Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelas :B
NPM : 011401134
Strategi pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan sangatlah bagus, dengan visi
kedepannya yang jelas, perusahaan ini terus memberikan hal-hal baru dengan terus
berinovasi dan mencari cara baru dalam memenuhi dan menyenangkan konsumen
sehingga menghasilkan produk-produk bermutu dengan standar kelas dunia dan harga
yang terjangkau tentunya. Merek unggulan antara lain : Hit, Stella, Mitu yang
kesemuanya adalah merupakan produk yang memimpin pasar.
Memang Godrej indonesia yang memegang produk hit obat nyamuk merupakan bisnis
internasional terbesar dari Godrej konsumen produk hal ini dapat dilihat dari
pertumbuhan omset yang diperkirakan mencapai Rp 3 trilliun di tahun 2014
sampai dengan tahun 2015. Dengan pertumbuhan sebesar 23 persen selama 4 tahun
terakhir. Sebagai perusahaan terbesar Godrej tentu saja memiliki misi kedepan dengan
jelas dengan ambisius yang besar menjadi 3 pemain utama home dan personal care di
indonesia serta menggandakan pendapatan pada tahun 2018 kedepan nya. Jejak kinerja
perusahaan Godrej terekam dengan sangat baik sehingga perusahaan ini dari waktu
kewaktu mengalami peningkatan terus.
YLKI sendiri pada tahun 1999 sempat melakukan survey label terhadap beberapa merek
obat nyamuk. Dari sekian banyak produk yang diuji, HIT jenis semprot dan cair memang
sudah mengandung bahan aktif diklorovos. Menurut WHO diklorovos termasuk dalam
kelompok racun paling tinggi yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi saat ini masih belum
ada pengumuman bahan-bahan tersebut dalam kadar tertentu.
Sejak diketahui bahwa HIT mengandung pestisida berbahaya maka produk Hit semprot
segera ditarik dari peredaran. Departemen Kesehatan memerintahkan PT MEgasari
Makmur produsen obat nyamuk HIT untuk menarik segera obat nyamuk merk HIT 2, 1A
dan HIT 17L. Kemudian ditindak lanjuti Departemen Petarnian pada tanggal 12 Mei
2006 yang mengeluarkan surat kepada PT Megasari Makmur untuk menarik produk HIT.
Begitu pula yang dialami Megasari Makmur. Industri ini sempat menghentikan produksi
obat nyamuk semprot dan cairnya sebanyak 7,2 juta liter, atau setara dengan Rp 375
miliar. Skala sebesar itu lebih dari 25% dari total perputaran dana di bisnis obat nyamuk
yang mencapai Rp 1,5 triliun per tahun. Selain kerugian materi, mereka juga masih harus
menanggung kerugian nonmateri yang nilainya sulit diukur, yakni citranya luntur di mata
konsumen.
Setelah Mengalami penarikan besar-besaran akhirnya HIT kembali mendapatkan ijin
untuk memproduksi kembali dan memsarkannya. Tetapi HIT masih luntur citranya
dimata konsumen, dan itu membuat mereka masih kalah dengan pesaing kompetitor obat
nyamuk