Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga
dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
Pendidikan yang diberikan oleh pemerintah terlepas dari kurikulum yang didalamnya
termuat beberapa silabus mata pelajaran yang akan diajarkan oleh pengajar kepda siswanya.
Salah satu mata pelajaran tersebut adalah pembelajaran interaktif yang mana dalam mata
pelajaran ini akan dipelajari bagaiman cara-cara dan prinsip belajar yang baik serta cara
membangun kepercayan diri serta motivasi minat belajar siswa untuk belajar.
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Namun seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya
dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh
dengan masalah-masalah. Oleh karenanya, pelajar sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya
perubahan social. Hal itu dapat menyebabkan menurunya minat belajar yang diditimbulkan
oleh banyak faktor pendorong. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan membahas ciri ciri
dan prinsip belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah mengenai ciri-ciri dan prinsip
belajar seorang pelajar yang selalu mengalami perubahan dalam konteks belajar.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri dan prinsip
belajar yang harus dimiliki seorang pelajar.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ciri-Ciri Dan Prinsip Belajar
Inti dari belajar yang dikemukakan oleh para ahli dilihat dari psikologi adalah adanya
perubahan kematangan bagi anak didik sebagai akibat belajar sedangkan dilihat dari proses
adalah adanya interaksi antara peserta didik dengan pendidik sebagai proses pembelajaran.
Perubahan kematangan ini akibat dari adanya proses pembelajaran dan perubahan ini tampak
pada perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan yang diperolehnya dari
proses belajar.
Menurut syamsudin Makmun (2003:159) perubahan dalam konteks belajar itu dapat
bersifat fungsional atau struktura, material, dan behavioral, serta keseluruhan pribadi (Gestalt
atau sekurang-kurangnya multdimenasional). Pendapat ini sejalan dengan pendapat Hilgard
dan Bower (1981) yang mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan
tingkah laku yang relatif permanen dan merupakan hasil proses pembelajaran bukan
disebabkan oleh adanya proses kedewasaan. Edward Thorndike (1933) berpendapat bahwa
belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya
dialami oleh siswa sendiri.
Karakteristik perilaku belajar ini dilihat dari sudut psikologi pendidikan disebut juga
prinsip-prinsip belajar. Tindakan belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak
dari luar. Berkaitan dengan konsep perubahan dalam konteks belajar itu dapat bersifat
fungsional atau struktural, material dan behavioral, serta keseluruhan pribadi, secara singkat
dapat dijelaskan bahwa:
1. Penganut paham teori daya atau faculty psychology termasuk dalam paham
nativisme yaitu jiwa manusia terdiri atas sejumlah fungsi-fungsi berpikir dan
sebagainya
2. Belajar merupakan pelayanan materi pengetahua, material dan atau perkayaan pola-pola
sambutan (responsi) perilaku baru (behavior), pandangan ini dikemukakan penganut
paham ilmu jiwa asosiasi atau paham empirismenya John Locke.
3. Belajar merupakan perubahan perilaku dan pribadi secara keseluruhan, pendapat ini
dikemukakan oleh penganut ilmu jiwa Gestalt bersumber pada paham Organismic
psychology
Pemahaman terhadap berbagai teori belajar diperlukan dan penting bagi para pendidik
untuk melaksanakan tugas profesionalnya. Chaplin (1989:271) menegaskan bahwa belajar
(learning) adalah :

2
1. Perolehan dari perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku, sebagai hasil dari
praktek dan latihan khusus.
2. Proses mendapatkan reaksi-reaksi, sebagai hasil dari praktek dan latihan khusus.
Dalam mempelajari hasil belajar lewat pengkondisian atau persyaratan, ada tersedia dua
model, yaitu pengkondisian klasikal dan pengkondisian operan. Dalam pengkondisian klasikal
proses asasi yang mencakup didalamnya adalah pengulangan berpasangan yaitu dipasangkan
dari suatu perangsang yang dikondisioning (yang harus dipejari), dan satu perangsang yang
tidak dikondisonir atau dipersyaratkan (berkenaan dengan penguatan).
Dari ketiga pandangan diatas dapat dipahami bahwa perbuatan dan hasil belajar itu
mungkin dapat dimanifestasikan dalam wujud :
1. Pertambahan materi pengetahuan berupa fakta, informasi, prinsip hukum dan kaidah,
prosedur atau pola kerja atau teori sistem nilai-nilai dan sebagainya
2. Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berpikir, mengingat atau
mengenal kembali, perilaku afektif (sikap-sikap apresiasi, penghayatan dan sebagainya)
perilaku psikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif
3. Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang tangible maupun intangible.
Setiap perilaku belajar tersebut selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik
antara lain:
1. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus
menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.
2. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual
3. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses
belajar
4. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku
secara integral
5. Belajar adalah proses interaksi
6. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri khas belajar adalah perubahan, yaitu
belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam diri peserta didik.Belajar menghasilkan
perubahan perilaku yang secara relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan melakukan pada diri
peserta didik.Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman dan pengembangan
yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung.
Belajar menurut teori psikologi asosiasi (koneksionisme) adalah proses pembentukan
asosiasi atau hubungan antara stimulus (perangsang) yang mengenai individu melalui
penginderaan dan respons (reaksi) yang diberikan individu terhadap rangsangan tadi, dan
proses memperkuat hubungan tersebut. Berbagai eksperimen dilakukan oleh para ahli
psikologi tentang proses belajar mengajar berhasil mengungkapkan serta menemukan

3
sejumlah prinsip atau kaidah yang merupakan dasar dalam melakukan proses dan mengajar
atau pembelajaran. Syaiful Sagala (2003: 53-54) mengemukakan beberapa prinsip belajar
antara lain sebagai berikut
a. Law of Effect yaitu bila hubungan antara stimulus dengan respons terjadi dan diikuti
dengan keadaan memuaskan, maka hubungan itu diperkuat. Sebaliknya jika hubungan itu
diikuti dengan perasaan tidak menyenangkan, maka hubungan itu akan melemah. Jadi,
hasil belajar akan diperkuat apabila menumbuhkan rasa senang atau puas (Thorndike).
b. Spead of Effect yaitu reaksi emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas
kepada sumber utama pemberi kepuasan, tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru.
c. Law of Exercise yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan
dan penguasaan, sebaliknya hubungan itu melemahkan jika dipergunakan. Jadi, hasil
belajar dapat lebih sempurna apabila sering diulang dan sering dilatih.
d. Law of Readliness yaitu bila satuan-satuan dalam sistem syaraf telah siap berkonduksi,
dan hubungan itu berlangsung, maka terjadinya hubungan itu akan memuaskan. Dalam
hubungan ini tingkah laku baru akan terjadi apabila yang belajar telah siap belajar.
e. Law of Primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama, akan sulit
digoyahkan.
f. Law of Intensity yaitu belajar memberi makna yang dalam apabila diupayakan melalui
kegiatan yang dinamis.
g. Law of Recency yaitu bahan yang baru dipelajari, akan lebih mudah diingat.
h. Fenomena kejenuhan adalah suatu penyebab yang menjadi perhatian signifikan dalam
pembelajaran. Kejenuhan adalah suatu sumber frustasi fundamental bagi peserta didik
dan juga pendidik di lain pihak intervensi pemerintah sebagai penanggungjawab
pendidikan selalu tidak memcahkan masalah yang essensial. Kejenuhan belajar
(plateauing) adalah rentang waktu tertentu yang dipakai untuk belajar, tetapi tidak
mendatangkan hasil, karena antara lain keletihan mental dan indera. Plateau belajar yaitu
periode kegiatan yang tidak menyebabkan perubahan pada individu karena berbagai
faktor : (1) kesulitan bahan yang dipelajari meningkat, sehingga yang belajar tidak
mampu menyelesaikan. Sekalipun yang belajar berusaha ; (2) metode belajar yang
dipergunakan individu tidak memadai, sehingga upaya yang dilakukannya akan sia-sia
belaka; dan (3) kejenuhan belajar yang disebabkan oleh keletihan atau kelelahan badan.
i. Belongingness yaitu berkaitan bahan yang dipelajari pada situasi belajar, akan
mempermudah berubahnya tingkah laku. Hasil belajar yang memberikan kepuasan dalam
proses belajar dan latihan yang diterima erat kaitannya dengan kehidupan belajar. proses
belajar yang demikian ini akan meningkatkan prestasi hasil belajar peserta didik.

4
Untuk memberikan pemahaman mengenai prinsip-prinsip belajar atau kaidah dalam
proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para ahli psikologi yang berlaku secara
umum sebagaimana dikemukakan oleh Rusyan (1993:20) sebagai berikut.
1. Motivasi, kematangan dan kesiapan diperlukan dalam proses belajar mengajar, tanpa
motivasi dalam proses belajar mengajar, terutama motivasi intrinsik proses belajar
mengajar tidak akan efektif dan tanpa kematangan organ-organ biologis dan fisiologis,
upaya belajar sukar berlangsung, misalnya anak kecil tidak akan mapu belajar
mengucapkan kata-kata atau berbicara jika fungsi organ bicara belum mencapai taraf
kematangan tertentu. Demikian hal lainnya dalam sekolah.
2. Pembentuan persepsi yang tepat terhadap rangsangan sensoris merupakan dasar dari
proses belajar mengajar yang tepat. Bila interpretasi dan persepsi individu terhadap objek,
benda, situasi, ransangan disekitarnya keliru atau salah, terutama pada tahap awal belajar,
maka belajar selanjutnya merupakan akumulasi kesalahan diatas kesalahan. Contohnya,
peserta didik yang baru tahap awal belajar matematika terhambat dalam interpretasi dan
persepsi yang tepat untuk selanjutnya peserta didik tersebut akan mengalami kesulitan
mempelajari matematika.
3. Kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh antara lain bakat
khusus, taraf kecerdasan, minat serta tingkat kematangan dan jenis, sifat dan intensitas
dari bahan yang dipelajari.
4. Proses belajar mengajar dapat dangkal, luas dan mendalam tergantung pada materi yang
menjadi pembahasan dalam pembelajaran tersebut.
5. Feedback atau pengetahuan akan hasil proses belajar mengajar yang lampau dapat
merangsang atau sebaliknya menghambat kemajuan proses beajar mengajar berikutnya.
6. Proses belajar mengajar dalam suatu situasi dapat ditransferkan untuk kegiatan belajar
situasi atau bidang lainnya, dikenal dengan transfer of learning dan transfer of training
dalam pembelajaran.
7. Respons yang kacau, kaku dan acak-acakan serta proses belajar mengajar secara trial and
error tidak terencana menandai proses belajar mengajar yang cenderung gagal.
8. Untuk mengukur kemajuan belajar, maka ulangan, latihan akan memperkuat hasil belajar,
sebaliknya tanpa latihan, ulangan dan penggunaan maka hasil belajar akan hilang atau
lemah.
9. Trial and error, respons tak beraturan dan jamak, umumnya menandai tahap-tahap awal
beberapa mata pelajaran untuk mencari bentuk pembelajaran yang cocok.
10. Proses belajar mengajar dapat bersifat instruksional artinya pembelajaran tersebut
direncanakan, terorganisir, bahan pelayanan tersusun secara sistematis dan dibimbing
oleh guru atau petugas yang terlatih.
11. Transfer dalam belajar dapat bersifat positif ataupun negatif. Transfer positif terjadi bila
belajar kemudian dipermudah atau dibantu oleh belajar yang mendahului, sedangkan

5
transfer negatif terjadi apabila yang telah dipelajari sebelumnya menghambat belajar
yang kemudian.
12. Proses belajar mengajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks, dari
yang konkret kepada yang abstrak, dari yang khusus ke yang umum, dari yang mudah ke
yang sulit, dari induksi ke deduksi,
13. Proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan kurang disadari secara insidentil.
Sejumlah sikap minat, reaksi emosional individu yang diperlambangkan secara tidak atau
kurang disadari, pengetahuan anak tentang bahasa (bahasa daerah dan bahasa pergaulan
sehari-hari) umumnya dipelajari atau dimiliki dengan tidak disengaja, mengingat dan
mengenal kembali suatu pengetahuan objek situasi yang pernah dilihat dibaca didengar
banyak terjadi karena belajar yang tidak sengaja.
14. Proses belajar mengajar yang disertai oleh pemahaman yang jelas tentang tujuan yang
mudah dicapai akan menjadi lebih baik efektif daripada belajar tanpa tujuan dari arah
yang jelas.
15. Dalam proses belajar mengajar dapat meliputi belajar informasi (pengetahuan), belajar
konsep, belajar prinsip, belajar sikap, dan belajar keterampilan.
16. Insight timbul jika individu berhasil menemukan hubungan antara bagian-bagian atau
unsur-unsur dari suatu keseluruhan konfigurasi , insight dapat timbul secara tiba-tiba
ataupun secara berlangsur-angsur.
17. Proses belajar mengajar bersifat individual, artinya tiap individu memperlihatkan
perbedaan dalam kecepatan belajar, tingkat dan batas-batas dalam berbagai bidang.
Proses belajar mengajar dapat terjadi tanpa diikuti oleh gejala-gejala lahiriah dari
perubahan tingkah laku individu. Sumbangan pandangan E.L. Thorndike terhadap belajar
diantaranya :
1. Kematangan, kesiapan belajar dan motivasi berperan penting dalam keberhasilan belajar.
2. Perubahan tingkah laku dan hasil belajar dapat diperkuat melalui penggunaan hadiah
(reward), sebaliknya dapat diperlemah dengan penggunaan hukuman.
3. Dalam berperan aspek belajar bidang kognitif, dan bidang psikomotor terutama dalam
belajar keterampilan, peranan trial and error cukup besar pengaruhnya.

Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain :
1. Kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berpikir
kritis, logis , sistematis,dan objektif (Scholastic Apitude Test)
2. Menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (Interest Inventory).
3. Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai potensi
(Differensial Apitude Test).
4. Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran disekolah
yang menjadi lanjutan (Achievement Test).
5. Mengusai salah satu bahasa asing, terutama bahasa inggris (English comperation Test)
bagi siswa yang telah memenuhi syarat itu.
6
6. Stabilitas psikis ( tidak mengalami masalah diri dan seksual).
7. Kesehatan jasmani.
8. Lingkungan yang tenang.
9. Kehidupan ekonomi yang ekonomi.
10. Menguasai teknik belajar disekolah dan diluar sekolah
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja untuk
mendapatkan perubahan yang lebih baik, missalnya : dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
terampil menjadi terampil, dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan
sesuatu dan lain sebagainya. Perubahan tersebut merupakan perubahan yang timbul karena
adanya pengalaman dan latihan. Jadi belajar bukanlah suatu hasil, akan tetapi merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan dalam rangka memunuhi kebutuhan menuntut ilmu.
Proses belajar adalah mengalami, berbuat mereaksi dan melampaui ( under going ). Disengaja
bahwa proses belajar timbul karena ada suatu niatan.
Landasan utama dalam mencapai keberhasilan belajar adalah kesiapan mental, maka
tidak akan dapat bertahan terhadap berbagai kesukaran atau kesulitan yang dihadapi selama
belajar. Setiap peserta didik hendaknya mempunyai minat yang besar terhadap semua mata
pelajaran atau mata kuliah yang diterima disekolah.Suka atau tidak suka semua mata pelajaran
harus ditempuh.Sikap membenci mata pelajaran tidak ada manfaatnya, yang terbaik adalah
mengambil sikap positif dengan berusaha menyukai semua mata pelajaran yang diajarkan.
Beberapa hambatan yang bisa muncul dari dalam maupun luar diri, antara lain sebagai
berikut.
1. Kesehatan fisik yang kurang baik mengakibatkan tidak dapat berkonsentrasi ( penglihatan
kabur, pendengaran kurang, gagap dan lain-lain).
2. Intelegensi kurang /rendah (kemampuan belajar yang rendah).
3. Kebiasaan buruk (malas, suka menunda-munda tugas).
4. Persepsi negative ( perasaan pesimis, rendah diri, tertekan, takut dan cemas).
5. Sikap yang negative terhadap diri, lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
6. Kelemahan psikologis ( kepenatan saraf ) sebagai akibat ketegangan emosi ( emosi yang
tidak stabil ).
Sedangkan hambatan dari luar antara lain sebagai berikut:
1. Keadaan lingkungan yang kurang nyaman dan tenang, missal : gaduh, terlalu
panas/dingin, kacau dan kurang tertib.
2. Sarana dan prasarana yang kurang memadai seperti : alat peraga, pustaka ( buku acuan),
kertas, alat tulis dan lain-lain.
3. Meja tulis yang kurang bersih dan penuh dengan barang-barang yang tidak diperlukan
4. Pengaruh teman yang kurang baik.
5. Keluarga, guru atau orang lain yang kurang memberi dorongan.
Menurut Stine (Abdulkholid, dalam www.smkn3pacitan.sch.id) persepsi negative adalah
merupaka hambatan yang paling mempengaruhi kecepatan dan kemudahan dalam belajar.
Persepsi negative yang bisa menghambat suatu proses belajar diantaranya sebagai berikut.
7
1. Saya bodoh, pada saat pernyataan ini muncul, dalam diri akan muncul perasan minder
malas dan tidak bersemangat. Solusinya tanamkan dalam diri, bahwa didunia ini tidak
ada orang bodoh, yang ada adalah orang yang malas dan tidak mau berusaha.
2. Belajar membosankan, pada saat muncul pernyataan bahwa belajar membosankan maka
didalam diri kita akan muncul perasaan gelisah dan tidak suka dampaknya susah dalam
memfokuskan perhatian memahami apa yang dipelajari. Solusinya ubah pernyataan
belajar membosankan menjadi belajar itu menyengkan, melibatkan dan sangat menarik
( selalu diulang sebelum belajar atau latihan ).
3. Saya bukan pelajar yang baik, keraguan dan perasaan negative akan menghambat
optimalisasi potensi diri solusinya selalu tanamkan dalam pikiran kita saya seorang
pelajar yang hebat, selalu siap mempelajari banyak hal yang lebih baik.
4. Saya tidak biasa memahami subjek ini atau tidak bisa belajar, otak kita memiliki
kemampuan untuk mempelajari semua hal. Kita tidak bisa memahami sesuatu karena
sebelum mencoba belajar atau mempelajari sesuatu saluran mental yang berfungsi untuk
menerima informasi dalam proses belajar. Solusi sugesti dalam pernyataan tersebut
adalah :saya mampu mempelajari/ memahami semuanya, baik matematika, ilmu sosial,
bahasa inggris dan banyak lagi ilmu didunia ini.
5. Saya tidak ingat dengan apa yang saya pelari. Ketika pernyataan diatas dikeluarkan terus-
menerus, maka akan terkirim perintah penghapusan mental keotak, dimana perintah
tersebut akan menghapus bersih isi file-file mental mudah lupa dengan apa yang
dipelajari. Solusinya: hentikan otak kita dari kalimat-kalimat yang merusak diri, dan
gantikan dengan percakapan diri yang memperkuat kesadaran tentang betapa kuat
kemampuan kita yang diiwariskan sejak lahir. Dengan mengubah pernyataan diatas
menjadi saya sudah belajar mengingat banya hal penting, nama, fakta, tanggal. Sya
dapat dan akan mengingat semua yang saya pelajari .
Modalitas belajar dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Menggunakan otak dengan maksimal dengan meliputi :
a) Otak kanan berhubungan dengan hati (tersembunyi dibawah sadar) bertugas untuk
memunculkan kreativitas (creativity), imajinasi (imagenation), emosi (emoticon).
Penggunaan dari otak kanan lebih domisasi hingga 80%.
b) Kedua, otak kiri berhubungan dengan pikiran (terlihat dipermukaa). Tugas otak kiri
berkenaan dengan menganalisis (analysis), logis (logic), kalkulus/berhitung
(calculation) dan meneliti (detail). Untuk penggunaannya hanya 20%.
2. Menggunakan gaya belajar dari sumber ajar yang tepat. Agar mendapatkan hasil belajar
yang optimal, proses belajar mesti kita sesuai kan dengan gaya belajar yang sesuai
dengan diri kita. Macam-macam gaya belajar anatar lain :

8
a) Gaya belajar visual, belajar denngan cara melihat, membayangkan dan
memperhatikan secara langsung objek yang dipelajari.
b) Gaya belajar audio, belajar dengan cara mendengarkan dari sumber ajar
(diterangkan, radio/kaset, nada, irama, Susana heboh, Susana gaduh dan lain-lain).
c) Gaya belajar kinestatik, belajar dengan cara bergerak, merasa, menyentuh,
menggenggam, menangkap, menekan (dingin, kasar, tebal, tipis dan lain-lain).
2.2 Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Rothwal (1961) bahwa prinsip-prinsip belajar meliputi :
Pertama kesiapan (readiness), proses belajar dipengaruhi oleh kesiapan murid, yang
dimaksudkan dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individual yang memungkinkan ia
dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk
suatu tugas khusus. Seorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam
belajar akan mengalami kesulitan atau putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah
kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang
baru, motivasi dan factor-faktor lain yang memungkinkan sesorang dapat belajar.
Berdasarkan dengan prisip kesiapan ini, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut.
1. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang
diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat, dan latar belakang
2. Kesiapan untuk belajar dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seseorang
guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus
melakukan pengetesan kesepian.
3. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, maka tugas itu
seyongyanya ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja
menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.
4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa
yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan
mentalnya.
5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogyanya sesuai dengan factor kesiapan kognitif,
afektif, dan psikomotorik dari berbagai individu.
Kedua, prinsip motivasi (motivation). Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu
proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari belajar untuk memprakarsai kegiatan,
mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin
tahu dan melakukan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa inin tahu ini seyogyanya disorong
dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak.
Ada beberapa prinsip tentang motivasi antara lain :

9
1. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi,
sosial, dan emosional. Tetapi disamping itu dapat diberi dorongan untuk mencapai
sesuatu yang lebih yang dimiliki saat ini.
2. Pengaturan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong
terjadinya peningkatan usaha, pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra
diri siswadapat memperkuat kemampuan, memelihara, kesungguhan dalam belajar.
3. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa contohnya seorang
murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu. Karena
kebutuhan emosi terpenuhi dari pada keinginan untuk mencapai sesuatu.
4. Motivasi dipengaruhi oleh unsu-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau
keyakinan diri. Seorang anak yang termasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi
masalah.
5. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi
belajar. Kegaggalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada
berbagai factor .tidak bisa setiap siswa diberikan dorongan yang sama untuk melakukan
sesuatu.
6. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian
besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
7. Kajian dan pengutan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan
perilaku.
8. Intensif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada
bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin
belajar.
9. Kompetisi dan intensif bisa efektif dalam memberi motivasi, tetapi bila kesempatan
untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.
10. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana
belajar yang memuaskan.
11. Proses belajar dan kegiata yang dikaitkan kpeda minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
Ketiga, prinsip persepsi. seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan
bagaimana ia memahami situasi. Persepsi ialah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap
individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dengan yang lain. Persepsi ini
mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya,
lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat situasi tertentu.
Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatika
antara lain :

10
1. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya, karena setiap pelajar
memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang
sama dengan cara yang sama.
2. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alas an, pengalaman,
kesehatan , perasaan dan kemampuannya.
3. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam
sesuatu situasi seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya
sendiri.
4. Para pelajar dapat dibantu dengan cara member kesempatan menilai dirinya sendiri, guru
dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang cermat
dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai
persepsinya.
5. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan.
6. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kemampuan yang harus dicapai.
7. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi pandangannya
terhadap dirinya.
Keempat, prinsip tujuan. Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima
oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak
dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain:
1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai
2. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan individu dan
masyarakat
3. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakanakan dapat memenuhi kebutuhannya;
(4) tujuan guru dan murid seyogianya sesuai.
4. Aturan-aturan atau ukuran yang ditetapakn oleh masyarakat dan pemerintah biasanya
dipengaruhi perilaku
5. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya yang
dapat ia capai
6. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat dipengaruhi perilaku. Jika
ia gagal mencapai tujuan ia akan merasakan rendah diri atau prestasinya menurun
7. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar,
karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterimah para
pelajar.
Kelima, prinsip perbedaan individual, proses belajar bercorak ragam bagi setiap
orang. Proses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas
sehinggah dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginnya.
Pengajaran yang hanya memperhatikan suatu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi
kebutuahan seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar belakang,
11
emosi, dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-
tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.
Berkenaan dengan perbedaan individu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara
lain:
1. Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan
selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas belajar dan pemenuhan
kebutuhan yang berbeda-beda.
2. Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya dibantu untuk merencanakan dan
melaksanakan kegiatanya sendiri.
3. Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan,
minat dan latar belakangnya.
4. Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa
lampu yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi respons
yang berbeda-beda karena setiap orang memilki persepsi yang berbeda mengenai
pengalamannya.
5. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila individu tidak
merasa terancam lingkungannya, sehingga ia mersa merdeka untuk turut ambil bagian
secara aktif dalam kegiatan belajar. Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan
motivasi dan kreativitas akan lebih meningkat.
6. Pelajar yang didorong untuk menggembangkan kekuatannya akn mau belajar lebih giat
dan sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahanya yang lebih ditekankan maka
ia akan menunjukkanya terhadap belajar.
Keenam, prinsip transfer dan retensi. Belajar dianggap bermanfaat bila sesorang
dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. apapun yang dipelajari
dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi lain. Proses tersebut dikenal
dengan proses transfer, kemampuan sesorang untuk meggunakan lagi hasil belajar disebut
retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam
situasi baru.
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan, antara lain:
1. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk
mengingat atau menugaskan suatu latihan untuk dipelejari dapat meningkatkan retensi.
2. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
3. Retansi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu
terjadi. Karena itu latihan seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata.
4. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi
kedalam unit-unit kecil waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang

12
lebih baik daripada proses belajar yang berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan
oleh struktur-struktur logis dari materi dan kebutuhan para pelajar.
5. Penelaahan bahan-bahan yang factual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan
retensi dan nilai transfer.
6. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan
hasil yang memuaskan.
7. Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses
peluapan hal-hal tertentu. Karena itu bahan-bahan yang telah disepakati tidak akan dapat
diserap sebaik bahan-bahan yang menyenangkan.
8. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama
dipelajari mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama dapat
terjadi bila bahan baru yang sama yanng dituntut.
9. Pengetahuan tentang konsep, prinsip, dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan
dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip
yang dipelajari dan dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
10. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-
hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang agak sama dibuat.
11. Tahap akhir proses seyogiyanya memasukan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada
giliriannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

Ketujuh, prinsip belajar kognitif. Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan
atau penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep,
penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk
prilakuh baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang
berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat
kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif, antara lain:
1. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-
proses belajar kognitif terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu mengarahkan perhatian
yang penuh agar proses belajar kognitif benar-benar terjadi.
2. Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual
yang ada.
3. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan dan
pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan kedalam satuan-satuan atau unit-unit yang
sesuai.
5. Bila menyajikan konsep, kebermakanaan dari konsep amatlah penting. Perilaku mencari,
penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa
suatu konsep benar-benar bermakna.
13
6. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefenisikan dan
mengatasi lingkup masalah,menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan
menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir menyebar (divergent thingking).
7. Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif
akan lebih memungkinkan terjadinya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis dan
penalaran.
Kedelapan, prinsip belajar efektif. Proses belajar afektif seseorang menentukan
bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup
nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar ungkin tidak menyadari
belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan
merupakan bentuk dari sikap, emosi, dorongan, minat dan sikap individu.
Berkenaan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
belajar afektif antara lain:
1. Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif.
2. Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan
memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
3. Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diproleh pada masa kanak-kanak akan
melekat sepanjang ayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melakat
pada keseluruhan proses perkembangan.
4. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan
hasil dari belajar langsung.
5. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.
6. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
7. Proses belajar dosekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Pelajar
yang memiliki kesehatan mental yang baik akan dapt belajar lebih mudah daripada yang
memiliki masalah.
8. Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah dengan cara membantu merreka
mengenal dan memahami sikap, peranan, dan emosi. Penghargaan terhadap sikap,
perasaan dan frustasi sangat perlu untuk membantu pelajar memperoleh pengertian diri
dan kematangannya.
Kesembilan, proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu
mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.
Berkenaan dengan hal itu ada beberapa yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukan variasi dalam kemampuan dasar
psikomotor.
2. Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.
3. Struktur ragawi dan sistem saraf individu membantu taraf penampilan psikomotor.

14
4. Melalui bermain dan aktivitas yang nonformal para pelajar akan memperoleh
kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik.
5. Kematangan fisik dan mental kemampuan belajar untuk memadukan dan memperhalus
gerakkannya akan lebih dapat diperkuat.
6. Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan
psikomotor individu.
7. Penjelasan yang baik, demontrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah efisiensi
belajar psikomotor.
8. Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses
belajar psikomotor. Latihan yang bermakna seyogiyanya mencakup semua urutan
aktivitas psikomotor dan tempo tidak biasa hanya didasarkan pada faktor semata-mata.
9. Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi
(keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.
Kesepuluh, prinsip evaluasi. Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat
mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya. Pelaksanaan pelatihan evaluasi
memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan. Penilaian
individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh kebebasan untuk menilai. Evaluasi
mencakup kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk
belajar. Individu yang berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman
belajarnya dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk
menilai pengalamannya.
Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada belajar.
1. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar.
2. Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi
dan belajar.
3. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid
saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan
4. Kekurangan dan ketidak lengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam
melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat
kemampuan pelajar untuk menilai dirinya
5. Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola
ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
6. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.

BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Belajar dilihat dari psikologi adalah adanya perubahan kematangan bagi anak didik sebagai
akibat belajar sedangkan dilihat dari proses adalah adanya interaksi antara peserta didik
15
dengan pendidik sebagai proses pembelajaran. Belajar adalah proses orang memperoleh
berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa
yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Karakteristik perilaku belajar ini dilihat dari sudut psikologi pendidikan disebut juga prinsip-
prinsip belajar.
Tindakan belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Berkaitan
dengan konsep perubahan dalam konteks belajar itu dapat bersifat fungsional atau struktural,
material dan behavioral, serta keseluruhan pribadi. Landasan utama dalam mencapai
keberhasilan belajar adalah kesiapan mental, maka tidak akan dapat bertahan terhadap
berbagai kesukaran atau kesulitan yang dihadapi selama belajar. Setiap peserta didik
hendaknya mempunyai minat yang besar terhadap semua mata pelajaran atau mata kuliah
yang diterima disekolah, memiliki motivasi yang tinggi.
Para pendidik harusnya menyampaikan tujuan dari setiap proses dalam pemebelajaran agar
peserta didik dapat mengetahui gambaran kasar manfaat dari proses belajar. Selain itu, para
pendidik harus menyadari bahwa pada hakekatnya setiap individu dari peserta didik memiliki
sifat dan sikap yang berbeda sehingga variasi belajar dapat dikembangkan.
4.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, dimana pembaca dapat
memahami apa saja ciri-ciri dan prinsip belajar. Dalam membaca makalah ini mahasiswa
dapat mengerti pembelajaran interaktif dan dapat mengetahui cara belajar yang baik serta
bagaimana cara mengatasi berbagai masalah yang datang dari dalam maupun dari luar yang
dapat menurunkan motivasi belajar.

16

Anda mungkin juga menyukai