Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
homehttp://www.templatesblock.com/
TUGAS SMT 1
TUGAS SMT 2
TUGAS SMT 3
TUGAS SMT 4
TUGAS SMT 5
TUGAS SMT 6
TUGAS SMT 7
SKRIPSI
PENDAHULUAN
b. Dari kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha.
Kerjasama ini bias dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan
proyek pengembangan bersama.
c. Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu
daerah kecil, dan sebagainya. Program ini dirancang bersama antara lembaga pendidikan
dengan pemerintah setempat dan masyarakat. Dengan cara ini bukan orang tua siswa saja
yang akan membayar dana pendidikan, melainkan semua masyarakat.
d. Usaha-usaha lain, misalnya :
1) Mengadakan seni pentas keliling atau dipentaskan di masyarakatb.
2) Menjual hasil karya nyata anak-anak
3) Membuat bazaard.
4) Mendirikan kafetariae.
5) Mendirikan took keperluan personalia pendidikan dan anak-anak.
6) Mencari donator tetapg.
7) Mengumpulkan sumbanganh.
8) Mengaktifkan BP 3 khusus dalam meningkatkan dana pendidikan. Seperti diketahui setiap
lembaga pendidikan mengelola sejumlah dana pendidikan yang bersumber dari pemerintah
(untuk lembaga pendidikan negeri), masyarakat, dan usaha lembaga itu sendiri.
9) Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dijadikan tiga kelompok yaitu :
a) Dana rutin, ialah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin, seperti gaji, pendidikan,
penelitian, pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.
b) Dana pembangunan, ialah dana yang dipakai membiayai pembangunan-pembangunan dalam
berbagai bidang. Yang dimaksudkan dengan pembangunan disini adalah membangun yang belum
ada, seperti prasarana dan sarana, alat-alat belajar, media, pembentukan kurikulum baru, dan
sebagainya.
c) Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum
dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau untuk memperbesar dana itu.
d) Dana usaha lembaga sendiri, yang penggunaannya sama dengan butir 3 di atas
KURIKULUM PIS
b. Pendekatan Berhubungan
c. Pendekatan Terpisah
1. Pendekatan Terpisah
Yaitu pendekatan dimana sikap disiplin dalam ilmu social diajarkan secara terpisah. Tujuan dan
materi pembelajaran dikembangkan dari disiplin ilmu yang bersangkutan.
2. Pendekatan Gabungan
Pendekatan pendidikan ilmu social yang menggabungkan (korelasi) beberapa disiplim ilmu
sosial dalam melakukan kajian terhadap suatu pokok bahasan.
3. Pendekatan Multidisiplin
Yaitu pendekatan ilmu social yang menggunakan lebih dari satu disiplin ilmu, tetapi
dipertahankan dua kedudukan satu disiplin ilmu terhadap masalah sama denagn kedudukan
disiplin ilmu lain.
4. Pendekatan Terpadu
Yaitu pendekatan yang memadukan berbagai disiplin ilmu social sedemikian rupa sehingga batas
antara satu disiplin ilmu dengan lainnya sudah tak tampak.
Syntetik Social Scienes
Upaya untuk memadukan berbagai disiplin limu social menjadi suatu disiplin baru.
Pelopornya Bruner dkk dari Universitas Harvard.
Landasan Pendidikan Ilmu Sosial
Guru yang baik adalah guru yang mempunyai wawasan dan kesadaran akan manfaat ilmu yang
diajarkan.
Manfaat:
a. Pengembangan karier
b. Mencari dan menambah pengetahuan
c. Penumbuhan keterampilan professional baru
d. Perbaikan profesi belajar siswa yang dibimbingnya
Landasan Filosofis Pendidikan
Dasar pandangan seseorang mengenai tujuan yang seharusnya dicapai, materi yang apa
yang seharusnya diajarkan, proses belajar apa yang harus dikembangkan dalam upaya mencapai
tujuan pendidikan.
Ada tiga macam aliran dalam falsafah kurikulum:
1. Aliran Esensial
Berpandangan agar sekolah menjadi pusat keunggulan pendidikan harus disajikan dalam bentuk
keilmuan dan kurikulumnya adalah kurikulum disiplin ilmu.
Tanner dan Tanner (1980)
Intelektualisme adalah tujuan yang paling mendasar dari setiap upaya pandidikan.
2. Aliran Perenialisme
Berpandangan bahwa pendidikan harus diarahkan pada pengembangan intelektual siswa.
Tanner dan Tanner (1980)
Beranggapan bahwa pendidikan harus diarahkan secara eksklusif pada pengembangan intelektual
tersebut, harus didasarkan pada studi yang dinamakan Liberal Arts dan buku besar.
3. Aliran Rekonsrukturionis
Berpandangan bahwa pendidikan sebagai wahana untuk mengembangkan kesejateraan
social (Tnner dan Tanner).
a. Intelektual bukan tujuan yang dikehendaki
b. Menyelesaikan problema masyarakat untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat jauh lebih
penting dari pengembangan intelektualisme keilmuan
Landasan Politis
Untuk Indonesia dihubungkan dengan keputusan formal dalam pendidikan, seperti
Pancasila, UUD 45, UU Pendidikan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri.
UU Pendidikan No. 20 Tahun 2003: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tuntutan Masyarakat
Menurut Tyler, (1946), Taba (1963), Tanner dan Tanner (1984):
Tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum.
Pengembangan masyarakat yang pesat selalu membawa dampak bagi kehidupan social, ekonomi,
dan budaya. Munculnya nilai dan norma baru yang mungkin dianggap berbeda, bahkan
bertentangan dengan apa yang diyakini anggota mayarakat itu sebagai individu ataupun
kelompok. Jenis tujuan ada dua:
1. Tujuan Obyektif, yaitu tujuan yang dicapai dalam 1-2 kali pertemuan kelas atau dapat dicapai
dalam 1 satuan pengajaran (satpel).
2. Development Obyektif, yaitu pencapaiannya melalui penguasaan materi yang cukup lama oleh
siswa.
Pengetahuan dan Pemahaman, Merupakan tujuan yang paling dasar. Pengetahuan berhubungan
dengan kemampuan/daya ingat siswa. Menurut Triggs (1991) Seseorang yang belajar IPS harus
memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai:
1. Ruang lingkup dan pokok kajian
2. Struktur keilmuan dari setiap disiplin
3. Fakta, konsep, peristiwa yang dianggap penting
4. Pokok pikiran keilmuan
5. Teori yang dianggap penting dan relevan
6. Tokoh yang melahirkan teori
7. Isu penting yang ada di masyarakat
TRANSAKSIONAL RESOURCES ILMU-ILMU SOSIAL
Ilmu-ilmu sosial berkembang seiring dengan kegiatan penelitian ilmuwan sosial. Oleh
karena itu bahan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan diberbagai bagian muka bumi
dan negara makin bertambah. Makin bertambahnya bahan pengetahan tentang masyarakat dan
kebudayaan akan mempermudah penyususnan bahan pembelajaran ilmu-ilmu sosial di sekolah-
sekolah. Artinya, jika bahan pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan Indonesia banyak
misalnya, maka penyususnan bahan pengajajaran tentang Indonesia semakin mudah. Sebaliknya,
jika bahan pengetahuan Indonesia tersebut sedikit misalnya, maka penyusunan bahan
pengetahuan tentang Indonesia akan mengalami kesukararan. Pembelajaran ilmu-ilmu sosial
terpengaruh oleh kondisi ilmu-ilmu sosial. penentuan bahan pengetahuan pada kurikulum ilmu-
ilmu sosial IPS terpengaruh oleh kekayaan unsur-unsur pengetahuan pada cabang-cabang IS
seperti sejarah, geografi, ekonomi, politik dalam acuan ciri, sosiologi, dan antropologi.
Tersedianya unsur-unsur keilmuan sejarah, geografi, ekonomi, politik dalam arti Civics,
sisiologi, dan antropologi negara tertentu memudahkan penyusunan kurikulum IPS pada jenjang
SD, SLTP, dan SLTA. Unsur-usur keilmuan IS yang menjadi bahan pembelajaran ilmu-ilmu
sosial tersebut adalh fakta, konsep, generalisasi, dan teori-teori. Di samping unsur yang
terstruktur secara statis sebagai bangunan IS tersebut, terdapat juga alat ilmu seperti metode
penelitian ilmiah, hipotesis, teknik uji kebenaran ilmiah, model-model ilmiah. Alat-alat keilmuan
seperti metode penelitian tersebut merupakan segi dinamis keilmuan. Keseluruhan unsur
keilmuan tersebut dijadikan bahan pengetahuan IS yang dibelajarkan oleh pembelajar atau yang
dipelajari oleh pebelajar.
Penyususnan unsur keilmuan IS menjadi perogram pembelajaran pebelajar. Penyususnan
unsur keilmuan IS menjadi program pembelajaran IS terkait pada tipe-tipe kurikulum baik yang
mono disiplin, atau inter disiplin. Sebagai ilustrasi akan dikemukakan contoh-contoh konsep,
generalisasi, teori, yang lazim dibelajarkan. Contoh-contoh tersebut diadaptasi dari karya James
A. Banks dan Pearl M.Oliner. Bangunan ilmu sosial merupakan jaringan hubungan antara fakta,
konsep, generalisasi, dan teori.
Secara struktural bubungan keempat unsur tersebut terlukis dalam teori Durkhiem tentang
bunuh diri. Secaera empiris teori Durkhiem tersebut menerangkan perbandingan tingkat bunuh
diri. Rangkain teori Durkheim tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Di dalam kelompok sosial, tingkat bunuh diri bermacam-macam secara langsung berhubungan
dengan tingkat individualisme.
2. Tingkat individualisme bermacam-macam berhubungan dengan insiden Protestantisme.
3. Oleh karena itu, tingkat bunuh diri bermacam-macam sehubungan dengan insiden
Protestantisme.
4. Insiden Protestantisme di Spanyol rendah.
5. Oleh karena itu, tingkat bunuh diri di Spanyol rendah.
Cabang ilmu-ilmu sosial adalah ilmu empiris, artinya bertitik tolak dari fakta. Tiap cabang
ilmu sosial memperlajari fenomena sosial dengan perhatian berbeda, dan karenanya memperoleh
seperangkat konsep yang berbeda pula. Konsep-konsep pada disiplin ilmu sosial tertentu yang
umumnya dipelajari di sekolah. Konsep tersebut merupakan konsep kunci pada cabang ilmu
tertentu yang bermanfaat bagi para pebelajar IPS jenjang sekolah dasar dan sekolah lanjutan.
Penyelenggaraan pembelajaran ilmu-ilmu sosial dapat dilaksanakan berdasarkan kurikulum
mono disiplin. Oleh karena itu terdapat juga konsep-konsep cabang ilmu yang menjadi konsep
IPS yang interdisiplin.
Hilda Taba yang menyusun IPS interdisiplin berhasil menghimpun konsep ilmu sosial
menjadi konsep IPS interdisiplin. Bahan pembelajaran ilmu-ilmu sosial atau bahan pembelajaran
IPS bersumber dari ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu sosial adalah ilmu pengetahuan, dan oleh karena
itu sebagai ilmu otonom berlaku arti sebagai aktifitas, sebagai metode, dan sebagai pengetahuan
ilmiah.
Secara statis bahan pembelajaran ilmu-ilmu sosial atau dalam konsep IPS terdiri dari unsur
keilmuan yang statis dan dinamis. Bahan pembelajaran ilmu-ilmu sosial di sekolah sudah tentu
akan bermuatan unsur-unsur keilmuan. Makin tinggi jenjang sekolah, maka jumlah konsep,
generalisasi, teori dan metode penelitian makin besar. Lebih dari itu, maka ilmu adalah suatu
kegiatan dengan metode ilmiah yang ingin mencapai misi ilmiah.
SUMBER PEMBELAJARAN ILMU SOSIAL DAN IPS
Pembelajaran ilmu-ilmu sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan pembelajaran ilmu-
ilmu yang lain. Keserupaan itu disebabkan oleh kenyataan bahwa (i) ilmu-ilmu sosial adalah
ilmu empiris, yang bahan pengetahuannya bersal dari hasil penelitian ilmiah, (ii) ilmu-ilmu sosial
terdiri dari fakta, konsep generalisasi, konstruk, model-model ilmiah, dan teori, (iii)
pembelajaran ilmu-ilmu sosial merupakan realitas pembelajaran yang dapat diteliti, baik secara
ex postfacto, empiris, maupun eksperimental (kuasi ekperimental). Pembelajaran ilmu-ilmu
sosial berada dalam konteks pembelajaran ilmu-ilmu yang lain. kedudukan pembelajaran ilmu-
ilmu sosial diantara ilmu-ilmu yang lain tergantung pada kebijaksanaan terhadap ilmu
pengetahuan. Hal ini sebenarnya terletak di luar pembelajaran ilmu sosial, walaupun dapat
diduga akan berpengaruh pada pembelajaran ilmu sosial.
Pada umumnya ilmu pengetahuan dibuat atau terbentuk untuk memecahkan masalah
masyarakt. Terkait dengan pemecahan masalah masyarakat inilah banyak kalangan yang
mempersoalkan fungsi ilmu-ilmu sosial dan fungsi pembelajaran ilmu-ilmu sosial. Pertanyaan
tentang ilmu-ilmu sosial dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah masalah-masalah sosial (masyarakat, negara, bangsa dan dunia internasional)
merupakan prblem yang dapat dipecahkan oleh ilmu-ilmu sosial?
2. siapakah yang menjadi klien, dan tujuan siapakah yang akan digarap oleh ilmuwan sosial ?
3. apakah masyarakt itu dapat dijadikan sejenis patient oleh ilmuan? Siapa dan apa yang harus
diubah oleh ilmuawan sosial?
4. Variabel-variabel strategis (hal-hal penting mana) apakah yang dapat dipandang sebagai hal-hal
yang dapt dikontrol?
5. Variabel apakah yang dipandang tetap dan apakah yang dapat diubah?.
6. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat digunakan analogi, sutu perbandingan
dan fungsi ilmuwan-kelamaan.
Sebagai ilustrasi, kerja seorang konselor, atau ahli komputer. Konselor berkewajiban
memberikan berbagai pertimbangan konseling pada kliennya, ahli komputer memperbaiki dan
menciptakan program komputer. Ahli-ahli tersebut bekerja secara profesional dengan
menggunakan dasar hasil-hasil penelitian eksperimental. Ahli-ahli tersebut menghadapi masalah
masyarakat, tetapi ia dapat melokalisirnya dalam bidangnya masing-masing. Sebaliknya,
ilmuwan sosial menghadapi problem dalam arti menyangkut harkat dan masyarakat serta
ilmuwan sosial tidak bekerja di laboratorium, tetapi ia bekerja secara laboratoris. Penelitiannya
tergolong kuasi-eksperimental. Penyakit sosial cenderung disembunyikan oleh anggota
masyarakat yang bersangkutan.
Ilmuwan sosial hanya menemukan masalh secara terinci, terstruktur, masalah sebenarnya
dan sesungguhnya. Ilmuwan sosial hanya memberikan pengertian mendalam tentang masyarakat
(dalam arti lembaga, proses, aturan, tindakan, dan nilai-nilai) dan pemahaman tentang
indetifikasi diri manusia seutuhnya.
Pengetahuan yang disumbangkan oleh ilmuwan sosial berupa saran tentang bagaimana
mengubah kondisi sosial manusia rekonstruksi sosial, dan tidak berusaha mengubah diri
manusia. Ilmuwan sosial tidak dapt memcahkan masalah sosial dengan bekerja seorang diri. Hal
ini berbeda dengan ilmuwan keilmualaman. Pertanyaan tentang fungsi pembelajaran ilmu-ilmu
sosial dapat dirumuskan sebagai berikut: (i) bagaimanakah kedudukan cabang ilmu-ilmu sosial
dalam suatu kurikulum sekolah? Pertanyaan ini mempersoalkan cabang-cabang ilmu sosial
seperti sejarah, ilmu ekonomi,geografi, antropologi pada jenjang SD, SMTP, SMTA kelas A1,
A2, A3, A4 atau yang lain. (ii) apakah tujuan pengajaran atau tujuan belajar ilmu-ilmu sosial?
pertanyaan ini mempersoalkan misi pendidikan sekolah sebagai alat rekonstruksi sosial, dan
mengacu pada pendidikan sekolah sebagai alat rekonstruksi sosial, dan mengacu pada
pendidikan pribadi, socio-civics, dan pendidikan intlektual. Pembelajaran ilmu-ilmu sosial
tentang nilai-nilai erat hubungannya dengan pendidikan pribadi, untuk itu, kalangan pembelajar
hendaknya menjadikan pembelajarannya sebagai media yang efektif bagi pengembangan dan
pelatihan kepribadian pebelajar.
ILMU ILMU SOSIAL DAN SEJARAHNYA
0 komentar:
Poskan Komentar
DAFTAR PUSTAKA
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT.
IMTIMA.
Ahmadi, Lif Khoiru dan Sofan Amri. 2011. Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu.
Jakarta: PT. Prestasi Pustaka.
Review Buku PENDIDIKAN IPS Konsep dan Pembelajaran Karya Sapriya
Penyaji Ridwan/157885405
berkaitan.
Kurikulum 1975 IPS sebagai salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran
integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi serta mata pelajaran sosial lainnya.
Ciri khas IPS sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
sifatnya terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini
lebih bermakna bagi peserta didik disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik dan kebutuhan
peserta didik.
Sedangkan istilah Pendidikan IPS menurut Prof. Numan Soemantri digunakan pada
tingkat perguruan tinggi sebagai sub disiplin ilmu atau cabang dari disiplin ilmu tetapi belum
Studies, Sosial Education, Sosial Studies Education, Sosial Science Education, Citizenship
Pada tahun 1896-1897 pengertian IPS awal kelahirannya Sosial Studies. Menurut
National Herbart Society papers of 1896-1897 yang menegaskan bahwa Sosial Studies sebagai
delimiting the sosial science for pedagogical use (upaya untuk membatasi ilmu-ilmu sosial untuk
penggunaan secara pedagogic) Dalam buku karya Saxe (1991) berjudul sosial studies in Schools:
Pada tahun 1913 Sosial Studies adalah a specific field to utilization of sosial sciencies
data as a force in the improvement of human welfare (bidang khusus dalam pemanfaatan data
ilmu-ilmu sosial sebagai tenaga dalam memperbaiki kesejahteraan umat manusia) Selanjutnya
pengertian sosial studies diatas sebagai dasar dalam dokumen :Statement of the Chairman of
Committee on Sosial Studies (CSS) Sosial studies sebagai specially selected from the sosial
sciences for the purpose of improving the lot or the poor and suffering urban
BerdiriNational Council for the Sosial Studies (NCSS):sebuah organisasi professional yang
secara khusus membina dan mengembangkan Sosial Studies pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah serta keterkaitannya dengan disiplin ilmu sosial dan disiplin ilmu kependidikan
Pada tahun 1935 IPS sebagai inti dari kurikulum NCSS dan pada tahun 1937 sosial
studies are the sosial sciences simpliefied for pedagogical purpose Dikemukan oleh Edgar
Wesley dan dijadikan definisi resmi sosial studies oleh The United States of Education Standart
Selanjutnya pada tahun 1993 pendidikan IPS adalah studi terpadu dari ilmu sosial dan
humaniora untuk mempromosikan kompetensi sipil. Dalam program sosial, studi sosial
ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, pshicology, agama, dan sosiologi, serta
konten yang sesuai dari humaniora, matematika dan ilmu alam. Tujuan utama dari ilmu sosial
adalah untuk membantu orang muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan
dan beralasan untuk kepentingan publik sebagai warga budaya yang beragam, masyarakat
demokratis di dunia yang saling tergantung pagar dijadikan rujukan lengkap murah Dalam,
Berbagai aktifitas Pendidikan paling lengkap dan dijadikan rujukan dalam berbagai aktifitas
pendidikan
Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosal Indonesia (HISPIPSI sekarang dibah
HISPISI) Pendidikan IPS adalah persekolahan dan pendidikan IPS perguruan tinggi.
Pengertian Pendidikan IPS yang berlaku untuk pendidikan dasar dan menengah
dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk
adalah seleksidari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
menjadi dua yaitu: (1) PIPS sebagai mata pelajaran (dalam dalam kurikulum sekolah mualai SD,
Nasional pasal 39) dan (2) PIPS sebagai kajian akademik. Sedangkan sebagai kajian akademik
disebut juga IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan,
dikemas secara psikologis, pedagogis dan sosial kultural untuk tujuan pendidikan.
Pendidikan sosial sebagai pendidikan disiplin ilmu dapat dilihat ciri penandanya, yaitu:
(1) IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Sosial Studies as citinzenship transmission), (2) IPS
sebagai ilmu-ilmu-ilmu sosial (Sosial Studies as sosial sciences), (3) IPS sebagai penelitian
mendalam (Sosial Studies as reflective inquiry) lalu sekarang berkembang menjadi lima tradisi,
(4) IPS sebagai kritik kehidupan sosial (Sosial Studies as sosial critism), (5) IPS sebagai
Menurut Soemantri PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu dan pendidikan disiplin ilmu
sosial.menurut Dufty (1986) karakteristik disiplin ilmu, yaitu: (1) community of scholars, (2) a
body of thinking, speaking, writing by these scholars, (3) a method of approach to knowledge.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis memberikan aspek pemikiran yang mendasar yang menentukan apa
obyek kajiannya beraiatan aspek-aspek, yaitu: (1) aspek ontologis pengembangan PIPS sebagai
pendidikan disiplin ilmu dan (2) aspek epistemologis bagaimana cara, proses atau metode
membangun dan mengembangkan PIPS hingga menentukan pengeta sebagai pendidikan disiplin
2. Landasan Ideologis
pertimbangan dan menjawab pertanyaan bagaimana keterkaiatan antara das sein PIPS sebagai
3. Landasan Sosiologis
4. Landasan Antropologis
5. Landasan Kemanusiaan
Landasan politis memberikan sistem gagasan mendasar untuk menentukan arah dan
7. Landasan Psikologis
PIPS membangun struktur tubuh disiplin pengetahuannya baik dalam tataran personal maupun
komunal.
8. Landasan Religius
etika dan moral yang menjadi jiwa (roh) yang melandasi keseluruhan bangunan PIPS, khususnya
pendidikan Indonesia.
Nama IPS dikenal di Indonesia sebgai hasil kesepakatan para ahli ketika Seminar
Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu, Solo. Sedangkan dinegara lain
lebih dikenal dengan nama sosial studies. Pengertian IPS ditingkat persekolahan memiliki
1. Untuk materi IPS jenjang pendidikan dasar nerupakan mata pelajaran yang berdiri
sendiri.
2. Tingkat SMP berarti gabungan (integrated) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin
ilmu.
3. Tingat SMA bisa berarti program studi (Program IPS) yang kedua bias berarti sejumlah
mata pelajaran yang termasuk kedalam disiplin ilmu-ilmu sosial meliputi: Sosiologi,
Para ahli ilmu-ilmu sosial telah memerinci sekitar 8 disiplin ilmu sosial yang
1. Antropologi
Para ahli antropologi mempelajari tentang budaya manusia mulai dari kebudayaan
prasejarah (kebudayaan yang diviptakan sebelum lahirnya zaman sejarah) juga kebudayaan pada
zaman modern saat ini. Para ahli antropologi dibedakan menjadi beberapa spesialisasi ahli
antropologi sosial, yaitu: (1) antropologi budaya, (2) ahli etnografi, (3) ahli antropologi Bahasa,
(4) ahli antropologi fisik (biologi), (5) ahli arkeologi, dan (6) ahli primatology.
2. Ilmu Ekonomi
manajemen kelangkaan secara khusus dibagi kedalam dua bagian: analisis ekonomi dan
kebijakan ekonomi. Ilmu sosial ekonomi bagian yang berhubungan dengan analisis ekomomi
dibagi kedalam dua bidang utama: ekonomi mikro dan ekonomi makro.
3. Geografi
dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Geografi dibagi kedalam dua spesialisasi pokok yaitu
4. Sejarah
Sejarah adalah semua aspek kehidupan manusia di masa lampau:politik, hukum, militer,
5. Ilmu Politik
Ilmu politik mempelajari kebijakan umum (public policies). mereka tertarik dengan
6. Psikologi
Ilmu Psikologi mempelajari perilaku individu dan kelompok-kelompok kecil individu.
Disiplin ini terkadang didefinisikan untuk meliputi semua bentuk perilaku manusia dan bukan
manusia, manusia normal dan abnormal, individu dan kelompok, fisik dan mental dan secara
7. Sosiologi
utamanya adalah hubungan sosial manusia-perilaku manusia seperti diwujudkan sendiri dalam
dengan perkembangan Sosial Studies di Negara lain yang telah maju. Pada bahagian ini
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Sosial Studies telah dijadikan sebagai
istilah resmi dalam kurikulum pendidikan, khususnya di Amerika Serikat. Berdasarkan hasil
sehingga menunjukkan bahwa materi Sosial Studies semakin meluas karena merupakan
gabungan dari berbagai disiplin ilmu, bukan hanya ilmu sosial melainkan juga dari humanities,
metematika bahkan agama. Dari definisi ini kita dapat menyimpulkan bahwa sosial studies untuk
Istilah IPS belum dikenal.tetapi pendidikan IPS yang dusederhanakan untuk tujuan
pendidikan sudah ada seperti ada mata pelajaran sejarah, geografi, civics, koperasi yang
disampaikan secara terpisah di sekolah dasar dan matpel ekonomi, sosiologi dan antropologi di
sekolah menengah.
Dalam kurikulm 1964 ada perubahan pengajaran dalam ilmu IPS disitilahkan Dimyati
pendekatannya bersifat korelatif. Pada kurikulum 1968 istilah IPS muncul dalam Seminar
Nasional Tentang Civic Education di Tawangmangu Solo. Pada tahun 1972-1978 IPS pertama
kali muncul dalam dunia persekolahan yakni dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Kurikulum tahun 1975 dan 1984 IPS sebagai mata pelajaran diberikan untuk jenjang
SD, SMP, SMA menggunakan pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum
yang berbasis pada materi pembelajaran (Content Based Curriculum). Kurukulum 1975
menampilkan pendidikan IPS dalam empat profil, yaitu: (1) pendidikan moral Pancasila
koperasi di SMP, dan (4) pendidikan IPS terpisah-pisah mencakup mata pelajaran sejarah,
geografi, dan ekonomi untuk SMA atau sejarah dan geografi untuk SPG. Sedangkan pada
kurikulum 1984 pelajaran IPS tidak banyak mengalami perubahan artinya kurikulum yang
1. Dimensi Pengetahuan (Knowledge), berkaitan dengan (a) fakta adalah data yang spesifik tentang
peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang terjadi (peristiwa), (b) konsep adalah kata-kata atau
frase yang mengelompok, berkategori dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan,
dan (c) generalisasi adalah ungkapan/pertanyaan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait.
atau isi, (b) mengumpulkan dan mengolah data, (c) menafsirkan data, (d) menilai bukti-bukti
yang ditemukan, (e) menyimpulkan, (f) menerapkan hasil temuan dalam konteks yang berbeda,
b. Ketrampilan berfikir, berhubungan degan (a) mengkaji dan menilai data secara kritis, (b)
merencanakan, (c) merumuskan faktor sebab dan akibat, (d) memproduksi hasil dari sesuatu
kegiatan atau peristiwa, (e) menyarankan apa yang akan ditimbulkan dari suatu peristiwa atau
perbuatan, (f) curah pendapat (brains torning), (g) berspekulasi tentang masa depan, (h)
menyarankan berbagai solusi alternative, (i) mengajukan pendapat dari perspektif yang berbeda.
c. Ketrampilan Partisipasi Sosial, berhubungan degan (a) mengidentifikasi akibat dari perbuatan dan
pengaruh ucapan terhadap orang lain, (b) menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada orang
lain, (c) berbagi tugas dan pekerjaan dengan orang lain, (d) berbuat efektif sebagai anggota
kelompok, (e) mengambil berbagai peran kelompok, (f) menerima kritik dan saran, (g)
d. Ketrampilan Berkomunikasi. Aspek yang penting dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya
dalam inkuiri sosial, siswa mampu mengungkapkan gagasan pemahaman dan perasaannya secara
a. Nilai Subtanstif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar
b. Nilai Prosedural adalah peran guru dalam dimensi nilai sangat besar terutama dalam melatih
4. Dimensi Tindakan (Action), meliputi: (1) percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah di
kelas seperti, (2) berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan, dan (3)
pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas, khususnya pada saat siswa diajak
B. Struktur PIPS
1. Model pembelajaran yang menekankan pembelajaran secara efektif antara lain: (1) model
inkuiri, (2) problem solving, (3) berpikir kritis, dan (4) pengambilan keputusan.
2. Model Struktur Ilmu Pengetahuan meliputi unsur-unsurnya, yaitu: (1) atribut berarti karakteristik
atau sifat sejumlah benda, peristiwa atau ide yang dapat dibedakan, (2) konsep berarti suatu
pengertian abstrak yang disosialisasikan dengan symbol sekelompok benda, peristiwa atau ide,
(3) generalisasi berarti suatu pengertian (berupa pernyataan) yang dibentuk oleh sejumlah konsep
yang saling berkaitan dan kebenarannya masih perlu diuji, (4) konstruk berarti suatu organisasi
Ada dua isi pokok dalam pembaharuan sosial studies di Amerika Serikat yaitu: (1)
perumusan bahan pembelajaran dan strategi pembelajaran untuk sosial studies. Di dalam bahan
pembelajaran diorganisasikan secara terpadu (Integrated), bukan hanya antar disiplin ilmu-ilmu
sosial melainkan juga antar disiplin ilmu sosial, ilmu alam dan humanitis, dan (2) strategi belajar
yang diusulkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah dan
mengambil keputusan.
Di Australia, pembaharuan sosial studies dengan cara belajar inkuiri. Ada tiga aktivitas
utama dalam pendekatan inkuiri, yaitu: (1) tahap investigation ialah kegiatan untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam meneliti, memproses dan mengintrepresikan data dan
informasi, (2) tahap communication ialah kegiatan untuk mengembangkan kecakapan siswa
dalam penggunaan bermacam-macam bentuk komunikasi, (3) tahap participation ialah kegiatan
mengembangkan kecakapan dan rasa percaya diri siswa dalam kerja kelompok dan dalam proses
pengambilan keputusan.
Di Indonesia, ada pembaharuan kurikulum IPS beberapa kali menurut zamannya, yaitu:
(1) kurikulum 1964 menggunakan istilah pendidikan kemasyarakatan, (2) kurikulum 1968 mata
dasar dan pembinaan kecakapan khusus, (3) kurikulum 1975 dikemukakan secara eksplisit istilah
mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial yang merupakan perpaduan dari mata pelajaran sejarah,
geografi, dan ekonomi, (4) kurikulum 1984 menggunakan pendekatan integratif dan stuktural
untuk IPS SMP, pendekatan disiplin terpisah untuk SMA dan untuk SD pendekatan integrative,
(5) kurikulum 1994 IPS kajiannya geografi, sosiologi, antropolog, tata Negara dan sejarah
sedangkan untuk SD bahan pokoknya pengetahuan sosial dan sejarah, (6) kurikulum KTSP
beserta Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2006
kemampuan berfikir dalam IPS melalui: (1) kemampuan berpikir kreatif (creative thinking), (2)
berfikir kritis (critical thinking), (3) kemampuan memecahkan masalah (problem solving), (4)
kemampuan mengambil keputusan (decision making), dan (5) pendekatan inkuiri untuk siswa
sekolah menengah, meliputi (a) perumusan masalah (problem formulation), (b) perumusan
hipotesis (formulation of hypotheses), (c) definisi istilah/konseptualisasi, (d) pengumpulan data
(collection of data), (e) pengujian dan analisis data (evaluation and analysis of data), (f) penguji
Hipotesis untuk memperoleh generalisasi dan teori, dan (7) memulai inkuiri lagi.
1. Konsep ITM dimasukkan dalam pembelajaran IPS memberikan kontribusi secara langsung
terhadap misi pokok IPS, khususnya dalam mempersiapkan warga negara memiliki kemampuan,
yaitu: (1) memahami ilmu pengetahuan di masyarakat, (2) pengambilan keputusan warga negara,
(3) membuat koneksi antar pengetahuan, dan (4) mengingatkan generasi pada sejarah bangsa-
bangsa beradab.
2. Konsep ITM dalam IPS sesuai Project Analysis yang dikemukakan oleh Noris Harms, yaitu: (1)
konsep ITM menfokuskan pada kebutuhan-kebutuhan pribadi siswa, (2) ITM menfokuskan pada
isu-isu kemasyarakatan,dan (3) ITM memfokuskan pada masalah pekerjaan dan karir
Ada tiga altenatif pendekatan atau srategi untuk mengembangkan ITM dalam
pembelajaran IPS, yaitu: (1) infusi ITM kedalam mata pelajaran yang ada, (2) perluasan melalui
topik kajian dalam mata pelajaran, dan (3) penciptaan atau pembuatan mata pelajaran yang baru.
Karakteristik dari program terintegrasi ITM dalam IPS adalah sebagai berikut:
1. Hasilnya dinyatakan dengan jelas. Beberapa tujuan yang sangat relevan dengan pembelajaran
ITM, yaitu: (1) melek ilmu dan teknologi, (2) membuat keputusan yang rasional yang dapat
digunakan dalam penelitian dan pemecahan masalah krusial, (3) kemampuan melakukan sintesa
informasi, (4) memahami kemajuan dalam IPTEK merupakan bagian integral dari warisan
masyarakat terdahulu, dan (5) sadar akan banyaknya pilihan untuk berkarir dibidang ilmu dan
teknologi
meliputi: (1) mengklarifikasi isu-isu dan identifikasi kejadian untuk pengambilan keputusan, (2)
pengumpulan data empiris dan data yang berkaitan dengan nilai, (3) pertimbangan alternative
tindakan dan akibat-akibatnya, (4) identifikasi tindakan, (5) rencana tindakan, (6) sistem
tentang dunia kepada para siswa dengan memfokuskan bahwa ada keterkaitan antar budaya,
umat manusia dan kondisi alam. Fokus pendidikan global adalah hal-hal mendunia yang berciri
diperlukan secara efektif dalam dunia yang sumber daya alamnya semakin menipis dan ditandai
Gambaran kondisi dunia berupa (a) kemajuan teknologi, (b) perdagangan antarnegara,
(c) pertukaran budaya, (d) pariwisata, (e) kepedulian terhadap lingkungan, (f) persaingan pasar,
(g) kelangkaan sumber daya alam, dan (h) ketatnya perlombaan senjata antar negara adi kuasa.
dalam segala bidang yang akhirnya menimbulkan konflik dan persaingan. Misalnya MEE,
Masyarakat Ekonomi Eropa, APEC. Proses ini adalah proses globalisasi yang berpengaruh pula
dalam dunia pendidikan. Era globalisasi telah mengharuskan kita mengubah cara pandang
terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, jika tidak mengikuti maka akan
terisolir. Dalam era globalisasi tak ada satu bangsa yang dapat menghindar dari arus ini.
Globalisasi menurut pengertian World Bank adalah fenomena yang tak terhindarkan dalam
sejarah kehidupan manusia. Fenomena ini membawa seluruh belahan dunia menjadi semaikn
hidup di dunia ini menimbulkan peningkatan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan profesional dari warga dunia yang menjadi syarat dalam memahami dimensi global
baik dari fenomena politik, ekonomi maupun budaya. Adapun materi pendidikan global menurut
Kniep (1986) ada empat kajian, yaitu: (1) Human values, (2) Global system, (3) Global problems
Kajian tentang nilai manusia pasti berhubungan dengan nilai-nilai yang sifatnya
universal, secara historis termaktub dalam The Universal Declaration of Human Rights oleh
PBB tahun 1948, yaitu, hak atas life, liberty, property, equality, justice, freedom of religion, free
speech. Nilai-nilai ini berasal dari tradisi budaya, nasional dan nilai-nilai agama.
Kajian nilai manusia juga akan ditemukan perbedaan nilai manusia, bahwa kita di dunia
ini adalah beragam, keragaman ini meliputi perasaan, pikiran, gaya hidup dan pandangan dunia
tiap masyarakat. Pendidikan global berusaha membantu siswa dalam melihat kebersamaan dalam
keragaman atau dikenal dengan istilah unity in diversity, kita bersatu dalam kebhinnekaan,
keberagaman. Hal ini tepat dan sesuai dengan sejarah bangsa Indonesia dengan dasar falsafahnya
Pancasila, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Kajian sistem global meliputi sistem ekonomi dunia, sistem politik global, sistem
ekologi, sistem teknologi. Sementara kajian tentang masalah-masalah dan isu-isu global meliputi
isu-isu perdamaian dan keamanan, isu-isu pembangunan, isu-isu lingkungan dan isu-isu hal asasi
manusia. Kajian sejarah hubungan antarbangsa dan saling ketergantungan masih sangat minim.
Kesimpulannya adalah para pendidik harus berusaha mendorong pemikiran dan dialog agar para
Salah satu desain pembelajaran IPS yang sangat dianjurkan adalah desain pembelajaran
inkuiri (Inquiry Approach). Secara umum istilah Inquiry berkaitan dengan masalah dan
penelitian untuk menjawab masalah, berikut istilah inkuiri menurut beberapa ahli, sebagai
berikut.
1. Roger (1969) suatu proses untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar para
2. Hagen (1969) metode pemecahan masalah, berfikir reflektif dan atau discovery.
3. Beyer (1971) suatu proses mempertanyakan makna/arti tertentu yang menuntut seseorang
Menurut para ahli, pendekatan inkuiri cukup ampuh dalam mengatasi kebosanan siswa
karena proses belajar lebih terpusat kepada siswa (student-centred instruction). Guru yang baik
haruslah memiliki metode yang baik dan guru yang terbaik ditentukan oleh metode yang
dikuasainya (Wesley, 1950). Lebih lanjut menurut wesley metode yang baik memerlukan sikap
guru yang akurat, artistik, berkepribadian dan selalu menyesuaikan dengan tingkat pengalaman
siswa, dan salah satu metode yang mengatasi kebosanan siswa karena karena metode ekspositori
adalah metode inkuiri. Pendekatan inkuiri sosial dalam pembelajaran IPS bertujuan untuk
menghasilkan fakta, konsep, generalisasi dan teori. Sehingga metode ini dapat memberikan
kontribusi untuk memecahkan masalah-masalah sosial dan digunakan para pengambil kebijakan
(thinking skills) yang terbagi menjadi dua model, yaitu ketrampilan berfikir kritis (Critical
thinking skill) dan ketrampilan berfikir kreatif (Creative thinking skill). Kedua model
pembelajaran ini memiliki kesamaan dengan pendekatan inkuiri yaitu sama-sama membantu
solving. Menurut Wilkins (1990) ada enam langkah model pembelajaran problem solving yang
juga digunakan dalam model pembelajaran individual (individual instruction) yaitu: (1)
mengklasifikasi dan mendefinisikan masalah, (2) mencari alternatif solusi, (3) menguji alternatif
solusi, (4) memilih solusi, (5) bertindak sesuai dengan pilihan solusi, dan (6) tindak lanjut
(follow up).
kemampuan berfikir tentang alternatif pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti yang
ada, mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan masyarakat. Perbedaan mendasar dari model
pembelajaran inkuiri sosial dan pengambilan keputusan yaitu pembelajaran inkuiri sosial
menghasilkan pengetahuan dalam bentuk fakta, konsep, generalisasi dan teori sehingga
fokus pada bagaimana pengetahuan yang dihasilkan dapat membantu memecahkan masalah dan
membuat keputusan.
Langkah-langkah proses pembelajaran IPS yang dapat membantu memecahkan masalah
yaitu: (1) mengidentifikasi persoalan dasar atau masalah, (2) mengemukakan jawaban-jawaban
alternative, (3) menggambarkan bukti yang mendukung setiap alternatif, (4) mengidentifikasi
nilai-nilai yang dinyatakan setiap alternatif, (5) menggambarkan kemungkinan akibat setiap
alternatif, (6) membuat pilihan dari setiap alternatif, dan (7) menggambarkan bukti dan nilai
Membaca adalah salah satu ketrampilan dalam belajar untuk memperoleh sejumlah
pengalaman dan atau pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu. Dalam belajar IPS,
mengetahui apa pengetahuan dan mengetahui bagaimana untuk mengetahui atau menyadari apa
Tujuan penting dari kemampuan membaca adalah pemahaman, menurut James Banks
atau yang sering diartikan mengetahui tentang mengetahui (knowing about knowing) atau
metakognitif) dalam membaca, yaitu: (1) siswa harus mengetahui kapan mereka melakukan dan
tidak melakukan sesuatu, (2) siswa harus mengetahui apa yang mereka ketahui, (3) siswa harus
mengetahui apa yang mereka perlukan untuk mengetahui, (4) siswa harus mengetahui keguanaan
sejarah, biografi, peta dan buku-buku referensi lainnya. Menurut Jarolimek & Parker (1993)
siswa IPS adalah pembaca yang mampu (a) membaca secara fleksibel, (b) menggunakan judul
bab dan subbab sebagai alat bantu membaca, (c) menggunakan kunci kontekstual untuk
mendapatkan makna, (d) menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan, (e) menduga
hubungan sebab akiba, (f) menggunakan bahan referensi, bila perlu, untuk memahami istilah-
istilah kosakata penting, (g) mmencari data pada peta, chart, gambar, ilustrasi dan menafsirkan
data, (h) menggunakan bagian-bagian buku (seperti indeks, daftar isi, pengantar,dan sebagainya)
sebagai alat bantu membaca, (i) menunjukkan pilihan agar terbiasa dengan struktur ajar dan
menerka pengertian umum, (j) menempatkan fakta dan menduga ide-ide utama, (k)
embandingkan penjelasan satu dengan yang lainnya, (l) mengenal kalimat-kalimat topik, dan (m)
Volabularium sosial adalah semua kata, perbendaharaan kata atau kosakata yang biasa
digunakan dalam IPS. Rendahnya penguasaan vokabuler IPS merupakan salah satu penyebab
utama rendahnya pemahaman dan banyaknya kesalahan membaca dalam IPS. Berikut istilah
vokabuler sosial yang sering muncul dalam IPS adalah sebagai beriut:
1) Istilah teknis ialah istilah, kata-kata atau ungkapan yang asing bagi IPS dan biasanya dijumpai
2) Istilah figuratif (kiasan) ialah ungkapan yang bersifat metaporis. Misal: platform politik, perang
3) Kata-kata yang berarti ganda, ialah kata-kata yang memiliki ejaan yang sama, tetapi memiliki
makna berbeda sesuai dengan konteks. Misal: Kamar, Kursi, meja hijau, dll.
4) Istilah-istilah khas untuk suatu wilayah tertentu, ialah ungkapan-ungkapan khusus di suatu
wilayah tertentu yang tidak biasa digunakan di tempat lain. Misal: desa, udik, marga, nagari,dll.
5) Kata-kata yang sama atau hampir sama pengucapannya, ialah kata-kata yang sama atau hampir
sama baik ucapan maupun penulisannya namun maknanya berbeda. Misal: malang dengan Kota
Malang, KKN (kuliah Kerja Nyata) dengan KKN (Korupsi, Kolusi Nepotisme), dll.
6) Akronim, ialah kata-kata singkatan. Misal: OPEC, ASEAN, KADIN, DEPDIKNAS, dll.
7) Istilah-istilah penjumlahan, ialah kata-kata atau istilah yang menunjukkan jumlah waktu, ruang
kepekaan sosial dan penerapan strategi pengembangan partisipasi sosial. Kepekaan sosial adalah
kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap aspek-aspek atau kemasyarakatan. Sedangkan
kesadaran sosial adalah kemampuan individu menjadi paham dan peka terhadap aspek-aspek
sosial, ekonomi, dan politik didalam masyarakat (Campbell, 1989).Kepekaan dalam bidang
demokratis mampu berpartisipasi dan berkontribusi dengan cara memahami dan mengkretisi
Kepekaan dan kesadaran sosial seseorang terbangun dari pengalaman masa lampau hasil
interaksi dengan lingkungannya, ketrampilan berbuat dari motivasi diri dan kesadaran
mempertimbangkan akibat yang logis (proses berpikir dan mencoba). Berdasarkan pada teori
belajar dari Bandura, kesadaran dan kepekaan sosial dapat dikembangkan,dipelajari atau
dibelajarkan dalam pembelajaran IPS. Dalam proses pembelajaran perlu diperkenalkan konsep-
konsep, norma, prinsip, nilai-nilai maupun masalah-masalah sosial actual seperti kemiskinan,
kebodohan, pengangguran, kejahatan, KKN dll. Teori belajar dari Bandura (1977) menyatakan
bahwa perilaku individu yang berbeda-beda dapat dipelajari melalui proses pengkondisian kelas,
proses pembelajaran? Siswa tentu mempunyai pengalaman individu dan guru dapat
mengembangkannya melalui rekonstuksi dengan melibatkan siswa dalam aktivitas sosial dan
proses pembelajaran. Aktivitas yang melibatkan aspek sensor motorik member kesempatan yang
luas untuk berkreasi, berfikir, berbuat sesuai keinginan dan bekerja menggunakan alat tentu
IPS di kelas yang melibatkan siswa agar mereka memiliki kepekaan sosial seperti melalui seni,
drama,music, bahkan olah raga. Melalui seni music atau menyanyi misalnya halo-halo Bandung
dapat member inspirasi bagi semangat patriotisme, cinta tanah ar, loyalitas dan kesetiaan kepada
bangsa dan Negara. Melalui music perasaan dan emosinya dapat tumbuh dan terlatih. Dengan
seni nencipta dan baca puisi siswa dapat mengugkapkan perasaan, unek-unek, emosi dan
keinginannya, begitu juga melalui seni lukis mereka juga dapat mengekspresikan pada kanvas
1. Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial adalah keterlibatan siswa dalam belajar berfikir peka terhadap
masalah-masalah sosial dan bertindak sesuai dengan kedudukan dan fungsinya guna memper
siapkan diri terjun dalam kehidupan masyarakat. Kosasih Djhiri (1979) mengemukakan bahwa
anak muda perlu berturut serta dalam realita kehidupan bukan hanya sebagai penonton
melainkan langsung sebagai pelaku. Namun sebelum dan selama dalam proses partisipasi
tersebut, para remaja perlu dibina, dijembatani, dan dibimbing sehingga tidak akan terjadi
yang perlu diperhatikan dalam menentukan kegiatan partisipasi social, yaitu: (1) kegiatan
kemasyarakatan yang melibatkan siswa memiliki kegunaan timbale balik, baikbagi siswa
maupun bagi masyarakat setempat, (2) kegiatan tersebut akan mendapat bantuan atau dukungan
pihak lain sepanjang kegiatan itu bersifat positif, (3) kegiatan tersebut akan merangsang,
menbantu, dan mengembangkan intelektual, etika, dan moral siswa, (4) kegiatan partisipasi
sosial akan membentuk siswa memiliki kematangan dan kemampuan untuk bekerja di
masyarakat, dan (5) kegiatan tersebut berhasil guna maka program pembelajaran hendaknya
disusun secara sistimatis dan terorganisir sehingga sesuai dengan tingkat pengetahuan,
Langkah-langkah kegiatan partisipasi sosial yaitu: (1) penetapan tujuan intraksional, (2)
pembelajaran konsep, (3) penentuan pilihan topic/masalah untuk proyek partisipasi, (4)
pembuatan scenario pilihan partisipasi, (5) diskusi kelas, (6) latihan dan persiapan proyek
partisipasi, (7) pelaksanaan proyek partisipasi, (8) membuat laporan kerja (reporting), (9) diskusi
teori ataupun dalam rangka melakukan percobaan di masyarakat. Welton dan Mallan (1988)
menyarankan bahwa untuk belajar partisipasi dalam masyarakat, maka siswa perlu dibelajarkan
sejumlah ketrampilan, yaitu: (1) belajar dalam kelompok secara efektif, meliputi belajar
koalisi kepentingan dengan kelompok lain, (3) melakukan ajakan, berkompromi dan melakukan
bargaining, (4) bersikap sabar dan tekun dalam bekerja untuk mencapai tujuan, dan (5) berusaha
Bentuk kegiatan partisipasi sosial yang dapat dipelajarkan dalam IPS menurut Kosasih
kegiatan sosial politik, (2) proyek kemasyarakatan, (3) pro yek sosial (sukarelawan), (4)
membantu korban banjir, membantu dalam bidang kemanusiaan seperti PMR, polisi sekolah, dan
kegiatan partisipasi sosial dapat dilakukan melalui simulasi dan permainan (games).
A. Jenjang SD/MI
(integrated), yaitu materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu disiplin ilmu yang
terpisah, melainkan mengacu pada pada aspek kehidupan nyata (Factual/real). Dalam
Permendiknas (2006) di kemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial, serta memuat materi geografi, sejarah,
B. Jenjang SMP/MTs
korelasi (correlated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada
beberapa disiplin ilmu secara terbatas kemudian dikaitkan dengan aspek kehidupan nyata
(factual/real). Melalui pembelajaran IPS peserta didik diarahkan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertangguang jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
C. Jenjang SMA/MA/SMK
pendekatan terpisah (Separated), yaitu materi pembelajaran dikembangkan dan disusun mengacu
pada beberapa disiplin ilmu sosial secara terpisah. Pembelajaran IPS di SMA/MA menjadi suatu
rumpun dengan nama disiplin ilmu sosial tradisional, yaitu Sejarah, Geografi, Ekonomi,
Sosiologi dan Antropologi. Hal tersebut berbeda dengan pembelajaran IPS di SMK dan
SMALB, nama IPS adalah nama mata pelajaran seperti di SD/Mi dan SMP/MTs.
KARAKTER IPS
KARAKTERISTIK IPS
I. PENDAHULUAN
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan orang lain.
Dalam ilmu kewarganegaraan telah disinggung bahwasannya ketidakmampuan manusia hidup
sendiri dan manusia saling berkelopok sehingga dibentuk suatu masyarakat. Dalam masyarakat
sendiri tak lepas dari hubungan sosial, bahkan dalam suatu pendidikan telah ada sosial studies.
Dimana para anak didik dibekali ilmu sosial untuk masa depannya dalam bermasyarakat.
Ilmu sosial yang tak lain adalah ilmu kemasyarakatan selalu bersifat teknis yaitu menyediakan
pengetahuan yang bersifat instrumental murni. Dalam arti lain pengetahuan itu harus dapat
dipakai untuk keperluan apa saja sehingga ia tidak bersifat etis atau tidak terkait pada dimensi
politis. Objek penelaah ilmu-ilmu sosial relative kompleks. Sebagai obyek observasi, perilaku
masyarakat dan individu tidak dapat begitu saja diprediksi. Maka dari itu, banyak para ahli
mengatakan bahwa ilmu sosial tidak dapat menjadi ilmu yang sepenuhnya seperti ilmu alam
yang selalu bertambah pesat. Karena ilmu-ilmu sosial mempelajari tentang tigkah laku manusia
yang sangat sulit untuk diseragamkan.
III. PEMBAHASAN
Dalam sebuah ilmu tak akan dapat dipisahkan sebuah pengertian yang mengantarkan seseorang
pada gerbang pemahaman. Jika kita dengar sekilas ilmu sosial adalah ilmu yang sangat kental
dengan manusia, masyarakat dan juga tatanan negara. Maka, dalam pembahasan kali ini kita
sampaikan.
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN IPS
Istilah ilmu pengetahuan sosial disingkat IPS seringkali saling bertukar makna dengan istilah
pendidikan IPS. Jika kita dengar sekilas, kedua istilah tersebut memang belum dipahami oleh
semua civitas academia, dikarenakan terbatasnya literature yang menjelaskan kedua istilah itu.
Selain iti kemungkinan lain karena kurangnya forum yang membahas kedua istilah tersebut.
Dalam pembahasan kali ini kit acoba mengungkap tentang pengertian IPS.
Pengertian IPS diIndonesia mulai sejak tahun 1970-an sebagai hasil komunitas akademik dan
secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasinal dalam kurikulum1975. dalam
kurikulum pendidikan nasional IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan
pada jenjang sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah. Pelajaran IPS merupakan integrasi
dari beberapa pelajaran Sejarah, Geografi, Ekonomi, serta pelajaran lainnya yang berisikan
tentang ilmu sosial.
Dapat dikatakan bahwa ilmu IPS lahir dari agama yang melahirkan filsafat, kemudian filsafat
terbagi menjadi tiga bagian yaitu ilmu alam, ilmu social, humanis (humaniora), ketiganya
mengarah pada studi social (social studies).
Istilah IPS merupakan istilah yang sejajar dengan istilah IPA. Menurut Prof. Numan Sumantri,
istilah ini adalah penegasan dan akibat dari istilah IPS-IPA saja agar dapat dibedakan dengan
pendidikan pada tingkat Universitas. Selain itu istilah IPS belum dikenal baik sebagai sub disipin
ilmu. Maka, dalam pustaka lain yag diunakan yaitu social studies, social education, studies
education, dll. Istilah-istilah tersebut digunakan menunjuk pada sistem lingkungan yang baik
alam maupun manusia dan bagaiman sistem itu berinteraksi dalam keidupan yang
beragam.sedangkan dalam pengertian ilmu ips sendiri yaitu sesuai dengan sebutannya sebagai
ilmu, tekanannya pada keilmuan yang berkenaan dengan masyarakat atau kehidupan sosial.
Berbicara tentang ilmu sosial berkenaan dengan norma, yang mana ilmu sosial adalah semua
bidang yang berkenaan dengan kehidupan manusia dalam konteks sosialnya. Seperti halnya yang
kita jumpai pada sekitar seperti alam, bahwasannya manusia dalam kehidupannya meliputi
aspek-aspek yang cukup luas. Diantaranya:
a) Aspek antarhubungan manusia dalam kelompok
b) Aspek kejiwaan
c) Aspek kebutuhan materi
d) Aspek norma, peraturan dan hukum
e) Aspek pemerintahan dan Negara
f) Aspek kebudayaan
g) Aspek kesejahteraan
h) Aspek komunikasi
i) Aspek kebijaksanaan dan kesejahteraan sosial
j) Aspek manusia dengan hubungan alam, dll.
Peserta didik mampu memahami dan mengenali islah tersebut terlebih dapat menerapkan dalam
kehidupan masyarakat. Istilah IPS dikenalkan sejak jenjang dasar, diharapkan dapat
dikembangkan pada jenjang atas atau academia.
Dalam paham lain dikatakan pada modul awal bahwa pendidik IPS dasar tidak mengajarkan
disiplin ilmu-ilmu sosial, melainkan mengajarkan esensi dalam ilmu untuk menjadi subjek didik
menjadi warga Negara yang baik.
V. PENUTUP
Demikianlah uraian yang dapat kita sampaikan dalam pertemuan yang semoga membawa
berkah. Amien atas kekurangan yang kami miiki kami mohon kritik saran yang dapat
membangun kita untuk maju semua.
DAFTAR PUSTAKA