Anda di halaman 1dari 20

welcome sahabat sehat

Minggu, 09 November 2014

KONSEP BERMAIN PADA ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan


sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya
sedang mempraktekkan keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan
dalambermain, yang berarti mengemabngkan dirinya sendiri. Dalam
bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan
penalaran, dan memahami keberanaan lingkungannya, membentuk daya
imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.

Dalam kenyataan sekaran ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak tanpa
disadari telah terpasung di tengah kesibukan orang tua. Namun kegiatan
bermain bebas sering menjadi kunci pembuka bagi gudang-gudang bakat
kreatif yang dimiliki setiap manusia. Bermain bagi anak berguna untuk
menjelajahi dunianya, dan mengembangkan kompetensinya dalam usaha
mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak.Fungsi bermain
bagi anak usia dini dapat dijadikan intervensi yang jika dilaksanakn dengan
tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat akan sangat
membantu perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan afektif pada
umumnya, dan mengembangkan daya kreativitas anak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bermain?

2. Bagaimana fungsi bermain bagi perkembangan anak?


3. Apa saja kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak?

4. Bagaimana terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi?

C. Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan bermain

2. Mengetahui fungsi bermain bagi perkembangan anak

3. Mengetahui kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak

4. Mengetahui terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi

D. Manfaat

1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang yang dimaksud dengan bermain

2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang fungsi bermain bagi


perkembangan anak

3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang kecenderungan umum yang


terjadi pada anak-anak

4. Mahasiswa dapat mengetahui tentang terapi bermain pada anak yang


dihospitalisasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain , anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu,
jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah cara alamiah bagi anak
untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya. (Miller
dan Keong, 1983). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn
keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan. (Foster, 1989). Dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah : Kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak,
belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental
serta sosial anak.

B. Fungsi Bermain Pada Anak

Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga


tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi
merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta
kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1995).

Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua
seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan
diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak
memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan
stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis,optimal dan
sensitif.

Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada
anak diantaranya :

1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik

Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak
dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat
dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini
perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang
visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih
menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya.Demikian juga pendengaran,apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari
anak lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.

2. Membantu Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat


terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan
komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan
seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan,
mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat
benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada
model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.

3. Meningkatkan Sosialisasi Anak

Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana


pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang
lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak
sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses
sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-
main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi
seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia
prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga
harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.

4. Meningkatkan Kreatifitas

Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak


mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu
memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak
akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar
pasang mobil-mobilan.

5. Meningkatkan Kesadaran Diri

Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk


ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar
mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.

6. Mempunyai Nilai Terapeutik

Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga
adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat
menghibur diri anak terhadap dunianya.

7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak

Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini
dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di
rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada
beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak
boleh dilanggar.

C. Tujuan Bermain

Melalui fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain mempunyai


tujuan sebagai berikut :

1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal


pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah sakit,
kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap
dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.

2. Mengekspresikan perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya.


Seperti yang telah di uraikan diatas pada saat sakit dan dirawat di rumah
sakit, anak mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan.
Pada anak yang belum dapat mengekspresikannya.

3. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.


Permainan akan menstimulasi daya piker, imajinasi, fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. Pada saat
melakukan permainan, anak juga akan dihadapkan pada masalah dalam
konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang
untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.

4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan


dirawat di rumah sakit. Stress yang dialami anak dirawat di rumah sakit tidak
dapat dihindarkan sebagaimana juga yang dialami orang tua. Untuk itu yang
penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat
beradaptasi dengan stressor yang dialaminya di rumah sakit secara
efeAKTORktif. Permainan adalah media yang efektif untuk beradaptasi
karena telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri dan marah.

D. Kecenderungan Umum Selama Anak Anak

Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak,


diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan
jenis permainan yang berbeda, dikatakan bermain aktif jika anak berperan
secara aktif dalam permainan, selalu memberikan rangsangan dan
melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka
anak akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang
lingkungan yang memberikan respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita
dapat mengenal macam-macam dari permainan diantaranya:

1. Berdasarkan isinya :

a. Bermain Afektif Sosial

Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan


dengan orang lain hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk adanya
sambil berbicara, bersandung kemudian anak memberikan respons seperti
tersenyum tertawa, bergembira, dan lain-lain.

Sifat dari bermain ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya
berespons terhadap simulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan
kepuasan bagi anak.
b. Bermain Bersenang-senang

Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang
ada sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran
orang lain. Sifat bermain ini adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan
pada anak, mengingat sifat dari bermain ini hanya memberikan kesenangan
pada anak tapa memperdulikan kehadiran orang lain, seperti bermain
boneka-bonekaan, binatang-binatangan, dan lain-lain.

c. Bermain Keterampilan

Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan


keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil
dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu
ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain
dalam bongkar pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu
terampil dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar, kemudian
bermain latihan memakai baju dan lain-lain.

d. Bermain Dramtik

Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan


berpura-pura dalam berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang
dewasa, seorang ibu dan guru dalam kehidupan sehari-hari. Sifat dari
permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam memerankan sesuatu.
Permainan dramatic ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu
berkomunikasi dan mengenal kehidupan social.

e. Bermain Menyelidiki

Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan
dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti
mengocok untuk mengetahui isinya dan permainan ini bersifat aktif pada
anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan
pada anak. Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari
orang lain agar selalu bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.
f. Bermain Konstruksi

Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu pbjek permainan agar


menjadi sebuah konstruksi yang benar seperti permainan menyusun balok.
Sifat dari permainan ini adalah aktif di mana anak selalu ingin
menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permaianan dan akan dapat
membangun kecerdasan pada anak.

2. Berdasarkan jenis permainan :

a. Permainan

Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya


dengan menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan
ular tangga. Sifatnya adalah aktif, anak akan memberikan respons kepada
temannya sesuai dengan jenis permaianan dan akan berfungsi memberikan
kesenangan yang dapat mengembangkan perkembangan emosi pada anak.

b. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)

Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,


jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada
di sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi
sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan situasi atau
objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan.
Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik
perhatiannya. Peran ini berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana
anak aktif mengamati aktivitas anak lain.

3. Berdasarkan karakteristik sosial :

a. Solitary Play

Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau
independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena
keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya adalah aktif akan
tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan sendiri dalam
perkembangan mental pada anak, kemudian dapat membantu untuk
menciptakan kemandirian pada anak.

b. Pararel Play

Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang


bermain akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari bermain
ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi masih masih dalam satu kelompok,
dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas mandiri
dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.

c. Associative Play

Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari usia
toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan permainan
dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama tetapi belum
terorganisir secara formal.

d. Cooperative Play

Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok


dan ada memimpin yang di mulai dari usia prasekolah. Permainan ini
dilakukan pada usia sekolah dan remaja.

e. Onlooker Play

Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut
bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya
dimulai pada usia toddler.

f. Therapeutic Play

Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk


memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat
membantu mengurangi stres, memberikan instruksi dan perbaikan
kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini, 2004).
Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan
kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri pada anak-anak.
Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti:
menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan
bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti
pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.

E. Pedoman Untuk Keamanan Bermain

Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan


maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:

1. Ekstra energi

Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil


kemungkinan untuk melakukan permainan.

2. Waktu

Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal.

3. Alat permainan

Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.

4. Ruang untuk bermain

Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di


tempat tidur.

5. Pengetahuan cara bermain


Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.

6. Teman bermain

Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan


membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan
bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi
lebih akrab. Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE).
APE Merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan
secara optimal dan perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini
anak akan selalu dapat mengembangkan kemampuan
fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi sosialnya.Dalam
mencapai fungsi perkembangan secara optimal,maka alat permainan ini
harus aman,ukurannya sesuai dengan usia anak,modelnya
jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.

Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada


masyarakat kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua
membeli permainan tanpa memperdulikan jenis kegunaan yang mampu
mengembangkan aspek tersebut,sehingga terkadang harganya mahal,tidak
sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.

Untuk mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa contoh jenis


permainan yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan
sepeda roda tiga atau dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong jenis ini
mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar,
kemudian alat permainan gunting, pensil, bola, balok, lilin jenis alat ini dapat
digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan buku
bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini
dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau
kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita, majalah,
radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju,
sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan menolong diri sendiri dan alat permainan seperti kotak, bola
dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat dilakukan untuk
mengembangkan tingkah laku social.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang
tua atau pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang
jenis alat permainan dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak
memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain seperti kapan harus
berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan kesempatan untuk mandiri.

F. Karakteristik Bermain (Usia Bayi Prasekolah)

Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh
kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh
kembang anak selalu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda
sehingga dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas masing-
masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap
usia tumbuh kembang anak:

1. Usia 0-1 tahun

Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex,
melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam
berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan,
melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan
gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat
memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.

Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain:
benda (permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar
bentuk muka, boneka orang dan binatang, alat permaianan yang dapat
digoyang dan menimbulkan suara, alat permaian berupa selimut, boneka,
dan lai-lain.

2. Usia 1-2 tahun

Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan
untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih
melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan
memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis
permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan di
tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil
berwarna, dan lain-lain.
3. Usia 3-6 tahun

Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan


kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang
dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan,
kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan
sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan
mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian
yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi
serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat dighunakamn
pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar,
majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan
air.

G. Alat Permainan Edukatif

Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat


mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangannya dan yang berguna untuk perkembangan aspek fisik,
bahasa, kognitif, dan social anak (soetjningsih, 1995). Agar orang tua dapat
memberikan alat permainan yang edukatif pada anaknya, syarat syarat
berikut ini yang perlu diperhatikan adalah :

1. Keamanan

Alat permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya tidak terlalu
kecil, cat tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak mudah
pecah, karena pada usia ini anak kadang kadang suka memasukkan benda
kedalam mulut.

2. Ukuran dan berat

Prinsipnya, mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan usia anak.


Apabila mainan terlalu besar atau berat, anak akan sukar menjangkau atau
memindahkannya. Sebaliknya, bila terlalu kecil, mainan akan mudah
tertelan.

3. Desain

APE sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran,


susunan, ukuran dan warna serta jelas maksud dan tujuannya. Selain itu,
APE hendaknya tidak terlalu rumit untuk menghindari kebingungan anak.
4. Fungsi yang jelas

APE sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli


perkembangan anak.

5. Variasi APE

APE sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar pasang),


namun tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak terlalu mudah,
karena anak akan cepat bosan.

6. Universal

APE sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya dan bangsa.
Jadi, dalam menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa dimengerti
oleh semua orang.

7. Tidak mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat


luas

Karena APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka


setiap lapisan masyarakat, baik yang dengan tingkat social ekonomi tinggi
maupun rendah, hendaknya dapat menyediakannya. APE bias didesain
sendiri asal memenuhi persyaratan.

H. Terapi Bermain Pada Anak Yang Dihospitalisasi

Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan


aktivitas bermain. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak
untuk menyelesaikan tugas perkembangan secara normal dan membangun
koping terhadap stres, ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah terhadap
penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999).

Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan


memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu
anak menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan
dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap
hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak
lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.

Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan


stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah,
menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan
penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah
sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih
petugas kesehatan maupun lingkungan social, seperti sesama pasien anak,
ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti
takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya,
sering kali dialami anak

Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan


tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam
perawatan.media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan.
Permainan yang teraupetik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi
anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan
tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan
mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri,
dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian
integral dan pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brennan, 1994).

Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit akan
memberikan keuntungan sebagai berikut :

1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak keluaarga) dan perawat


karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai
kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan menyenangkan
dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi yang
elektif antara perawat dank klien.

2. Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk


mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan
mandiri pada anak.

3. Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan


rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa
anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran secara
verbal dan/ atau pada anak yang kurang dapat mengekspresikannya,
permainan menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantunya
mengekspresikan perasaan tersebut.

4. Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak


untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
5. Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk
berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak
dan keluarganya.

Prinsip prinsip permainan pada anak di rumah sakit :

1. Permainan Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan


yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus
dipilih permainan yang dapat dilakukan ditempat tidur dan anak tidak boleh
diajak bermain dengan kelompoknya ditempat bermain khusus yang ada
diruang rawat.

Misalnya, sambil tiduran anak dapat dibacakan buku cerita atau diberikan
buku komik anak-anak, mobil-mobilan yang tidak pakai remote control,
robot-robotan, dan permainan lain yang dapat dimainkan anak dan orang
tuanya sambil tiduran.

2. Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan sederhana. Pilih


jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan
yang ada pada anak dan/atau yang tersedia diruangan. Kalaupun akan
membuat suatu alat permainan, pilih yang sederhana, supaya tidak
melelahkan anak (misalnya, menggambar / mewarnai, bermain boneka dan
membaca buku cerita).

3. Harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan yang


aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlari lari
dan bergerak secara berlebihan.

4. Dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila permainan


dilakukan khusus di kamar bermain secara berkelompok dirumah, permainan
harus dilakukan pada kelompok umur yang sama. Misalnya, permainan
mewarnai pada kelompok usia prasekolah.

5. Melibatkan orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap


melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun
sedang dirawat dirumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain anaknya.
Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan
diinisiasi oleh perawat orang tua harus terlibat secara aktif dan
mendampingi anak dari awal permainan sampai mengevaluasi permainan
anak bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya.
Pedoman dalam menyusun rancangan program bermain pada anak yang di
rawat di rumah sakit :

1. Tujuan bermain

Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan


bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan
yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah
sakit, yaitu menekankan pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan
distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri.

2. Proses kegiatan bermain

Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah


ditetapkan sebelumnya. Apabila permainan yang akan dilakukan dalam
kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap anggota kelompok dalam
permainan dan kegiatan orang tua setiap anak.

3. Alat permainan yang diperlukan

Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang
rawat. Apabila anak akan diajak bermain melipat kertas, gunakan bahan
yang murah dan haga yang terjangkau.

4. Pelaksanaan kegiatan bermain

Selama kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus diobservasi dan
menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya

5. Evaluasi atau penilaian

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain
dilaksanakan di suatu rumah sakit, antara lain :

1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar

2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol

3. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan

4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian


tubuh
5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan
tujuan peralatan dan prosedur medis

6. Memberi peralihan dan relaksasi

7. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing

8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk


mengekspresikan perasaan,

9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap


yang positif terhadap orang lain

10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat

11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak,
belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental
serta sosial anak. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan
sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai
terapi. Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak,
diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan
jenis permainan yang berbeda, dikatakan bermain aktif jika anak berperan
secara aktif dalam permainan, selalu memberikan rangsangan dan
melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka
anak akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang
lingkungan yang memberikan respons secara aktif. Bermain juga
menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan
perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak
menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan
prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap
hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak
lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.

B. Saran

Setelah mempelajari materi di atas diharapkan seluruh mahasiswa


memahami tentang definisi bermain, fungsi bermain bagi perkembangan
anak, kecenderungan umum yang terjadi pada anak-anak dan terapi bermain
pada anak yang dihospitalisasi. Berharap dengan adanya makalah ini kami
serta teman teman semua menjadi lebih paham dan mendapat ilmu dari
membaca makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Perry, A,G & Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan.


Jakarta:EGC.

Alimul Hidayat, A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak


1.Jakarta:salemba medika.

Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.


Jakarta:Idai
aputri santika di 05.20

Berbagi

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Beranda

Lihat versi web

welcome nurse

Foto Saya

aputri santika

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai