Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KDK

DI SUSUN OLEH:

DIAN

DINA

LINA HERLINA

RAHMI MASITA

ROSALINA RINI

YESI VERONITA

POLTEKKES PALU TAHUN 2016/2017

D III KEBIDANAN 1B

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas penyertaan dan pertolongaNya kami selaku penulis
makalah ini dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Rasa terima kasih juga buat teman-teman yang sudah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini membahas tentang bagaimana cara dalam melakukan Perawatan Luka dalam
praktek kebidanan, melakukan Asuhan pada pasien Pascabeda pada kasus kebidanan, dan
melakukan Asuhan pada pasien sesudah Oprasi Cesar.

Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini tentunya masih banyakterdapat


kekurangan serta keterbatasan kemampuan, sehingga hasil dari penulisan makalah ini jauh dari
kesempuurnaan. Oleh karena hal tersebut, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari para pembaca, sehingga dapat menutupi kekurangan dan kelemahan
kami sebagai penulis.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dalam memberikan pengetahuan bagi
pembaca dan bagi kami selaku penulis dan penyusun makalah ini.

Palu, 20 February 2017

Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah

Bab 11 Pembahasan

2.1.
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penatalaksanaan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan


juga untuk mencegah infeksi. Luka yang sering ditemukan bidan adalah luka yang bersih tanpa
kontaminasi, missal luka insisi tertutup, luka yang melibatkan saluran kemih, misalnya SC di
segmen bawah (LSCS). Oleh karena itu bidan harus pula mengetahui dan trampil dalam
melakukan perawatan luka pasca oprasi.

Pengangkatan jahitan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan


dan juga untuk mencegah infeksi. Luka oprasi perlu diawasi pada masa pasca oprasi. Bila luka
telah kuat dan sembuh primer, maka jahitan atau benangnya dapat diangkat. Keputusan untuk
mengangkat atau membuka jahitan dibuat sesuai dengan hasil pengkajian. Jahitan dibuka jika
luka sudah sembuh, sering kali dalam 5-10 hari pasca oprasi.

Salah satu faktor penting dalam menentukan saat pencabutan jahitan adalah tegangan
pada tepi luka operasi. Tepi luka yang searah dengan garis lipatan kulit tidak akan tegang,
sementara luka yang arahnya tegak lurus terhadap garis kulit atau yang di jahit setelah banyak
bagian kulit diambil, akan menyebabkan ketegangan tepi luka yang besar. Dalam hal ini,
pengambilan jahitan harus ditunda lebih lama sampai dicapai kekuatan jaringan yang cukap
sehingga bekas jahitan tidak mudah terbuka lagi. Jahitan yang dibiarkan terlalu lama dapat
memperlambat penyembuhan luka.

1.2.Rumusan Masalah

1.Bagaimana cara melakukan perawatan luka dalam praktik kebidanan?

2.Bagaimana cara melakukan asuhan pada pasien pasca bedah pada kasus kebidanan?

3.Bagaimana melakukan asuhan pada pasien sesudah operasi Seksio Sesaria?


BAB II PEMBAHASAN

2.1.Melakukan Perawatan Luka Post SC

Penatalaksanan luka bertujuan meningkatkan proses penyambuhan jaringan dan juga


untuk mencegah infeksi. Luka yang sering ditemukan bidan adalah luka yang bersih tanpa
kontaminasi, missal luka insisi yang tertutup, luka yang melibatkan saluran kemih, missal SC di
segmen bawah (LSCS). Oleh karena itu bidan harus pula mengetahui dan terampil dalam
melakukan perawatan luka pasca oprasi.

Dalam pengkajian luka harus memperhatikan kondisi klinis ibu, waktu, dan sifat oprasi
serta tampilan luka. Keputusan untuk membalut luka kembali juga harus mencakup keputusan
apakah pembersihan luka merupakan tindakan yang diindikasikan. Dan bila luka perlu
dibersihkan dan dibalut ulang, perawatan harus dilakukan dengan teknik bersih, dengan air atau
normal salin. Bila luka tampak terinfeksi, perlu dilakukan apusan atau rujukan.
2.3.Melakukan Asuhan Pada Pasien Setelah Melakukan Oprasi Seksio Sesaria

Istilah section caesarea berasal dari perkatan latin caedere yang artinya memotong.
Pengertian ini semula di jumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan Emperors Law (Lex
Caesarea)yaitu undang-undang yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang
meninggal harus di keluarkan dari dalam rahim. Jadi seksio sesaria tidak ada hubungannya sama
sekali dengan Julius Caesar.

Seksio Sesaria jauh lebih aman dari pada dulu berkat kemajuan dalam anti biotika,
transfusi darah, anestesi dan tehnik oprasi yang lebih sempurna. Karena itu saat ini ada
kecunderungan untuk melakukan oprasi ini tanpa dasar indikasi yang cukup kuat. Namun perlu
di ingat, bahwa seorang wanita yang telah mengalami oprasi pasti akan menimbulkan cacat dan
parut pada rahim yang dapat membahayakan kehamilan dan persalinan berikutnya, walaupun
bahaya tersebut relative kecil.

2.3.1.DEFINISI

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau seksio sesarea adalah suatu histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

2.3.2.ISTILAH

a.Seksio sesarea primer (efektif)

Dari semula telah di rencanakan bahwa janin akan di lahirkan secara seksio
sesarea,tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit (CV kecil dari 8 cm)

b.Seksio sesarea sekunder

Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan),bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan
seksio sesarea.

c.Seksio sesarea ulang (repeat caesarean section)

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami seksio sesarea (previous caesarea
section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.

d.Seksio sesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy)

Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena sesuatu indikasi.

e.Operasi porro (porro operation)


Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentumya janin
sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang
berat.

Seksio sesarea oleh ahli kebidanan disebut obstetric panacea, yaitu obat atau
terapi ampuh dari semua masalah.

2.3.3.FREKUENSI

Perluasan indikasi melakukan seksio sesarea dan kemajuan dalam teknik operasi
dan anestesi serta obat-obat anti biotika menyebabkan angka kematian seksio sesarea dari period
eke periode miningkat.

2.3.4.INDIKASI

a.Letak lintang:

Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat:

1.Bila ada kesempitan panggul, maka seksio sesarea adalah cara yang terbaik
dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa

2. semua primigravida dengan letak lintang harus di tolng dengan seksio sesarea,
walau tidak ada perkiraan panggul sempit

3. multi para dengan letak lintang dapat lebih dulu di tolong dengan cara-cara lain

b. Letak Bokong:

Seksio sesarea di anjurkan pada letak bokong bila ada:

1. Panggul sempit
2. Primigravida
3. Janin besar dan berharga

c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi )bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil

d. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil

e.Gemelli, menurut Eastman seksio sesarea di anjurkan :

1. Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder presentation)
2. Bila terjadi interlock (locking of the twins )
3. Distosia oleh karena tumor
4. Gawat janin dan sebagainya

(Prof. Dr. Rustam Mochtar,MPH. Sinopsis Obstetri. Jilid 2 . 1998. Jakarta. Hlm,117-119)
2.3.5. ASUHAN PADA IBU SETELAH MELAKUKAN OPERASI SC

a. Ruang pemulihan

Setiap ibu harus di pantau oleh satu orang bidan sampai kondisi ibu stabil jalan
nafas ibu terkontrol, dan ibu dapat berkomunikasi. Tugas ini harus dilakukan oleh staf
kamar oprasi yang telah terlatih.

1. Menyusui dapat di mulai dari ruang pemulihan. Kecil kemungkinan ibu yang
menjalani bedah sesar akan mulai menyusui bayinya dalam beberapa jam
setelah kelahiran tetapi setelah memulainya mereka akan menyusui bayinya
seperti ibu-ibu lain.
2. Observasi. Observasi yang teratur dapat mengidentifikasi adanya masalah
sejak dini. Pada dua jam pertama, lakukan pengecekan setiap setengah jam,
selanjutnya lakukan setiap jam. Laporkan setiap masalah yang di temukan
dengan jelas kepada dokter obstetri.
1) Frekuensi nadi, tekanan darah, pernapasan.
2) Nyeri dan sedasi
3) Observasi lokia dan area luka
4) Periksa haluaran urine
3. Tromboprofilaksis. Tromboembolisme merupakan penyebab tersering
kematian ibu mendadak, 80% ibu yang meninggal di ketahui memiliki fakor
resiko embolisme paru. Stocking tromboembolik +/- heparin berat molekul-
rendah harus di resepkan untuk ibu yang baru menjalini bedah sesar, terlebih
jika ibu memiliki faktor resiko lain, misalnya indeks masa tubuh yang tinggi.
4. Makanan dan minuman. Dapat di mulai kembali pada waktu ibu
menginginkannya, jika ia pulih dengan baik tanpa komplikasi
5. Dukungan umum. Ibu akan memerlukan banyank sekali bantuan, terutama
dalam beberapa jam pertama. Pastikan ibu merasa nyaman dengan meletakan
banyak bantal sebagai penopang, dan letakan minuman dan bel panggil di
tempat terjangkau. Letakan bayi di samping ibu jika ibu menginginkannya,
dan kondisi ibu cukup sadar, pastikan bayi aman. Cobalah untuk
mengantisipasi kebutuhan ibu dan meresponnya
6. Diskusi postnatal. Ibu yang menjalani bedah sesar darurat harus di beri
kesempatan untuk berdiskusi dengan professional ternama mengenai alas an
tindakan tersebut dan implikasinya bagi kehamilan berikutnya.

(Vicky Chapman & Cathy Charles. Persalinan & Kelahiran. Edisi 2. 2009. Jakarta. Hlm 182-
183).
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai