Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebenarnya manusia hanyalah bagian kecil dari alam ini. Tapi tindakannya yang
sembrono dan serakah menyebabkan banyak spesies punah tiap tahunnya. Manusia yang
adalah makhluk yang mempunyai kemampuan yang melebihi dari makhluk lain di alam ini,
seharusnya mendayagunakan kemampuannya untuk menjaga dan memelihara ekosfer dan
ekosistem. Manusia diharapkan dapat merubah sikapnya dari destruktif ke konstruktif. Akal
budi bisa digunakan untuk memperbaiki alam. Dengan akal budinya, manusia memiliki
kemampuan tidak hanya menghasilkan mesin dan industri yang bisa merusak alamtetapi akal
budi manusia juga mampu digiring untuk menciptakan teknologi yang mendukung
kelestarian alam. Contohnya adalah adanya usaha penanaman tumbuh-tumbuhan atau
melakukan penghijauan di daerah kering, di Arab Saudi. Kita hendaknya mengganti
paradigma manusia sebagai sang penakluk komunitas alam dengan paradigma manusia
sebagai anggota dari komunitas alam. Dengan begitu manusia mampu menghargai anggota
lain di dalam komunitas ekosistem. Aldo Leopold menyatakan bahwa Sesuatu adalah benar
jika hal itu menuju pada kesatuan, stabilitas dan keindahan komunitas biotik. Adalah salah
jika menuju ke arah lain. Salah satu faktor penyebab terpenting yang perlu diperhatikan
dalam proses terjadinya perusakan lingkungan oleh manusia adalah faktor ekonomi. Secara
lebih khusus lagi adalah segi kerakusan manusia, dimana manusia melakukan eksploitasi tak
terbatas terhadap alam. Alam hanya dilihat sebagai benda penghasil uang. Dunia sekarang ini
berada dalam sistem ekonomi lama, yaitu kapitalisme yang menjunjung tinggi keuntungan
dan mengakibatkan hilangnya nilai kebersamaan.
Sekarang ini diperlukan adanya perubahan sikap manusia secara mendasar dalam
memperlakukan alam. Perubahan itu adalah perubahan nilai, dari nilai hubungan manusia
dengan alam yang bersifat ekonomis ke nilai hubungan yang dilandasi oleh sikap
menghargaialam sebagai bagian dari hidup manusia. Jadi berdasar pada nilai yang tidak
melulu dan hanya berorientasi keuntungan manusia. Maka diharapkan ada usaha untuk
menemukan suatu sistem ekonomi baru yang sungguh menghargai yang lemah, yang
nampaknya tak berperan dalam kehidupan di dunia ini. Begitu baiknya alam ini hingga
mampu menciptakan spesies-spesies yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Di
dalam alam juga tercipta simbiosis-simbiosis. Tumbuhan, binatang dari yang paling kecil
hingga yang terbesardan manusia, terjalin dalam jaring-jaring rantai makanan. Masing-
masing punya perannya sendiri dalam melestarikan alam ini. Semuanya membentuk suatu
komunitas yang saling tergantung. Inilah yang perlu sungguh disadari manusia. Hewan,
tumbuhan dan segala sesuatu bagian dari ekosistem merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari hidup manusia. Merusak dan membunuh mereka tanpa perhitungan berarti
menghancurkan manusia sendiri.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Konservasi
Pada awalnya, upaya konservasi di dunia ini telah dimulai sejak ribuan tahun yang
lalu. Naluri manusia untuk mempertahankan hidup dan berinteraksi dengan alam dilakukan
antara lain dengan cara berburu, yang merupakan suatu kegiatan baik sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan hidup, ataupun sebagai suatu hobi/hiburan. Di Asia Timur, konservasi
sumber daya alam hayati dimulai saat Raja Asoka (252 SM) memerintah, dimana pada saat
itu diumumkan bahwa perlu dilakukan perlindungan terhadap binatang liar, ikan dan
hutan.Sedangkan di Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah memerintahkan para
pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku berjudul Doomsday Book yang berisi
inventarisasi dari sumber daya alam milik kerajaan. Kebijakan kedua raja tersebut dapat
disimpulkan sebagai suatu bentuk konservasi sumberdaya alam hayati pada masa tersebut
dimana Raja Asoka melakukan konservasi untuk kegiatan pengawetan, sedangkan Raja
William I melakukan pengelolaan sumber daya alam hayati atas dasar adanya data yang
akurat. Namun dari sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa bahkan sejak jaman dahulu, konsep
konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun konsep konservasi tersebut
masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno
konservasi yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana konsep
modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumber daya
alam secara bijaksana.
Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata
con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara
apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini
dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang
mengemukakan tentang konsep konservasi. Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi
merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih
buruk daripada saat sekarang.Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi
dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumber daya alam
untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumber daya
alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.

B. Kebijaksanaan Nasional Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup


Kebijakan nasional lingkungan hidup merupakan nilai-nilai dasar dalam pelestarian
lingkungan yang terdiri butir-butir sebagai berikut :
Pelestarian lingkungan dilaksanakan berdasarkan konsep Pembangunan Berkelanjutan
yaitu pembangunan yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan manusia saat ini, tanpa
mengurangi potensi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan manusia pada generasi-generasi
mendatang. Pembangunan berkelanjutan didasarkan atas kesejahteraan masyarakat serta
keadilan dalam jangka waktu pendek, menengah dan panjang dengan keseimbangan
pertumbuhan ekonomi, dinamika sosial dan pelestarian lingkungan hidup. Fungsi lingkungan
perlu dilestarikan demi kepentingan manusia baik dalam jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang. Pengambilan keputusan dalam pembangunan perlu memperhatikan
pertimbangan daya dukung lingkungan sesuai fungsinya. Daya dukung lingkungan menjadi
kendala (constraint) dalam pengambilan keputusan dan prinsip ini perlu dilakukan secara
kontinyu dan konsekuen. Pemanfaatan sumber daya alam tak terpulihkan perlu
memperhatikan kebutuhan antar generasi. Pemanfaatan sumber daya alam terpulihkan perlu
mempertahankan daya pemulihannya. Setiap warga negara mempunyai hak untuk
mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat dan berkewajiban untuk melestarikan
lingkungan. Oleh karenanya, setiap warga negara mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi lingkungan yang benar, lengkap dan mutakhir. Dalam pelestarian lingkungan,
usaha pencegahan lebih diutamakan daripada usaha penanggulangan dan pemulihan. Kualitas
lingkungan ditetapkan berdasarkan fungsinya. Pencemaran dan kerusakan lingkungan perlu
dihindari bila sampai terjadi pencemaran dan perusakan lingkungan, maka diadakan
penanggulangan dan pemulihan dengan tanggung jawab pada pihak yang menyebabkannya.
Pelestarian lingkungan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip pelestarian melalui pendekatan
manajemen yang layak dengan sistem pertanggung jawaban.
C. Paradigma Pelestarian Lingkungan
Sekarang ini paradigma pembangunan lebih bersifat high-techsentris, hingga
keberhasilan pun hanya dilihat dari angka kuantitatif yang berdimensi material. Sementara itu
keseimbangan ekologis, langka untuk tidak mengatakan tak pernah sama sekali mendapat
perhatian dari fasilitator pembangunan. Akibatnya ratusan juta, miliaran, bahkan triliunan
rupiah terkikis habis diterjang kemurkaan alam lewat berbagai kondisi lingkungan yang kian
degradatif. Misalnya, hutan Indonesia mengalami kerusakan yang sedemikian parah dari
sekira 120,35 juta hektare; 59 juta hektare diantaranya rusak dan memerlukan rehabilitasi.
Bahkan laju pengrusakannya berkisar 2,83 juta hektare setiap tahunnya. Kerugian material
yang diderita pun hampir mencapai Rp. 10 triliunan per tahun. Jika kondisi di atas tidak
segera mendapat perhatian, saya rasa sepuluh atau dua puluh tahun ke depan, hutan Indonesia
akan mengalami penurunan, bahkan kehancuran. Maka, pengelolaan sumber daya alam
(SDA) secara terpadu semestinya menggunakan paradigma berwawasan ekologis hingga
pemanfaatannya tidak berbentuk pengurasan habis-habisan yang mengabaikan kaidah-kaidah
keseimbangan alam. Lantas, bagaimana peran religiusitas, dalam hal ini Islam yang memiliki
sumber pertama (masdar al-awwal) Al-Quran dalam memberikan sumbangsih bagi
keberlangsungan ekosistem lingkungan hidup? Sebab, kekritisan sumber daya alam adalah
ancaman berat bagi pembangunan. Dari sinilah, pembangunan berbasis nilai-nilai religius
sangat urgen diperhatikan agar bangsa dapat bepijak secara kokoh dan program pembangunan
pun berkesinambungan serta mengikuti aturan main alam.
Agama mengajarkan bahwa arah pembangunan semestinya digusur pada keteraturan
yang mengikuti kaidah-kaidah alamiah. Ada firman Tuhan yang bermakna pentingnya
menjaga keteraturan ekologis, yakni surat Ar-Ruum ayat 41: Telah tampak kerusakan di
darat dan di laut karena ulah (eksploitasi dan eksplorasi tak berkaidah) manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka (akibat) perbuatannya, agar mereka kembali (ke program
konservasi alam). Esensi ayat di atas, menjelaskan konsep pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development) yakni dari kalimat agar mereka kembali. Term kembali kalau
ditinjau dengan kerangka pembangunan berwawasan ekologis, bersanding kuat dengan
program pelestarian lingkungan hidup. Misalnya, program konservasi alam, reboisasi, pajak
perusahaan untuk menjaga kelestarian alam, pendidikan lingkungan hidup untuk anak didik
dan pengurusan izin analisis dampak lingkungan (amdal). Kearifan ekologis berbasis agama
juga dapat dilihat dari nama-nama surat tentang keragaman ekosistem dan fungsi ekologis,
semisal Al-Baqarah (sapi betina), Al-Adiyat (kuda perang), An-Naml (semut), Al-Ankabut
(Laba-laba), Ath-Thur (bukit thur) dan masih banyak lagi. Hal ini mengindikasikan bahwa
kondisi alam beserta ekosistem kehidupannya memiliki sisi fungsional yang wajib dipelihara
sebaik-baiknya. Karena itu, alangkah arif rasanya jika bangsa mulai merenungi kearifan
ekologis yang dipesankan oleh-Nya melalui teks dan kita kontekstualisasikan sehingga
bersesuaian dengan perkembangan zaman.
Tujuannya agar arah pembangunan dihiasi etika keadiluhungan agama, dan ketika
berinteraksi dengan ekosistem lingkungan tidak dimanfaatkannya sembari angkat tangan
melestarikan atau malah cuci tangan ketika dirinya merusak alam. Sebab, setiap penganut
agama (baca: umat Islam) yang berbudaya tidak boleh bersikap dan berperilaku destruktif
seperti melakukan pengrusakan secara membabi buta terhadap lingkungan hidup atas dalih
pembangunan infrastruktur. Demikian, dalam konteks sistem sosial budaya, hampir tiap
daerah di kepulauan Indonesia memiliki indigenous knowledge system masing-masing ketika
memperlakukan lingkungan hidup. Misalnya, dalam tradisi masyarakat Sunda pedalaman
terdapat tiga klasifikasi hutan (leuweung) yang dijelaskan secara gamblang oleh Kusnaka
Adimiharja (1994) dan bermanfaat bagi arah gerak pembangunan. Pertama, leuweung
sampalan, yakni hutan yang telah mengalami konversi menjadi lahan yang ditanami dan
dijadikan tempat penggembalaan oleh masyarakat. Kedua, leuweung geuledegan, semacam
hutan yang tidak boleh dieksploitasi warga, karena alasan kepercayaan dalam sistem sosial
kemasyarakatan. Ketiga, leuweung titipan, semacam hutan yang boleh dieksploitasi dan
dimanfaatkan warga setelah mendapatkan izin dari pemimpin adat. Dari tiga sistem
pengetahuan tersebut, terdapat makna perennial yakni pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) dan berparadigma ekologis adalah sebuah keniscayaan. Sebab
selama ini arah pembangunan kerap diinterpretasi dengan pendekatan ekonomi-sentris saja.
Akibatnya, potensi alam banyak terdegradasi ketika terkena proyek pembangunan, misalnya
peristiwa meluapnya Lumpur panas di Sidoarjo yang menelan kerugian besar ialah salah satu
ekses negatif dari pembangunan yang tak berkaidah. Atau, meningkatnya suhu Kota Bandung
sebesar 34,5 derajat celcius pada musim kemarau adalah akibat dari penebangan pohon dan
pembangunan infrastruktur yang jarang memperhatikan sarakan (baca: lingkungan) sekitar.
Kondisi di atas, tidak semestinya diabaikan oleh para pemerintah agar tercipta
pembangunan yang menghasilkan income ekonomi di satu sisi dan keuntungan ekologis bagi
warga secara berkesinambungan di lain sisi. Maka, konsep pembangunan di Indonesia mesti
menghargai kearifan sistem sosial masyarakat daerah yang semenjak dahulu selalu
berharmoni dengan alam sekitar. Para stakeholders di tiap daerah juga wajib menengok dan
mempraktikkannya untuk kemudian dikontekstualisasi sehingga mewujud dalam bentuk
pembangunan berkelanjutan. Alhasil, income pendapatan ekonomi yang diperoleh warga
tidak sesaat, melainkan terus-menerus (sustainable) sampai terwariskan pada anak cucu.
Sebab, kita juga tahu bahwa kekayaan ekologis merupakan titipan anak cucu kita dan mesti
dipelihara agar kelak mereka dapat bersenyum ria pada kehidupan. Tidak bermuram durja,
apalagi bila sampai berusaha mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri akibat kemiskinan
yang diderita.

D. Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Pelestarian Lingkungan


Konservasi sumber daya alam hayati dimaksudkan sebagai upaya pengelolaan sumber
daya alam hayati yang pemanfaatannya senantiasa memperhitungkan kelangsungan
persediaannya dengan tetap memelihara serta meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya. Tujuan melakukan konservasi tersebut adalah untuk mengusahakan terwujudnya
kelestarian sumber daya alam dan keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih
mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mutu kehidupan manusia
(Dephut, 1990). Strategi yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan
tiga P (3P), yaitu :

1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan;


2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar beserta
ekosistemnya;
3. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Proses perlindungan, pengawetan dapat dilakukan di kawasan konservasi, taman


hutan raya, dan taman wisata alam; mengingat kawasan konservasi itu adalah kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi (Dephut, 1990). Dari ketiga strategi tersebut satu dengan lainnya
sangat berkait, sehingga untuk mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya harus dilakukan bersama-sama. Artinya kalau yang dilakukan hanya satu aspek,
misalnya perlindungan saja tanpa dibarengi dengan pengawetan dan pemanfaatan, maka akan
menimbulkan resiko biaya pengelolaan yang sangat tinggi, dengan tanpa memperoleh hasil.
Sebaliknya, jika kegiatan tersebut hanya memfokuskan pada aspek pemanfaatan dengan
tanpa memperhatikan pada perlindungan dan pengawetan, maka yang akan terjadi tentu saja
pemusnahan sumber daya alam hayati tersebut. Kegiatan konservasi sumber daya alam dan
ekosistemnya ini meliputi tiga kegiatan sebagaimana yang telah diutarakan di atas, yaitu
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis, dan
pemanfaatan sumber daya alam secara lestari (Dephut, 1990).
Perlindungan Sistem Penyangga Perlindungan sistem penyangga ini dimaksudkan
untuk memelihara proses ekologi yang dapat menunjang kelangsungan dan mutu kehidupan,
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Cara pemanfaatan wilayah perlindungan dan
sistem penyangga hendaknya senantiasa memperhatikan kelangsungan dan fungsi
perlindungan di wilayah tersebut. Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, maka pengelolaan jenis di luar habitatnya
dapat dilakukan dalam bentuk pemeliharaan, pengembangbiakan, pengkajian, penelitian,
pengembangan rehabilitasi satwa, penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa liar. Untuk
melakukan kegiatan konservasi ex-situ berbagai persyarataan yang perlu dipenuhi, yaitu:
tersedianya tempat yang cukup luas, aman dan nyaman, memenuhi standart kesehatan
tumbuhan dan satwa, serta mempunyai tenaga ahli dalam bidang medis dan pemeliharaan.
Begitu pula kalau ingin melakukan perkembangbiakan jenis di luar habitatnya, maka
persyaratan yang perlu dipenuhi yaitu: dapat menjaga kemurnian jenis dan keanekaragaman
genetik, dapat melakukan penandaan dan sertifikasi, serta dapat membuat buku daftar silsilah
(Dephutbun, 1999b). Ada berbagai kelebihan dan kekurangan dalam penyelenggaraan
kegiatan konservasi ex-situ. Kelebihannya antara lain dapat mencegah kepunahan lokal pada
berbagai jenis tumbuhan akibat adanya bencana alam dan kegiatan manusia, dapat dipakai
untuk arena perkenalan berbagai jenis tumbuhan dan wisata alam bagi masyarakat luas,
berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang berkaitan
dalam kegiatan budidaya jenis hewan dan tumbuhan; sedangkan kelemahannya antara lain,
konservasi ex-situ memerlukan kegiatan eksplorasi dan penelitian terlebih dahulu. Hal ini
dilakukan adalah untuk melihat adanya kecocokan terhadap daerah atau lokasi sebelum
kegiatan tersebut dilakukan; di samping itu pada kegiatan ini dibutuhkan pula dana yang
cukup besar, serta tersedianya tenaga ahli dan orang yang berpengalaman. Pemanfaatan
kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam hendaknya senantiasa tetap menjaga kelestarian
fungsi kawasan, sedangkan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar harus selalu
memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung, keanekaragaman jenis tumbuhan, dan
satwa liar tersebut. Pemanfaatannya dapat dilakukan dalam bentuk pengkajian, penelitian dan
pengembangan, penangkaran, perburuan, perdagangan, peragaan, pertukaran, budidaya
tanaman dan obat-obatan, dan pemeliharaan untuk kesenangan (Dephutbun, 1999b). Khusus
untuk perdagangan jenis tumbuhan dan satwa liar dalam skala kecil dapat dilakukan oleh
masyarakat yang tinggal di dalam atau sekitar kawasan konservasi. Tentu saja jenis tumbuhan
dan satwa liar tersebut adalah yang tidak dilindungi, sedangkan perdagangan dalam skala
besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang telah memperoleh rekomendasi Menteri,
di samping harus memiliki berbagai persyaratan tertentu lainnya (Dephut, 1990). Adanya
perubahan politik dari era sentralistik-otoriter ke desentralistik-demokratis yang ditandai
dengan pelaksanaan otonomi daerah telah membawa dampak semakin tajamnya degradasi
sumber daya alam dan ekosistemnya.
Perubahan tersebut akan mendorong adanya kegiatan yang mengarah pada
perlombaan membangun daerah. Kegiatan tersebut senantiasa bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan daerah sebagai sarana menuju kesejahteraan masyarakat setempat. Keadaan ini
secara langsung atau tidak langsung akan mengakibatkan terjadinya eksploitasi kekayaan
sumber daya alam dan ekosistemnya, sehingga pada gilirannya akan memacu keadaan
lingkungan menjadi berada pada taraf membahayakan kehidupan masyarakat. Terjadinya
penurunan kualitas sumber daya alam ini merupakan suatu indikasi adanya
ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia dengan ketersediaan sumber daya alam.
Adanya peraturan pemerintah yang kurang memberikan penekanan pada upaya pelestarian
sumber daya alam, dan lebih memprioritaskan perolehan pendapatan belaka, maka dapat
membawa dampak yang sulit dihindari dalam pengelolaan sumber daya alam dan
ekosistemnya. Sebagaimana data yang terjadi dewasa ini menunjukkan bahwalaju
pengurangan luas hutan di pulau Sumatera mencapai 2 % per tahun, di pulau Jawa mencapai
0,42 % per tahun, di pulau Kalimantan mencapai 0,94 % per tahun, di pulau Sulawesi
mencapai 1 % per tahun, dan di Irian Jaya mencapai 0,7 % per tahun. Adanya pengurangan
luas hutan tersebut terjadi akibat proses laju penurunan mutu hutan (degradasi) dan
pengundulan hutan (deforestasi). Terjadinya degradasi dan deforestasi hutan tersebut telah
memberikan implikasi yang sangat luas dan mengkhawatirkan bagi kehidupan masa depan
manusia.
Ada berbagai masalah yang akan terjadi pada sumber daya alam dan ekosistemnya,
jika dalam penjabaran dan pelaksanaan otonomi daerah tersebut tidak ditangani secara hati-
hati. Masalah yang akan muncul tersebut akan berupa degradasi sumber daya alam dan
ekosistemnya. Sebagai contoh adanya degradasi sumber daya kelautan, sumber daya sungai
dan alirannya, sumber daya hutan, serta adanya berbagai dampak pencemaran akibat aktivitas
pembangunan ekonomi antar daerah, dan lain-lain. Oleh sebab itu, sumber daya alam yang
semula menjadi sumber utama bagi peningkatan pendapatan daerah, jika pemanfaatannya
dalam jangka panjang tidak disertai dengan dukungan kebijakan yang mengarah kepada
upaya perbaikan dan memperhatikan pelestarian sumber daya alam, maka hal tersebut sudah
dapat diduga akan menjadi sumber konflik antar pemerintah daerah di masa yang akan
datang. Di awal era reformasi, terlihat gejala makin cepatnya degradasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya. Di berbagai daerah telah terjadi perusakan hutan, baik hutan
lindung, hutan peyangga, hutan tanaman industri, dan kawasan konservasi. Rusaknya hutan,
berarti telah terjadi kerusakan dan kepunahan keanekaragaman hayati, baik itu tumbuhan
maupun satwa langka. Juga berbagai macam perusakan baik di laut, daerah aliran sungai,
pertambangan, tanah, udara, dan air. Peristiwa tersebut telah terjadi secara merata di berbagai
wilayah di Indonesia dengan akibat yang akan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Menyikapi fenomena degradasi sumber daya alam hayati bersamaan dengan pelaksanaan
otonomi daerah saat ini, maka diperlukan kesadaran kolektif dan serentak pada semua lapisan
masyarakat, baik para penyelenggara pemerintahan, pelaku ekonomi, dan masyarakat pada
umumnya untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Saat ini kita telah merasakan
semangat pembaruan yang semakin tampil dengan wajah kebebasan yang tidak jelas batas-
batas dan arahnya. Hampir semua aspek kehidupan sekarang telah dilanda gejala tersebut,
termasuk kebebasan pemanfaatan sumber daya alam yang cenderung mengarah pada
perusakan dan degradasi sumber daya alam itu sendiri. Oleh karena itu, dalam
penyelenggaraan otonomi daerah, memang dituntut untuk dapat menggali potensi agar dapat
menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, tetapi bukan berarti bahwa kebebasan
menggali potensi ini adalah merusak sumber daya alam yang ada. Pelaksanaan otonomi
daerah tidak perlu terpaku pada perjuangan untuk memanfaatkan sumber daya alam dan
ekosistemnya, jika nantinya yang akan menanggung segala kerugiannya adalah masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Konservasi
Pada awalnya, upaya konservasi di dunia ini telah dimulai sejak ribuan tahun yang
lalu. Naluri manusia untuk mempertahankan hidup dan berinteraksi dengan alam dilakukan
antara lain dengan cara berburu, yang merupakan suatu kegiatan baik sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan hidup, ataupun sebagai suatu hobi/hiburan. Di Asia Timur, konservasi
sumber daya alam hayati dimulai saat Raja Asoka (252 SM) memerintah, dimana pada saat
itu diumumkan bahwa perlu dilakukan perlindungan terhadap binatang liar, ikan dan
hutan.Sedangkan di Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah memerintahkan para
pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku berjudul Doomsday Book yang berisi
inventarisasi dari sumber daya alam milik kerajaan. Kebijakan kedua raja tersebut dapat
disimpulkan sebagai suatu bentuk konservasi sumberdaya alam hayati pada masa tersebut
dimana Raja Asoka melakukan konservasi untuk kegiatan pengawetan, sedangkan Raja
William I melakukan pengelolaan sumber daya alam hayati atas dasar adanya data yang
akurat. Namun dari sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa bahkan sejak jaman dahulu, konsep
konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun konsep konservasi tersebut
masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno
konservasi yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana konsep
modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumber daya
alam secara bijaksana.
Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata
con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara
apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini
dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang
mengemukakan tentang konsep konservasi. Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi
merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih
buruk daripada saat sekarang.Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi
dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumber daya alam
untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumber daya
alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.

B. Kebijaksanaan Nasional Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup


Kebijakan nasional lingkungan hidup merupakan nilai-nilai dasar dalam pelestarian
lingkungan yang terdiri butir-butir sebagai berikut :
Pelestarian lingkungan dilaksanakan berdasarkan konsep Pembangunan Berkelanjutan
yaitu pembangunan yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan manusia saat ini, tanpa
mengurangi potensi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan manusia pada generasi-generasi
mendatang. Pembangunan berkelanjutan didasarkan atas kesejahteraan masyarakat serta
keadilan dalam jangka waktu pendek, menengah dan panjang dengan keseimbangan
pertumbuhan ekonomi, dinamika sosial dan pelestarian lingkungan hidup. Fungsi lingkungan
perlu dilestarikan demi kepentingan manusia baik dalam jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang. Pengambilan keputusan dalam pembangunan perlu memperhatikan
pertimbangan daya dukung lingkungan sesuai fungsinya.
Daya dukung lingkungan menjadi kendala (constraint) dalam pengambilan keputusan
dan prinsip ini perlu dilakukan secara kontinyu dan konsekuen. Pemanfaatan sumber daya
alam tak terpulihkan perlu memperhatikan kebutuhan antar generasi. Pemanfaatan sumber
daya alam terpulihkan perlu mempertahankan daya pemulihannya. Setiap warga negara
mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat dan berkewajiban untuk
melestarikan lingkungan. Oleh karenanya, setiap warga negara mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi lingkungan yang benar, lengkap dan mutakhir. Dalam pelestarian
lingkungan, usaha pencegahan lebih diutamakan daripada usaha penanggulangan dan
pemulihan. Kualitas lingkungan ditetapkan berdasarkan fungsinya. Pencemaran dan
kerusakan lingkungan perlu dihindari bila sampai terjadi pencemaran dan perusakan
lingkungan, maka diadakan penanggulangan dan pemulihan dengan tanggung jawab pada
pihak yang menyebabkannya. Pelestarian lingkungan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip
pelestarian melalui pendekatan manajemen yang layak dengan sistem pertanggung jawaban.

D. Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Pelestarian Lingkungan


Konservasi sumber daya alam hayati dimaksudkan sebagai upaya pengelolaan sumber
daya alam hayati yang pemanfaatannya senantiasa memperhitungkan kelangsungan
persediaannya dengan tetap memelihara serta meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya. Tujuan melakukan konservasi tersebut adalah untuk mengusahakan terwujudnya
kelestarian sumber daya alam dan keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih
mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mutu kehidupan manusia
(Dephut, 1990). Strategi yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan
tiga P (3P), yaitu :
4. Perlindungan sistem penyangga kehidupan;
5. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar beserta
ekosistemnya;
6. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Proses perlindungan, pengawetan dapat dilakukan di kawasan konservasi, taman


hutan raya, dan taman wisata alam; mengingat kawasan konservasi itu adalah kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi (Dephut, 1990). Dari ketiga strategi tersebut satu dengan lainnya
sangat berkait, sehingga untuk mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya harus dilakukan bersama-sama. Artinya jika dilakukan hanya satu aspek,
misalnya hanya pada perlindungan saja tanpa dibarengi dengan pengawetan dan
pemanfaatan, maka akan menimbulkan resiko biaya pengelolaan yang sangat tinggi, dengan
tanpa memperoleh hasil. Sebaliknya, jika kegiatan tersebut hanya memfokuskan pada aspek
pemanfaatan dengan tanpa memperhatikan pada perlindungan dan pengawetan, maka yang
akan terjadi tentu saja pemusnahan sumber daya alam hayati tersebut. Kegiatan konservasi
sumber daya alam dan ekosistemnya ini meliputi tiga kegiatan sebagaimana yang telah
diutarakan di atas, yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis, dan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari (Dephut, 1990).
Perlindungan Sistem Penyangga Perlindungan sistem penyangga ini dimaksudkan
untuk memelihara proses ekologi yang dapat menunjang kelangsungan dan mutu kehidupan,
serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Cara pemanfaatan wilayah perlindungan dan
sistem penyangga hendaknya senantiasa memperhatikan kelangsungan dan fungsi
perlindungan di wilayah tersebut. Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, maka pengelolaan jenis di luar habitatnya
dapat dilakukan dalam bentuk pemeliharaan, pengembangbiakan, pengkajian, penelitian,
pengembangan rehabilitasi satwa, penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa liar. Untuk
melakukan kegiatan konservasi ex-situ berbagai persyarataan yang perlu dipenuhi, yaitu:
tersedianya tempat yang cukup luas, aman dan nyaman, memenuhi standart kesehatan
tumbuhan dan satwa, serta mempunyai tenaga ahli dalam bidang medis dan pemeliharaan.
Begitu pula kalau ingin melakukan perkembangbiakan jenis di luar habitatnya, maka
persyaratan yang perlu dipenuhi yaitu: dapat menjaga kemurnian jenis dan keanekaragaman
genetik, dapat melakukan penandaan dan sertifikasi, serta dapat membuat buku daftar silsilah
(Dephutbun, 1999b).
Ada berbagai kelebihan dan kekurangan dalam penyelenggaraan kegiatan konservasi
ex-situ. Kelebihannya antara lain dapat mencegah kepunahan lokal pada berbagai jenis
tumbuhan akibat adanya bencana alam dan kegiatan manusia, dapat dipakai untuk arena
perkenalan berbagai jenis tumbuhan dan wisata alam bagi masyarakat luas, berguna untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang berkaitan dalam kegiatan
budidaya jenis hewan dan tumbuhan; sedangkan kelemahannya antara lain, konservasi ex-situ
memerlukan kegiatan eksplorasi dan penelitian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan adalah
untuk melihat adanya kecocokan terhadap daerah atau lokasi sebelum kegiatan tersebut
dilakukan; di samping itu pada kegiatan ini dibutuhkan pula dana yang cukup besar, serta
tersedianya tenaga ahli dan orang yang berpengalaman. Pemanfaatan kondisi lingkungan
kawasan pelestarian alam hendaknya senantiasa tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan,
sedangkan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar harus selalu memperhatikan
kelangsungan potensi, daya dukung, keanekaragaman jenis tumbuhan, dan satwa liar tersebut.
Pemanfaatannya dapat dilakukan dalam bentuk pengkajian, penelitian dan pengembangan,
penangkaran, perburuan, perdagangan, peragaan, pertukaran, budidaya tanaman dan obat-
obatan, dan pemeliharaan untuk kesenangan (Dephutbun, 1999b).
Khusus untuk perdagangan jenis tumbuhan dan satwa liar dalam skala kecil dapat
dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di dalam atau sekitar kawasan konservasi. Tentu saja
jenis tumbuhan dan satwa liar tersebut adalah yang tidak dilindungi, sedangkan perdagangan
dalam skala besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang telah memperoleh
rekomendasi Menteri, di samping harus memiliki berbagai persyaratan tertentu lainnya
(Dephut, 1990). Adanya perubahan politik dari era sentralistik-otoriter ke desentralistik-
demokratis yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah telah membawa dampak
semakin tajamnya degradasi sumber daya alam dan ekosistemnya.
Perubahan tersebut akan mendorong adanya kegiatan yang mengarah pada
perlombaan membangun daerah. Kegiatan tersebut senantiasa bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan daerah sebagai sarana menuju kesejahteraan masyarakat setempat. Keadaan ini
secara langsung atau tidak langsung akan mengakibatkan terjadinya eksploitasi kekayaan
sumber daya alam dan ekosistemnya, sehingga pada gilirannya akan memacu keadaan
lingkungan menjadi berada pada taraf membahayakan kehidupan masyarakat. Terjadinya
penurunan kualitas sumber daya alam ini merupakan suatu indikasi adanya
ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia dengan ketersediaan sumber daya alam.
Adanya peraturan pemerintah yang kurang memberikan penekanan pada upaya pelestarian
sumber daya alam, dan lebih memprioritaskan perolehan pendapatan belaka, maka dapat
membawa dampak yang sulit dihindari dalam pengelolaan sumber daya alam dan
ekosistemnya. Sebagaimana data yang terjadi dewasa ini menunjukkan bahwalaju
pengurangan luas hutan di pulau Sumatera mencapai 2 % per tahun, di pulau Jawa mencapai
0,42 % per tahun, di pulau Kalimantan mencapai 0,94 % per tahun, di pulau Sulawesi
mencapai 1 % per tahun, dan di Irian Jaya mencapai 0,7 % per tahun. Adanya pengurangan
luas hutan tersebut terjadi akibat proses laju penurunan mutu hutan (degradasi) dan
pengundulan hutan (deforestasi). Terjadinya degradasi dan deforestasi hutan tersebut telah
memberikan implikasi yang sangat luas dan mengkhawatirkan bagi kehidupan masa depan
manusia.
Ada berbagai masalah yang akan terjadi pada sumber daya alam dan ekosistemnya,
jika dalam penjabaran dan pelaksanaan otonomi daerah tersebut tidak ditangani secara hati-
hati. Masalah yang akan muncul tersebut akan berupa degradasi sumber daya alam dan
ekosistemnya. Sebagai contoh adanya degradasi sumber daya kelautan, sumber daya sungai
dan alirannya, sumber daya hutan, serta adanya berbagai dampak pencemaran akibat aktivitas
pembangunan ekonomi antar daerah, dan lain-lain. Oleh sebab itu, sumber daya alam yang
semula menjadi sumber utama bagi peningkatan pendapatan daerah, jika pemanfaatannya
dalam jangka panjang tidak disertai dengan dukungan kebijakan yang mengarah kepada
upaya perbaikan dan memperhatikan pelestarian sumber daya alam, maka hal tersebut sudah
dapat diduga akan menjadi sumber konflik antar pemerintah daerah di masa yang akan
datang. Di awal era reformasi, terlihat gejala makin cepatnya degradasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya. Di berbagai daerah telah terjadi perusakan hutan, baik hutan
lindung, hutan peyangga, hutan tanaman industri, dan kawasan konservasi. Rusaknya hutan,
berarti telah terjadi kerusakan dan kepunahan keanekaragaman hayati, baik itu tumbuhan
maupun satwa langka. Juga berbagai macam perusakan baik di laut, daerah aliran sungai,
pertambangan, tanah, udara, dan air. Peristiwa tersebut telah terjadi secara merata di berbagai
wilayah di Indonesia dengan akibat yang akan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Menyikapi fenomena degradasi sumber daya alam hayati bersamaan dengan pelaksanaan
otonomi daerah saat ini, maka diperlukan kesadaran kolektif dan serentak pada semua lapisan
masyarakat, baik para penyelenggara pemerintahan, pelaku ekonomi, dan masyarakat pada
umumnya untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Saat ini kita telah merasakan
semangat pembaruan yang semakin tampil dengan wajah kebebasan yang tidak jelas batas-
batas dan arahnya. Hampir semua aspek kehidupan sekarang telah dilanda gejala tersebut,
termasuk kebebasan pemanfaatan sumber daya alam yang cenderung mengarah pada
perusakan dan degradasi sumber daya alam itu sendiri. Oleh karena itu, dalam
penyelenggaraan otonomi daerah, memang dituntut untuk dapat menggali potensi agar dapat
menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, tetapi bukan berarti bahwa kebebasan
menggali potensi ini adalah merusak sumber daya alam yang ada. Pelaksanaan otonomi
daerah tidak perlu terpaku pada perjuangan untuk memanfaatkan sumber daya alam dan
ekosistemnya, jika nantinya yang akan menanggung segala kerugiannya adalah masyarakat.

BAB IIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa upaya konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya akan sia-sia, bila hal tersebut tidak disertai dengan upaya
pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dapat meliputi
peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam
hayati tersebut. Strategi yang efektif dalam upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan
melalui suatu kegiatan kerjasama antara pihak Kawasan Konservasi, Perguruan Tinggi, dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Diharapkan dari upaya ini masyarakat dapat berperan
aktif dalam kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga pada
akhirnya kesejahteraan masyarakat dapat meningkat pula. Kegiatan penyelamatan lingkungan
harus membawa kesejahteraan bagi masyarakat yang ada di sekitar kawasan konservasi.
Konservasi lingkungan yang meninggalkan masyarakat lokal hanya akan menimbulkan
konflik dan berujung pada kegagalan program konservasi. Karena itu, kepentingan
masyarakat harus diakomodasi dengan menjadikan mereka mitra konservasi. Tujuan
konservasi alam tidak akan tercapai tanpa kerja sama dengan masyarakat lokal karena mereka
sangat tergantung pada sumber daya alam. Masyarakat harus tetap memperoleh keuntungan
ekonomi dan sosial dari kegiatan konservasi itu.
Kegiatan pelestarian lingkungan akan berhasil bila masyarakat lokal merasakan manfaat dari
kegiatan itu secara langsung. Selama ini kegiatan konservasi lingkungan selalu diikuti konflik
antara masyarakat dan pengelola kawasan konservasi. Masyarakat di sekitar kawasan yang
selama ini bergantung pada sumber daya alam tiba-tiba terputus aksesnya untuk memperoleh
penghidupan dari alam. Manfaat kawasan konservasi bagi masyarakat akan semakin tegas
bila didukung kebijakan pemerintah dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan dan
manajemen kolaborasi. Dalam manajemen kolaborasi, masyarakat dan semua pihak terkait
berbagi peran dalam pengelolaan kawasan. Mekanisme ini bisa meningkatkan akuntabilitas
dan efektivitas pengelolaan kawasan. Penerapan jasa lingkungan merupakan salah satu cara
pemberian imbalan yang layak bagi masyarakat konservasi. Sebagai contoh adalah
mekanisme pembayaran jasa lingkungan di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Perusahaan
Daerah Air Minum di sana membayar jasa lingkungan ke petani yang telah menjaga hutan di
daerah tangkapan air Gunung Rinjani. Wacana pembayaran jasa lingkungan seperti ini harus
terus diangkat. Kita sering tidak memikirkan dari mana air yang kita minum selama ini.
Bagaimana jika tidak ada masyarakat yang menjaga hutan di daerah tangkapan air. Langkah
lain yang penting dilakukan adalah meminta kontribusi dan penghargaan dari kelompok
masyarakat penerima manfaat langsung kegiatan konservasi untuk ikut menanggung biaya
konservasi. Hingga saat ini, sebut saja konsumen air minum PDAM maupun air botolan,
belum menghargai dan membayar jasa keberadaan kawasan konservasi dan upaya tani-hutan
di daerah tangkapan air dalam mengkonservasi wilayah tersebut. Imbal balik ekonomi dari
kegiatan konservasi tersebut membutuhkan peningkatan kapasitas masyarakat. Daya tawar
masyarakat harus ditingkatkan melalui berbagai pelatihan dan fasilitasi ke pemerintah.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber Daya Alam merupakan kekayaan bumi yang memiliki peranan penting dalam
kehidupanmasyarakat. Sebagai salah satu sumber penting pembiayaan pembangunan,
sumber daya alam yang ada dewasa ini masih belum dirasakan manfaatnya secara nyata oleh
sebagian besar masyarakat. Pengelolaan sumber daya alam tersebut belum memenuhi prinsip-
prinsip keadilan dan keberlanjutan. Selain itu lingkungan hidup juga menerima beban
pencemaran yang tinggi akibat pemanfaatan sumber daya alam dan aktivitas manusia lainnya
yang tidak memperhatikan pelestarian lingkungan.
Persebaran sumber daya alam tidak selamanya melimpah. Ada beberapa sumber daya
alam yang terbatas jumlahnya, kadang-kadang dalam proses pembentukannya membutuhkan
jangka waktu yang relatif lama dan tidak dapat di tunggu oleh tiga atau empat generasi
keturunan manusia. Oleh sebab itu, ada dua jenis Sumber Daya Alam yaitu Sumber Daya
Alam yang dapat di perbaharui dan Sumber Daya Alam yang tidak dapat di perbaharui.
Alam memiliki kemampuan untuk memberikan kehidupan bagi penduduk dunia. Potensi
yang ada pada alam untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang sering disebut dengan
natural resources bumi dengan segala isinya yang terkandung di dalamnya disebut dengan
alam dunia.
Alam adalah sumber daya manusia yang sangat berlimpah, dari alam lah kita dapat
bertahan hidup untuk makan sehari-hari, di alam terdapat banyak sumber daya yang dapat
menguntungkan manusia, mulai dari padi, buah-buahan, ubi-ubian itu adalah sumber daya
pangan yang kita peroleh sehari-hari. Selain sumber pangan ada banyak sumber alam yang
berharga lainya diantaranya adalah bahan bakar minyak (BBM), BBM adalah salah satu alat
kerja manusia untuk mendapatkan pangan sehari-hari, misalnya mesin traktor di gunakan
untuk membajak sawah, tanpa BBM traktor tidak akan jalan, dan sawah tidak akan terurus,
dan sumber daya pangan padi tidak akan bisa di dapat. Itulah di antaranya, sumber daya alam
adalah sesuatu yang sangat berharga di dunia ini, maka dari itu cintailah alam kita, apalagi
kita orang indonesia dengan sumber daya alam yang kaya, sayangilah alam kita, jangan
sampai merusak nya dengan menebang pohon sembarangan, buang sampah sembarangan,
bakar hutan sembarangan dan masih banyak lagi hal yang perlu kita hindari guna untuk
menjaga alam kita tetap subur.
Dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia perlu berdasar pada prinsip
ekoefisiensi. Artinya tidak merusak ekosistem, pengambilan secara efisien dalam memikirkan
kelanjutan SDM. Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan pada terwujudnya keberadaan
sumber daya alam untuk mendukung kesejahteraan manusia. Maka prioritas utama
pengelolaan adalah upaya pelestarian lingkungan, supaya dapat mendukung kehidupan
makhluk hidup. Bila sumber daya alam rusak atau musnah kehidupan bisa terganggu.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut :


5. Sumberdaya alam hayati apa saja yang tersedia di Indonesia?
6. Kelangkaan sumberdaya alam hayati apa saja yang terjadi di Indonesia ?
7. Apa saja factor-faktor penyebab kelangkaan sumberdaya alam hayati di Indonesia ?
8. Bagaimana cara mengatasi kelangkaan sumberdaya alam hayati di Indonesia?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Agar dapat mengetahui sumberdaya hayati yang tersedia di Indonesia
2. Agar dapat mengetahui kelangkaan sumberdaya alam hayati yang terjadi di Indonesia
9. Agar dapat mengetahui factor-faktor penyebab kelangkaan sumberdaya alam hayati di
Indonesia
3. Agar dapat mengetahui cara mengatasi kelangkaan sumberdaya alam hayati di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Ketersediaan Sumberdaya Hayati di Indonesia


Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di dunia
setelah Brazil. Fakta tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman sumber daya alam
hayati yang dimiliki Indonesia dan hal ini, berdasarkan Protokol Nagoya, akan menjadi
tulang punggung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan (green economy). Protokol
Nagoya sendiri merumuskan tentang pemberian akses dan pembagian keuntungan secara adil
dan merata antara pihak pengelola dengan negara pemilik sumber daya alam hayati, serta
memuat penjelasan mengenai mekanisme pemanfaatan kekayaan sumber daya alam tersebut.
Kekayaan alam di Indonesia yang melimpah terbentuk oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Dilihat dari sisi astronomi, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki curah hujan
yang tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat hidup dan tumbuh dengan cepat.
2. Dilihat dari sisi geologi, Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga
banyak terbentuk pegunungan yang kaya akan mineral.
3. Daerah perairan di Indonesia kaya sumber makanan bagi berbagai jenis tanaman dan hewan
laut, serta mengandung juga berbagai jenis sumber mineral.
Tingginya tingkat biodiversitas Indonesia ditunjukkan dengan adanya 10% dari
tanaman berbunga yang dikenal di dunia dapat ditemukan di Indonesia, 12% dari mamalia,
16% dari hewan reptil, 17% dari burung, 18% dari jenis terumbu karang, dan 25% dari hewan
laut. Di bidang agrikultur, Indonesia juga terkenal atas kekayaan tanaman perkebunannya,
seperti biji coklat, karet, kelapa sawit, cengkeh, dan bahkan kayu yang banyak diantaranya
menempati urutan atas dari segi produksinya di dunia.
Sumber daya alam di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan hayatinya saja. Berbagai
daerah di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil berbagai jenis bahan tambang, seperti
petroleum, timah, gas alam, nikel, tembaga, bauksit, timah, batu bara, emas, dan perak. Di
samping itu, Indonesia juga memiliki tanah yang subur dan baik digunakan untuk berbagai
jenis tanaman. Wilayah perairan yang mencapai 7,9 juta km 2juga menyediakan potensi alam
yang sangat besar.
Sumber daya alam memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan manusia
diantaranya adalah sumberdaya yang dpat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui.

1. Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui

Tumbuhan
Tumbuhan merupakan sumber daya alam yang sangat beragam dan melimpah.
Organisme ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen dan pati melalui proses
fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen atau penyusun dasar rantai
makanan. Eksploitasi tumbuhan yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan bahkan
kepunahan dan hal ini akan berdampak pada rusaknya rantai makanan Kerusakan yang terjadi
karena punahnya salah satu faktor dari rantai makanan akan berakibat punahnya konsumen
tingkat di atasnya Pemanfaatan tumbuhan oleh manusia diantaranya
Bahan makanan: padi, jagung, gandum, tebu
Bahan bangungan: kayu jati, kayu mahoni
Bahan bakar (biosolar): kelapa sawit
Obat: jahe, daun binahong, kina, mahkota dewa
Pupuk kompos

Pertanian dan perkebunan


Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia
mempunyai pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam. Data statistik pada tahun
2001 menunjukkan bahwa 45% penduduk Indonesia bekerja di bidang agrikultur. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa negara ini memiliki lahan seluas lebih dari 31 juta ha yang
telah siap tanam, dimana sebagian besarnya dapat ditemukan di Pulau Jawa. Pertanian di
Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain padi,
jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong. Di samping itu, Indonesia juga
dikenal dengan hasil perkebunannya, antara lain karet (bahan baku ban), kelapa sawit (bahan
baku minyak goreng), tembakau (bahan baku obat dan rokok), kapas (bahan baku tekstil),
kopi (bahan minuman), dan tebu (bahan baku gula pasir).

Hewan, Peternakan, Dan Perikanan


Sumber daya alam hewan dapat berupa hewan liar maupun hewan yang sudah
dibudidayakan. Pemanfaatannya dapat sebagai pembantu pekerjaan berat manusia, seperti
kerbau dan kuda atau sebagai sumber bahan pangan, seperti unggas dan sapi. Untuk menjaga
keberlanjutannya, terutama untuk satwa langka, pelestarian secara in situ dan ex situ
terkadang harus dilaksanakan. Pelestarian in situ adalah pelestarian yang dilakukan di habitat
asalnya, sedangkan pelestarian ex situ adalah pelestarian dengan memindahkan hewan
tersebut dari habitatnya ke tempat lain. Untuk memaksimalkan potensinya, manusia
membangun sistem peternakan, dan juga perikanan, untuk lebih memberdayakan sumber
daya hewan.

Kehutanan
Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya. Hutan
merupakan sumber daya alam yang dapat diperbahrui, walaupun dalam waktu yang relatif
lam. Kelestarian hutan mendukung kelestarian sumber daya alam lainnya, seperti pertanian,
perkebunan dan perikanan.
Hutan dapat bermanfaat untuk menahan banjir, membentuk dan mempercepat
pembentukan tanah humus, mengatur tata air, melindungi terjadinya erosi tanah, dan
pencegah terjadinya longsor lahan. Selain itu, hutan dapat berfungsi ekonomis dan hutan juga
dapat menjadi penghasil komoditas perdagangan. Ekspor hasil hutan dapat menjadi sumber
devisa bagi Negara sehingga mampu mengurangi ketergantungan terhadap minyak dan gas
bumi.

2. Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui


Ialah sumber daya alam yang dapat diusahakan kembali keberadaannya dan dapat
dimanfaatkan secara terus-menerus, contohnya: air, angin, sinar matahari, dan hasil tambang.

Air
Air merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk hidup dan bumi sendiri
didominasi oleh wilayah perairan. Dari total wilayah perairan yang ada, 97% merupakan air
asin (wilayah laut, samudra, dll.) dan hanya 3% yang merupakan air tawar (wilayah sungai,
danau, dll.). Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia, kebutuhan akan air, baik itu
untuk keperluan domestik dan energi, terus meningkat. Air juga digunakan untuk pengairan,
bahan dasar industri minuman, penambangan, dan aset rekreasi. Di bidang energi, teknologi
penggunaan air sebagai sumber listrik sebagai pengganti dari minyak bumi telah dan akan
terus berkembang karena selain terbaharukan, energi yang dihasilkan dari air cenderung tidak
berpolusi dan hal ini akan mengurangi efek rumah kaca.
Angin
Pada era ini, penggunaan minyak bumi, batu bara, dan berbagai jenis bahan bakar
hasil tambang mulai digantikan dengan penggunaan energi yang dihasilkan oleh angin. Angin
mampu menghasilkan energi dengan menggunakan turbin yang pada umumnya diletakkan
dengan ketinggian lebih dari 30 meter di daerah dataran tinggi. Selain sumbernya yang
terbaharukan dan selalu ada, energi yang dihasilkan angin jauh lebih bersih dari residu yang
dihasilkan oleh bahan bakar lain pada umumnya. Beberapa negara yang telah
mengaplikasikan turbin angin sebagai sumber energi alternatif adalah Belanda dan Inggris.

Tanah
Tanah termasuk salah satu sumber daya alam nonhayati yang penting untuk menunjang
pertumbuhan penduduk dan sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis makhluk hidup.
Pertumbuhan tanaman pertanian dan perkebunan secara langsung terkait dengan tingkat
kesuburan dan kualitas tanah. Tanah tersusun atas beberapa komponen, seperti udara, air,
mineral, dan senyawa organik. Pengelolaan sumber daya nonhayati ini menjadi sangat
penting mengingat pesatnya pertambahan penduduk dunia dan kondisi cemaran lingkungan
yang ada sekarang ini.

Hasil Tambang
Sumber daya alam hasil penambangan memiliki beragam fungsi bagi kehidupan
manusia, seperti bahan dasar infrastruktur, kendaraan bermotor, sumber energi, maupun
sebagai perhiasan. Berbagai jenis bahan hasil galian memiliki nilai ekonomi yang besar dan
hal ini memicu eksploitasi sumber daya alam tersebut. Beberapa negara, seperti Indonesia
dan Arab, memiliki pendapatan yang sangat besar dari sektor ini. Jumlahnya sangat terbatas,
oleh karena itu penggunaannya harus dilakukan secara efisien. Beberapa contoh bahan
tambang dan pemanfaatannya, minyak bumi, tambang mas, nikel, tembaga, timah dan lain-
lain.

B. Kelangkaan Sumberdaya Alam Hayati Yang Terjadi di Indonesia

Kelangkaan adalah kondisi dimana kita tidak memiliki cukup sumber daya untuk
memenuhi semua kebutuhan kita. Dengan singkat kata kelangkaan terjadi karena jumlah
kebutuhan lebih banyak dari jumlah barang dan jasa. Kelangkaan bukan berarti segalanya
sulit diperoleh atau ditemukan. Kelangkaan juga diartikan jumlah alat pemenuh kebutuhan
jumlahnya tidak seimbang dengan kebutuhan yang harus di penuhi.
Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang muncul secara
yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pada umumnya. Yang tergolong di
dalamnya tidak hanya komponen dan tetapi juga komponen, seperti berbagai jenis, dan
Inovasi, kemajuan peradaban dan manusia, serta telah membawa manusia pada era
eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan,
terutama pada satu abad belakangan ini. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk
menunjang kebutuhan manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan
beberapa negara seperti, dan berbagai negara di memiliki kekayaan alam hayati atau
nonhayati yang sangat berlimpah. Sebagai contoh, negara di kawasan memiliki persediaan
sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan senyawa
sebesar setengah dari yang ada di bumi. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini
seringkali tidak sejalan dengan perkembangan di negara-negara tersebut.

C. Factor-Faktor Penyebab Kelangkaan Sumberdaya Alam Hayati di Indonesia

Penyebab kelangkaan sumberdaya alam hayati di Indonesia antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Keserakahan manusia untuk mengambil bahan tambang menyebabkan sumberdaya alam
tidak dapat diperbarui cepat habis. Seperti minyak bumi yang penggunaannya makin
meningkat, sedangkan persediaan minyak bumi dalam perut bumi kian menipis.
2. Melakukan penebangan hutan scara berlebihan tanpa upaya untuk melakukan reboisasi dapat
menyebabkan kelangkaan hutan lindung di dunia. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat
hutan merupakan paru-paru dunia.
3. Perburuan liar yang seakin marak menyebabkan beberapa jenis hewan terancam punah dan
mengakibatkan tidak seimbangnya ekosistim. Hal ini diperparah dengan penebangan hutan
secara liar yang mengakibatkan hilangnya habitat berbagai jenis hewan.
4. Populasi manusia meningkat tajam, dengan populasi manusia yang semakin meningkat maka
kebutuhan akan tempat tinggal dan pangan juga semakin meningkat. Hal ini yang
menyebapkan hutan harus rela di tebang untuk di jadikan lahan pemukiman.
5. Peningkatan populasi manusia yang tidak seimbang dengan peningkatan kualitas manusia
tersebut menyebabkan banyak terdapat lingkungan yang kumuh. Akibatnya, air bersih dan
udara bersih menjadi makin langka. Hal ini deperparah dengan pembangunan pabrik yang
tidak sesuai standart dan pengguna kendaraan bermotor yang makin meningkat.
6. Perbedaan letak geografis .Sumber daya alam biasanya tersebar tidak merata di setiap daerah.
Ada daerah yang subur ada juga yang kaya akan bahan tambang. Namun, ada pula daerah
yang gersang atau kekurangan air. Perbadaan ini menyebabkan sumber daya menjadi langka
dan terbatas, terutama bagi daerah yang tidak memiliki sumber daya yang melimpah.

D. Cara Mengatasi Kelangkaan Sumberdaya Alam Hayati di Indonesia

Dewasa ini bangsa kita kian susah mengatasi masalah-masalah terkait kelangkaan
sumberdaya alam hayati, sehingga menjadi masalah bersama bagi kita untuk mengatasi
masalah kelangkaan ini. Dalam mengatasi kelangkaan sumberdaya alam hayati dapat
dilakukan dengan hal- hal berikut ini :

1. Melakukan prinsip konservasi sumber daya alam.


Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural
yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi adalah pemeliharaan dan
perlindungan terhadap sesuatu yang dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan
kemusnahan dengan cara pengawetan. Maka konservasi sumber daya alam dapat diartikan
sebagai pengelolaan sumber daya alam yang dapat menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana dan menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragamannya.
2. Berlaku Arif dan bijaksana dalam memanfaatkan sumber daya alam
Berperilaku Arif dan bijan san adapt dilakukan dengan, memanfaatkan sumber daya
alam dengan efisen dan efektif serta menggali yang belum terangkat. Kegiatan ini perlu
dilakukan agar sumber daya yang ada tidak cepat rusak dan baru dapat dimanfaatkan secara
optimal.
3. Pembangunan berkelanjutan
Merupakan suatu upaya terencana untuk menggunakan dan mengelola segala bentuk
sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan guna
meningkatkan kualitas hidup. Pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Lingkungan dapat mendukung pembangunan secara kontinue karena tersedianya sumber
daya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Ketersediaan sumberdaya alam yang ada di Indonesia antara lain adalah tumbuhan, hewan
hutan, perkebunan, perikanan dan peternakan.
2. Kelangkaan adalah kondisi dimana kita tidak memiliki cukup sumber daya untuk memenuhi
semua kebutuhan kita. Dengan singkat kata kelangkaan terjadi karena jumlah kebutuhan lebih
banyak dari jumlah barang dan jasa.
3. Salahsatu factor penyebab kelangkaan sumberdaya alam hayati di Indonesia adalah
keserakahan manusia untuk mengambil bahan tambang menyebabkan sumberdaya alam tidak
dapat diperbarui cepat habis.
4. Alah satu cara mengatasi kelangkaan sumberdaya alam hayati adalah Konservasi adalah
segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara
dengan baik. Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang
dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara
pengawetan.

B. Saran

Berdasarkan paparan materi diatas saran kami adalah mari ita menjaga sumberdaya
ala mini dengan penuh rasa tanggungjawab pada diri masing-masing, agar menfaat
sumberdaya alam hayati yang dirasakan sekarang masih bisa juga dirasakan pada generai
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Ariwibowo Yoga. 2007. Geografi SMA. Jakarta: Ganeca Exact.


Fauzi Akhmad. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
http:// organisasi.org/ pengertian_sumber-daya-alam-dan-pembegian-macam-jenisnya-biologi. Diakses
tanggal 31/03/2016.
http://id.whikipedia.org/wiki/Sumber_daya_manusia. Online diakses tanggal 31/03/2016.

Makalah Konservasi Lingkungan Hidup

MAKALAH PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP


KONSERVASI LINGKUNGAN HIDUP

DI SUSUN OLEH:
1. ENDANG MUALLIMAH
2. NURUL AINI
3. AKBAR AWANG K.
4. FARISH RISTA MAULANA

DOSEN PENGAMPU:
DRs. SUDARMAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullohi wabarakatuh,


Segala puji bagi Allah Swt tuhan semesta alam, sholawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada Rosulullah Saw. Dengan memanjatkan kehadirat illahi rabbi yang telah memberikan
hidayah serta taufik-Nya kepada kita semua, sehingga makalah ini dapat di selesaikan dengan
baik.
Makalah yang bertema konservasi ini dengan judul Makalah Konservasi ini di susun guna
memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup yang diampu oleh
Bapak Drs. Sudarman.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Sudarman yang telah
membimbing dan mengampu kami dalam proses pembelajaran / kuliah Mata Kuliah Umum
Pendidikan Lingkungan Hidup. Semoga kami dapat mendapatkanilmu yang bermanfaat bagi
pengembangan keilmuan dan kepribadian kami.
Tak lupa, kami juga menyadari dalam penyusunan makalah ini pasti tidak lepas dari
kekurangan dan kesalahan. Baik dari segi isi, tata bahasa, sistematika makalah, dan
sebagainya. Karena itu, kami mohon maaf dengan keterbatasan kami. Kritik dan saran akan
kami terima bila ada yang memberi kritik dan saran.
Akhir kata,
Wassalamualaikum warahmatullohi wabarakatuh

Penyusun,

Semarang, 27 November 2014

DAFTAR ISI

Halaman Muka
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan ......................... 4-6
a. Latar Belakang ...............4
b. Rumusan Masalah ..........5
c. Tujuan .............................5
d. Manfaat ...........................6
Bab II Pembahasan .........................7-22
Bab III Penutup .............................23-24
a. Kesimpulan ...................23
b. Saran dan Kritik ..........24
Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konservasi sumber daya alam adalah penghematan penggunaan sumber daya alam dan
memperlakukannya berdasarkan hukum alam. Pengertian konservasi adalah suatu upaya atau
tindakan untuk menjaga keberadaan sesuatu secara terus menerus berkesinambungan baik
mutu maupun jumlah.
Berdasarkan UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Bab I Pasal I, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.
Pasal 2 perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
Pasal 4 rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

yang selanjutnya disingkat RPPLH adalah perencanaan tertulis yang

memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan

pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu.


Pasal 6 pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk
memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Pasal 16 perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Pasal 17 kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak
langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Pasal 18 konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk
menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
Dan masih banyak lagi peraturan perlindungan dan perngolalaan lingkungan hidup
yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009. Oleh karena itu, kita sebagai Warga Negara
Indonesia haruslah menghargai dan merawat lingkungan hidup tempat di mana kita hidup.
Jangan sampai kita membiarkan lingkungan kita tercemar. Agar anak cucu kita kelak dapat
menikmati lingkungan hidup yang bersih, nyaman, dan menunjang kehidupan manusia di
bumi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian konservasi itu?


2. Apa saja macam-macam konservasi?
3. Dasar hukum apa saja yang melandasi kita harus melakukan konservasi?
4. Apa saja manfaat konservasi?
5. Apa saja tujuan dari konservasi?
6. Apa saja sasaran konservasi?
7. Bagaimana konservasi di Universitas Negeri Semarang?
8. Apa saja program-program UNNES konservasi?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami pengertian konservasi lingkungan hidup


2. Mahasiswa dapat menyebutkan landasan hukum konservasi lingkungan hidup
3. Mahasiswa dapat memahami macam-macam konservasi untuk mewujudkan lingkungan
hidup yang bermutu
4. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat melakukan konservasi lingkungan hidup
5. Mahasiswa dapat memahami tujuan kegiatan konservasi lingkungan hidup
6. Mahasiswa dapat memahami sasaran konservasi
7. Mahasiswa dapat memahami bagaimana konservasi di Universitas Negeri Semarang
danprogram-program yang dijalankan untuk mencapai tujuan universitas konservasi
D. Manfaat

1. Menambah wawasan mahasiswa tentang pewntingnya konservasi lingkungan hidup.


2. Menambah wawasan mahasiswa tentang program-program konservasi lingkungan hidup
yang ada di Universitas Negeri Semarang.
3. Mahasiswa diharapkan dapat ikut berperan serta dalam melaksanakan konservasi baik dalam
lingkuagan sehari-hari, masyarakat dan negara.
4. Mahasiswa dapat lebih mengahargai keberlangsungan lingkungan hidup.

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Konservasi
Konservasi merupakan upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan manfaat
yang dapat diperoleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap
komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan.
Konsep konservasi adalah kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah
dirumuskan dalam program tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengeloalaan suatu
ruang atau tempat atau obyek makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara
dengan baik.
Konservasi sumber daya alam adalah penghematan penggunaan sumber daya alam dan
memperlakukannya berdasarkan hukum alam. Pengertian konservasi adalah suatu upaya atau
tindakan untuk menjaga keberadaan sesuatu secara terus menerus berkesinambungan baik
mutu maupun jumlah.
Sementara, berdasarkan UU. No.32 Tahun 2009, konservasi sumber daya alam adalah
pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta
kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai
serta keanekaragamannya.
Wartaputra (1990) titik tolak konservasi sumberdaya alam hayati bersumber dari strategi
konservasi dunia yang pada tahun 1980 diumumkan di Indonesia (bersama 30 negara lain)
oleh empat orang menteri: Menteri Pertanian, Menteri Penerangan, Menteri RISTEK dan
Menteri PPLH yang mengandung tiga aspek yaitu:
- Perlindungan sistem penyangga kehidupan
Perlindungan proses ekologis sebagai sistem penyangga kehidupan, karena sistem penyangga
kehidupan harus dalam keadaan yang seimbang. Lingkungan asli/alam (sudah dalam
keseimbangan yang stabil) dan lingkungan buatan (dalam keadaan tidak stabil).
- Pengawetan/pelestarian aneka ragam genetik yang ada
Kegunaan pelestarian genetik adalah untuk kesinambungan pembangunan.
- Pelestarian manfaat
Pemanfaatan spesies flora dan fauna sudah banyak dilakukan. Pemanfaatan spesies-spesies
yang tidak dilindungi dapat terjamin dalam keseimbangan alam. Sedangkan pemanfaatan
spesies-spesies yang dilindungi diperlukan peraturan perundang-undangan.
Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan
situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Suatu program
konservasi sedapat mungkin untuk tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perawatannya
tetapi juga bisa mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat
luas.
Berdasarkan UU. No. 5 Tahun 1990 terdapat 3 hal utama yang ada dalam konservasi yaitu: 1)
perlindungan proses-proses ekologis yang penting atau pokok dalam sistem-sistem
penyangga kehidupan, 2) pengawetan keanekaragaman hayati dan plasma nutfah, 3)
pemanfaatan sumberdaya alam hayati secara lestari beserta ekosistemnya.

b. Pengertian Konservasi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam


Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 bab I pasal 2 perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.
Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Daya dukung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup
lain, dan keseimbangan antarkeduanya. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, yang
selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan
nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem. Sumber daya alam
adalah modal dasar pembangunan yang harus dimanfaatkan baik sebagai obyek maupun
subyek pembangunan.
Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

c. Macam-macam Konservasi Lingkungan Hidup

Konservasi secara umum ada dua macam, yaitu:


1. Konservasi Tanah
Konservasi tanah diartiakan sebagai penempatan sebidang tanah pada cara penggunaan yang
sesuai dengan kemampuan lahan tersebut, dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-
syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 1989).Konservasi tanah
merupakan cara menjaga struktur tanah tidak terdispersi dan mengatur kegiatan gerakdan
jumlah aliran permukaan.
Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air. Setiap
perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu
dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu konservasi tanah dan konservasi air
merupakan dua hal yang berhuibungan erat sekali. Berbagai tindakan konservasi tanah adalah
juga tindakan konservasi air. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan
yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak
terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau.
Tujuan utama konservasi tanah adalah untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan produksi
lahan dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap di bawah ambang batas yang
diperkenankan, yang secara teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus lebih kecil atau
sama dengan laju pembentukan tanah. Erosi merupakan proses alam yang sama sekali tidak
dapat dihindari, khususnya untuk lahan pertanian, maka yang dapat dilakukan adalah dengan
mengurangi laju erosi.
Untuk itu maka diperlukan strategi konservasi tanah:
Melindungi tanah dari hantaman air hujan dengan penutup permukaan tanah
Mengurangi aliran permukaan dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi
Meningkatkan stabilitas agregat tanah
Mengurangi kecepatan aliran permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan lahan
Metode konservasi tanah ada tiga, yaitu:
a. Konservasi tanah metode mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan
sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk
memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan
aliran air permukaan (Seloliman, 1997). Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi
tanah dan air di antaranya pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi
mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh
bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan
memberantas gulma (Arsyad, 1989).
Pada prinsipnya konservasi mekanik dalam pengendalian erosi harus selalu diikuti oleh cara
vegetatif, yaitu penggunaan tumbuhan atau tanaman dan penerapan pola tanam yang dapat
menutup permukaan tanah sepanjang tahun. Pengendalian erosi dan aliran permukanaan
merupakan persyaratan utama untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas lahan. Metode
tersebut ditujukan untuk memelihara, mempertahankan dan meningkatkan produktivitas
tanah. Pengendalian erosi dapat dilakukan baik melalui cara vegetatif, mekanik dan kimia.
Tindakan tersebut sangat mendesak untuk dilakukan karena :
Kondisi topografi wilayah dilahan berombak, bergelombang, berbukit dan lereng.
Kondisi curah hujan relatif tinggi.
Terjadinya pemadatan tanah khususnya di lahan menyebabkan rendahnya air hujan
yang terinfiltrasi ke dalam tanah, sehingga terjadi aliran permukaan yang hebat.
Lahan masih terbuka dari terpaan hujan secara langsung.
Metoda konservasi yang dapat dilakukan diantaranya :
Pengolahan tanah
Pembangunan teras.
Pembuatan saluran disepanjang kontur yang berfungsi sebagai saluran air untuk
mengisi persediaan air dalam tanah.
Penanaman tanaman dalam setrip kontur.
Bentuk bentuk konservasi tanah secara mekanik :
1. Teras bangku atau teras tangga
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan
tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga.
Fungsi utama teras bangku adalah:
memperlambat aliran permukaan;
menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai
merusak;
meningkatkan laju infiltrasi tanah dan
mempermudah pengolahan tanah.
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0o dengan bidang
horizontal), miring ke dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang
berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli).
Teras biasanya dibangun di ekosistem lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan, dan berbagai
sistem wanatani.
Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun pada tanah yang permeabilitasnya
rendah, dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi menggenangi bidang olah dan
tidak mengalir ke luar melalui talud di bibir teras. Teras bangku miring ke luar diterapkan di
areal di mana aliran permukaan dan infiltrasi dikendalikan secara bersamaan, misalnya di
areal rawan longsor. Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih mahal
dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring ke luar, karena
memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah.
Efektivitas teras bangku sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan
tanaman penguat teras di bibir dan tampingan teras. Rumput dan legum pohon merupakan
tanaman yang baik untuk digunakan sebagai penguat teras. Tanaman murbei sebagai tanaman
penguat teras banyak ditanam di daerah pengembangan ulat sutra. Teras bangku adakalanya
dapat diperkuat dengan batu yang disusun, khususnya pada tampingan. Model seperti ini
banyak diterapkan di kawasan yang berbatu.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan teras bangku adalah:
Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, tidak dianjurkan pada lahan
dengan kemiringan >40% karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit.
Tidak cocok pada tanah dangkal (<40 cm)
Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin pertanian.
Tidak dianjurkan pada tanah dengan kandungan aluminium dan besi tinggi.
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor.
2. Gulud atau Guludan
Gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di bagian belakang gulud.
Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran. Bagian-bagian dari teras gulud
terdiri atas guludan, saluran air, dan bidang olah
Fungsi dari gulud hampir sama dengan teras bangku, yaitu untuk menahan laju aliran
permukaan dan meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah. Saluran air dibuat untuk
mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah ke saluran pembuangan air. Untuk
meningkatkan efektivitas gulud dalam menanggulangi erosi dan aliran permukaan, guludan
diperkuat dengan tanaman penguat teras. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai
penguat teras bangku juga dapat digunakan sebagai tanaman penguat gulud. Sebagai
kompensasi dari kehilangan luas bidang olah, bidang teras gulud dapat pula ditanami dengan
tanaman bernilai ekonomi (cash crops), misalnya tanaman katuk, cabai rawit, dan sebagainya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud:
- Teras gulud cocok diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, dapat juga pada lahan
dengan kemiringan 40-60% namun relatif kurang efektif.
- Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi, guludan dapat dibuat menurut arah kontur. Pada
tanah yang permeabilitasnya rendah, guludan dibuat miring terhadap kontur, tidak lebih dari
1% ke arah saluran pembuangan. Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera terinfiltrasi ke
dalam tanah dapat tersalurkan ke luar ladang dengan kecepatan rendah.
3. Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman, terutama tanaman
tahunan (lihat gambar). Jenis teras ini biasa dibangun di areal perkebunan atau pertanaman
buah-buahan.
4. Teras kebun
Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanaman pekebunan dan
buah-buahan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam. Pembuatan
teras bertujuan untuk :
meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah,
memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), di antaranya untuk
fasilitas jalan kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun.

b. Konservasi tanah metode vegetatif


Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman
sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini selain untuk
mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah,
menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi
fluktuasi temperatur tanah. Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara
lain: penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak
langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau),
mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah
(Seloliman, 1997). Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah,
tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara
penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun menurut kontur.
Contoh konservasi tanah metode vegetatif:
Penanaman tanaman tumbuhan penutup tanahsecara terus menerus (permanent plant cover)
Penanaman dalam strip (strip cropping)
Penanaman berganda (multilple cropping)
Penanaman bergilir (rotation cropping)
Pemanfaatan mulsa (residue management)
Sistem pertanian hutan (agroforestry)
1.Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang dengan sengaja ditanam untuk melindungi
tanah dari erosi, menambah bahan organic tanah dan sekaligus meningkatkan produktivitas
tanah.
Tanaman penutup tanah ini dapat dikelompokkan menjadi:
Tanaman penutup tanah rendah, jenis rumput-rumputan dan tanaman merambat atau
menjalar yang dipergunakan pada pola penanaman rapat, dalam barisan, untuk keperluan
khusus dalam perlindungan tebing, talud, teras, dinding saluran irigasi maupun drainase.
Tanaman penutup tanah sedang berupa semak, digunakan dalam pola penanaman teratur
diantara barisan tanaman pokok, digunakan dalam barisan pagar, dan ditanam di luar tanaman
pokok yang merupakan sumber mulsa atau pupuk hijau.
Tanaman penutup tanah tinggi, dipergunakan dalam pola penanaman teratur diantara barisan
tanaman pokok, ditanam dalam barisan, dan dipergunakan khusus untuk melindungi tebing
dan penghutanan kembali
Tumbuhan rendah alami (semak dan belukar)
Tumbuhan pengganggu
2. Penanaman dalam strip
Adalah cara bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman yang ditanam berselang seling
dalam strip-strip pada sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau kontur. Cara ini ada
beberapa tipe yaitu:
Penanaman dalam strip menurut garis kontur (Contour strip cropping) susunan strip-strip
harus tepat sejajar dengan kontur dengan urutan pergiliran yang tepat pula
Penanaman dalam strip lapangan (field strip contour) terdiri dari strip-strip tanaman yang
tidak perlu sejajar, namun lebarnya seragam dan disusun melintang/memotong arah lereng
Penanaman dalam strip penyangga (buffer strip cropping) terdiri dari strip-strip rumput atau
leguminosae yang dibuat diantara strip-strip tanaman pokok, strip lebarnya dapat seragam
atau tidak.
3. Penanaman berganda
Berguna meningkatkan produktivitas lahan sambil menyediakan proteksi terhadap tanah dari
erosi. Sistem ini dapat dilakukan baik dengan cara penanaman beruntun, tumpang sari atau
tumpang gilir.
Penanaman beruntun (sequential cropping)
Menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman kedua dan
ketiga ditanam pada saat tanaman pertama panen
Penanaman tumpangsari (inter cropping)
Menggunakan dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam serentak atau bersamaan pada
sebidang tanah baik secara campuran ataupun terpisah dalam baris yang teratur, sistem ini
mampu menekan laju erosi dan aliran permukaan
Penanaman tumpang gilir (relay cropping)
Menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman kedua atau
berikutnya ditanam setelah tanaman pertama berbunga, sehingga apabila tanaman pertama
dipanen, tanaman kedua sudah tumbuh.
Penanaman lorong (allay cropping)
Menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana salah satu jenis
tanaman yang ditanam adalah tanaman non pangan, tanaman pokok ditanam di lorong
diantara tanaman non pokok sebagai pagar, sedangkan fungsi tanaman pagar adalah sebagai
sumber pupuk hijau, dapat mengurangi erosi, sumber kayu bakar dan sumber makanan
ternak.
4. Penggunaan mulsa
Mulsa adalah sisa-sisa tanaman yang disebarkan di atas permukaan tanah. Dari segi
konservasi penggunaan mulsa mempunyai beberapa keuntungan yaitu memberi pelindung
terhadap permukaan tanah dari hantaman air hujan sehingga mengurangi laju erosi,
mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan, memelihara temperatur dan
kelembaban tanah, meningkatkan kemantapan struktur tanah, meningkatkan kandungan
bahan organic tanah dan mengendalikan tanaman pengganggu. Bahan mulsa yang paling baik
adalah tanaman yang sukar lapuk seperti batang jagung, jerami, sorgum.
5. Penghutanan kembali (reboisasi)
Penghutanan kembali merupakan cara yang cocok untuk menurunkan erosi dan aliran
permukaan, terutama jika dilakukan pada bagian hulu daerah tangkapan air untuk mengatur
banjir, secara lebih luas, penghutanan kembali dapat diartikan sebagai usaha untuk
memulihkan dan menghutankan kembali tanah yang mengalami kerusakan fisik, kimia,
maupun biologi, baik secara alami maupun oleh ulah manusia. Tanaman yang digunakan
biasanya tanaman yang bisa mencegah erosi, baik dari segi habitus maupun umur, juga
tanaman keras yang bernilai ekonomi. Dari segi konservasi, tanaman yang dipilih harus
mempunyai perakaran yang kuat, dalam dan luas sehingga membentuk jaringan akar yang
rapat, mempunyai pertumbuhan yang cepat, mempunyai nilai ekonomi dan dapat
memperbaiki kualitas kesuburan.

c. Konservasi tanah metode kimiawi


Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat
kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan
erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal
memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra
dan Sutedjo, 1985). Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar
sekali terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa
tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan
tanaman semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989). Penggunaan bahan-bahan
pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru dibuka sesunggunya
sangat diperlukan mengingat:
Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin yang
memerlukan banyak perlakuan agar dapat didayagunakan dengan efektif.
Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.
Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan,
menyebabkan banyak terangkut atau rusaknya bagian top soil, mengingat pekerjaannya
menggunakan peralatan-peralatan berat seperti traktor, bulldozer dan alat-alat berat lainnya.

2. Konservasi Air
Konservasi air merupakan upaya meresapkan air kedalam tanah, sehingga air dapat masuk
mengisi rongga-rongga dalam tanah dan tanah mampu menyimpan air. Kegiatan konservasi
air megupayakan agar air hujan tidak terlalu cepat dibuang ke laut melalui saluran dan
sungai, namun agar dapat ditahan pada kawasan hulu sungai untuk memperbesar resapan air
ke dalam tanah.persapan air dapat dilakukan secara alamiah maupun buatan, melalui vegetasi
tanaman keras, embung, sumur resapan, ataupun biopori.
Konservasi air yang baik dapat menyimpan air dikala berlebihan dan menggunakan sesedikit
mungkin untuk keperluan yang produktif. Pengertian konservasi air domestik berarti
menggunakan air sesedikit mungkin untuk mandi, mencuci, menggelontor toilet, masak, dan
jenis penggunaan air untuk rumah tangga lainnya. Konservasi air untuk industri berarti
penggunaan air sesedikit mungkin untuk menghasilkan produk. Konservasi air pertanian pada
dasarnya berarti penggunaan air sesedikit mungkin untuk menghasilkan produk pertanian
yang besar (Suripin, 2002). Berbagai upaya konservasi air dilakukan untuk mencapai
keseimbangan antara tingkat pemanfaatan air dengan upaya pelestarian.
Konservasi air dan tanah memiliki fungsi bersama dan berjalan beriringan dalam menjaga
tanah sekaligus memasukkan air ke dalam tanah. Konservasi tanah dan air di Indonesia bukan
merupakan hal baru. Pada masa kerajaan Majapahit, petani telah mengenal sistem
persawahan lengkap dengan pengairan, sistem subak di Bali juga telah dilakukan sejak
zaman kerajaaan. Sistem bertani pada lahan sawah merupakan contoh klasik konservasi yang
dapat berfungsi efektif dalam mempertahankan kesuburan tanah sehingga produktifitas tetap
terjaga.
Manfaat tindakan konservasi air sudah jelas, namun implementasinya kepada masyarakat luas
masih dipertanyakan. Bagaimana agar masyarakat bisa peduli terhadap air, maumelakukan
konservasi air, dan menjadikan konservasi air sebagai kebutuhan yang berkelanjutan.
Contoh bentuk konservasi air dalampertanian adalah:
- Rorak atau lubang resapan air
Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air, dibuat di bidang olah atau saluran
resapan. Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan
menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering, rorak berfungsi sebagai
tempat pemanen air hujan dan aliran permukaan.
Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, misalnya kedalaman 60 cm, lebar 50 cm,
dan panjang berkisar antara 50-200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong
lereng. Jarak ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150 cm,
sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada
lereng yang lebih curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air
atau sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung.
Sesudah periode waktu tertentu, rorak akan terisi oleh tanah atau serasah tanaman. Agar rorak
dapat berfungsi secara terus-menerus, bahan-bahan yang masuk ke rorak perlu diangkat ke
luar atau dibuat rorak yang baru.

d. Tujuan dari kegiatan Konservasi

Tujuan dari kegiatan konservasi, antara lain:


a. Memelihara dan melindungi tempat-tempat yang indah dan berharga, agar tidak hancur atau
berubah sampai batas- batas yang wajar.
b. Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan
menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubsh fungsi bangunanlama dengan
fungsi baru yang dibutuhkan.
c. Melindungi benda-benda cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan cara
membersihkan, memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun khemis secara langsung
dari pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak.
d. Melindungi benda-benda (peninggalan sejarah dan purbakala) dari kerusakan diakibatkan
oleh alam, kimiawi, dan mikroorganisme.

e. Sasaran Konservasi

Sasaran konservasi adalah:


1. Tercapainya keselarasan, keserasian, keseimbangan, antara manusia dan lingkungan hidup
2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap tindak
melindungi dan membina lingkungan hidup.
3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
6. Terlindunginya Indonesia terhadap dampak usaha dan atau kegiatan di luar wilayah negara
yang menyebabkan pencemaran lingkungan dan atau perusakan lingkungan hidup.

f. Konservasi di Universitas Negeri Semarang

Universitas Negeri Semarang (UNNES) merupakan perguruan tinggi negeri yang terus
berkembang. Sebagai konsekuensi perubahan status dari Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) menjadi sebuah universitas, UNNES harus bersedia menjawab setiap
tantangan agar tidak tersingkir dalam persaingan dunia pendidikan yang semakin ketat baik di
tingkat nasional maupun internasional. Sebagai lembaga pendidikan tinggi, UNNES memiliki
peranan pwenting dalam masyarakat, tidak hanya sebagai pendidik bagi pemimpin-pemimpin
di masa depan tetapi juga berpartisipasi aktif dalam pemecahan masalah- masalah baikdi
bidang sosial,ekonomi, maupun lingkungan. Didukung letak dan topografi serta potensi
sumber daya alam dan ekosistem melalui pengembangannya menuju Universitas
Konservasi .
Secara geografis, UNNES terletak di daerah pegunungan dan topografi yang beragam. Secara
administratif, lokasi UNNES termasuk bagian dari wilayah Kecamatan Gunung Pati
Semarang yang sejak dulu telah difungsikan sebagai area resapan air guna menjaga siklus
hidrologi dan penyedia air bagi kehidupan Kota Semarang. Fungsi ini perlu untuk terus dijaga
agar tidak terjadi bencana dan utamanya krisis air di kawasan Kota Semarang dan sekitarnya.
Dalam Peraturan Rektor UNNES Nomor 27 Tahun 2012, disebutkan bahwa Universitas
Konservasi adalah universitas yang dalam pelaksanaan pendidikan, penelelitian, dan
pengabdian masyarakat memiliki konsep yang mengacu pada prinsip prinsip konservasi
(perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari) baik konservasi terhadap sumber
daya alam, lingkungan, ataupun seni dan budaya.
Universitas Negeri Semarang (UNNES) telah mendeklarasikan diri sebagai Universitas
Konservasi sejak tangal 10 Maret 2010. Secara formal, saat ini telah ada Peraturan Rektor
Nomor 22 tahun 2009 tentang Universitas Konservasi dan Peraturan Rektor Nomor 27 tahun
2012 tentang Tata Kelola Kampus Berbasis Konservasi.
Deklarasi UNNES sebagai kampus konservasi berdasarkan berbagai alasan dan
pertimbangan. Secara geografis, UNNES kampus Sekaran berada di pegunungan dengan
topografi yang beragam. Secara administratif, Sekaran termasuk wilayah Kecamatan Gunung
pati Kota Semarang. Wilayah ini merupakan kawasan yang sejak dulu sebagai area resapan
air guna menjaga siklus hidrologi dan penyedia air bagi kehidupan daerah Kota Semarang di
dataran lebih rendah. Fungsi ini perlu terus dijaga agar tidak terjadi bencana, terutama krisis
air. Kampus UNNES yang dikelilingi beberapa tipe habitat seperti hutan, sawah, ladang,
kebun campuran, dan pemukiman, memiliki tingkat keanekaragaman hayati (biodiversity)
baik flora maupun fauna yang relatif tinggi. Selain itu, kawasan perbukitan ini sangat
memungkinkan untuk dimanfaatkan dan didayagunakan bagi pengembangan sumber-sumber
energi terbarukan seperti air, angin, dan sinar matahari ( Sri Ngabekti, Biologi FMIPA
Universitas Negeri Semarang) dalam tulisan Persepsi Mahasiswa Pendidikan Lingkungan
Hidup Terhadap Ketercapaian Unnes Sebagai Kampus Konservasi Untuk Menuju
Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Sri Ngabekti ( Biologi FMIPA, UNNES), langkah pertama yang dilakukan adalah
penyelamatan keanekaragaman hayati dari pengurangan atau kepunahan. Manfaat utama
keanekaragaman hayati adalah fungsi ekologis dan fungsi produktif. Fungsi ekologis
keanekaragaman hayati sangat penting untuk menjaga keseimbangan alam, yang berpengaruh
terhadap kehidupan manusia. Fungsi ekologis ini harus dikonservasi. Dengan meperhatikan
letak, topografi, dan potensi keanekaragaman hayati di kampus sekaran dan sekitarnya.
Selama ini UNNES juga sudah melaksanakan program penghijauan terpadu, baik di kampus
maupun luar kampus. Berbekal pengalaman ini, UNNES dikembangkan menjadi universitas.
Tata kelola Universitas Konservasi ditopang oleh tujuh pilar universita konservasi, yaitu :
1. Konservasi keanekaragaman hayati
2. Arsitektur hijau dan sistem transportasi internal
3. Pengelolaan limbah
4. Kebijakan nirkertas
5. Energi bersih
6. Konservasi etika, seni, dan budaya
7. Kaderisasi konservasi

g. Program Konservasi Universitas Negeri Semarang

UNNES merupakan universitas konservasi, Universitas Konservasi adalah universitas yang


dalam pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat memiliki konsep yang
mengacu pada prinsip-prinsip konservasi (perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan
secara lestari) baik konservasi terhadap sumberdaya alam, lingkungan, dan seni budaya.
UNNES mendeklarasikan diri sebagai Universitas Konservasi atas beberapa pertimbangan
diantaranya karena Kampus Unnes dikelilingi oleh beberapa habitat, yaitu hutan, sawah,
ladang, kebun campuran, dan pemukiman, memiliki tingkat keanekaragaman hayati
(biodiversity) baik flora maupun fauna yang relatif tinggi.
Dalam implementasi Universitas Konservasi Unnes ditopang oleh tujuh pilar konservasi yaitu
:
1. Konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity conservation)
Bertujuan melakukan perlindungan, pengawetan, pemanfaatan, dan pengembangan secara
arif dan berkelanjutan terhadap lingkungan hidup, flora, dan fauna. Program pilar konservasi
keanekaragaman hayati meliputi inventarisasi, monitoring flora dan fauna, kegiatan
pembibitan, penanaman, dan perawatan tanaman.
Konservasi keanekaragaman hayati di UNNES diwujudkan melalui pemeliharaan berbagai
spesies hewan. Beberapa program yang sudah dilakukan UNNES sebagai universitas
konservasi dalam pilar keanekaragan hayati antara lain pengembangan Taman
Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati) dan Rumah Penangkaran Kupu-kupu. Program
tersebut didukung dengan adanya program penghijauan. Contohnya, pada tanggal 20 Oktober
2013, diadakan kegiatan Penghijauan Lahan Kritis di Taman Keanekaragaman Hayati.
Dalam kegiatan ini di tanam beranekaragam hayati yang mempunyai bermacam-macam
fungsi. Salah satu pohon yang ditanam adalah pohon lavender yang berguna membantu agar
burung dapat datang ke taman kehati dan dapat menguatkan tanah sekitar serta menambah
kesuburan tanah. Konservasi keanekaragan hayati ini ditujukan untuk menjaga keseimbangan
lingkungan dan ekosistem.
2. Arsitektur hijau dan sistem transportasi internal (green architectur & internal
transportation)
Bertujuan mengembangkan dan mengelola bangunan dan lingkungan yang mendukung visi
konservasi, serta mewujudkan sistem transportasi internal yang efektif, efisien, dan ramah
lingkungan. Penghijauan yang dilakukan tidak hanya di dalam Kampus, tetapi juga di
berbagai desa binaan sekitar kampus.
Upaya pelaksanaan pilar transportasi internal diwujudkan dengan implementasi kampus
bebas kendaraan bermotor. Dengan kata lain, di UNNES diterapkan budaya bersepeda
ataupun jalan kaki. Untuk transportasi internal kampus UNNES menggunakan bus kampus.
3. Pengelolaan Limbah (waste management)
Bertujuan melakukan pengurangan, pengelolaan, pengawasan terhadap produksi limbah, dan
perbaikan kondisi lingkungan di UNNES untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan
sehat.
Dalam pilar ini, terdapat beberapa program melputi daur ulang kertas, plastik, logam/kaleng,
pengolahan limbah laboratorium, dan pengolahan bunga/daun kering. Sejak tahun 2009 telah
dilakukan pemisahan tempat sampah antara sampah organik dan sampah anorganik di setiap
gedung Unnes. Program kelanjutan dari pemisahan sampah ini adalah adanya pengelolaan
yang berkelanjutan sesuai dengan jenis sampah tersebut, sampah organik dikelola menjadi
pupuk kompos, sedangkan untuk sampah anorganik dilakukan pemilahan untuk dilakukan
daur ulang atau dikirim ke TPA. Selain untuk menjaga kelestarian lingkungan diperlukan pula
pengelolaan lingkungan meliputi pengelolaan sampah, daur ulang sampah organik menjadi
kompos dan perencanaan Unit Pengelolaan Limbah Laboratorium Kimia dan Biologi. Dalam
pengolahan kompos ini warga sekitar lingkungan kampus juga dilibatkan agar terciptanya
lapangan pekerjaan bagi warga sekitar guna mendukung budaya konservasi. Pengembangan
pengolahan kompos ini dilakukan bertahap seiring peningkatan produksi pupuk kompos yang
diproduksi. Kegiatan ini dilakanakan di Rumah Kompos. Rumah Kompos berada tepat di
belakang lapangan softball FIK Unnes, menyediakan berbagai informasi tentang bagaimana
kita mengolah sampah organik untuk menjadi pupuk kompos yang lebih berkualitas. Dengan
adanya rumah kompos ini, masalah dengan daun kering yang terkumpul dari lingkungan
sekitar Unnes pun dapat diatasi. Dalam rumah kompos ini juga diterapkan sistem 5 R yaitu
Reduce, Reuse, Recycle, Replace, Repair.
a. Reduce berarti mengurangi sampah yang dihasilkan atau mengurangi penggunaan
bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan.
b. Reuse berarti menggunakan kembali.
c. Recycle adalah mendaur ulang barang. Paling mudah adalah mendaur ulang sampah
organik, misalnya bekas botol plastik air minum bisa digunakan sebagai pot tanaman atau
bisa juga mendaur ulang kertas bekas untuk digunakan sebagai bahan kerajinan.
d. Replace yaitu mengganti atau menghindari barang yang sekali pakai dengan barang
yang bisa dipakai berulang-ulang.
e. Repair yaitu memperbaiki barang-barang yang rusak agar dapat dipakai kembali.
Gambar Pengolahan Sampah
4. Kebijakan Nirkertas (peperless policy)
Bertujuan menerapkan administrasi dan ketatausahaan berwawasan konservasi secara
efisien. Program pilar kebijakan nirkertas diterapkan melalui optimalisasi sistem berbasis
teknologi informasi, efisien pengunaan kertas, pemanfaatan kertas daur ulang, dan
penggunaan kertas ramah lingkungan. Dalam upaya kebijakan nirkertas menggunakan
teknologi informasi, misalnya penyebaran informasi di lingkungan UNNES secara on line.
Mahasiswa tidak perlu datang ke kampus untuk urusan registrasi ataupun yudisium. Dalam
pembagian tugas dosenpun banyak yang menggunakan E-mail.
5. Energi Bersih (clean energy)
Bertujuan untuk melakukan penghematan energi melalui serangkaian kebijakan dan tindakan
dalam memanfaatkan energi secara bijak, serta pengembangan energi terbaru yang ramah
lingkungan. Pilar energi bersih dilakukan dengan serangkaian kebijakan dan tindakan
memanfaatkan energi secara bijak, serta mengembangkan energi terbaru yang ramah
lingkungan. Yang telah dihasilkan adalah pengembangan biogas dan penggunaan lampu
"solar cell" untuk penerangan jalan dalam kampus.
6. Konservasi Etika, Seni, dan Budaya
Bertujuan untuk menjaga, melestarikan dan mengembangkan etika, seni, dan budaya lokal
untuk menguatkan jati diri bangsa. Program pilar konservasi etika, seni, dan budaya meliputi
penggalian, pemeliharaan, penyemaian, dan pemberian daya hidup etika, seni, dan budaya
lokal melalui pemeliharaan, pendokumentasian, pendidikan, penyebarluasan, dan
mempromosikan unsur-unsurnya. Di bidang budaya, dilakukan konservasi terhadap nilai-
nilai budaya serta pengembangan bahasa daerah, sastra, dan seni daerah. Berbagai UKM
diselenggarakan, yang berkaitan dengan seni dan budaya, misalnya UKM KJ (Unit Kegiatan
Mahasiswa Kesenian Jawa). Sementara untuk konsep konservasi etika mendasarkan pada
pembinaan sifat dan sikap seseorang. Membuat seseorang secara teratur dan sadar mengenai
tata aturan sikap, nilai-nilai, norma-norma, dan pemberdayaannya. Konservasi etika
membangun jiwa seseorang untuk memiliki sikap malu terhadap hal-hal yang tidak
seharusnya dilakukan. Contohnya mentoring (bagi mahasiswa beragama Islam).
7. Kaderisasi Konservasi
Bertujuan menanamkan nilai-nilai konservasi secara berkelanjutan. Program pilar kaderisasi
konservasi meliputi sosialisasi, pelatihan, pendidikan, dan pelaksanaan kegiatan kepada
Warga Unnes untuk menguatkan pemahaman, penghayatan, dan tindakan berbasis konservasi.
Pilar kaderisasi konservasi yang telah dilakukan antara lain melalui pelaksanaan Pendidikan
Lingkungan Hidup, sebagai kuliah wajib bagi mahasiswa seluruh program studi. Mahasiswa
lulusan UNNES diharapkan menjadi kader konservasi di lingkungan keluarga dan masyarakat
dimana dia berasal, maupun dimana dia bekerja.

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan
Berdasarkan UU. No.32 Tahun 2009, konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan
sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya.
Pelestarian lingkunagan hidup dan pengelolaannya diaturdalan UU No. 32 Tahun 2009.
Macam konservasi lingkungan hidup ada 2 macam, yaitu:
1. Konservasi tanah
2. 2. Konservasi air
Metode konservasi tanah dan air ada 3, yaitu;
a. Metode konservasi vegetatif
b. Metode konservasi mekanik
c. Metode konservasi kimiawi
UNNES merupakan universitas konservasi, Universitas Konservasi adalah universitas yang
dalam pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat memiliki konsep yang
mengacu pada prinsip-prinsip konservasi (perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan
secara lestari) baik konservasi terhadap sumberdaya alam, lingkungan, dan seni budaya.
UNNES mendeklarasikan diri sebagai Universitas Konservasi atas beberapa pertimbangan
diantaranya karena Kampus Unnes dikelilingi oleh beberapa habitat, yaitu hutan, sawah,
ladang, kebun campuran, dan pemukiman, memiliki tingkat keanekaragaman hayati
(biodiversity) baik flora maupun fauna yang relatif tinggi.
Tata kelola Universitas Konservasi ditopang oleh tujuh pilar universita konservasi, yaitu :
1. Konservasi keanekaragaman hayati
2. Arsitektur hijau dan sistem transportasi internal
3. Pengelolaan limbah
4. Kebijakan nirkertas
5. Energi bersih
6. Konservasi etika, seni, dan budaya
7. Kaderisasi konservasi

b. Kritik dan saran


Kami menyadari, dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan baik dari segi isi, tata bahasa, sistematika, maupun sumbernya. Karena kami
menyadari, tak ada gading yang tak retak.
Kami membuka sebesar-besrnya kritik dan saran dari para pembaca, semoga dapat
memperbaiki kesalahan penyusunan makalah ini. Dan atas kritik dan saran yang diberikan,
kami sebagai penyusun mengucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.


Phramesti Rubby, Yuliastuti Nani. 2013. Kajian Keberlanjutan Universitas Negeri Semarang
(Unnes) Sebagai kampus konservasi (Studi Kasus UNNES Sekaran, Semarang). Jurnal teknik
PWK Vol. 2; No. 1; 2013; Hal. 183-190.
Suripin. 2002. Kelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi Offset.
http://konservasi.unnes.ac.id
Diakses pada tanggal 27 November 2014
Pada pukul 09:35 WIB

Anda mungkin juga menyukai