Kota/Kabupaten Pasuruan
Institusi Pelaksana -
Penghargaan -
Kontak -
Mitra -
Berbicara bordir, maka akan teringat oleh dua daerah, yakni Tasikmalaya dan Bali. Padahal, sebenarnya
Pasuruan juga memiliki sentra bordir yang tidak kalah kualitasnya. Bahkan, beberapa produk bordir di
Bali banyak yang diambil dari Pasuruan, tepatnya bordir dari daerah Bangil. Keadaan ini kemudian
mendapat respon dari Pemkab Pasuruan. Sebab, pengrajin bordir di Pasuruan jumlahnya ada puluhan
ribu, produknya tersebar di saentero Indonesia, bahkan di ekspor ke manca negara. Sayangnya,
tingginya potensi itu tidak menjadikan Pasuruan besar karena bordirnya.
Melihat kondisi tersebut, muncul inisiatif dari Wakil Bupati Pasuruan, Muzammil Syafii, untuk menjadikan
bordir sebagai brand, bukan sekedar sentra produksi semata. Konsekuensi dari inisiatif Wakil Bupati,
maka dibentuklah Aspendir (Asosiasi Pengrajin Bordir) di Pasuruan yang jumlahnya sekitar 4000-an
pengrajin.
Awalnya, rencana untuk menjadi bordir sebagai brand image ini mendapat beberapa kendala. Salah
satunya dari segi anggaran, yang sulit diterima DPRD Pasuruan. Sebab dana senilai 240 juta rencananya
akan digunakan untuk promosi dianggap terlalu besar oleh DPRD. Namun karena desakan wakil bupati
yang bahkan mengancam akan membiayai sendiri jika DPRD tidak menyetujui, maka anggaran untuk
membuat brand image itu pun dikabulkan. Sejak saat itu, dimulailah kampanye Bang Kodir (Bangil Kota
Bordir).
Bang Kodir ini tidak sekedar berfokus untuk upaya promosi saja, namun lebih kompleks lagi. Sebab dari
segi lain, pengrajin ternyata juga memiliki kendala dalam desain, manajemen pemasaran, dan
permodalan. Untuk itu, program yang digalakan Pemkab juga mencakup usaha pemberdayaan terhadap
para pengrajin. Sebagai misal, dari segi permodalan, Pemkab Pasuruan mengucurkan dana senilai 2
milliar melalui Bank Bukopin untuk mengatasi masalah permodalan.
Dengan keseriusan program Pemkab, maka jumlah pengrajin semakin mmbeludak, yang itu berarti
adanya serapan lapangan pekerjaan. Dari 4.000 perajin pada 2005, saat ini jumlahnya lebih dari 10.000
perajin. Mereka terorganisasi dalam 99 usaha kecil dan menengah (UKM). Pangsa pasar bordir pun
semakin meluas dan menembus pasar dunia. Banyak muncul pesanan produk dari Malaysia dan Timur
Tengah.