ARSITKTUR INDONESIA
ARSITEKTUR PADA MASJID AT-TAKQWA POLDA BALI
NAMA MAHASISWA :
KADEK RION PUTRA PERDANA
1404205110
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia terkenal dengan keanekaragaman yang dimiliki, dari suku,
budaya, dan juga arsitekturnya. Budayabudaya yang ada di tiap daerah sangat
mempengaruhi gaya arsitektur yang ada di Indonesia. Dikarenakan banyaknya
budaya yang ada di Indonesia memberikan pengaruh yang cukup besar pada
keanekaragaman arsitektur yang berkembang di Indonesia, salah satunya adalah
arsitektur tempat ibadah yang ada di Indonesia.
Indonesia mengakui adanya lima agama yaitu, islam, kristen katolik dan
kristen protestan, budha dan hindu sebagai agama yang tertua. Tempat ibadah
yang ada di Indonesia berdasarkan lima agama yang di akui di Indonesia yaitu,
masjid untuk umat beragama muslim atau islam, gereja untuk umat beragama
kristen katolik dan protestan, wihara untuk umat beragama Bhudha, dan Pura
untuk yang beragama hindu.
Dilihat dari perkembangan penduduk di Indonesia sekarang ini, jumlah
pemeluk agama islam/muslim merupakan mayoritas tertinggi yang ada di
Indonesia, pemeluk agama islam di Indonesia tersebar di seluruh daerah yang ada
di Indonesia. Berdasarkan sejarahnya, agama islam atau muslim merupakan
agama termuda yang masuk ke Indonesia sehingga nilai budaya atau tradisional
akan tertuang dalam bangunan masjid yang dibangun, dilihat dari jumlah pemeluk
agama islam merupakan jumlah tertinggi di Indonesia sehingga jumlah bangunan
atau tempat ibadah untuk umat beragama muslim juga menjadi mayoritas di
Indonesia.
Masjid-masjid yang ada di daerah di Indonesia berjumlah cukup banyak,
dan beberapa diantaranya memiliki keunikan tersendiri yang membuanya berbeda
dengan masjid lainnya. Bangunan masjid memeliki ciri- ciri dan ketentuan yang
menjadi prasyarat bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan yang
diperuntukan sebagai tempat ibadah untuk umat beragama muslim. Namun
dipadukanya dengan arsitektur tradisional setempat atau suatu daerah
menyebabkan bangunan masjid memiliki perbedaan baik dari estetika, dan juga
2
bentuknya seperti Masjid At Taqwa POLDA Bali yang terletak di Kota
Denpasar.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
b. Sejarah Masjid
Menara-menara, serta kubah masjid yang besar, seakan menjadi
saksi betapa jayanya Islam pada kurun abad pertengahan. Masjid telah
melalui serangkaian tahun-tahun terpanjang di sejarah hingga sekarang.
Mulai dari Perang Salib sampai Perang Teluk. Selama lebih dari 1000
tahun pula, arsitektur Masjid perlahan-lahan mulai menyesuaikan
bangunan masjid dengan arsitektur modern.
Ketika Nabi Muhammad SAW. tiba di Madinah, beliau
memutuskan untuk membangun sebuah masjid, yang sekarang dikenal
dengan nama Masjid Nabawi, yang berarti Masjid Nabi. Masjid Nabawi
terletak di pusat Madinah. Masjid Nabawi dibangun di sebuah lapangan
yang luas. Di Masjid Nabawi, juga terdapat mimbar yang sering dipakai
oleh Nabi Muhammad SAW. Masjid Nabawi menjadi jantung kota
Madinah saat itu. Masjid ini digunakan untuk kegiatan politik,
perencanaan kota, menentukan strategi militer, dan untuk mengadakan
perjanjian. Bahkan, di area sekitar masjid digunakan sebagai tempat
tinggal sementara oleh orang-orang fakir miskin. Saat ini, Masjidil Haram,
Masjid Nabawi dan Masjid al-Aqsa adalah tiga masjid tersuci di dunia.
Masjid kemudian dibangun di daerah luar Semenanjung Arab,
seiring dengan kaum Muslim yang bermukim di luar Jazirah Arab. Mesir
menjadi daerah pertama yang dikuasai oleh kaum Muslim Arab pada tahun
640. Sejak saat itu, Ibukota Mesir, Kairo dipenuhi dengan masjid. Maka
dari itu, Kairo dijuluki sebagai kota seribu menara. Beberapa masjid di
Kairo berfungsi sebagai sekolah Islam atau madrasah bahkan sebagai
rumah sakit. Masjid di Sisilia dan Spanyol tidak menirukan desain
arsitektur Visigoth, tetapi menirukan arsitektur bangsa Moor. Para
ilmuwan kemudian memperkirakan bahwa bentuk bangunan pra-Islam
kemudian diubah menjadi bentuk arsitektur Islam ala Andalus dan
Magribi, seperti contoh lengkung tapal kuda di pintu-pintu masjid.
Masjid pertama di Cina berdiri pada abad ke 8 Masehi di Xi'an.
Masjid Raya Xi'an, yang terakhir kali di rekonstruksi pada abad ke 18
Masehi, mengikuti arsitektur Cina. Masjid di bagian barat Cina seperti di
5
daerah Xinjiang, mengikuti arsitektur Arab, dimana di masjid terdapat
kubah dan menara. Sedangkan, di timur Cina, seperti di daerah Beijing,
mengandung arsitektur Cina.
Masjid mulai masuk di daerah India pada abad ke 16 semasa
kerajaan Mugal berkuasa. Masjid di India mempunyai karakteristik
arsitektur masjid yang lain, seperti kubah yang berbentuk seperti bawang.
Kubah jenis ini dapat dilihat di Masjid Jama, Delhi.
Masjid pertama kali didirikan di Kesultanan Utsmaniyah pada abad
ke 11 Masehi, dimana pada saat itu orang-orang Turki mulai masuk agama
Islam. Beberapa masjid awal di Turki adalah Aya Sofya, dimana pada
zaman Bizantium, bangunan Aya Sofya merupakan sebuah katedral.
Kesultanan Utsmaniyah memiliki karakteristik arsitektur masjid yang
unik, terdiri dari kubah yang besar, menara dan bagian luar gedung yang
lapang. Masjid di Kesultanan Usmaniyah biasanya mengkolaborasikan
tiang-tiang yang tinggi, jalur-jalur kecil di antara shaf-shaf, dan langit-
langit yang tinggi, juga dengan menggabungkan mihrab dalam satu
masjid. Sampai saat ini, Turki merupakan rumah dari masjid yang berciri
khas arsitektur Utsmaniyah.
Secara bertahap, masjid masuk ke beberapa bagian di Eropa.
Perkembangan jumlah masjid secara pesat mulai terlihat seabad yang lalu,
ketika banyak imigran Muslim yang masuk ke Eropa. Kota-kota besar di
Eropa, seperti Munich, London dan Paris memilki masjid yang besar
dengan kubah dan menara. Masjid ini biasanya terletak di daerah urban
sebagai pusat komunitas dan kegiatan sosial untuk para muslim di daerah
tersebut. Walaupun begitu, seseorang dapat menemukan sebuah masjid di
Eropa apabila di sekitar daerah tersebut ditinggali oleh kaum Muslim
dalam jumlah yang cukup banyak. Masjid pertama kali muncul di Amerika
Serikat pada awal abad ke 20. Masjid yang pertama didirikan di Amerika
Serikat adalah di daerah Cedar Rapids, Iowa yang dibangun pada kurun
akhir 1920an. Bagaimanapun, semakin banyak imigran Muslim yang
datang ke Amerika Serikat, terutama dari Asia Selatan, jumlah masjid di
Amerika Serikat bertambah secara drastis. Dimana jumlah masjid pada
6
waktu 1950 sekitar 2% dari jumlah masjid di Amerika Serikat, pada tahun
1980, 50% jumlah masjid di Amerika Serikat didirikan.
Menurut sejarawan Muslim, sebuah kota yang ditaklukkan tanpa
perlawanan dari penduduknya, maka pasukan Muslim memperbolehkan
penduduk untuk tetap mempergunakan gereja dan sinagog mereka. Tapi,
ada beberapa gereja dan sinagog yang beralih fungsi menjadi sebuah
masjid dengan persetujuan dari tokoh agama setempat. Misal pada
perubahan fungsi Masjid Umayyah, dimana khalifah Bani Umayyah,
Abdul Malik mengambil gereja Santo Yohannes pada tahun 705 dari Umat
Kristiani. Kesultanan Utsmaniyah juga melakukan alih fungsi terhadap
beberapa gereja, biara dan kapel di Istanbul, termasuk gereja terbesar
Ayasofya yang dirubah menjadi masjid, setelah kejatuhan kota
Konstantinopel pada tahun 1453 oleh Muhammad al-Fatih. Beberapa
masjid lainnya juga didirikan di daerah suci milik Yahudi dan Kristen,
seperti di Yerusalem. Penguasa Muslim di India juga membangun masjid
hanya untuk memenuhi tugas mereka di bidang agama.
Sebaliknya, masjid juga dialih fungsikan menjadi tempat ibadah
yang lain, seperti gereja. Hal ini dilakukan oleh umat Kristiani di Spanyol
yang merubah fungsi masjid di selatan Spanyol menjadi katedral,
mengikuti keruntuhan kekuasaan Bani Umayyah di selatan Spanyol.
Masjid Agung Kordoba sekarang dialih fungsikan menjadi sebuah gereja.
Beberapa masjid di kawasan Semenanjung Iberia, Eropa Selatan dan India
juga dialih fungsikan menjadi gereja atau pura setelah kekuasaan Islam
tidak berkuasa lagi.
2.2 Fungsi dari Bangunan Masjid
a. Fungsi Keagamaan
Semua muslim yang telah baligh atau dewasa harus menunaikan salat
lima kali sehari. Walaupun beberapa masjid hanya dibuka pada hari Jumat,
tetapi masjid yang lainnya menjadi tempat salat sehari-hari. Pada hari
Jumat, semua muslim laki-laki yang telah dewasa diharuskan pergi ke
masjid untuk menunaikan salat ke masjid, berdasarkan Surah Al-
Jumuah ayat 9:
7
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk
melaksanakan salat Jum'at, maka bersegeralah kamu mengingat Allah
dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui. Surah Al-Jumuah:9
8
sahur atau iftar di masjid. Hal ini dilakukan sebagai amal shaleh pada
bulan Ramadan.
Pada malam hari setelah salat Isya digelar, umat Muslim disunahkan
untuk melaksanakankan salat Tarawih berjamaah di masjid. Setelah salat
Tarawih, ada beberapa orang yang akan membacakan Al-Qur'an. Pada
sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan, masjid-masjid besar akan
menyelenggarakan I'tikaf, yaitu sunnah Nabi Muhammad saw. untuk
berdiam diri di Masjid ( mengkhususkan hari-hari terakhir ramadan guna
meningkatkan amal ibadah ) dan memperbanyak mengingat Allah swt.
Rukun ketiga dalam Rukun Islam adalah zakat. Setiap muslim yang
mampu wajib menzakati hartanya sebanyak 2.5% dari jumlah hartanya.
Masjid, sebagai pusat dari komunitas umat Islam, menjadi tempat
penyaluran zakat bagi yatim piatu dan fakir miskin. Pada saat Idul Fitri,
masjid menjadi tempat penyaluran zakat fitrah dan membentuk
panitia amil zakat.
Panitia zakat, biasanya di bentuk secara lokal oleh orang-orang atau
para jemaah yang hidup di sekitar lingkungan masjid. Begitu pula dalam
pengelolaannya. Namun, untuk masjid-masjid besar seperti di pusat kota,
biasanya langsung ditangani oleh pemerintah daerah setempat.
b. Fungsi Sosial
Banyak pemimpin Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad saw,
berlomba-lomba untuk membangun masjid. Seperti kota Mekkah dan
Madinah yang berdiri di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kota
Karbala juga dibangun di dekat makam Husain bin Ali. Kota Isfahan, Iran
dikenal dengan Masjid Imam-nya yang menjadi pusat kegiatan
masyarakat. Pada akhir abad ke-17, Syah Abbas I dari dinasti Safawi di
Iran mengubah kota Isfahan menjadi salah satu kota terbagus di dunia
dengan membangun Masjid Syah dan Masjid Syaikh Lutfallah di pusat
kota. Ini menjadikan kota Isfahan memiliki lapangan pusat kota yang
terbesar di dunia. Lapangan ini berfungsi sebagai pasar bahkan tempat
olahraga.
9
Masjid di daerah Amerika Serikat dibangun dengan sangat sering.
Masjid biasa digunakan sebagai tempat perkumpulan umat Islam.
Biasanya perkembangan jumlah masjid di daerah pinggiran kota, lebih
besar dibanding di daerah kota. Masjid dibangun agak jauh dari pusat kota.
c. Fungsi Pendidikan
Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai
tempat pendidikan. Beberapa masjid, terutama masjid yang didanai oleh
pemerintah, biasanya menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman
maupun ilmu umum. Sekolah ini memiliki tingkatan dari dasar sampai
menengah, walaupun ada beberapa sekolah yang menyediakan tingkat
tinggi. Beberapa masjid biasanya menyediakan pendidikan paruh waktu,
biasanya setelah subuh, maupun pada sore hari. Pendidikan di masjid
ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran, mulai dari
keislaman sampai sains. Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid
adalah untuk mendekatkan generasi muda kepada masjid. Pelajaran
membaca Qur'an dan bahasa Arab sering sekali dijadikan pelajaran di
beberapa negara berpenduduk Muslim di daerah luar Arab,
termasuk Indonesia. Kelas-kelas untuk mualaf, atau orang yang baru
masuk Islam juga disediakan di masjid-masjid di Eropa dan Amerika
Serikat, di mana perkembangan agama Islam melaju dengan sangat pesat.
Beberapa masjid juga menyediakan pengajaran tentang hukum Islam
secara mendalam. Madrasah, walaupun letaknya agak berpisah dari
masjid, tapi tersedia bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu keislaman.
Masjid juga menjadi tempat kegiatan untuk mengumpulkan dana.
Masjid juga sering mengadakan bazar, di mana umat Islam dapat
membeli alat-alat ibadah maupun buku-buku Islam. Masjid juga menjadi
tempat untuk akad nikah, seperti tempat ibadah agama lainnya. Masjid
tanah liat di Djenn, Mali, secara tahunan mengadakan festival untuk
merekonstruksi dan membenah ulang masjid.
2.3 Aturan dan Etika Bangunan Masjid
Masjid sebagai tempat beribadah kaum muslim, merupakan tempat suci. Oleh
karena itu, ada peraturan dan etiket yang harus dipenuhi ketika berada di masjid.
10
Pemilihan imam sebagai pemimpin salat sangat dianjurkan, meskipun bukan
sebuah kewajiban. Seorang imam haruslah seorang muslim yang jujur, baik dan
paham akan agama Islam. Sebuah masjid yang dibangun dan dirawat oleh
pemerintah, akan dipimpin oleh Imam yang ditunjuk oleh pemerintah. Masjid
yang tidak dikelola pemerintah, akan memilih imam dengan sistem pemilihan
dengan suara terbanyak. Menurut Mazhab Hanafi, orang yang membangun masjid
layak disebut sebagai imam, walaupun konsep ini tidak diajarkan
ke mazhab lainnya.
Kepemimpinan salat dibagi dalam tiga jenis, yakni imam untuk salat lima
waktu, imam salat Jumat dan imam salat lainnya (seperti salat khusuf atau
jenazah). Semua ulama Islam berpendapat bahwa jamaah laki-laki hanya dapat
dipimpin oleh seorang imam laki-laki. Bila semua jamaah adalah perempuan,
maka baik laki-laki maupun perempuan dapat menjadi imam, asalkan perempuan
tidak menjadi imam bagi jamaah laki-laki. Masjid merupakan tempat yang
suci,maka jamaah yang datang ke masjid harus dalam keadaan yang suci pula.
Sebelum masuk masjid, jamaah harus berwudhu di tempat wudhu yang telah
disediakan. Selain itu, jamaah tidak boleh masuk ke masjid dengan menggunakan
sepatu atau sandal yang tidak bersih. Jamaah sebisa mungkin harus dalam keadaan
rapi, bersih dan tidak dalam keadaan junub. Seorang jamaah dianjurkan
untuk bersiwak sebelum masuk ke masjid, untuk menghindari bau mulut.
Agama Islam menganjurkan untuk berpakaian rapi, sopan, dan bersih dalam
beribadah. Jamaah laki-laki dianjurkan memakai baju yang longgar dan bersih.
Jamaah perempuan diharuskan memakai jubah yang longgar atau memakai hijab.
Baik jamaah laki-laki maupun perempuan tidak boleh memakai pakaian yang
memperlihatkan aurat. Kebanyakan umat Islam memakai baju khas Timur
Tengah seperti jubah atau hijab. Masjid sebagai tempat untuk beribadah tidak
boleh diganggu ketenangannya. Pembicaraan dengan suara yang keras disekitar
masjid yang dapat mengganggu jamaah di masjid dilarang. Selain itu, orang tidak
boleh berjalan di depan jamaah yang sedang salat. Para jamaah juga dianjurkan
untuk memakai pakaian yang tidak bertulisan maupun berwarna supaya menjaga
kekhusyuan salat.
11
Pemisahan antara lelaki dan perempuan di masjid sangat penting, agar tidak
menimbulkan syahwat. Posisi jamaah wanita di masjid adalah di belakang jamaah
pria. Nabi Muhammad saw dalam hadisnya: "Tempat ibadah terbaik bagi
perempuan adalah di rumah". Bahkan khalifah Umar bin Khattab melarang wanita
untuk salat di masjid. Pada beberapa masjid di Asia Tenggara dan Asia Selatan,
jamaah perempuan dipisahkan dengan sebuah hijab atau dibedakan lantainya.
Sedangkan di Masjidil Haram, jamaah perempuan dan anak-anak diberi tempat
khusus untuk beribadah. Berdasarkan pendapat kebanyakan ulama, penganut
selain Islam diperbolehkan untuk masuk ke masjid, selama mereka tidak makan
atau tidur di dalamnya. Tapi, Mazhab Maliki memiliki pendapat lain yang
melarang penganut selain Islam untuk masuk ke masjid dalam keadaan apapun.
Menurut Imam Hambali, penganut agama samawi, seperti Kristen maupun
Yahudi masih diperbolehkan untuk masuk ke Masjidil Haram. Tapi, khalifah Bani
Umayyah, Umar II melarang non-muslim untuk masuk ke daerah Masjidil Haram
dan kemudian berlaku diseluruh penjuru Arab. Masjid-masjid di Maroko yang
menganut Mazhab Maliki melarang non-muslim untuk masuk ke masjid. Di
Amerika Serikat, non-muslim diperbolehkan untuk masuk, sebagai sarana untuk
pembelajaran Islam.
2.4 Arsitektur Bangunan Masjid
a. Bentuk
Bentuk masjid telah diubah di beberapa bagian negara Islam di dunia.
Gaya masjid terkenal yang sering dipakai adalah bentuk masjid Abbasi,
bentuk T, dan bentuk kubah pusat di Anatolia. Negara-negara yang kaya akan
minyak biasanya membangun masjid yang megah dengan biaya yang besar
dan pembangunannya dipimpin oleh arsitek non-Muslim yang dibantu
oleh arsitek Muslim.
Arab-plan atau hypostyle adalah bentuk-bentuk awal masjid yang sering
dipakai dan dipelopori oleh Bani Umayyah. Masjid ini berbentuk persegi
ataupun persegi panjang yang dibangun pada sebuah dataran dengan halaman
yang tertutup dan tempat ibadah di dalam. Halaman di masjid sering
digunakan untuk menampung jamaah pada hari Jumat. Beberapa masjid
berbentuk hypostyle ayau masjid yang berukuran besar, biasanya mempunyai
12
atap datar di atasnya, dan digunakan untuk penopang tiang-tiang. Contoh
masjid yang menggunakan bentuk hypostyle adalah Masjid Kordoba,
di Kordoba, yang dibangun dengan 850 tiang. Beberapa masjid
bergaya hypostyle memiliki atap melengkung yang memberikan keteduhan
bagi jamaah di masjid. Masjid bergaya arab-plan mulai dibangun pada
masa Abbasiyah dan Umayyah, tapi masjid bergaya arab-plan tidak terlalu
disenangi.
Kesultanan Utsmaniyah kemudian memperkenalkan bentuk masjid dengan
kubah di tengah pada abad ke-15 dan memiliki kubah yang besar, di mana
kubah ini melingkupi sebagian besar area salat. Beberapa kubah kecil juga
ditambahkan di area luar tempat ibadah. Gaya ini sangat dipengaruhi oleh
bangunan-bangunan dari Bizantium yang menggunakan kubah besar. Masjid
gaya Iwan juga dikenal dengan bagian masjid yang dikubah. Gaya ini diambil
dari arsitektur Iran pra-Islam.
b. Menara
Bentuk umum dari sebuah masjid adalah keberadaan menara. Menara asal
katanya dari bahasa Arab "nar" yang artinya "api"( api di atas menara/lampu)
yang terlihat dari kejauhan. Menara di masjid biasanya tinggi dan berada di
bagian pojok dari kompleks masjid. Menara masjid tertinggi di dunia berada
di Masjid Hassan II, Casablanca, Maroko.
Masjid-masjid pada zaman Nabi Muhammad tidak memiliki menara, dan
hal ini mulai diterapkan oleh pengikut ajaran Wahabiyyah, yang melarang
pembangunan menara dan menganggap menara tidak penting dalam kompleks
masjid. Menara pertama kali dibangun di Basrapada tahun 665 sewaktu
pemerintahan khalifah Bani Umayyah, Muawiyah I, yang mendukung
pembangunan menara masjid untuk menyaingi menara-menara lonceng pada
gereja. Menara bertujuan sebagai tempat muazin mengumandangkan adzan.
c. Kubah
Kubah juga merupakan salah satu ciri khas dari sebuah masjid. Seiring
waktu, kubah diperluas menjadi sama luas dengan tempat ibadah di bawahnya.
13
Walaupun kebanyakan kubah memakai bentuk setengah bulat, masjid-masjid
di daerah India dan Pakistan memakai kubah berbentuk bawang.
d. Tempat Ibadah
Tempat ibadah atau ruang salat, tidak diberikan meja, atau kursi, sehingga
memungkinkan para jamaah untuk mengisi shaf atau barisan-barisan yang ada
di dalam ruang salat. Bagian ruang salat biasanya diberi kaligrafi dari
potongan ayat Al-Qur'an untuk memperlihatkan keindahan agama Islam serta
Al-Qur'an. Ruang salat mengarah ke arah Ka'bah, sebagai kiblat umat
Islam. Di masjid juga terdapat mihrab dan mimbar. Mihrab adalah tempat
imam memimpin salat, sedangkan mimbar adalah tempat khatib
menyampaikan khutbah.
e. Tempat Suci
Dalam komplek masjid, di dekat ruang salat, tersedia ruang untuk
menyucikan diri, atau biasa disebut tempat wudhu. Di beberapa masjid kecil,
kamar mandi digunakan sebagai tempat untuk berwudhu. Sedangkan di masjid
tradisional, tempat wudhu biasanya sedikit terpisah dari bangunan masjid.
Masjid modern sebagai pusat kegiatan umat Islam, juga menyediakan fasilitas
seperti klinik, perpustakaan, dan tempat berolahraga.
BAB III
PEMBAHASAN
14
3.1. Letak Bangunan Masjid At Taqwa POLDA Bali
Objek tugas yang kami observasi untuk mata kuliah Arsitektur
Indonesia menggunakan bangunan tempat ibadah Masjid At Taqwa
POLDA Bali. Masjid At Taqwa POLDA Bali atau yang biasa disebut
Masjid POLDA merupakan salah satu masjid yang biasa di datangi oleh
umat muslim yang berada di daerah bali khususnya umat muslim yang
berada disekitaran wilayah Denpasar untuk melakukan ibadah shalat. Masjid
At Taqwa ini terletak di Kota Denpasar, tepatnya terletak di jalan Jl. Wr.
Supratman No.7, Sumerta Kauh, Denpasar Tim., Kota Denpasar, Bali 80236
(sebelah timur POLDA Bali). Masjid At Taqwa POLDA Bali ini sangat
mudah di akses dengan kendaraan apapun karena berada dipinggir jalan, dan
dalan untuk menuju masjid cukup besar.
15
Masjid At - Taqwa POLDA Bali adalah masjid di Denpasar yang
pertama kali didirikan pada bulan Agustus 1971. Kemudian dibangun
kembali pada pada tahun 1995 dan baru selesai pada tanggal 7 Februari
1997. Saat pertama kali dibangun jamaah yang melakukan ibadah sholat di
masjid ini memang belum terlalu banyak, dan rata-rata adalah polisi yang
bertugas di POLDA Bali dan warga disekitar masjid saja. Namun seiring
dengan berjalannya waktu, Jamaah yang mengadakan sholat di Masjid
POLDA memang semakin banyak, meskipun hanya saat sholat jumat dan
jika ada agenda tertentu. Oleh karenanya masjid tersebut terus mengalami
renovasi dan diperluas lahannya. Hingga saat ini renovasi setelah renovasi
pertamanya selesai pada tanggal 1 Juni 2013.
16
ramadhan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada bulan
ramadhan adalah sebagai berikut :
1. Takjil bersama, di dahului ceramah selama kurang lebih 15 menit
2. Tarawih berjamaah setelah solat isya
3. Tadarus Alquran dengan bimbingan seorang guru
4. Kajian-kajian islam
5. Ceramah bada shubuh
Kegiatan pada bulan ramadhan ini biasanya diikuti oleh jamaah
masjid secara rutin selama bulan ramadhan (selama satu bulan) untuk
menyabut datangnya hari raya Idul Fitri. Pada saat bulan ramadhan jamaah
yang dating ke masjid ini semakin membludak dibandingkan dengan hari-
hari biasanya.
Pada hari raya Idul Adha dimasjid ini juga biasa melakukan
kegiatan pemotongan daging kurban untuk menyambut datangnya hari raya
Idul Adha. Biasanya hewan-hewan yang dikurbankan adalah hewan hasil
sumbangan dari jamaah masjid ini, uang kemudian di potong dan disalurkan
ke warga yang berada disekitar masjid. Hal ini dilakukan untuk bersedekah
dan berbagi kesenangan pad hari raya Idul Adha.
17
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Masjid At Taqwa POLDA Bali ini dilihat dari segi arsitektur tidak
jauh beda dari masjid masjid lainnya. Karena Keberadaannya yang
terletak di daerah Bali, dari segi arsitektur terjadi percampuran antara
Arsitektur Islam ( Muslim ) dengan Arsitektur Bali. Masjid At Taqwa
POLDA Bali Ini memiliki bentuk bangunan kotak dengan atap limasan
beetumpang dua, dan terdapat 2 menara dibagian depan bangunan yaitu
disebelah kanan dan kiri dari pintu masuk. Pada Bangun masjid ini sama
seperti bangunan masjid lainnya, terdapat kubah yang menjadi ciri khas
bangunan sebuah masjid. Namun, kubah ini bukan berada pada bagian atap
masjid yang tapi terdapat pada atap kedua menara yang berada di bagian
atas masjid.
Pada bagian depan masjid juga terdapat candi bentar yang merupakan
akses masuk ke jalan yang berada di sebelah barat bangunan masjid. Candi
bentar ini berornamen bali dengan ukiran khas bali dan ciri khas warna
orange bata bali dan abu-abu warna parah bali, candi bentar inilah yan
merupakan perpaduan arsitektur Bali pada bangunan masjid. Selain itu,
untuk menciptakan keharmonisan pada bagian luar bangunan nenggunakan
perpaduan warna orange, abu, dan coklat. Sehingga terlihat juga
keterpaduan warna yang harmonis pada bangunan candi bentar dan masjid.
18
Candi Bentar Kubah Masjid
19
Mihrab pada masjid ini memiliki portal berbentuk kubah bawang
bertingkat dua dengan bahan berlapis batu granit, pada bagian atas dinding
mihrab terdapat kaligrafi berbahan kayu berdiameter sekitar dua meter.
Terdapat sebuah mimbar kecil berbentuk kubus berbahan kayu dan
bertuliskan POLDA Bali dan nama Masjid yang menandakan bahwa masjid
tersebut dibawah naungan POLDA Bali.
Gambar 3.7 Ruang Mihrab Masjid At Taqwa POLDA Bali
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dinding masjid dibuat tertutup permanen dengan marmer sebagai
pelapis pada interior bangunan. Permainan fasad dinding berada pada
sekeliling serambi lantai atas dimana terdapat bentuk lengkung setengah
lingkaran yang membentuk portal dan dibuat dinding penutup permanen
setelah portal secara bergantian dengan finishing menggunakan keramik
berukuran seperti batu-bata berwarna merah tua.
20
Kolom dan balok pada bangunan masjid At-Taqwa menggunakan
bentuk yang mewakilkan detail sambungan dan ukiran kayu yang umumnya
digunakan pada Arsitektur Bali terutama pada bagian lantai atas dan teras
pintu masuk utama Masjid. Satu keunikan yang dimiliki masjid ini adalah
satu-satunya masjid yang memiliki beduk dari sekian kasus yang ditemukan
pada Masjid di Denpasar. Atap bangunan Masjid At-Taqwa berbentuk atap
tumpang dua dengan bentuk sudut atap semakin mengecil pada ujungnya.
Sedangkan untuk plafon masjid mengikuti bentuk atap yaitu dengan
menonjolkan struktur atap sebagai elemen estetika bangunan dan untuk
mengatur sirkulasi udara agar lebih lancar. Masjid ini tidak memiliki
gerbang akan tetapi memiliki pagar keliling dimana sedikit mengadopsi
gaya pagar Arsitektur Bali. Untuk tempat wudu berada pada bagian luar
bangunan dan bagian selasar belakang masjid. Ragam hias pada masjid ini
terdapat pada bentuk balok dan kolom yang menganalogikan ukiran kayu
dan juga profil pada fasad luar bangunan. Bagian dalam bangunan terdapat
ukiran-ukiran kayu berbentuk kaligrafi yang disusun didepan dinding
mihrab dan sebagai ventilasi pada bagian atas bangunan dengan
memanfaatkan ukiran tembus.
21
tidak jauh beda dengan aktivitas yang dilaksanakan masjid lainnya.
Bangunan masjid ini dari segi arsitektur juga tidak jauh beda dari bangunan
masjid pada umumnya. Namun, yang membuat bangunan masjid ini terlihat
unik adalah perpaduan antara Arsitektur Islam dan Arsitektur Tradisional
Bali yang terlihat harmonis pada bangunan masjid. Perpaduan ini yang
menjadikan ciri khas Arsitektur Indonesia yang ada didalam bangunan ini
karena adanya arsitektur dari daerah setempat yang dipadakukan pada
bangunan masjid.
4.2. Saran
Sebaiknya dalam membangun sebuah bangunan baik itu tempat
ibadah atau yang lainnya, di dalam pembangunanya dilakukan perpaduan
dengan arsitektur setempat. Perpaduan ini untuk memberika ciri khas dari
Arsitektur Indonesia yang beraneka ragam. Selain itu, perpaduan juga dapat
membantu pelestarian Arsitektur Indonesia khususnya arsitektur setempat
dari perkembangan zaman yang semakin modern yang bisa saja
menyebabkan arsitektur setempat ditinggalkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Sumalyo, Yulianto. 2006. Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid diakses pada tanggal 25 April 2017 pukul
15.39 WITA
http://www.balimuslim.com/tentang-masjid diakses pada tanggal 25 April 2017
pukul 15.42 WITA
http://www.masjidrayavip.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=125:fungsi-dan-peran-
masjid&catid=45:artikel-islam&Itemid=67 diakses pada tanggal 25 April 2017
pukul 15.45 WITA
23