Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kendal, Maret 2016

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara
spontan atau disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu. Jumlah minggu
kehamilan yang spesifik dapat bervariasi antar Negara, begantung pada
perundangan setempat.

Pengawasan orang tua juga memiliki peran yang sangat penting dalam
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kehamilan yang tidak
diinginkan yang merupakan akibat dari pergaulan bebas tersebut yang tidak
sedikit berakhir dengan tindakan aborsi.

Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan hal-hal


negatif bagi orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa,
melanggar hukum dan sebagainya. Namun, sebenarnya tidak semua aborsi
merupakan tindakan yang negatif karena ada kalanya aborsi dianjurkan oleh
dokter demi kondisi kesehatan ibu hamil yang lebih baik.

Dalam kasus aborsi yang dianjurkan dokter, perawat tak hanya sebagai conselor
atau peran dan fungsi perawat yang lain, tetapi juga dapat menjalankan prinsip
dan asas etik keperawatan yang ada untuk membantu pasien menghadapi
pilihan yang telah dipilih (aborsi).

B. Tujuan Umum

1. Mengetahui definisi aborsi

2. Mengetahui faktor yang mendorong terjadinya aborsi

3. Mengetahui dampak aborsi

4. Mengetahui contoh kasus aborsi yang terjadi di Indonesia

5. Mengetahui menanggapi kasus yang ada berdasarkan prinsip dan asas etik
keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara
spontan atau disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu. Jumlah minggu
kehamilan yang spesifik dapat bervariasi antar Negara, begantung pada
perundangan setempat.

B. Jenis Aborsi

Klasifikasi abortus atau aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu:

Abortus spontanea

Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa


tindakan/pengeluaran janin secara spontan sebelum janin dianggap mampu
bertahan hidup. Aborsi ini dibedakan menjadi 3 yaitu :

a) Abortus imminens, pada kehamilan kurang dari 20 minggu terjadi


perdarahan dari uterus atau rahim, dimana janin masih didalam rahim, serta
leher rahim belum melebar (tanpa dilatasi serviks).

b) Abortus insipiens, berarti bahwa kehamilan mustahil untuk dilanjutkan.


Seringkali terdapat pendarahan per vagina hebat karena area plasenta yang luas
terlepas dari dinding uterus

c) Abortus inkompletus, keluarnya sebagian organ janin yang berusia


sebelum 20 minggu, namun organ janin masih tertinggal didalam rahim

d) Abortus kompletus, semua hasil konsepsi(pembuahan) sudah di


keluarkan. Hal ini cenderung terjadi pada usia delapan minggu pertama
kehamilan.

Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah


pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari
oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau
dukun beranak).
Aborsi terapeutik / Abortus Provocatus therapeuticum adalah
pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai
contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi
menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik
calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan
medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

C. Penyebab Tindakan Aborsi

Setiap tindakan pasti ada yang menyebabkannya. Berikut beberapa penyebab


aborsi dilakukan :

1. Umur

2. Incest (hubungan seks sedarah) seperti tindak pemerkosaan yang


dilakukan oleh ayah kepada anaknya.

3. Kehamilan tak diinginkan (KTD) seperti hamil diluar nikah

4. Paritas ibu

5. Adanya penyakit kronis atau indikasi medis

6. Aktivitas seksual di usia muda

7. Kurangnya pengetahuan tentang dampak aborsi

8. Perspektif sosiokultural dan agama

9. Tingkat pendidikan tentang seksual dan kesehatan reproduksi rendah

10. Kurangnya kesadaran masyarakat akan dampak dari aborsi yang tidak aman

D. Resiko Aborsi

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun


keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang
melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang. Ini
adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka
yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah
terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:

1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa
resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku
Facts of Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat

b. Infeksi serius disekitar kandungan

c. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat


pada anak berikutnya.

d. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada


wanita)

e. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

f. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

g. Kanker hati (Liver Cancer)

h. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan


cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya.

i. Beresiko menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic


Pregnancy)

j. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

k. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

2. Resiko gangguan psikologis

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post-Abortion Syndrome


(Sindrom Pasca-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam Psychological
Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion Review
(1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:

a. Kehilangan harga diri

b. Merasa diasing di masyarakat

c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi

d. Ingin melakukan bunuh diri

e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang

f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual


Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam
hidupnya. Rasa bersalah tersebut dapat menyebabkan stres psikis atau
emosional, yaitu stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis
(Hidayat, 2007).

E. Undang undang yang mengatur mengenai aborsi

Mengenai aborsi, dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai
berikut :

1. Pasal 346 : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau


mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.

2. Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau


mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.(2) Jika perbuatan itu
mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.

3. Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau


mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu
mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.

4. Pasal 349 : Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu
melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan
salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

F. Legalitas Aborsi dalam Kondisi Khusus menurut Undang-Undang

Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua
golongan yakni :

1. Abortus buatan legal (Abortus provocatus therapcutius)

Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-


cara yang dibenarkan oleh undang-undang, karena alasan yang sangat
mendasar untuk melakukannya, seperti menyelamatkan nyawa/menyembuhkan
si ibu.

2. Abortus buatan ilegal


Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk
menyelamatkan/ menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak
kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh
undang-undang.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran


kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa
(Bab XIX pasal 346 s/d 249). Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun
1992 Tentang kesehatan pada pasal 15 ayat (1) dinyatakan bahwa dalam
keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Kemudian pada ayat (2)
menyebutkan tindakan medis tertentu dapat dilakukan :

1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan


tersebut

2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kemampuan untuk


itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta pertimbangan tim
ahli

3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan serta suami dan


keluarga.

G. Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan Untuk Menghindari Kejadian Aborsi Tidak


aman (Ilegal)

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir serta


mencegah terjadinya tindakan aborsi yang tidak aman/illegal, diantaranya
adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pendidikan kepada masyarakat khususnya dikalangan remaja


tentang kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif yang memberikan
informasi tentang seksualitas, kontrasepsi dan hubungan gender.

2. Memotivasi kepada orang tua untuk ikut mengambil peran dalam


mengawasi anak-anaknya dalam bergaul

3. Menyediakan layanan konseling yang berkualitas tinggi yang dapat


memberikan informasi yang akurat tentang aborsi dan bahayanya bagi
kesehatan

4. Bekerja sama dengan semua pihak yang terkait seperti sekolah-sekolah,


puskesmas dan lain-lain dalam menurunkan angka aborsi yang ada.

5. Menyediakan sarana atau tempat pelayanan kesehatan yang bermutu dan


memenuhi syarat
Selain hal-hal tersebut di atas, ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan
oleh orang tua, yaitu sebagai berikut :

1. Memberikan pendidikan sex dini yang sesuai kepada anak-anaknya

2. Melakukan pengawasan terhadap pergaulan anak-anaknya

3. Menanamkan moral dan etika yang baik untuk menghindari hal-hal yang
melanggar aturan/hukum, baik di masyarakat bahkan di dalam Negara.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aborsi adalah kematian dan pengeluaran janin dari uterus baik secara
spontan atau disengaja sebelum usia kehamilan 22 minggu atu sebelum janin
diberi kesempatan untuk hidup.

Aborsi merupakan tindakan yang melanggar hukum dan tidak dibenarkan


dalam kondisi apapun kecuali untuk kemaslahatan si ibu. Hal ini sudah di atur
dalam hokum Negara.

Aborsi memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi seorang yang


melakukanya, baik dari segi kesehatan maupun sosial. Selain itu aborsi yang
tidak memenuhi syarat dan tidak dilakukan oleh ahlinya dapat mengakibatkan
komplikasi-komplikasi yang sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan
kematian.
B. Saran

Seorang tenaga medis harus lebih sering memberikan pendidikan


kesehatan khususnya tentang aborsi dan dampaknya terhadap kesehatan
sehingga masyarakat dapat pengetahuan dan memiliki persepsi yang benar
akan hal tersebut dan diharapkan dapat menurunkan angka kejadian aborsi baik
secara legal maupun illegal

DAFTAR PUSTAKA

Msruroh dan Mudzakkir, 2009. Panduan Lengkap Kebidanan dan


Keperawatan.Merkid Press. Yogyakarta

Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran


EGC. Jakarta

Tiar, Estu dkk. 2011. Manajemen Aborsi Inkomplet. Modul Kebidanan/WHO, Edisi
2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai