Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROGRAM PEMERINTAH DALAM KESEHATAN IBU DAN ANAK

Tugas Mata Kuliah Ilmu Politik Dan Masalah Kesehatan

Dosen Mata Kuliah: Neni Maemunah,S.Kp

OLEH :
RIDWAN A, MANAO
(2013610161)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
pertolonganNya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu.
Dalam Makalah ini membahas tentang .Program pemerintah dalam kesehatan ibu dan
anak Telah kita ketahui bahwa pembelajaran kita ini menyangkut pembelajaran tentang Program
kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di
Indonesia
Makalah ini akan menjelaskan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di
Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu
melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan
kejadian sakit di kalangan ibu.
Untuk itu semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat untuk kita semua
penggunanya.

Malang, 17 april 2017


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i

KATAPENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2

1.3 Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Pemerintah Terhadap Kia.............................................................................3

2.2 Sasaran Kia....................................................................................................................4

2.3 Kebijakan Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia)..4


BAB III LANDASAN TEORI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
KESEHATAN IBU DAN ANAK
3.1 UUD Kesehatan.......8

3.2 Upaya-upaya Kia untuk selanjutnnya...9


3.3 Program pokok Kia...9

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.

4.2 Saran..

DAFTARPUSTAKA..
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu tujuan
program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu. Keerom
merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah Indonesia bagian timur.
Perbandingan antara jumlah bidan dan perawat dengan penduduk di Keerom
sudah terpenuhi berdasarkan standar, namun pendistribusian tenaga bidan masih belum
merata. Kondisi geografis yang sulit menyebabkan kebutuhan tenaga bidan semakin
besar karena jumlah penduduk per desa masih relatif sedikit, tetapi jarak antardesa
berjauhan. Kondisi ini juga menyebabkan kurangnya pengawasan terhadap bidan. Hasil
observasi awal menunjukkan bahwa ada beberapa bidan desa yang meninggalkan lokasi
tugas tanpa izin dan tidak terpantau oleh Dinas Kesehatan Keerom. Dampak dari
pendistribusian tenaga kerja yang belum merata, dan lemahnya pengawasan dari dinas
kesehatan (dinkes) menyebabkan kegiatan program kesehatan di puskesmas belum
berjalan optimal, termasuk program KIA.
Tahun 2005, jumlah persalinan yang ditolong tenaga kesehatan masih rendah,
hanya sebanyak 52 persen. Jumlah kematian ibu bersalin yang tercatat di Keerom sebesar
4 orang. Fenomena kasus kematian ibu dan kematian bayi di Keerom kemungkinan
akibat dari dukungan Dinas Kesehatan Keerom dalam program KIA di puskesmas belum
optimal.
Dalam era otonomi daerah, peran dinkes menjadi sangat penting, termasuk dalam
kegiatan program KIA1.Dinkes kabupaten/kota sebagai unit pelaksana teknis di bidang
kesehatan berfungsi sebagai pendukung kegiatan puskesmas di wilayah kerjanya,
sehingga program dapat berjalan sesuai yang direncanakan2. Kebijakan dinkes
merupakan pedoman bagi puskesmas untuk menjalankan program kesehatan di
puskesmas3. Fungsi dukungan dinkes ke puskesmas dalam kegiatan program dapat
berupa pengadaan sumber daya manusia dan sumber daya lain yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan program KIA. Dukungan dinkes dalam proses pelaksanaan seperti kegiatan
pembinaan, pengarahan dan pengendalian program juga dibutuhkan oleh puskesmas.
B. Rumusan Masalah
1 . Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap KIA ?
2. Bagaimana sasaran KIA ?
3. Bagaimana kebijakan pelayanan KIA ?
4. Bagaimana upaya KIA selanjutnya untuk pemerintah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah terhadap KIA
2. Untuk mengetahui sasaran KIA
3. Untuk mengetahui kebijakan pelayanan KIA
4. Untuk mengetahui upaya KIA selanjutnya untuk pemerintah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Pemerintah Terhadap KIA


Strategi Pembangunan Kesehatan menuju indonesia sehat 2010 mengisyaratkan
bahwa pembangunan kesehatan ditujukan pada upaya menyehatkan bangsa. Indikator
keberhasilannya antara lain ditentukan oleh angka mortalitas dan morbiditas, angka kematian
ibu dan angka kematian bayi
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini
adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Anak (AKB) masih tinggi yaitu, 307 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB 35/1000 kh. Target yang ditetapkan untuk dicapai pada RPJM
tahun 2009 untuk AKI adalah 226 per 100.000 kh dan AKB 26/1000 kh. Dengan demikian
target tersebut merupakan tantangan yang cukup berat bagi program KIA.
Sebagaian besar penyebab kematian ibu secara tidak langsung (menurut survei
Kesehatan Rumah Tangga 2001 sebesar 90%) adalah komplikasi yang terjadi pada saat
persalinan dan segera setelah bersalin. Penyebab tersebut dikenal dengan Trias Klasik yaitu
Pendarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Sedangkan penyebab tidak
langsungnya antara lain adalah ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis (KEK) 37%,
anemia (HB kurang dari 11 gr%) 40%. Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan
meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.
Beberapa kegiatan dalam meningkatkan upaya percepatan penurunan AKI telah
diupayakan antara lain melalui peningkatan kualitas pelayanan dengan melakukan pelatihan
klinis bagi pemberi pelayanan kebidanan di lapangan. Kegiatan ini merupakan implementasi
dari pemenuhan terwujudnya 3 pesan kunci Making Pregnancy Safer yaitu:
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, danSetiap
wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau diramalkan
sebelumnya sehingga ibu hamil harus sedekat mungkin pada sarana pelayanan ndicator
emergency dasar. Penyebab utama kematian Ibu adalah Perdarahan, Infeksi, Eklampsi, Partus
lama dan Komplikasi Abortus. Perdarahan merupakan sebab kematian utama. Dengan
demikian sangat pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan karena sebagian
besar komplikasi terjadi pada saat sekitar persalinan, sedang sebab utama kematian bayi baru
lahir adalah Asfiksia, Infeksi dan Hipotermi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Selama kurun waktu 20 tahun angka kematian bayi (AKB) telah diturunkan secara tajam,
namun AKB menurut SDKI 2002-2003 adalah 35 per 1000 KH. Angka tersebut masih tinggi
dan saat ini mengalami penurunan secara lambat. Dalam Rencana Pembangunan jangka
panjang Menengah Nasional (RPJMN) salah satu sasarannya adalah menurunkan AKB dari 35
1000 KH menjadi 26 per 1000 KH pada tahun 2009. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi
terhadap masalah-masalah penyebab kematian bayi untuk mendukung upaya percepatan
penurunan AKB di ndicator.

B. Sasaran KIA
Program PWS-KIA

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus
menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang
dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan
balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi
data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan
tindak lanjut.
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun
1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat memberikan data yang cepat
sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau tindakan yang cepat dalam wilayah
kerjanya. PWS dimulai dengan program Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang
menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi.
Pelaksanaan PWS imunisasi berhasil baik, dibuktikan dengan tercapainya Universal
Child Immunization (UCI) di Indonesia pada tahun 1990. Dengan dicapainya cakupan
program imunisasi, terjadi penurunan AKB yang signifikan. Namun pelaksanaan PWS
dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tidak secara cepat dapat menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) secara bermakna walaupun cakupan pelayanan KIA meningkat, karena
adanya faktor-faktor lain sebagai penyebab kematian ibu (ekonomi, pendidikan, sosial
budaya, dan lain sebagainya). Dengan demikian maka PWS KIA perlu dikembangkan dengan
memperbaiki mutu data, analisis dan penelusuran data.
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan
menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan terjangkaunya seluruh sasaran
maka diharapkan seluruh kasus dengan faktor risiko atau komplikasi dapat ditemukan sedini
mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang memadai.
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan
komunikasi kepada sektor terkait, khususnya lintas sektor setempat yang berperan dalam
pendataan dan penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA dapat digunakan untuk
memecahkan masalah teknis dan non teknis. Pelaksanaan PWS KIA harus ditindaklanjuti
dengan upaya perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi manajemen
program, penggerakan sasaran dan sumber daya yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat
puskesmas dan kabupaten/kota dapat digunakan untuk menentukan puskesmas dan
desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis PWS KIA di tingkat propinsi dapat
digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang rawan.
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini
diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :

1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua
fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar
C. Kebijakan Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia)
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Indonesia
dan negara-negara peserta United Nation General Assembly Special Session on Children
menegaskan kembali dan mendeklarasikan komitmen terhadap kesejahteraan anak.
Komitmen tersebut dikenal sebagai A World Fit for Children (WFC). Selain berisi
pernyataan tentang tekad berbagai negara untuk terus memperjuangkan kesejahteraan dan
kemaslahatan anak, Sebagai tindak lanjut dari pertemuan tersebut, Indonesia menyusun
Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) yang mencakup keempat komponen
tersebut. Dokumen ini khusus berisi tentang PNBAI Bidang Kesehatan. Derajat
kesehatan anak tidak dapat dipisahkan dari derajat kesehatan ibu. Data SUSENAS 2001
menunjukkan Angka kematian ibu (AKI) sebesar 394 per 100.000 kelahiran hidup.
Dalam kurun waktu 15 tahun AKI tidak menunjukkan penurunan, malah terlihat stagnant.
Dari hasil survei tahun 2001 tersebut terlihat bahwa penyebab kematian ibu tertinggi
adalah perdarahan termasuk abortus adalah 34,3 persen, diikuti oleh eklampsia (23,7
persen). Data rumah sakit menunjukkan bahwa kematian ibu di rumah sakit semakin
meningkat, yaitu dari 4 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1994 menjadi 8 per 1000
pada tahun 1999. Case fatality rate kasus maternal juga meningkat dari 0,4 persen (1993
dan 1994) menjadi 0,5 persen (1996) dan 0,8 persen (1999).
BAB III
LANDASAN TEORI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
KESEHATAN IBU DAN ANAK

A. Undang-undang Kesehatan
1) Kesehatan ibu, bayi, dan anak (Undang-undang No.36 Tahun 2009 Tentang kesehatan)
Pasal 126-135 Pasal 126.
Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga
mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian
ibu. (2) Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. (3) Pemerintah menjamin ketersediaan
tenaga, fasilitas, alat dan obat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu secara
aman, bermutu, dan terjangkau. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan
ibu diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 127
(1) Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan
suami istri yang sah dengan ketentuan: a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami
istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal; b.
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu;
dan c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu. (2) Ketentuan mengenai persyaratan
kehamilan di luar cara alamiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 128
(1) Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama
6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. (2) Selama pemberian air susu ibu, pihak
keluarga, Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi
secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus. (3) Penyediaan fasilitas
khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana
umum.

Pasal 129
(1) Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin
hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif. (2) Ketentuan lebih lanjut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 130
Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.
Pasal 131
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak. (2) Upaya pemeliharaan kesehatan anak
dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai
berusia 18 (delapan belas) tahun. (3) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban
bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, dan Pemerintah, dan pemerintah daerah.
Pasal 132
(1) Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab
sehingga memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. (2)
Ketentuan mengenai anak yang dilahirkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3) Setiap anak berhak
memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah
terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi. (4) Ketentuan lebih lanjut
mengenai jenis-jenis imunisasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 133
(1) Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala bentuk
diskriminasi dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu kesehatannya. (2)
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkewajiban untuk menjamin
terselenggaranya perlindungan bayi dan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 134
(1) Pemerintah berkewajiban menetapkan standar dan atau kriteria terhadap
kesehatan bayi dan anak serta menjamin pelaksanaannya dan memudahkan setiap
penyelenggaraan terhadap standar dan kriteria tersebut. (2) Standar dan/atau kriteria
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diselenggarakan sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai agama, dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 135
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat wajib menyediakan tempat
dan sarana lain yang diperlukan untuk bermain anak yang memungkinkan anak tumbuh
dan berkembang secara optimal serta mampu bersosialisasi secara sehat. (2) Tempat
bermain dan sarana lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilengkapi sarana perlindungan terhadap risiko kesehatan agar tidak membahayakan
kesehatan anak.
Upaya-Upaya KIA untuk Selanjutnya
Upaya peningkatan derajat kesehatan keluarga dilakukan melalui program
pembinaan kesehatan keluarga yang meliputi upaya peningkatan kesehatan Ibu dan Bayi,
Anak Pra Sekolah dan Anak Usia Sekolah, Kesehatan Reproduksi Remaja, dan
Kesehatan Usia Subur. Era Desentralisasi menurut pengelola program di Kabupaten /
Kota untuk lebih proaktif didalam mengembangkan program yang mempunyai daya
ungkit dalam akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) sesuai situasi dan kemampuan daerah masing-masing mengingat AKI dan
AKB merupakan salah satu ndicator penting keberhasilan program kesehatan Indonesia.
Program Pokok Kia
1) Program ANC
2) Deteksi risti ibu hamil
3) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
4) Rujukan kasus risti ibu hamil
5) Pemeriksaan BBL (Neonatus), bayi dan balita
6) Penanganan neonatal yang berisiko
7) Pelayanan kesehatan bayi umur 1 bulan sampai 1 tahun
8) Pelayanan kesehatan balita
9) Pelayanan kesehatan pra school
Berbagai permasalahan kesehatan anak prasekolah, usia sekolah dan kesehatan
remaja yang semakin kompleks yang meliputi kesehatan reproduksi remaja, masalah
penyalagunaan narkotik dan zat adiktif lainnya merupakan tantangan yang harus dihadapi
oleh program Kesehatan Keluarga. Diharapkan melalui kegitan-kegiatan yang dilaksanakan
dapat memperluas cakupan pelayanan yang pada akhirnya dapat meningkatkan status
Kesehatan keluarga secara khusus dan masyarakat pada umumnya.
Sehubungan dengan penerapan system desentralisasi, maka pelaksanaan strategi MPS
didaerah pun diharapkan dapat lebih terarah dan sesuai dengan permasalahan setempat.
Dengan adanya variasi antara daerah dalam hal demografi dan geografi, maka kegaiatan
dalam program kesehatan ibu dan Anak (KIA) akan berbeda pula. Namun agar pelaksanaan
Program KIA dapat berjalan lancer, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA
puskesmas maupun di tingkat Kabaupaten/Kota. Peningkatan mutu program KIA juga dinilai
dari besarnya cakupan program di masing-masing wilayah kerja.
Untuk itu, perlu di pantau secara terus menerus besarnya cakupan pelayanan KIA di
suatu wilayah kerja, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam
wilayah kerja tersebut yang paling rawan. Dengan diketahuinya lokasi rawan kesehatan ibu
dan anak, maka wilayah kerja tersebut dapat lebih diperhatikan dan dicarikan pemecahan
masalahnya. Untuk memantau cakupan pelayanan KIA tersebut dikembangkan sistem
Pemantau Wilayah Setempat (PWS-KIA).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut ;
1. Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dengan cara pemberian
pelayanan antenatal yang optimal secara menyeluruh dan terpadu, peningkatan deteksi
dini resiko tinggi baik pada ibu hamil maupun pada bayi di institusi pelayanan ANC
maupun di masyarakat, disamping itu pengamatannya harus secara terus menerus.
2. Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas hingga rumah
sakit tempat rujukan.
3. Adanya keseragaman dan persamaan persepsi tentang sistem pelaporan antara pengelola
program kesehatan ibu dan anak yang berada di kabupaten/kota dengan pengelola yang
ada di propinsi
B. Saran
Diharapkan perkembangan kesehatan ibu dapat merata sesuai dengan program kesehatan
Pemerintah dalam mencapai kesejahteraan secara merata.

DAFTAR PUSTAKA
Man uaba,Ida Bagus Gde. 2007. Ilmu Kebidanan Dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: Sunter Agung Podomoro.
Notoatmodjo, Soekidjo.2007.Promosi Kesehatan.Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Behrman. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics).
EGC. Jakarta.
https://novafebriantiyusuf.wordpress.com/2013/07/18/pelayanan-kesehatan-pada-bayi-dan-
balita/
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2008. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta 2008.

Anda mungkin juga menyukai