Fraud atau tindakan kecurangan, terlebih yang sifatnya adalah berkenaan dengan
masalah keuangan, merupakan tindak pidana yang cenderung sulit untuk diselidiki dan
dibuktikan. Yang menjadi titik kesulitan pendeteksian atas dugaan kasus tindakan kecurangan
keuangan ini adalah metode pelaksanaan kecurangannya yang rumit dan kasus tindakan
kecurangan ini memiliki banyak kesempatan untuk dihilangkan barang buktinya dengan beragam
cara.
Logika berfikir dalam mendeteksi dan nantinya menyelesaikan kasus fraud ini sama
ketika kita bandingkan dengan logika kerja yang digunakan oleh dokter dalam menyembuhkan
pasiennya. Di awal pemeriksaan, dokter pasti akan menanyakan tentang apa yang dirasakan
pasien. Langkah ini adalah untuk mendeteksi gejala-gejala dari sakit yang diderita si pasien.
Nantinya melalui analisis atas gejala tersebut, dokter dapat menentukan apa penyakit si pasien
secara spesifik dan pengobatannya. Tahapan ini sama dengan apa yang dilakukan akuntan
forensik dalam upayanya mendeteksi fraud. Pendeteksian tindak pidana fraud ini pada tahapan
awal selalu dimulai dengan mengidentifikasi gejala fraudnya (the sympthoms of fraud). Ketika
dapat diketahui gejalanya dengan pasti, maka untuk tahapan selanjutnya, akuntan forensik atau
auditor akan mampu mencari cara penyelesaian kasus yang tepat.
Gejala dari fraud bisa diklasifikasikan menjadi 6 kelompok, yaitu:
Keganjilan atau keanehan akuntansi (accounting anomalies).
Kelemahan sistem pengendalian internal (internal control weakness).
Keanehan analitis (analytical anomalies).
Gaya hidup konsumtif atau boros (extravagant lifestyles).
Sikap yang tidak biasa (unusual behavior).
Tips dan keluhan atau complain (tips and complain).