Anda di halaman 1dari 9

(ak skip abstrak sama table dan gambarnya yum :))

Efek gel vaginal soya isoflavone Glycine max (L) Merr. terhadap morfologi epitelium dan ekspresi
reseptor estrogen pada wanita post-menopause : suatu studi placebo-terkontrol, double-blind, randomized,
12-minggu.

1. Pendahuluan

Atropi vagina (VA) adalah kondisi umum pada wanita postmenopause yang berhubungan dengan gejala
vaginal dan/atau urinari seperti keringnya vagina, gatal, ketidaknyamanan dan dyspareunia, dysuria,
mudah dan sering buang air kecil. Kelainan ini biasanya terjadi pada wanita postmenopause, namun dapat
mempengaruhi wanita semua usia yang mengalami penurunan stimulasi estrogenik pada jaringan
urogenital. Fungsi seksual dan kualitas hidup juga dapat berkurang akibat perubahan-perubahan ini.

Berdasarkan The North American Menopause Society (NAMS), gejala yang berhubungan dengan atropi
vulvovaginal (VVA) mempengaruhi 20-45% wanita paruh baya dan lebih tua, namun aspek menopause
ini sering tidak diabaikan dan tidak dirawat, karena hanya sebagian kecil penderita yang mencari bantuan
medis. Kebalikan dari gejala vasomotor, yang cenderung membaik seiring waktu bahkan tapa perawatan,
VVA bisa menjadi progresif dan jarang membaik tanpa intervensi.

Tujuan utama perawatan VVA simtomatik adalah untuk meringankan gejala. Terapi lini pertama termasuk
pelembab vaginal long-acting non-hormonal dan estrogen vaginal dosis rendah, dengan asumsi tidak
adanya kontraindikasi. Kendati efektivitas estrogen terbukti, kekhawatiran mengenai efek samping dan
keamanan telah menghalangi penggunaannya oleh wanita post-menopause. Dalam beberapa tahun
terakhir, suplemen fitoestrogen telah banyak diminati sebagai alternatif yang lebih aman, dan efikasinya
telah diteliti dalam studi eksperimental dan klinis.

Isoflavon adalah yang paling sering diteliti dari semua fitoestrogen dan beberapa studi yang mengamati
bentuk oralnya dalam merawat simtomatologi klimakterik menunjukkan tak adanya perubahan epitelium
atau endometrium vaginal. Serupa dengan hal tsb, preparat topikal untuk pencegahan dan menunda
maturasi kulit pada wanita postmenopause menunjukkan hasil yang memuaskan.

Pengamatan sitologik dari mukosa vagina dari wanita postmenopause menunjukkan penurunan proporsi
sel superfisial dan peningkatan proporsi sel parabasa. Selain itu, lapisan vaginal menipis dan pH vagina
meningkat dari angka normal 3.5-4.0 (yang menguntungkan laktobasili) menjadi 6.0-8.0 (yang
menguntungkan organisme patogen).

Meskipun analisis sitohormonal terhadap epitelium vaginal sangat dipercaya sebagai metode dalam
mengevaluasi pengaruh estrogenik, di mana nilai maturasi (MV) dapat dihitung untuk mengeksresikan
derajat atropi vaginal dalam rating numerik, dalam analisis sitologi hanya sel tereksfoliasi yang dipelajari.
Guna mendapatkan gambaran yang lebih luas dari proses maturasi epitelium vaginal sutau metode
morfometrik juga harus digunakan.
Estrogen merupakan regulator dominan dari fisiologi vainal. Reseptor estrogen (ER) terdapat dalam
jaringan vaginal baik pada wanita premenopause maupun postmenopause. Efek biologis estrogen
dimediasi oleh interaksi langsung dengan dua ER, ER-alpha dan ER-beta. ER tergolong dalam
superfamili faktor transkripsi reseptor inti steroid yang mengaktivasi ikatan terhadap sekuens DNA
spesifik, yang disebut elemen responsif-estrogen, pada promoter dari gen target.

Sejumlah kecil studi yang mempelajari efek pemberian vaginal isoflavon terhadap gejala atropi vaginal
juga tersedia, sementara tidak ada laporan mengenai studi yang menggunakan metode morfometrik
sebagai cara untuk menilai epitelium vaginal dan ekspresi ER dalam sel vagina pada wanita
postmenopause. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek pemberian vaginal isoflvaon
yang diambil dari Glycine max (L.) Merr. sebagai pilihan perawatan bagi atropi vaginal, terhadap
morfologi dan ekspresi reseptor estrogen dalam epitelium vagina wanita postmenopause.

2. Metode

2.1. Setting

Studi dimulai pada bulan Juli 2011 dan selesai pada bulan April 2013. Uji klinis dilakukan sesuai dengan
Declaration of Helsinki dan International Standards of Good Clinical Practice (ICH-E6). Lembar protokol
studi dan informed consent pasien disetujui oleh Research Ethics Committee rumah sakit Irmandade da
Santa Casa De Misericordia de Sao Paulo - Brazil. Semua penelitian dilakukan di institusi ini.

2.2. Desain studi

Uji klinis, place-terkontrol, randomized, double blind ini terdiri dari tiga fase. Pada kunjungan pertama,
informed consent tertulis didapatkan dan kriteria inklusi dan ekslusi dinilai. Partisipan yang sesuai
kemudian secara random diberi gel placebo atau gel vaginal isoflavon Glycine max (L.) Merr. Tiap gel
digunakan secara vaginal setiap hari selama uji 12 minggu. Selama kedua kunjungan, pada minggu
keempat dan keduabelas, partisipan diminta untuk menilai keringnya vagina dan dyspareunia. Gejala-
gejala diukur berdasarkan intensitasnya (0 null hingga 3 tidak tertahan). Smear vaginal diambil untuk
sitologi vaginal selama kedua kunjungan. pH vaginal diukur menggunakan alat terstandarisasi (pH Merck
0-14) pada awal dan akhir terapi. Mikrobiopsi dari forniks vaginal dilakukan sebelum perawatan dan
setelah dua belas minggu perawatan. Semua sampel diambil oleh peneliti yang sama. Keamanan
endometrial (ketebalan endometrial yang diukur oleh ultrasonografi transvaginal) dievaluasi pada
skrining awla dan titik akhir uji.

2.3. Obat studi

Isoflavon dari 4% ekstrak Glycine max (L.) Merr dan gel placebo diproduksi oleh laboratorium Hebron
(Caruaru, Pernambuco, Brazil). Metode ekstraksi isoflavon tidak dijelaskan oleh suplier. Tiap 1 gram gel
isoflavon mengandung 0.04 gram dari 10% ekstrak kacang kedelai kering. 10% ekstrak kacang kedelai
kering terdiri dari : 3.2% Daidizin, 5.5% Genistin, 0.51% Glycitin, 0.35%Daidzein, 0.39% Genistein, dan
0.05% Glycitein. Jumlah senyawa kimia dalam gel bervariasi hingga kurang lebih 10.0%. Semua
kandungan kimiawi dikarakterisasikan dan dikuantifikasi oleh HPLC/UV/DAD. pHnya senilai 4.5 dan
proporsi airnya 7805%/60g/tub. Dipilih menjadi seperti ini karena formulasi ini menunjukkan ciri
farmaseutik dan stabilitas yang lebih baik dalam kombinasi dengan 10% ekstrak kacang kedelai kering.
Formulasi placebo sama dengan yang digunakan dalam produk isoflavon. Gel placebo terdiri dari
karbopol, metilparaben, propilparaben, sodium hidroksida, dan air. Dua produk dimasukkan ke dalam tub
yang mirip. Instruksi perawatan adalah untuk menggunakan 1g gel isoflavon atau 1g gel placebo, lewat
vagina saat waktu tidur, setiap hari.

2.4. Pasien

Kriteria inklusinya adalah : tidak-dihisterektomi, wanita postmenopause (dua tahun atau lebih sejak siklus
menstruasi terakhir) berumur 45 tahun atau lebih dengan gejala keringnya vagina dan/atau pruritus, rasa
sakit, rasa terbakar pada vulvar atau vaginal, dan dyspareunia. Semua partisipan menginfokan aktivitas
seksual koital, sekali atau lebih per minggu dan pasangan yang stabil. Mereka diharuskan memiliki level
serum E2 kurang dari 20pg/mL, level FSH lebih tinggi dari 40mIU/mL, tidak ada sel superfisial pada
sitologi vaginal, ketebalan endometrial kurang dari 5.0mm yang dinilai menggunakan ultrasonografi
transvaginal, dan mammografi normal selama 6 bulan sebelum dimulainya studi.

Kriteria ekslusinya adalah : penggunaan obat uji coba atau hormon seks eksogen selama 6 bulan sebelum
dimulainya obat uji, atau sedang menggunakan kortikosteroid, diketahui atau dicurigai adanya riwayat
tumor dependen-hormon, karsinoma payudara, perdarahan genital dengan sebab yang tidak diketahui,
kelainan tromboembolik akut yang terkait penggunaan estrogen, infeksi vaginal yang membutuhkan
perawatan, alergi pada obat uji atau isinya, hot flashes (???), dan penyakit serius lainnya atau kondisi
kronis yang bisa mengganggu pemenuhan studi.

2.5. Penilaian

Semua partisipan melalu pemeriksaan medis (wawancara, hematologi, biokimiawi, urinalisis,


pemeriksaan ginekologis, mammografi, dan ultrasonografi transvaginal) guna menentukan kesesuaian
pasien. Selama kedua kunjungan pada minggu keempat dan keduabelas, pasien mengisi kuesioner
mengenai gejala apapun dari keringnya vagina, pruritus, rasa sakit, rasa terbakar vulvar atau vaginal dan
dyspareuna, yang secara subsekuen diklasifikasi menjadi (tidak ada=0, ringan=1, sedang=2, parah=3)

Untuk sitologi vaginal, smear vagina diambil pada minggu keempat dan keduableas dari sepertiga atas
dari dinding vagina lateral kanan dan dianalisis di Department of Pathology (Rumah Sakit Santa Casa Sao
Paulo - Sau Paulo-Brazil). Sampel-sampel ini digunakan untuk menentukan Indeks Maturasi, yang
menjelaskan proporsi sel parabasal, intermediet, dan superfisial. Nilai Maturasi (MV) atau Indeks Frost,
dihitung berdasarkan frmula : MV= (0x%sel parabasal) + (0.5x%sel intermediet) + (1.0x%sel superfisial).
Maturasi epitelium vagina (efek positif perawatan) dibuktikan dengan penurunan sel parabasal dan
peningkatan proporsi sel superfisial.
Kertas indikator pH (0-14 Merck) diletakkan berkontak langsung dengan sepertiga bawah dari dinding
vagina kanan selama sekurang-kurangnya 60 detik. Pembacaan dilakukan secara komparatif, sesuai
standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh pabrik.

Spesimen biopsi dari mukosa vagina difiksasi dalam larutan formaldehyde 10% buffered selama 24 jam
dan bahan studi diproses di Department of Pathology di rumah sakit Irmandade da Santa Casa de
Misericordia Sao Paulo. Bagian-bagiannya didehidrasi dalam etanol, dibersihkan dengan xylene dan
ditanam dalam parafin untuk preparasi blok. Blok dipotong menggunakan pisau mikrotom yang
dikalibrasi untuk menghasilkan bagian setebal 4#m. Sampel kemudian diwarnai dengan hematoksilin dan
eosin (HE) dan kemudian diamati di bawah mikroskop optikal standar. Untuk penentuan anatomis dan
patologis, kriteria yang ditentukan oleh Kurman dan Solomon digunakan, dengan diagnosis yang
dikonfirmasi oleh kedua patologis.

Tiap slide dievaluasi menggunakan mikroskop cahaya (Axioscop 40-Zeiss) dengan lensa yang
memungkinkan perbesaran 400 kali dan menyediakan suatu mikro yang diadaptasikan untuk digunakan
sebagai monitor (LG Flatron 14 inci). Penghitungan are dalam milimeter persegi untuk lapang high-
power(???) dilakukan dengan bantuan kamar Neubauer, yang terdiri dari slide kaca tebal, bentuk persegi
dengan ruangan tengah terretikulasi.

Sesuai dengan saran Campaner dan Galvao, ketebalan epitelium vagina ditentukan pada mikroskop
optikal dengan bantuan software Axiovision 3.0, ZEIZZ, yang memungkinkan penciptaan area skala
metrik. Pengukuran ini dibuatdari basis lapisan sel basal hingga apeks sel epitelial superfisial.

Untuk imunohistokimiawi, area perwakilan dari blok parafin mukosa vaginal dipilih dan dikirim ke
Department of Pathology rumah sakit, di mana semua reaksi imunohistokimiawi dilakukan bersama untuk
meminimalisasikan kesalahan teknis. Untuk mendemonstrasikan keberadaan ER, suatu perangkat
lapangan M7047 klon 1D5 antibodi monoklonal tikus yang diproduksi oleh laboratorium California
(DAKO Corporation, Carpinteria, CA).

Level serum FSH dianalisis menggunakan sistem chemiluminescence ACS-180, Chiron-DL = 0.30mIU/L
dan level serum estradiol dianalisis menggunakan chemiluninescence/Chiron-LD=10.0pg/mL. Cakupan
referensi postmenopause yang digunakan adalah level serum FSH dari 23.0 hingag 116.3 mIU/mL dan
level estradiol dari 0 hingga 19pg/mL. Batas deteksi assay adalah 5pg/mL untuk estradiol dan 0.3mIU/mL
untuk FSH. Batas kuantitasi adalah 500pg/mL untuk estradiol dan200mIU/mL untk FSH. Darah untuk
analisis hormon dikumpulkan pada baseline (???) dan setelah 90 hari studi. Setelah pengumpulan, darah
dibiarkan berada selama kurang lebih 30 menit dalam suhu ambien dan kemudian disentrifugasi pada
>1200xg (3500rpm) untuk memisahkan sel darah dari serum. Serum secara berhati-hati dipindahkan ke
kontainer serum lain dengan menggunakan pipet dan dianalisis estradiol dan FSH-nya.

2.6. Blinding obat

Botol diidentifikasi menggunakan angka 4-digit yang dipisahkan dengan garis miring, seperti berikut :
01/01, di mana nomor pertama mengindikasikan pasien dan yang kedua mengindikasikan bulan. Sebagai
contoh: pasien 01 harus selalu menerima sampel yang diidentifikasikan dengan nomor ini : 01/01; 01/02;
01/03.
2.7. Randomisasi

Wanita yang masuk dalam studi (n=60) dirandomisasi ke dalam dua kelompok menggunakan situs
terspesialisasi. Kode blinding sampel diberitahukan setelah penyelesaian perawatan bagi semua pasien.

2.8. Analisis statistik

Tanpa informasi mengenai efek vaginal dari isoflavon Glycine max (L.) Merr. suatu ukuran sampel dari
60 pasien diperlukan. Ukuran sampel ini memungkinkan efek perawatan untuk ditentukan pada
alpha=0.05 dengan kekuatan statistik 90%. Semua data yang dilaporkan pada minggu O dan minggu 12
didapatkan dari analisis bertujuan-untuk-merawat, dengan nilai yang hilang dari tiap individual
dikomputerisasi menggunakan pendekatan ke depan observasi terakhir. Analisis statistik (t-test Student)
dilakukan dengan membandingkan variabel bagi tiap kelompok : karakterisasi baseline pasien, FSH, E2,
pH, ketebalan epitelium vaginal, persentasi sel ER positif dan ketebalan endometrial. Uji Mann-Whitney
digunakan untuk membandingkan gejala atropik dan MV dari tiap kelompok di baseline dan setelah 4 dan
12 minggu perawatan. Data diekspresikan sebagai mean atau median dan level signifikansi detentukan
kurang dari 0.05. Analisis dilakukan pada perubahan skor antara baseline dan minggu 4 dan 12.
Perbedaan perawatan (isoflavon dan placebo) diekspresikan sebagai means (standard error) dan 95%
interval kepercayaan (CI) bersama nilai p untuk titik akhir primer.

2.9. Registrasi

3. Hasil

Dari 117 partisipan yang ada, 60 subjek tersisa setelah kriteria inklusi dan ekslusi diterapkan. Total 30
wanita menerima 1 gram gel vaginal isoflavon 4% setiap hari selama 12 minggu dan 30 wanita menerima
1 gram gel vaginal placebo dalam periode yang sama. Dalam kelompok placebo, dua wanita
menghentikan perawatan akibat kurangnya perbaikan dan dua subjek tidak melakukan follow up. Dalam
kelompok isoflavon, satu wanita berhenti karena leucorrhea. Karakterisasi baseline pasien ditunjukkan
pada tabel 1. Tidak ada perbedaan signifikan yang diamati di antara dua kelompok terkait umur, umur saat
menopause, dan waktu sejak menopause, berat badan atau BMI.

Komplain genital postmenopause yang dilaporkan adalah keringnya vagina dalam 100% pada kedua
kelompok, dyspareunia 93,1% pada kelompok isoflavon dan 92.4% pada kelompok placebo, pruritus
48.2% pada kelompok isoflavon dan 64.4% pada kelompok placebo, rasa sakit 61.1% pada kelompok
isoflavon dan 42,3% pada kelompok placebo, rasa terbakar vulvar atau vaginal 44,8% pada kelompok
isoflavon dan 42,3% pada kelompok placebo, dan adanya sekresi 24,2% pada kelompok isoflavon dan
15,3% pada kelompok placebo.
Dua komplain yang paling sering, yang diteliti dalam studi ini yaitu, keringnya vagina dan dyspareunia.

Keringnya vagina : dalam kelompok isoflavon, skor median untuk komplain keringnya vagina pada
baseline adalah 3. Setelah 4 minggu perawatan, skor median menjadi 2 dan setelah 12 minggu, skor
menjadi 1.

Dibandingkan dengan kelompok placebo, skor median komplain untuk keringnya gingiva adalah 2 pada
baseline dan tetap sama setelah 4 dan 12 minggu.

Dyspareunia: dalam kelompok isoflavone, skor median saat baseline adalah 3. Setelah 4 minggu, skor
median menjadi 2, dan setelah 12 minggu, menjadi 0. Dibandingkan dengan kelompok placebo, skor
median adalah 2 saat baselie dan 1 setelah 4 dan 12 minggu.

FSH (mUI/mL): tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan pada konsentrasi rerata FSH saat
baseline dan saat minggu 12 antara kedua kelompok (p=0.850 dan 0.912).

Estradiol (pg/mL) : tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan pada rerata konsentrasi estradiol sera
antara kedua kelompok (p=0.776 dan p=0.638)

Ketebalan endometrial (mm): analisis echo endometrial sebelum dan setelah 12 minggu perawatan antara
kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0.202 dan 0.241). Ketebalan
endometrial <5mm di semua kasus.

pH vaginal : pH rerata kelompok isoflavon adalah 7.1 pada baseline dan 5.4 setelah 12 minggu, sementara
di kelompok placebo tidak terdapat perubahan yang signifikan dalam rerata pH setelah 12 minggu.

Nilai maturasi (MV): dalam kelompok isoflavon, MV meningkat dari 0 menjadi 70 setelah 4 minggu dan
ttap 70 setelah 12 mingu perawatan. Peningkatan sel intermediet dan superfisial diketahui. Perbedaan
yang signifikan dalam MV median ditemukan dalam kelompok isoflavon di antara titik titik waktu
(p<0.000). Perbedaan median antara baseline dan 4 minggu, serta antara baseline dan 12 minggu,
mencapai signifikansi statistik. Namun, tidak ada perbedaan signifikan MV antara minggu 4 dan 12. Pada
kelompok placebo, MV sejumlah 5, 16.2, dan 32.5 untuk masing masing titik waktu. Peningkatan sel
intermediet dan superfisial diketahui. Dalam kelompok ini, perbedaan signifikan median MV antara 3
titik waktu (p<0.001) diketahui. Namun MV yang didapat setelah 12 minggu perawatan pada kelompok
isoflavon lebih tinggi daripada placebo.

Ketebalan epitelium vagina : dalam kelompok isoflavon, peningkatan signifikan dari ketebalan setelah
perawatan diketahui. Ketebalan epitelium vaginal adalah 153.5 saat baseline dan 259.8 saat minggu 12.
Dalam kelompok placebo, ketebalan epitelium vagina adalah 145.3 saat baseline dan 191.9 setelah 12
minggu perawatan, yang menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Namun, hasil yang didapat
dari kelompok isoflavon lebih tinggi daripada placebo.

Sel positif ER: persentasi sel positif ER dalam epitelium vagina bagi kelompok isoflavon berkisar dari
58.5% pada awal perawatan menjadi 82.6% setelah 12 minggu, menunjukkan suatu peningkatan yang
signifikan. Pada kelompok placebo, nilainya berkisar dari 73.4% pada awal perawatan menjadi 83.7%
setelah 12 minggu, meskipun peningkatan ini tidak signifikan secara statistik.
4. Pembahasan

Efek isoflavon dari Glycine max (L.) Merr dalam perawatan atropi vagina menggunakan gel topikal
dibandingkan dengan placebo dievaluasi. Terapi hormon sistemik menggunakan estrogen alami
digunakan untuk meredakan gejala menopause. Namun, proporsi substansial dari wanita dengan keluhan
urogenital dan perubahan dalam seksualitas tidak memiliki perbaikan klinis dari perawatan hormon
sistemik, di mana kombinasi perawatan lokal untuk meredakan gejala dibutuhkan dalam kelompok ini.

Studi penggunaan isoflavon vaginal setelah menopause sedikit dilaporkan dan tidak ada publikasi yang
mengevaluasi efeknya terhadap morfologi epitelium vagina dan ekspresi reseptor estrogen, sehingga studi
ini dilakukan.

Perbaikan klinis ditemukan setelah 4 minggu perawatan menggunakan gel isoflavon untuk keringnya
vagina dan dyspareunia, sementara hasil ini tidak ditemukan dalam kelompok placebo, di mana hanya
perbaikan keringnya vagina setelah 12 minggu yang terjadi. Selain itu, ketika membandingkan efek
isoflavon versus placebo untuk keringnya vagina setelah 12 minggu, perawatan pertama menunjukkan
hasil superior daripada placebo. Temuan ini mirip dengan yang dijelaskan oleh Lima et al. yang
melaporkan perbaikan signifikan dalam gejala-gejala ini.

Kelompok placebo juga menunjukkan perbaikan dalam keringnya vagina, suatu temuan sebelumnya
melaporkan dengan penggunaan lubrikan vaginal (Le Donne et al). Derajat perbaikan ini sayangnya lebih
rendah daripada kelompok isoflavon.

Kelompok placebo menggunakan gel vaginal tanpa kandungan terapeutik dan produk yang diketahui
aman dan tidak berbahaya dengan tujuan membandingkan efek placebo pada perawatan gejala vagina,
sehingga mampu menghindari hasil terapeutik yang mungkin terjadi yang tidak berhubungan dengan
perawatan. Sejumlah komponen produk dalam gel vaginal placebo mungkin memperbaiki beberapa gejala
vaginal segera setelah penggunaan, seperti produk pelembab. Meskipun begitu, perubahan seluler dna
gejala vaginal diketahui tidak bertahan lama.

Tedeschi dan Benvenuti membandingkan gejala atropi vaginal pada wanita yang dirawat dengan gel
vaginal isoflavon versus wanita yang tidak mendapatkan perawatan vaginal. Peneliti mengamati adanya
perbaikan signifikan pada keringnya gingiva dan dyspareunia setelah empat minggu dalam kelompok
wanita yang menggunakan gel vaginal dibandingkan dengan kelompok tanpa perawatan. Dalam studi tsb,
para wanita menggunakan gel isoflavon yang berbeda dari gel yang digunakan dalam studi ini, di mana
gel tersebut mengandung aglycone isoflavon (10mg) yang berhubungan dengan Lactobacillus sporogenes,
Calendula officinalis, dan asam laktat.

Konsentrasi serum FSH dan estradiol sebelum dan setelah penggunaan tiap produk tidak berubah dalam
kedua kelompok. Temuan ini khususnya relevan karena absorpsi sistemik estrogen vaginal merupakan
kekhawatiran utama terkait keamanan perawatan.

Absorpsi hormonal sistemik dapat terjadi tergantung durasi penggunaan dan dosis yang digunakan. Di
lain hal, telah didemonstrasikan juga bahwa level absorpsi dapat menurun seiring waktu. Namun, efek ini
lebih relevan bagi wanita dengan riwayat kanker payudara dan kanker dependen-hormon lainnya.
Dalam studi ini, penelitian endometrial dilakukan guna memastikan keamanan terapi yang disarankan.
Diketahui bahwa, dengan adanya terapi hormon, episode spotting dan penebalan endometrial dapat
terjadi. Dalam studi ini, tidak terdapat laporan perdarahan genital dan temuan sonografik mengkonfirmasi
tidak adanya peningkatan ketebalan endometrial dalam kedua kelompok, yang dibuktikan oleh
pengukuran di bawah lima milimeter dan tidak ada perubahan ketebalan echo endometrial antara awal dan
akhir perawatan pada kedua kelompok.

Kami mengevaluasi pH vaginal pada baseline dan lagi pada 90 hari perawatan dan mengamati bahwa
hanya kelompok wanita yang menggunakan isoflavon mengalami penurunan signifikan. Asidifikasi pH
vaginal yang diamati pada partisipan mirip dengan yang sering terjadi pada wanita postmenopause. Studi
dengan isoflavon yang diberikan secara oral tetap inkonklusif. Kaari et al membandingkan penggunaan
isoflavon dan conjugated equine estrogen yang diberikan secara oral selama 6 bulan dan tidak
menemukan perbedaan pH vaginal pada kelompok isoflavon. Manonai et al mendapatkan hasil yang
serupa ketika mengevaluasi pH vaginal 36 wanita perimenopause dan setelah menopause selama 12
minggu yang mengkonsumsi diet kaya soya (50mg isoflavon/hari) dibandingkan dengan diet terkontrol
(isokalori dan rendah soya).

Pemberian isoflavon lewat rute vaginal memberikan efek yang lebih besar terhadap pH. Dalam suatu
studi oleh Tedeschi dan Benvenuti, penurunan non-signifikan pH vagina dari 5.9 menjadi 4.9 teramati
setelah 4 minggu perawatan dengan gel isoflavon vaginal.

Dalam studi ini, kami menemukan peningkatan signifikan Indeks Meisels setelah 30 dan 90 hari
perawatan dalam kedua kelompok, dengan analisis komparatif antara kelompok yang mendemonstrasikan
superioritas isoflavon terhadap placebo. Terkait aktivitas isoflavon yang diberikan secara oral pada
epitelium vaginal, kesimpulannya masih kontroversial. Namun, suatu studi oleh Le Donne et al yang
menganalisis efek isoflavon yang diberikan ke vagina menunjukkan peningkatan Indeks Meisels pada
kedua klompok, hasil yang sesuai dengan studi ini. Lima et al membandingkan gel vaginal isoflavon
dengan krim yang mengandung conjugated equine estrogen atau placebo selama 3 bulan dan juga
mendeteksi peningkatan Indeks Meisels seiring waktu pada kelompok, menunjukkan tidak adanya
perubahan signifikan ketika membandingkan isoflavon dengan conjugated equine estrogen.

Kami yakin bahwa perawatan atropi vaginal dengan aplikasi topikal gel isoflavon mempengaruhi proses
maturasi epitelium, mempromosikan peningkatan jumlah sel dan lapisan epitelium vagina. Hal ini
menguatkan hasil yang dilaporkan oleh Nilsson et al yang meneliti lima wanita yang menerima 1.25mg
conjugated equine estrogen secara oral selama 30 hari dan menjalani biopsi vagina sebelum dan setelah
perawatan. Suatu peningkatan ketebalan epitelium vagina dan total jumlah sel diketahui. Carbonel et al
mendapatkan efek yang serupa saat mempelajari epitelium vaginal tikus yang diberikan soya melalui
gavage (???) selama 21 hari dan membandingkannya dengan kelompok tikus yang menggunakan
conjugate equine estrogen dan hewan kontrol. Suatu efek proliferatif diketahui dengan penebalan
epitelium dan mukosa dan serat kolagen yang meningkat pada kelompok yang diberi soya pada
konsentrasi 120mg/kg per hari dan juga dalam kelompok yang diberikan conjugated equine estrogen.
Temuan yang sama ini diketahui pada kelompok placebo.

Kami mengatribusikan peningkatan ketebalan epitelium vagina pada kelompok placebo kepada hidrasi
dari kandungan hidrofilik yang terkandung dalam gel yang diaplikasikan. Peningkatan volume sel ini
menunjukkan hanya suatu efek transien, dan perlu dicatat bahwa rerata ketebalan mukosa vagina pada
kelompok placebo lebih rendah dari yang diamati pada kelompok isoflavon pada akhir studi.

Pencarian literatur kami tidak menunjukkan studi lain yang mengevaluasi morfologi epitelium vaginal
pada wanita yang menggunakan isoflavon secara oral dan vaginal.

ER adalah anggota superfamili faktor transkripsi dependen-ligand reseptor inti. Diketahui bahwa tidak
adanya ligand ER pada sel target dihubungkan dengan kompleks protein heat-shock dan kompleks
chaperone. Menggunakan gel vaginal, isoflavon mampu mengekspresikan aktivitas mereka setelah
interaksi dengan ER yang mengaktivasinya. Suatu peningkatan signifikan ekspresi ER ditemukan pada
studi imunohistokimiawi dari sampel epitelium vaginal pada kelompok isoflavon setelah 90 hari. Penting
dicatat, efek ini tidak ditemukan pada wanita dalam kelompok placebo, karena gelnya tidak mengandung
kandungan yang mampu berinteraksi dengan ER.

Kesimpulannya adalah hasil kami menunjukkan gel isoflavon vaginal efektif sebagai perawatan dan
manajemen gejala atropi vaginal yang diinduksi oleh defisiensi estrogen vaginal dan untuk efek
proliferatif dan peningkatan ekspresi ER pada epitelium vagina. Gel ini menunjukkan tidak adanya
absorpsi sistemik sehingga dapat digunakan pada wanita yang tidak mau menggunakan terapi hormon
atau mereka yang memiliki kontraindikasi. Studi jangka panjang lebih lanjut yang melibatkan wanita
dengan gejala atropi genital dibutuhkan untuk mengkonfirmasi efikasi perawatan ini dan perlindungan
endometrial yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai