PENDAHULUAN
1
kompetitif. Agar dihasilkan mutu jagung yang baik maka tehnik pasca panennya
pun harus lebih diperhatikan dan ditangani lebih baik.
1.2. Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ciri-ciri jagung yang siap panen.
2. Untuk mengetahui proses penanganan pasca panen yang baik.
3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan yang ada dalam penanganan pasca panen
jagung.
3. Untuk mengetahui bentuk dan standar jagung yang bagus untuk dipasarkan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar
tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai
buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat
mesin pemetikan.
Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat
menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah
pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk
keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman
berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus
menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan 4 minggu setelah tanaman
berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur panen jagung sayur dan
umur panen jagung masak mati.
4
Persyaratan kualitatif meliputi :
a. Produk harus terbebas dari hama dan penyakit
b. Produk terbebas dari bau busuk maupun zat kimia lainnya (berupa asam)
c. Produk harus terbebas dari bahan dan sisa-sisa pupuk maupun pestisida
d. Memiliki suhu normal
Sedangkan persyaratan kuantitatif dapat dilihat pada Tabel 1.
1. Kadar Air 14 14 15 17
2. Butir Rusak 2 4 6 8
4. Butir Pecah 1 4 3 5
5. Kotoran 1 1 2 2
5
Nilai ekonomis tanaman jagung terutama diperoleh dari tongkol jagung
dan biji pipilan jagung. Tongkol jagung (masak susu) dapat diolah menjadi
berbagai produk masakan, sedangkan tongkol jagung (masak penuh), antara lain
dapat diolah menjadi jagung giling dan tepung jagung. Beberapa contoh hasil
olahan jagung, sebagai berikut: mie jagung, bihun jagung, pati jagung, minyak
jagung, pakan ternak dan lain-lain.
1. Pengupasan
Tujuan pengopekan jagung adalah untuk menurunkan kadar air dan kelembaban
sekitar biji. Kelembaban pada biji jagung akan menyebabkan kerusakan biji dan
tumbuhnya cendawan. Selain itu pengopekan kulit jagung dapat memudahkan dan
memperingan pengangkutan selama proses pengeringan (Purwono dan Hartono,
2002)
2. Pengeringan
a. Pengeringan alami
6
Pengeringan alami merupakan pengeringan yang dilakukan dengan
bantuan sinar matahari (penjemuran). Cara pengeringan ini cukup mudah dan
biayanya murah. Namun, kendalanya adalah jika cuaca tidak memungkinkan
maka proses pengeringan akan berlangsung tidak sempurna dan memerlukan
waktu lama. Pengeringan pada musim hujan memakan waktu 7-14 hari dan pada
musim kemarau antara 3-7 hari. Agar diperoleh hasil pengeringan yang baik,
sebaiknya disediakan areal pengeringan yang cukup luas. Hal ini dikarenakan
jagung yang akan dikekringkan tidak boleh ditumpuk. Teknis penjemuran dapat
dilakukan pada lantai jemur, alas anyaman bambu, tikar, atau dengan cara
digantung untuk tongkol yang masih ada kelobotnya. Pengeringan di lantai jemur
sering menghasilkan biji retak. Selain dengan cara dijemur di panas matahari, ada
sebagian petani yang melakukan pengeringan denga cara diasap. Cara
pengeringan ini biasanya dilakukan di para-para diatas dapur. Untuk
mengeringkan jagung dalam jumlah banyak, cara pengeringan ini kurang efektif
diterapkan, kecuali kalau sumber asapnya dibuat khusus seperti dari pembakaran
sekam, tongkol jagung, kayu, atau bahan yang lain. Pengeringan tongkol jagung
dilakukan hingga kadar air mencapai 17-20%. Pada kadar air ini, jagung mudah
dipipil tanpa menimbulkan banyak kerusakan.
b. Pengeringan buatan
3. Sortasi
7
4. Pemipilan
Pemipilan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara tradisional dan bantuan
alat.
Petani di pedesaan masih banyak memipil jagung secara tradisional, yaitu dengan
menggunakan tangan. Dengan cara ini, kapasitas pipilnya hanya sekitar 10-2-
kg/jam. Meskipun kapasitasnya kecil, namun cara pemipilan ini cukup efektif
dalam memisahkan tongkol dengan kotoran lain. Selain itu, kerusakan yang
ditimbulkan relative kecil. Selain dengan tangan, pemipilan tradisional yang lain
adalah pemukulan jagung pada karung dengan tongkat. Kapasitas pipilan jagung
pada cara ini dapat ditingkatkan, tetapi kerusakan mekanis yang ditimbulkan lebih
besar. Kerugian lainnya adalah biji yang hilangpun meningkat karena banyak yang
tertinggal pada tongkol.
Pemipilan jagung dengan bantuan alat dapat dilakukan baik dengan alat sederhana
maupun bermesin. Pemipilan dengan alat bermesin umumnya dilakukan petani
dengan cara menyewa mesin pemipil jagung yang dioperasikan di lahan
penanaman atau dirumah-rumah petani. Kapasitas pemipilan cara ini mencapai 1-
2 ton/jam. Berbagai tipe alat pemipil yang tersedia di pasaran diantaranya Kikian,
8
Pemipil tipe Sulawesi Utara, Pemipil Sederhana tipe silinder, pemipil tipe mungil,
pemipil tipe ban, dll.
5. Pembersihan
Setelah jagung dipipil, terutama jagung yang dipipil dengan mesin atau
alat pemipil perlu dibersihkan dari kotoran-kotoran. Kotoran-kotoran yang
tercampur dengan jagung pipil misalnya tanah, potongan janggel, biji yang pecah,
biji yang lapuk, dan batu. Pembersihan jagung pipilan dari kotoran dapat
dilakukan secara manual atau dengan menggunakan alat. Pembersihan jagung
pipilan secara manual dilakukan dengan menampi atau mengaduk-aduk biji
jagung dan menyapunya dengan sapu lidi. Pembersihan jagung pipil dengan
menggunakan alat berupa ayakan atau saringan. Pembersihan jagung pipil dengan
menggunakan ayakan atau saringan ini selain membersihkan juga dapat sekaligus
untuk sortasi (Wijandi, 2003).
6. Pengemasan Jagung
Ada beberapa tujuan pengemasan jagung, yaitu agar jagung bersih dari
kotoran, mengurangi serangan jamur dan hama (Purwono dan Hartono, 2002).
9
Pengemasan jagung disesuaikan dengan tujuan pasar jagung. Umumnya, kemasan
yang digunakan berupa karung dengan berat antara 25-50 kg, sedangkan eceran
seberat 1-5 kg. Adapun kemasan jagung untuk dipasarkan di supermarket
umumnya menggunakan plastik wrapping seberat 1kg yang berisi sekitar 6 buah
tongkol jagung (Purwono dan Hartono, 2002).
7. Penyimpanan Jagung
10
untuk pengangkutan sebaiknya diatur yang rapi agar daya tampung dalam
kendaraan semaksimal mungkin.
BAB III
KESIMPULAN
11
3.1 Kesimpulan
Jagung merupakan komoditas penting dalam industri pangan, kimia
maupun industri manufaktur. Di Indonesia jagung juga merupakan makanan
pokok utama yang memiliki kedudukan penting setelah beras. Usaha
pengembangan jagung nasional harus didukung oleh industri pascapanen sehingga
mampu menciptakan keuntungan yang sebenarnya secara bisnis.
Jagung pada saat masa panen pada saat jagung telah mencapai masak
fisiologis yaitu berkisar 100 hari setelah tanam tergantung dari jenis varietas yang
digunakan. Pada umur demikian biasanya daun jagung/klobot telah kering dan
berwarna kekuning-kuningan. Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah
dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan
mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila
menggunakan alat mesin pemetikan.
Setelah jagung dipanen, langkah selanjutnya adalah pengupasan kulit atau
pengopekan kulit jagung dan setelah itu pengeringan jagung dilakukan dengan
dau cara yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan.
Dalam penentuan standar dari komoditi jagung yang di pilih akan di
tentukan dengan kiteria yang ingin diambil dari jenis jagung dan hasil jagung
yang di tentukan. Pengeringan juga di tentukan atas kiteria, dibagi dalam 2 nomor,
yaitu HS dan SITC. Sedangkan berdasarkan penggunaannnya jagung kering
dibedakan menjadi jagung benih dan jagung non-benih.
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar selalu memperhatikan cara pasca panen pada
tanaman jagung dengan benar dan baik sehingga hasil tanaman tersebut
mempunyai kualitas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
12
Firmansyah, I.U., S. Saenong, B. Abidin, Suarni, dan Y. Sinuseng. 2005. Proses
pascapanen untuk menunjang perbaikan produk biji jagung berskala
industri dan ekspor. Laporan Hasil Penelitian P2TP, Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Maros. p. 1-15.
13