Anda di halaman 1dari 2

Nama : Desy Dwikawati

NIM : I24130023
Pengumpulan tugas : Senin, 17 Maret 2014

Review film BRAVE


Merida adalah seorang gadis pemanah yang handal dari Dunbroch, Scotlandia. Ia
putri dari pasangan raja Fergus dan ratu Elinor. Ia mewarisi bakat memanahnya dari sang
ayah, ratu Fergus. Selain memanah, ia juga suka berpetualang. Merida mempunyai tiga orang
adik laki-laki kembar yang lucu, nakal, lincah dan memiliki rambut ikal merah seperti
Merida.
Sesuai tradisi kerajaan, apabila telah tumbuh dewasa raja Fergus dan ratu Elinor akan
menikahkan Merida dengan salah satu dari tiga putra sulung kepala suku utama kerajaan
Dunbroch. Mereka adalah Young MacGuffin, Young Macintosh, dan Wee Dingwall. Mereka
bertiga harus menunjukkan kekuatan dan kehebatannya di hadapan raja, ratu, dan Merida.
Namun, sudah sejak awal Merida menolak menjalankan tradisi kerajaan ini. Ia mempunyai
ide yaitu menantang mereka untuk mengikuti lomba memanah dengan maksud agar ketiga
putra Lord gagal menikahinya. Apabila salah satu dari ketiga putra Lord dapat memanah tepat
di titik sasaran, maka ia menjadi pemenang. Tanpa sengaja, Wee Dingwall berhasil
melesatkan anak panah tepat di titik sasaran.
Saat itu juga Merida yag sedang marah langsung berdiri, mengambil busur panah, dan
melepaskan tiga anak panah secara berturut-turut tepat di dua titik sasaran yang tadinya gagal
disasar oleh Young MacGuffin dan Young Macintosh. Panahan terakhirnya tepat mengenai
sasaran hingga membelah busur panah Wee Dingwall. Akhirnya terjadi pertengkaran hebat
antara ratu Elinor dan Merida hingga ia menyobek lukisan kain keluarganya yang
memisahkan gambar ibunya dan gambarnya dengan ayah dan tiga adiknya. Merida segera
keluar dan melarikan diri ke hutan dengan Angus.
Di hutan, ia dan Angus tersesat di sebuah tempat yang terdiri dari beberapa batu tinggi
yang membentuk lingkaran. Ia melihat roh-roh halus dan membawanya ke sebuah gubuk dan
bertemu seorang nenek sihir. Merida meminta nenek sihir itu memberinya mantra agar bisa
merubah pikiran ibunya. Mantra yang berbentuk kue tersebut berhasil mengubah ibunya
menjadi beruang hitam yang besar. Sementara itu, semua orang di istana tidak tahu dan
sangat membenci beruang, termasuk raja Fergus karena saat Merida masih kecil, ia dan ratu
pernah diserang beruang, Mordu hingga membuat salah satu kakinya patah.
Merida dan ibunya kembali ke gubuk nenek sihir namun ia tidak menemukannya.
Sang penyihir meninggalkan petunjuk bahwa mantra tersebut akan permanen hingga fajar
kedua. Ia juga mengatakan bahwa takdir bisa diubah jika sang putri bisa memperbaiki ikatan
yang dirobek oleh keangkuhan. Secara perlahan mereka mulai memperbaiki hubungan
mereka.
Akhir cerita, setelah terjadi pertumpahan darah di istana hingga perkelahian antara
Mordu dengan Elinor, Mordu tewas tertimpa menhir. Saat fajar muncul, Merida
menyelimuti ibunya dengan lukisan kain dan mengungkapkan rasa cintanya. Tak menyangka
ibunya berubah menjadi manusia kembali. Begitu juga dengan ketika adiknya yang berubah
menjadi manusia juga hingga akhirnya keluarga tersebut bersatu kembali.
Analisis film
Menurut saya, film Brave termasuk ke dalam teori stuktural fungsional. Film tersebut
tentang kerajaan yang sangat identik dengan masyarakat tradisional. Dalam film ini terlihat
jelas pembagian peran antara ayah dan ibu. Sang ayah (raja) memerintah kerajaan sedangkan
sang ibu (ratu) mengasuh anak-anaknya. Putri Merida, anak dari raja Fergus mulai
dipersiapkan sejak dini karena kelak akan menggantikan ayahnya unuk memerintah kerajaan.
Selain itu, alokasi solidaritas antar keluarga dalam film ini terlihat jelas. Hubungan antara ibu
dan anak yang semula memburuk akhirnya menjadi baik setelah terjadi pertempuran hebat.
Sang ibu mendidik Merida agar berperilaku sebagai layaknya seorang wanita. Kehidupan di
kerajaan pernuh dengan peraturan dan harus ditaati oleh semua warga kerajaan. Film ini juga
memperlihatkan bahwa kesatuan suatu kerajaan sangat penting demi kemakmuran bersama.

Anda mungkin juga menyukai