TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Preeklampsia adalah kelainan pada multisistem yang dapat mengakibatkan
munculnya manifestasi klinik dengan hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa
disertai simptomatik, hasil tes labor ibu yang tidak normal, pertumbuhan dalam rahim
yang terhambat (intauterine growth restriction /iugr) atau menurunnya volume cairan
amnion.1
1.2 Epidemiologi
Insiden preeklampsia berat berkisar antara 0,6-1,2% dari jumlah kehamilan di
negara barat. Preeklampsia pada usia kehamilan < 37 minggu terjadi pada 0,6-1,5%
kehamilan dan preeklampsia berat dengan usia kehamilan < 34 minggu terjadi pada
dasarnya meningkat pada wanita dengan riwayat preeklampsia dan pada wanita yang
Perinatal, faktor risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil yaitu Indek Massa
Tubuh (IMT) yang tinggi, primipara, tidak melakukan antenatal care (ANC),
hipertensi kronik, diabetes gestasional, penyakit jantung dan ginjal, pielonefritis atau
lebih tinggi 3,6 kali lipat dibandingkan wanita yang tidak anemia. Dari observasi
17,7% wanita dengan anemia berat memilki mengalami hipertensi gestasional atau
Pada wanita hamil usia kurang dari 25 tahun insiden > 3 kali lipat. Pada
wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi yang
menetap.
2. Paritas
angka kejadian tinggi pda primigravida, muda maupun tua, primigravida tua
menigkat sampai 25%. Diduga adanya suatu resesif (recessive trait), yang
merupakan penyakit yang diturunkan. Penyakit ini lebih sering pada anak
kejadian yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang
obes/overweight.
5. Tingkah laku/sosioekonomi
Kebiasaan merokok: insidens pada ibu perokok lebih rendah. Namun merokok
dalam kehamilan
6. Hiperplasentosis
Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar,
kasus mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih dini/pada usia kehamilan
muda, dan ternyata hasil pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai dengan pada
preeklampsia.
9. Obesitas
Hubungan antara berat badan wanita hamil dengan resiko terjadinya
preeklampsia jelas ada, dimana terjadi peningkatan insiden dari 4,3% pda
wanita dengan Body Mass Index (BMI) <20 kg/m3 menjadi 13,3% pada
dari 105 kasus kembar dan didapat 28,6% preeklampsi dan satu kematian ibu
lebih dari satu sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai
Etiologi preeklampsia secara pasti belum dapat ditentukan, namun terdapat teori-
teori mengenai penyebab dari penyakit ini. Invasi tropoblast yang abnormal dianggap
sebagai penyebab kausatif. Invasi tropoblast yang tidak sempurna terhadap arteri
spiralis pada awal trimester satu dan dua sehingga menyebabkan arteri spiralis tidak
plasenta. Kemudian akan terjadi stress oksidatif, peningkatan radikal bebas, disfungsi
endotel, agregasi dan penumpukan trombosit yang dapat terjadi di berbagai organ.5,6,7
faktor imunologi. Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karna pada
masa ini terjadi mungkin terjadi blocking antibodies yang tidak sempurna terhadap
antigen plasenta sehingga timbul respon imun yang tidak menguntungkan. Respon ini
Faktor genetik juga diduga memiliki peran dimana resiko kejadian preeklampsia
diteliti oleh Ward and Lindheimer (2009) 20-40% pada perempuan dari ibu yang
pernah menderita preeklampsia dan 11-37 % pada pada perempuan dengan saudara
wanita yang memiliki riwayat preeklampsia serta risiko 22-47 % pada wanita dengan
menemukan lebih dari 70 gen yang telah diteliti memiliki keterkaitan dengan
preeklamsia. Tujuh diantaranya telah diteliti lebih dari 100 penelitian dan hampir
setengahnya dilaporkan memiliki keterkaitan yang signifikan. 5,8
Penelitian John et al (2002) didapatkan pada populasi dengan konsumsi buah dan
sayur yang tinggi memiliki aktivitas antioksidan yang terkait dengan penurunan
tekanan darah. Pada penelitian Zhang et al (2002) didapatkan insiden dua kali lebih
tinggi preeklamsia pada wanita yang mengonsumsi vitamin C kurang dari 85 mg.4,8
Gambar 1.1 Invasi tropoblast inkomplit sebagai etiologi preeklampsi5
a. Sistem Kardiovaskular
Gangguan kardiovaskular sering didapati pada preeklampsia dan eklampsia.
normal, terdapat peningkatan dari massa ventrikel kanan, tetapi disini tidak ada
bukti yang meyakinkan bahwa terdapat peruhan struktur anatomi lainnya yang
yang sangat sering, biasanya jumlahnya kurang dari 150.000/l yang ditemukan
pada 15-20% pasien. Level fibrinogen meningkat sangat aktual pada pasien
dan jumlah platelet rendah. Sindrom biasanya terjadi tidak jauh dengan waktu
hingga tiga hari setelah kelahiran tetapi trombositopenia bisa menetap selama
seminggu.5
c. Mata
Pada preeklampsia tampak edema retina, spasme setempat atau menyeluruh
pada satu atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat. Spasme
arteri retina yang nyata dapat menunjukkan adanya preeklampsia yang berat,
tetapi bukan berarti spasme yang ringan adalah preeklampsia yang ringan. Pada
preeklampsia dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intraokuler dan
eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat
dan merupakan penyebab utama kematian. Edema paru bisa diakibatkan oleh
cairan yang sangat banyak. Hal ini juga dapat berhubungan dengan penurunan
pengganti darah yang hilang, dan penurunan albumin yang dihasilkan oleh hati.5
e. Hati
Pada preeklampsia berat kadang terdapat perubahan fungsi dan integritas
serum disebabkan oleh fosfatase alkali tahan panas yang berasal dari plasenta.
penyebab terjadinya peningkatan enzim hati dalam serum. Perdarahan pada lesi
ini dapat menyebabkan ruptur hepar, atau dapat meluas di bawah kapsul hepar
penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal. Konsentrasi asam urat plasma biasanya
volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat
dibandingkan dengan kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). Namun pada
plasma dapat meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu tidak hamil atau
berkisar hingga 2-3 mg/dl. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan
glomerulus menurun, yang menyebabkan retensi garam dan juga retensi air.5
Untuk mendiagnosis preeklampsia atau eklampsia harus terdapat proteinuria.
melahirkan sebelum gejala ini dijumpai. Meyer (1994) menekankan bahwa yang
atau lebih dengan dipstick memperkirakan minimal terdapat 300 mg protein per
24 jam pada 92% kasus. Sebaliknya, proteinuria yang samar (trace) atau negatif
memiliki nilai prediktif negatif hanya 34% pada wanita hipertensif. Kadar
dipstick urin +3 atau +4 hanya bersifat Prediktif positif untuk preeklampsia berat
permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Maka
ekskresi Filtrasi yang menurun hingga 50% dari normal dapat menyebabkan
diuresis turun, bahkan pada keadaan yang berat dapat menyebabkan oligouria
ataupun anuria.
Lee dalam Cunningham melaporkan tekanan pengisian ventrikel normal pada
glomerulopati. Sebagian protein yang lebih kecil yang biasa difiltrasi kemudian
direabsorpsi juga terdeksi di dalam urin.Cidera pada podosit dan specific Podoit
yaitu podocalyxin, nephrin, dan Big-h3 pada eksresi urin wanita dengan
preeklampsia.5,10
kisaran normal pada ibu tidak hamil. Pada retensi natrium dan atau hipertensi,
darah.
Pada ibu hamil dengan preeklampsiaterdapat peningkaan kadar peptide
natriuretik atrium Hal ini terjadi akibat ekspansi volume dan dapat menyebabkan
meningkatnya curah jantung dan menurunnya resistensi vaskular perifer baik pada
viskositas darah meningkat dan waktu peredaran darah tepi meningkat. Hal
Pada pasien preeklampsia, jumlah natrium dan air dalam tubuh lebih banyak
mengeluarkan air dan garam dengan sempurna. Hal ini disebabkan terjadinya
penurunan filtrasi glomerulus namun penyerapan kembali oleh tubulus ginjal
endotel akan terbuka dan dapat menyebabkan plasma dan sel-sel darah merah
berlanjut hanya ditemukan edema dan iskemia pada korteks serebri. Diaporkan
bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada pasien hipertensi dalam
kehamilan lebih meninggi pada eklampsia. Pada pasien preeklampsia, aliran darah
ke otak dan penggunaan oksigen otak masih dalam batas normal. Pemakaian
plasenta. Pada hipertensi yang agak lama, pertumbuhan janin terganggu dan pada
hipertensi yang singkat dapat terjadi gawat janin hingga kematian janin akibat
kurangnya oksigenisasi untuk janin. Kenaikan tonus dari otot uterus dan kepekaan
preeklampsia terjadi dua masalah, yaitu arteri spiralis di miometrium gagal untuk
berkembang pada segmen miometrium dari arteri spiralis. Atheroma akut adalah
nekrosis arteriopati pada ujung-ujung plasenta yang mirip dengan lesi pada
gangguan visual, sakit kepala persisten, nyeri epigastrium atau kuadran kanan
b. Pemeriksaan fisik
prenatal. Tekanan darah diukur setelah istirahat selam 10 menit atau lebih dan
darah, pasien harus dalam posisi tegak atau berbaring dengan lengan sejajar
jantung.11
c. Pemeriksaan penunjang
wanita yang berisiko tinggi untuk preeklamsia. Tes harus mencakup tingkat
hati enzim, jumlah trombosit, tingkat kreatinin serum, dan urin 12 hingga 24
jam untuk pengukuran protein total . pada preeklampsia berat kadar protein
kreatinin serum.5
Kriteria minimal :
a. tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg
lebih pada 2 kali pemeriksaan sampel urin dengan jarak paling sedikit 4 jam
Dapat disertai :
monitoring, dan persalinan dengan waktu yang optimal untuk ibu maupun
janinnya.12
Pengobatan antihipertensi harus diberikan pada wanita dengan SBP lebih dari
160 mmHg atau DBP lebih dari 110 mmHg. Obat yang dianjurkan adalah
diberikan secara oral pada awal tatalaksana hipertensi berat dan jika dibutuhkan
berpotensi lebih parah, seperti proteinuria berat atau gangguan pemeriksaan faal
hepar atau hasil tes hematologi. Jika terdapat tanda-tanda tersebut tekanan darah
darah yang lebih rendah dapat dibenarkan. Atenolol, ACE inhibitors, ARB dan
Metildopa terbukti aman pada tindaklanjut jangka panjang pada janin, sementara
b. Cegah kejang
hamil yang menggunakan magnesium sulfat memiliki risiko 58% lebih rendah
terapi dilanjutkan selama 24 jam setelah persalinan atau 24 jam setelah kejang
terakhir. Ketika magnesium sulfat diberikan, penilaian rutin terhadap output urine,
reflex patella, laju pernapasan dan saturasi oksigen penting untuk dilakukan.12
a. Loading dose
4 gr MgSO4 diberikan selama 5-10 menit lalu dilanjutkan dengan dosis
maintainance
b. Maintainance dose
1 gram/ jam MgSO4 dalam cairan infus sampai 24 jam postpartum
Syarat pemberian :5
menit.
c. Terapi cairan
Pembatasan cairan disarankan untuk mengurangi risiko kelebihan cairan pada
periode intrapartum dan postpartum. Dalam keadaan biasa, jumlah cairan harus
kematian pada ibu .hal ini sering dikaitkan dengan manajemen cairan yang tidak
sesuai. Tidak ada bukti dari manfaat ekspansi cairan dan pembatasan cairan
berhubungan dengan perbaikan keadaan ibu. Tidak ada bukti bahwa menjaga
output urin penting untuk mencegah gagal ginjal, hal ini jarang terjadi.
seperti oliguria biasa terjadi berat pre-eklampsia. Jika terjadi perdarahan pada ibu,
balance cairan akan lebih sulit dan pembatasan cairan tidak perlu dilakukan12
d. Rencana persalinan
Kelahiran harus direncanakan dengan baik, dilakukan pada hari terbaik,
dilakukan di tempat yang terbaik, dengan jalur terbaik dan dengan tim dukungan
agar ibu stabil sebelum melahirkan. Jika kehamilan lebih besar dari 34 minggu,
minggu dan kehamilan dapat diperpanjang lebih dari 24 jam, steroid membantu
mengurangi angka kematian janin akibat gangguan pernapasan. Ada
kemungkinan manfaat dari terapi steroid bahkan jika persalinan kurang dari 24
meningkatkan hasil untuk bayi prematur tetapi hanya dapat dipertimbangkan jika
terjadinya komplikasi pada ibu. Beberapa kasus menyebutkan hasil serupa pada
kehamilan 24 minggu.12
Persalinan direncanakan dengan hati-hati setelan semua tenaga kesehatan
Dokter harus menyadari risiko kejang post partum dan memastikan bahwa
ibu dalam keaadan yang baik sebelum pulang dari rumah sakit.12
dihentikan lebih awal. Wanita dengan hipertensi dan proteinuria yang bertahan
hingga 6 minggu mungkin memiliki penyakit ginjal dan harus dilakukan
Hingga 44% dari eklampsia telah dilaporkan terjadi postnatal, terutama pada
postnatal (sakit kepala, gangguan penglihatan, mual dan muntah atau nyeri
membutuhkan rawat inap selama 4 hari atau lebih setelah persalinan. Terapi anti-
darah bisa turun, biasanya naik lagi di sekitar 24 jam postpartum. Penurunan
tekanan darah bisa memakan waktu hingga 3 bulan untuk kembali normal. Saat
atenolol, nifedipine dan enalapril dapat digunakan, baik secara tunggal atau
kombinasi.12
f. Follow up dan diagnosis akhir
dengan pre-eklampsia harus menderita hipertensi kronis atau esensial yang tidak
mortalitas dari ibu, janin, dan infant. Beberapa komplikasi yang dapat menyertai
preeklampsia berat pada ibu adalah gangguan dari beberapa organ seperti, gangguan
ginjal dengan manifestasi klinis proteinuria dan oliguria, gangguan dari sistem saraf
pusat, kerusakan pada sel-sel hati, edema paru, gangguan pada fungsi penglihatan,
dan gangguan dari sistem cerebrovaskular. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi
pada janin berupa gangguan pertumbuhan intra uterine yang berat (IUGR), solusio
Komplikasi dari preeklampsia juga dapat dibagi atas dua yakni ada yang bersifat
jangka pendek dan ada yang bersifat jangka panjang. Komplikasi yang bersifat jangka
pendek dapat berupa: kematian, baik ibu dan janin, eklampsia, gangguan sistem
ginjal, gangguan pada janin dan plasenta, edema paru, kerusakan hepatoseluler, DIC,
Dengan persalinan dan penggunaan magnesium sulfat pada waktu yang tepat,
sebenarnya tingkat kematian ibu dapat ditekan. Angka kejadian rekurensi dari
kejadian preeklampsia berat cukup tinggi, dimana dapat mencapai 40%. Perempuan
Nama : Ny R
Tanggal lahir : 21 februari 1986
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Alamat : Padang Lua
Suku : Simabur
No MR : 43 11 85
Tanggal dirawat : 14 Januari 2016
ANAMNESIS
Seorang pasien wanita, 24 tahun, masuk rawatan kebidanan melalui UGD RS
Achmad Mochtar dengan diagnosis G1P0A0H0 gravid 28 minggu + PEB.
Riwayat Psikososial :
Riwayat Nutrisi
Penambahan berat badan selama kehamilan tidak diketahui.
Porsi makan pagi (jam 07.00) biasanya: Nasi dengan 1 potong protein hewani,
kadang kadang dengan sayur.
Porsi makan siang (jam 13.00) biasanya: Nasi dengan 1 potong protein
hewani, kadang-kadang dengan sayur
Porsi makan malam (jam 19.00) biasanya : Nasi dengan 1 potong protein
hewani atau nabati, kadang kadang dengan sayur.
Makanan selingan biasanya buah-buahan antara waktu makan, jarang.
Pasien tidak pernah meminum susu selama hamil.
Penambahan porsi makan pasien selama hamil tidak ada.
Pasien menggunakan garam beryodium untuk masakan di rumah.
Penambahan suplemen mineral dan vitamin tidak ada.
Suplementasi besi selama kehamilan tidak ada.
Ibu mengaku mendapatkan makanan yang ia inginkan selama hamil
Ibu mengaku mendapatkan cukup makanan selama hamil.
Riwayat Kebiasaan :
Riwayat merokok selama hamil tidak ada.
Suami pasien perokok aktif sehari+ 1 kotak rokok, suami pasien merokok
biasanya di ruang tamu, dan selama pasien hamil tidak pernah merokok di
depan pasien.
Riwayat konsumsi alkohol selama hamil tidak ada.
Riwayat konsumsi kopi selama hamil tidak ada.
Riwayat penggunaan obat terlarang selama hamil tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Thorax :
Pk : Sonor
Pk: Batas jantung atas: RIC II, kanan : LSD, kiri: 1 jari
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (15 Januari 2016) :
-Hb : 14,4 gr/dl (N 12 14)
DIAGNOSIS
G1P0A0H0 gravid 27-28 minggu + PEB
SIKAP
- Kontrol KU, VS , DJJ, PPV
- Informed consent
TERAPI
- IVFD 2 line:
-MgSO4 40% dosis maintenance 3 x 24 jam
-Metyldopa 3x2 tablet jika TD > 160
3x1 tablet jika TD > 140
- Adalotoros tablet 1x30 mg
-
RENCANA
- Ekspektatif ????
FOLLOW UP
16 Januari (Pukul 09.00)
S/ Demam (-), Pusing (-), Nyeri epigastrium (-), gerak anak (+0
O/ KU Kesadaran TD HR RR T
Sedang CMC 150/100mmHg 80x/i 20x/i 36,5oC
DJJ : 133 138 x/menit
Abdomen: TFU Px - Pst
Genitalia: I: V/U tenang, PPV (+)
A/ G1P0A0H0 gravid 27-28 minggu + PEB
P/ Pantau KU, vital sign
Inj dexamethasone 2x2
Infus RL drip MGSO4 lanjut
Balance cairan
BAB III
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 29 tahun pada tanggal 15
Januari 2016. Pasien masuk ruang rawatan kebidanan melalui KB IGD dengan
pasien dirujuk dari praktik umum dokter karena tekanan darah tinggi. Ini
merupakan persalinan pertama. Nyeri kepala (+), nyeri ulu hati (-), pandangan
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
composmentis cooperative, tekanan darah 170/ 90, nadi 83 kali / menit, nafas 23
kali / menit, suhu 37 C, dari mata didapatkan konjungtiva anemis -/-, sclera tidak
ikterik -/- , pemeriksaan thorak dalam batas normal, ekstremitas didapatkan udem
di kedua tungkai +/+ . Status obstetric dari abdomen: TFU bpx-pusat, gerak
janin ??, NT (-), NL (-), DM (-). Genitalia dari inspeksi V/U tenang, PPV (+),
antenatal care yang kurang, diabetes gestasional, penyakit jantung dan ginjal,
pielonefritis atau infeksi pada saluran kemih, dan juga anemia berat. Faktor resiko
lain yang ditemukan pada pasien berdasarkan anamnesis adalah adanya riwayat
ANC yang kurang dan defisiensi gizi selama kehamilan pada pasien.
trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 1 kali pada trimester ketiga.
Selama kehamilan pertama dan kedua pasien tidak ada melakukan ANC ke bidan
maupun dokter. Pemeriksaan ANC meliputi 10 T yaitu Timbang berat badan, ukur
pemberian Tablet zat besi, Tes terhadap PMS, Temu wicara, Tentukan presentasi
janin dan hitung DJJ, Tetapkan status gizi, Tatalaksana kasus. Pemeriksaan ini
membantu bidan maupun dokter dalam melakukan skrining terhadap ibu hamil.
Pasien tidak pernah meminum susu setiap hari. Penambahan porsi makan pasien
selama hamil tidak ada.. Penambahan suplemen mineral dan vitamin tidak ada.
Suplementasi besi selama kehamilan ada , 1 tablet sehari selama 1 bulan terakhir.
Penambahan berat badan normal pada wanita hamil didasarkan pada BMI
sebelum kehamilan. Pada pasien tidak diketahui berat badan sebelum hamil,
sehingga tidak dapat diketahui apakah penambahan berat badan pasien selama
MgSO4 dosis inisial dilanjutkan dengan dosis maintenance dan drip oksitosin 2
Menurut teori, pasien dengan PEB harus diberikan regimen MgSO4 sebagai anti
konvulsan untuk mencegah terjadinya eklampsia dan diberikan juga obat anti
hipertensi untuk mengontrol tekanan darah pasien. Drip oksitosin diberikan agar
HIS adekuat.
Magnesium sulfat harus diberikan pada wanita dengan preeklampsia yang
magnesium sulfat memiliki risiko 58% lebih rendah terjadinya kejang eklampsia,
jam setelah persalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir. Ketika magnesium
sulfat diberikan, penilaian rutin terhadap output urine, reflex patella, laju
MgSO4 :Loading dose 4 gr MgSO4 diberikan selama 5-10 menit lalu dilanjutkan
dengan dosis maintainance Maintenance dose 1 gram/ jam MgSO4 dalam cairan
frekuensi nafas >16 kali/menit, produksi urin minimal 30 cc/jam selama 4 jam
menggeser kalsium, sehingga aliran rangsang tidak terjadi. Pada pasien juga
diberikan obat antihipertensi berupa metildopa 3x500 mg. Metildopa dan labetalol
adalah terapi yang biasa digunakan di Inggris. Metildopa terbukti aman pada
tindak lanjut jangka panjang pada janin. Obat anti-hipertensi harus dilanjutkan
dan dilakukan pembersihan uterus dari sisa plasenta dan masase fundus uteri,
pasien tetap terpasang drip MgSO4 sampai 24 jam post partum dan dilakukan
g/dl dengan kesan anemia berat. Anemia pada ibu hamil adalah apabila kadar Hb
pada trimester I dan III < 11 gr/dl dan 10,5 gr/dl pada trimester II. Salah satu cara
untuk mengetahui jenis anemia dalam kehamilan dapat dinilai dengan menghitung
menurun, anemia normokrom normositer jika MCH, MCV, MCHC normal, dan
anemia makrositer (anemia defisiensi folat, defisiensi B12, pada penyakit hati
kronik, hipotiroid)jika MCH , MCV, MCHC meningkat. Pada pasien tidak dapat
ditentukan jenis anemia karena nilai hematokrit dan jumlah eritrositnya tidak
diperiksa.
Perdarahan yang terjadi pada persalinan normal atau seksio cesaria sebenarnya
tidak membutuhkan transfusi darah jika kadar Hb ibu sebelum persalinan diatas
10-11 gr/dl. Sebaliknya transfusi darah hampir selalu diindikasikan jika Hb <7
gr/dl. Hemoglobin pada pasien ini sebelum persalinan 7 gr/dl yang merupakan
indikasi utuk dilakukan transfusi. Pukul 11.00 tidak dilanjutkan atas indikasi