Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Trauma adalah penyebab ketiga terbesar kematian dan kecacatan di seluruh dunia,
terutama usia dekade keempat di negara berkembang. Penanganan trauma merupakan
salah satu tantangan utama pelayanan kesehatan saat ini. Dokter harus menilai secara
objektif keparahan cedera, sehingga diperlukan sebuah sistem yang menyatukan deskripsi
dan kuantifikasi cedera. Penilaian cedera sebagai proses kuantifikasi dampak trauma
dimulai tahun 19698 oleh American Association for Automotive Safety, yaitu Abbreviated
Injury Score (AIS), dan terus mengalami perkembangan. Sistem penilaian trauma mencoba
menerjemahkan keparahan cedera menjadi angka, harus dapat digunakan di lapangan
sebelum pasien sampai ke rumah sakit untuk keputusan rujukan serta untuk mengambil
keputusan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) (Salim, 2015).
Pengukuran tingkat keparahan cedera merupakan prasyarat penting terhadap
penanganan trauma yang efektif. Terdapat tiga tipe sistem penilaian trauma. Tipe pertama
berdasarkan anatomi; tergantung deskripsi cedera. Tipe kedua berdasarkan fisiologi; didapat
dari observasi dan pengukuran tanda-tanda vital untuk menentukan tingkat penurunan
fisiologis akibat cedera. Tipe ketiga adalah kombinasi sistem penilaian anatomis dan
fisiologis. Namun yang menjadi fokus kami adalah tipe ketiga, yaitu : sistem penilaian
trauma berdasarkan kombinasi antara sistem penilaian anatomis dan fisiologi (TRISS)
(Norouzi et la, 2013).
Penerapan penilaian trauma menggunakan TRISS akan lebih mudah dilakukan
dengan menggunakan aplikasi yang sudah secara otomatis memformulasikan komponen-
komponen penilaian. Adapun komponen-komponen penilaian itu terdiri dari beberapa
trauma score seperti ISS ( injury severity score) yang menggunakan penilaian AIS
(abbreviated injury scale) score dan RTS (revised trauma score). Dengan demikian
diperlukan kemampuan tenaga kesehatan untuk menilai keadaan pasien trauma yang
disesuiakan dengan kriteria instrumen penilaian (Sadik et al, 2009)
Ps = 1/(1 + e-b)
Dari semua formula yang menilai kemungkinan hidup pada pasien trauma bisa
menggunakan TRISS, seperti yang sudah diterapkan beberapa rumah sakit di Indonesia.
Dari hasil jurnal yang kami dapatkan, terdapat salah satu rumah sakit di Indonesia yang
telah menggunakan sistem penilaian trauma dengan sistem TRISS yaitu Rumah Sakit dr.
Drajat Prawiranegara yang terletak di Serang, Banten. Sistem TRISS ini menggabungkan
usia, ISS, mekanisme cedera, dan komponen RTS penelitian untuk menghitung
kemungkinan hidup (Ps/Probability of survival). TRISS memiliki sensitivitas 95%, spesifisitas
96%, dan akurasi 95%. Studi Okasha yang membandingkan sistem penilaian RTS, ISS, dan
TRISS menunjukkan bahwa TRISS memiliki sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi paling
tinggi (95, 96, 95%) (Salim, 2015).
RSUD lawang mempunyai Instalasi Gawat Darurat dan untuk menilai pasien trauma
bisa menggunakan salah satu scoring atau dengan menggunakan TRISS. Berikut sample
kasus trauma yang terjadi di IGD RSUD lawang
Sample Kasus
Kasus 1
Tn. A usia 20 tahun mengalami kecelakaan lalulintas jatuh dari sepeda motor
karena disrempet dari arah samping. Klien mengeluh nyeri skala 7 pada kaki kiri dan
nyeri skala 4 pada kepala. Dengan pemeriksaan fisik sebagai berikut : GCS 456, TD
110/70 mmHg, N 92 x/menit, RR 22 x/menit, S 37OC. Hematoma pada bagian kepala
belakang, luka memar pada bibir atas dan pelipis kanan, tidak ada trauma pada
dada, tidak ada trauma abdomen, terdapat fraktur terbuka 1/3 distal cruris sinistra
dengan perdarahan 500 cc, mual (+), muntah (+).
Kasus 2
Ny. P usia 55 tahun jatuh dari sepeda motor setelah diserempet bus ketika
menyalip dari arah kiri. Klien mengeluh nyeri skala 7 pada daerah paha kiri dan
lengan atas sebelah kiri. Tampak luka pada paha kiri 5cm, perdarahan (+) 150 cc,
krepitasi (+), tampak fragmen fractur (+). Pada lengan atas tangan kiri terdapat
deformitas (+), luka terbuka (-). GCS 456, TD 190/100 mmHg, N 89 x/menit, RR 28
x/menit, S 37oC. Tampak jejas pada dahi, edema (+) krepitasi (+) pada clavicula
sisnistra, tidak ada trauma pada abdomen. Mual (-) muntah (-).
Kasus 3
Tn. A usia 27 tahun terjatuh dari sepeda motor setelah diserempet mobil dari
arah kiri. Klien mengeluh nyeri pada kepala skala 4 diseluruh bagian kepala,
muntah darah (+), pemeriksaan fisik tampak luka robek di dagu panjang 4cm
kedalaman 1 cm, luka robek pada sudut bibir kiri 1cm dan luka robek pada
pelipis kanan 3cm. GCS 456, TD 130/80 mmHg, N 90 x/menit, RR 28 x/menit, S
36,5oC. Tidak ada trauma pada dada dan abdomen.
Pembahasan kasus
Kasus 1
Dari hasil scoring AIS didapatkan nilai ISS 22, dimana dihasilkan dari tiga anatomi
yang mengalami efek dari trauma diantaranya, kepala cidera serius namun tidak
mengancam nyawa, wajah cidera sedang dan pada bagian yng lain cidera minor. Dari
kriteria RTS didapatkan nilai 7,84, dimana dihasilkan dari tiga kriteria yang menunjukan nilai
normal sehingga secara ototmatis nilai RTS tertinggi. Diformulasikan dengan indeks usia
didapatkan nilai TRISS 98,3 % atau dapat diartikan klien pada kasus ini mempunyai
kemungkinan bertahan hidup sebesar 98,3 %
Kasus 2
Dari hasil scoring AIS didapatkan nilai ISS 26, dimana dihasilkan dari tiga anatomi
yang mengalami efek dari trauma diantaranya, dada cidera serius namun tidak mengancam
nyawa, ekstremitas cidera berat dan pada bagian yng lain cidera minor. Dari kriteria RTS
didapatkan nilai 7,84, dimana dihasilkan dari tiga kriteria yang menunjukan nilai normal
sehingga secara ototmatis nilai RTS tertinggi. Diformulasikan dengan indeks usia
didapatkan nilai TRISS 87,8 % atau dapat diartikan klien pada kasus ini mempunyai
kemungkinan bertahan hidup sebesar 87,8 %
Kasus 3
Dari hasil scoring AIS didapatkan nilai ISS 14, dimana dihasilkan dari tiga anatomi
yang mengalami efek dari trauma diantaranya, kepala cidera sedang, wajah serius tidak
menganccam nyawa dan pada bagian yng lain cidera minor. Dari kriteria RTS didapatkan
nilai 7,84, dimana dihasilkan dari tiga kriteria yang menunjukan nilai normal sehingga secara
ototmatis nilai RTS tertinggi. Diformulasikan dengan indeks usia didapatkan nilai TRISS 99,1
% atau dapat diartikan klien pada kasus ini mempunyai kemungkinan bertahan hidup
sebesar 99,1 %
Apabila ke tiga kasus dibandingkan akan ditemui nilai TRISS atau kemungkinan
bertahan hidup pada klien kasus 2 lebih rendah daripada klien di kasus 1 dan kasus 3. Hal
ini menunjukan indeks usia pada formula TRISS berpengaruh pada hasil prediksi (Sadik et
al, 2009). Semakin tua usia klien akan menyebabkan prediksi kemungkinan klien bertahan
semakin buruk. Disamping pengaruh faktor usia, cidera pada regio femoral juga
memperberat kondisi klien karena terjadi perdarahan yang tidak terkontrol. Namun pada
penilaian ini didapatkan nilai RTS yang masih stabil, ini diakibatkan trauma belum
mempengaruhi status hemodinamika tubuh dan membutuhkan penanganan lebih awal
(Sloan et al, 2012).
Salim carolina. 2015. Sistem penilaian trauma. SMF Ilmu bedah RSUD dr. Drajat
Prawiranegara. 42(9). 702-708.
Norouzi V., Iraj F., Soodabe V., Majid. 2013. Calculation of the probability of survival for
trauma patients based on trauma score and the injury severity score model in fatemi hospital
in ardabil. Kashan University of Medical Sciences. 2(1). 31-34.
Sloan E P., Max Koenigsberg, James M. Clark, Amol Desai. 2012. The use of the revised
trauma score as an entry criterion in traumatic hemorrhagic shock studies: Data from the
dclhb clinical trials. Prehospital and Disaster Medicine. 27(4).331-344.
Rapsang A,G., Devajit C,S. 2015. Scoring systems of severity in patients with multiple
trauma. Elsivier Espana. 93(4). 213-221.