belahan dunia, perusahaan ini diperkirakan mendapat penghasilan
sekitar US$ 4,5 miliar setahun dan didukung sekitar 154.600 orang karyawan. Begitu
besarnya keuntungan, perusahaan ini pun mengembangkan usaha di bidang kapal pesiar dan
taman wisata.

Education
1923 : Weber State University
1926 : University of Utah

Principal
Prinsip yang dimiliki oleh John W. Marriot adalah "Treat your employees the way you would
like to be treated - provide them every avenue to success. Get their confidence and respect.
Have them like and be interested in their job." John W. Marriot menyadari bahwa
kesejahteraan karyawan adalah faktor utama dalam keberhasilan, hal ini terbukti dari hal-hal
sederhana yang sudah ia terapkan, seperti mendengarkan aspirasi karyawan, mengapresiasi
hasil kerja karyawan, memberikan arahan yang positif bagi para karyawan, dan juga
melahirkan pemimpin-pemimpin baru dalam setiap unit di perusahaan.

Strategy of Change
Di tahun 1981, Marriot Corporation telah melakukan akuisisi Host International, Inc., dan
juga melakukan sistem franchise guna mengembangkan perusahaanya. Strategi tersebut
berhasi, dan dibuktikan dengan adanya peningkatan profit dari tahun ke tahun. Selain itu,
adanya pergantian kepemimpinan dari John W. Marriot ke anaknya yang bernama Bill
Marriot. Bill Marriot, memiliki inisiatif untuk mengubah Marriot Hot Shoppes menjadi
Marriot Corporation.

Dark Side

Lead Followers
Dia diikut karena jiwa kepemimpinannya yang sangat humanis. Ia juga merupaka sosok
orang yang pekerja keras. Ia sering mendatangi tempat-tempat usahanya hanya untuk
memeriksa hal-hal sepele seperti dapur, alat masak, kamar dan lain-lain. Sosok humanisnya
juga muncul ketika ada seorang pekerjanya yang sakit, ia tidak segan-segan untuk
menjenguknya dirumah. Saat ada yang terkena masalah, ia juga ikut membantu mencari
proses pemecahan masalah.

Achievement
1984 : Business Leader of the Year, Georgetown University, School of Business
Administration
1985 : Service Above Self Award, Rotary Club at JFK International Airport.
1985 : American Manager of the Year, National Management Association.
1985 : Golden Chain Award, Nation's Restaurant News
1985 : Inductee, Hall of Fame, Consumer Digest
1986 : Citizen of the Year, Boy Scouts of America
1986 : Restaurant Business Leadership Award, Restaurant Business
1986 : Gold Plate, American Academy of Achievement
1986 : Inductee, Hall of Fame, Hotel and Motel Association
1986 : Inductee, Hall of Fame, Culinary Institute of America
1987 : Hospitality Executive of the Year, Pennsylvania State University
1987 : Silver Plate, Lodging Hospitality
1988 : Executive Officer of the Year, Chief Executive Officer
1988 : Signature Award, California Chapter, National Multiple Sclerosis
1988 : Good Scout Award, Boy Scouts of America Greater New York Council
1990 : Commitment to Excellence Award, Suburban Hospital
1993 : Silver Plate, International Foodservice Manufacturers Association
1998 : Inductee, Hall of Honor, Hospitality Industry.

Failure
Ketidakstabilan politik pada tahun pertama menyebabkan kondisi Marriot Corporation
mengalami penurunan, yang berdampak pada menurunnya jumlah wisawatan domestik
maupun asing. Selama 15 tahun, sampai tahun 1987, bisnis itu ada tanpa membawa
keuntungan apapun. Selain itu, di tahun 1980an adalah gagalnya kesepakatan antara Marriot
Corporation dan Disney. Marriot Corporation tidak memiliki ekuitas yang cukup untuk
membeli Disney, sedangkan dana yang dibutuhkan lebih dari $ 2 milliar.

Turning Point
Titik baliknya ketika Marriot memutuskan untuk membuka usaha hotel yang bernama Twin
Bridges Motor Hotel. Hotel tersebut menerapkan konsep mewah dan nyaman. Semua
ruangannya dilengkapi dengan TV, AC dan radio dengan harga yang sangat terjangkau pula
yaitu hanya 9 dollar per malam.

Legacy
Host Marriot Corporation dan Marriot International adalah dua perusahaan terbesar di bidang
hospitality. Marriot International sudah memiliki 2.500 hotel yang tersebar di seluruh dunia.
Disamping Marriot brand, perusahaan yang termasuk dalam Marriot Corporation adalah Ritz-
Carlton Hotels, Renaissance Hotels and Resorts, Residence Inns dan beberapa hotel lainnya.

Impact to the Culture


Dampak dari kepemimpinan John W. Marriot adalah prinsip Human Leadership yang
diterapkan dalam Marriot Corporation bahwa pengembangan dan kesejahteraan sumber daya
manusia adalah yang paling utama, karena dengan begitu mereka akan berkontribusi dengan
baik dan menghasilkan dampak positif dalam perusahaan baik di bidang financial maupun
social.

Character of Style Leader


Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh John W. Marriot adalah Human Leadership,
karena ia lebih memprioritaskan kesejahteraan para karyawan. Dengan cara, menghargai
pekerjaan dan mengembangkan potensi dari tiap individu. Setiap bulannya, ia juga
mengadakan evaluasi kinerja, dengan tujuan mereka akan lebih termotivasi untuk
memperbaiki diri. Dengan begitu, John secara tidak langsung juga telah menciptakan
pemimpin baru dalam perusahaannya.
Hal lain yang ia terapkan adalah ia memperlakukan karyawan seperti keluarga, dengan
diadakannya event-event seperti gathering yang bertujuan untuk lebih mengenal satu sama
lain. Dan juga ia turut membantu dalam operasional sehari-hari (membantu operasional di
kitchen). Ia tidak hanya menuntut karyawannya untuk bekerja dengan baik, tetapi juga juga
turut bekerja. Hal itulah yang membuat karyawan merasa dihargai dan mereka menjadi loyal
terhadap perusahaan. Di sisi lain, John juga ikut berpartisipasi aktif dalam berbagai organisasi
seperti the National Geographic Society, the Naval Academy Endowment Trust, and the
National Urban League. Ia juga menjadi volunteer di The Church of Jesus Christ of Latter-
Day Saints.
REFERENSI

JOURNAL :
Anderson, Cokie Gaston. (2003). American Indian Tribal Websites : A Review and
Comparison, Vol. 21, No. 5.
Barbuto, John E. and Wheeler, Daniel W. (2006). "Scale Development and Construct
Clarification of Servant Leadership". Faculty Publications: Agricultural Leadership,
Education & Communication Department. Paper 51.
Devie, Nike (2014). Analisis Dampak Servant Leadership Terhadap Competitive Advantage.
Business Accounting Review, Vol. 2, No.2.
Greenleaf, Robert (2005). The Leadership Theory.
Jennings, Ken and Wert, John. (2011). Servant Leadership.
Loriene RoyDaniel L. Alonzo. (2003). "Perspectives on tribal archives", The Electronic
Library, Vol. 21 Iss 5 pp. 422 427.
Robert F. Russell A. Gregory Stone, (2002),"A review of servant leadership attributes:
developing a practical model", Leadership & Organization Development Journal, Vol. 23
Iss 3 pp. 145 - 157
Spears, Larry C. (2010). Character and Servant Leadership: Ten Characteristics of Effective,
Caring Leaders, The Journal of Virtues & Leadership, Vol. 1 Iss. 1, 2010, 25-30.

BOOK :
Chapman, Bob. (2015). Everybody Matters.
Paschen, Michael and Dihsmaier, Erich. (2014). The Pshychology of Human Leadership.

WEBSITE :
http://www.terrystarbucker.com/wp-content/uploads/downloads/2014/03/more-human-
principles-2.0.pdf
https://www.forbes.com/sites/rebeccabagley/2013/08/15/truly-human-
leadership/#8ab07430073c
http://www.terrystarbucker.com/wp-content/uploads/downloads/2014/03/more-human-
principles-2.0.pdf
https://salhir.wordpress.com/2010/11/07/servant-appreciative-we-centric-and-tribal-
leadership/
https://www.bloomberg.com/research/stocks/private/person.asp?
personId=603560&privcapId=223613145
http://www.barrywehmiller.com/literature/BarryWehmillerCo/PerspectiveArchi/PerspectiveF
all2_4494.pdf
http://dheeneedaily.blogspot.co.id/2011/07/tribal-organization.html
http://www.triballeadership.net/book
http://www.district15speaks.org/documents/Tribal%20Leadership.pdf
http://www.triballeadership.net/articles
http://www.fearlessstories.com/magazine/the-dark-side-of-leadership/index.html
http://www.academia.edu/458572/Tribal_Leadership_from_an_Integral_Perspective
http://dheeneedaily.blogspot.co.id/2011/07/tribal-organization.html
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3544402/
http://www.emeraldinsight.com.sci-hub.cc/doi/full/10.1108/02640470310499786
http://www.emeraldinsight.com.sci-hub.cc/doi/full/10.1108/02640470310499821
http://www.marriott.com/Multimedia/PDF/Marriott_Management_Philosophy.pdf
https://en.wikipedia.org/wiki/J._Willard_Marriott
https://racheedus.wordpress.com/2009/07/22/mengenal-profil-jw-marriott-si-raja-hotel/
http://www.marriott.com/Multimedia/PDF/CorporateResponsibility/Marriott_Principles_of_
Responsible_Business.pdf
http://www.blogs.marriott.com/marriott-on-the-move/2008/12/dad-always-said-take-care-of-
your-employees.html
http://www.marriott.com/Multimedia/PDF/Marriott_Management_Philosophy.pdf
http://www.referenceforbusiness.com/biography/M-R/Marriott-J-Willard-Jr-1932.html
https://quality-essay.com/essay-samples/Marketing/j-w-marriot-and-his-leadership-in-the-
hospitality.html
https://books.google.co.id/books?
id=5OlkAgAAQBAJ&pg=PA249&lpg=PA249&dq=strategi+of+change+john+willard+marri
ott&source=bl&ots=f3WqVnsXn1&sig=9Tb8SH_7NMdj1fQl7kPiCiooSyE&hl=en&sa=X&
ved=0ahUKEwi5utWQic7TAhVKKZQKHT1zAM4Q6AEIWzAJ#v=onepage&q=strategi
%20of%20change%20john%20willard%20marriott&f=false
https://www.forbes.com/sites/halahtouryalai/2013/06/26/marriotts-upgrade-new-ceo-arne-
sorenson-enlivens-the-hotel-giant-aims-for-1-million-rooms/#4c27047a5c93

UTS LEADERSHIP
SERVANT LEADERSHIP VS HUMAN LEADERSHIP

Oleh :
Eric Hariyanto 03516027
Glori Puteri 03516029
Lukito Kaswara 03516032
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
SURABAYA
2017

Anda mungkin juga menyukai