87 1 167 1 10 20151220 PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT

DI KECAMATAN PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI RIAU

COMMUNITY DEVELOPMENT STRATEGY BASED IN BORDER STATES DISTRICT


IN RIAU PROVINCE

Gevisioner, Rindukasih Bangun, Karyanti


Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau
Jalan Diponegoro No. 24 A Pekanbaru
e-mail: irgevisioner@gmail.com
Dikirim: 28 Februari 2013; direvisi: 12 Maret 2013; disetujui: 18 Maret 2013

Abstrak
Wilayah perbatasan memerlukan sebuah mekanisme pengelolaan yang terintegrasi dan berkesinambungan.
Penelitian ini bertujuan merumuskan strategi dan model pembangunan yang sesuai dengan kondisi wilayah
pada Kecamatan Perbatasan Negara di Provinsi Riau. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di
Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Analisis data yang digunakan
deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : pembangunan pada kecamatan perbatasan
yang memiliki wilayah pesisir seharusnya dilakukan dengan melalui suatu pendekatan pembangunan yang
menjamin terpeliharanya keseimbangan ekologi dan pertumbuhan ekonomi, yang dilakukan secara
berkelanjutan dan terpadu, dengan meletakkan masyarakat sebagai basis pembangunan.
Kata kunci : Pembangunan, perbatasan, berbasis masyarakat, berkelanjutan

Abstract
The boarder area need a integrity and continually management mechanism. The purposes of this research to
formulate the strategy and the model of development fringe which suitable with the area condition in the
district of fringe country in Riau province. This research is done in the district of Rangsang Barat, Meranti
regency of Riau province. The method of data analyzing that is used descriptive and quantitative. The result
of research has shown the development of beach and ocean area should be done toward a development
approach that keep the ecology balance and economic growing oprimally and sustainable with put the
society as based development and doing it integraty.
Keyword : development, boarder area, society based, sustainable.

PENDAHULUAN pengelolaan wilayah perbatasan memerlukan


kebijakan yang menyeluruh (holistic), mengingat
Kawasan perbatasan merupakan bagian dari pegembangan wilayah perbatasan pada dasarnya
wilayah negara yang terletak pada sisi dalam bertujuan untuk menciptakan dan meningkatkan
sepanjang batas wilayah dengan negara lain, dalam kegiatan-kegiatan ekonomi dan perdagangan antara
hal batas wilayah negara di darat, kawasan kedua negara yang akan memberikan dampak bagi
perbatasan berada di kecamatan (UU. No.43 tahun peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat dan
2008). Pembangunan wilayah perbatasan pada peningkatan pendapatan negara melalui kegiatan
hakekatnya merupakan bagian integral dari ekspor dan impor ( Patriadi,HB, 2010).
pembangunan nasional. Berdasarkan Undang- Kawasan perbatasan darat di Indonesia
Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tersebar di 4 provinsi, 16 kabupaten dan 66
tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah kecamatan. Sedangkan kecamatan perbatasan
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang dikawasan laut meliputi 104 kecamatan yang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kawasan tersebar di 20 provinsi dan 50 Kabupaten. RPJM
perbatasan digolongkan pada kawasan strategis, yang Nasional periode 2010 2014 telah menetapkan
penataan ruangnya diprioritaskan dalam pelaksanaan prioritas pengembangan wilayah kabupaten/kota
pembangunan. Dalam era reformasi dan dengan dikawasan perbatasan, dimana terdapat 38 kabupaten
kondisi kritis yang masih berkepenjangan, yang diprioritaskan pengelolaannya (Bappenas
penanganan masalah perbatasan belum dapat BNPP, 2010).
dilakukan secara optimal (Sobar Sutisna,S, dkk, Pengelolaan kawasan perbatasan masih
2010). menghadapi permasalahan yang kompleks, baik dari
Daerah perbatasan (border areas) memiliki sisi delimitasi dan demarkasi batas, pertahanan dan
keunikan tersendiri, baik ditinjau dari aspek keamanan, maupun pembangunan kawasan. Dari
geografis, sosial, dan cultural. Oleh karena itu, sisi perencanaan, salah satu permasalahan

Strategi Pembangunan Berbasis Masyarakat


di Kecamatan Perbatasan Negara di Provinsi Riau Gevisioner, Rindukasih Bangun, Karyanti| 53
pengelolaan kawasan perbatasan hingga saat ini masyarakat (penghamburan sumberdaya). Oleh
belum tersedia rencana pembangunan yang karena itu, model pemberdayaan yang disusun secara
beroritentasi kepada upaya pembangunan kawasan nasional patut direevaluasi dan disesuaikan dengan
perbatasan terintegrasi dan terperinci (Bappenas- kondisi masyarakat dan wilayah masing-masing.
BNPP, 2010). Hingga saat ini kondisi perekonomian Seperti yang dikemukan oleh Sobar, dkk (2010)
sebagian besar wilayah di kawasan perbatasan relatif bahwa setiap kawasan perbatasan memiliki
masih tertinggal jika dibandingkan dengan karakteristik yang berbeda-beda oleh karena itu
pembangunan di wilayah lain. Di beberapa kawasan pengelolaan pembangunan ditiap-tiap kawasan
terjadi kesenjangan pembangunan kawasan tersebut tidak dapat disamaratakan. Oleh karena itu,
perbatasan dengan negara tetangga. Kondisi ini pada sudah sewajarnya bila wilayah perbatasan
umumnya disebabkan oleh masih terbatasnya memerlukan sebuah mekanisme pengelolaan yang
ketersediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi terintegrasi dan berkesinambungan, karena diruang
seperti sarana dan prasarana perhubungan, perbatasan tersebut akan selalu terjadi pergesekan
telekomunikasi, permukiman serta rendahnya atau interaksi dengan Negara tetangga, baik positif
kualitas sumberdaya manusia (Hadi, S, 2009). maupun negative . P enanganan pembangunan
Kabupaten Kepulauan Meranti termasuk satu wilayah pada setiap kawasan, mempunyai kondisi
dari lima Kawasan Prioritas Perbatasan Laut RI- dan karakteristik berbeda-beda, sehingga focus
Singapura/Malaysia/ Vietnam yang terdapat di pembangunannya akan berbeda-beda pula
Provinsi Riau, selain Kota Dumai, Kabupaten (Adisasmita, 2006).
Bengkalis, Rokan Hilir dan Indragiri Hilir 1. Kabupaten Kepulauan Meranti yang merupakan
(Bappenas- BNPP, 2010). Bila ditinjau dari wilayah kawasan gugus kepulauan dengan
geografis kabupaten Kepulauan Meranti, merupakan infrastruktur yang sangat terbatas dan persentase
kabupaten satu-satunya yang merupakan Kepulauan penduduk miskin yang tinggi. Kondisi ini
di provinsi Riau, memiliki empat gugus pulau besar menggambarkan bahwa strategi atau model
dan 12 pulau kecil. Kondisi geografis yang yang pembangunan selama ini belum dapat
berada di jalur pelayaran dan perdagangan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
international Selat Malaka dan berbatasan dengan Peningkatan pemberdayaan dan partisipasi
dua Negara tetangga yakni Malaysia dan Singapura masyarakat dan penguatan kelembagaan
memberikan peluang dan ancaman dalam masyarakat dalam pemanfaatan pengelolaan dan
pembangunan di kabupaten Kepulauan Meranti. pengembangan sumberdaya yang dimiliki
Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki merupakan langkah-langkah strategis dalam
potensi sumberdaya alam yang besar dan beragam. pembangunan daerah perbatasan. Sehingga
Selain memiliki potensi pertambangan minyak dan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
gas bumi, perairan, wilayah pesisir dan laut, juga Bagaimana potensi sumberdaya pembangunan
memiliki lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai mencakup potensi fisik lingkungan, sosial dan
sumber kehidupan bagi penduduk. Kawasan hutan ekonomi pada Kecamatan Perbatasan Negara di
mangrove (bakau) di kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau?
sudah banyak yang mengalami kerusakan. Tingkat 2. Apakah sektor dan komoditi potensial yang
pendidikan dan kesejahteraan penduduk di dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
kabupaten Kepulauan Meranti relatif rendah, hal ini pada Kecamatan Perbatasan Negara di Provinsi
dapat dilihat masih tingginya persentase rumah Riau?
tangga miskin di Kepulauan Meranti yang mencapai 3. Bagaimana strategi dan model pembangunan
34,85 persen. Pada beberapa kecamatan dengan pada Kecamatan Perbatasan Negara di Provinsi
persentase rumah tangga miskin mencapai 40 persen Riau?
lebih, terutama pada kecamatan yang berbatasan
langsung dengan Negara tetangga seperti kecamatan Terkait dengan rumusan permasalahan
Rangsang Barat, sebagian besar penduduk miskin dimaksud, maka tujuan penelitian ini adalah :
berada di pedesaan dan bekerja pada sektor pertanian 1. Menganalisis potensi sumberdaya
(Bappeda Kepulauan Meranti, 2011). pembangunan meliputi fisik lingkungan, sosial
Kondisi tersebut di atas menggambarkan dan ekonomi pada Kecamatan Perbatasan
bahwa pembangunan selama ini belum dapat Negara di Provinsi Riau,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara 2. Menganalisis sektor dan komoditi apa saja yang
signifikan karena belum sesuai dengan potensi potensial untuk meningkatan kesejahteraan
sumber daya yang ada. Model pemberdayaan masyarakat pada Kecamatan Perbatasan Negara
masyarakat yang selama ini digeneralisasi secara di Provinsi Riau,
nasional atau berlaku untuk semua daerah, dengan 3. Merumuskan strategi dan model pembangunan
asumsi bahwa kebutuhan masyarakat sama untuk yang sesuai dengan kondisi wilayah pada
seluruh daerah atau sama dengan kebutuhan Kecamatan Perbatasan Negara di Provinsi Riau.
penyusun kebijakan, menjadi penyebab utama
pembangunan tidak dapat dimanfaatkan oleh

54 | Jurnal Bina Praja| Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2013: 53 - 62


METODE PENELITIAN sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti
Bappeda, BPS, Kantor Camat, dan lain-lain.
Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian
Mengingat begitu luasnya ruang lingkup Metode Penentuan Responden
pengelolaan perbatasan, maka ruang lingkup Pemilihan lokasi responden pada penelitian ini
penelitian ini dibatasi pada mengetahui dan dilakukan berdasarkan pertimbangan (purposive
menganalisa kondisi fisik lingkungan, sosial dan sampling) yakni desa yang memiliki penduduk
ekonomi serta merumuskan strategi dan model terbanyak pada masing-masing letak desa pada
pembangunan pada daerah perbatasan Negara di masing-masing pesisir. Desa yang terpilih adalah
Provinsi Riau. Desa Kedapu Rapat (Desa di Pesisir Utara), Desa
Penelitian dilakukan di Kecamatan Rangsang Bokor (Desa Pesisir Selatan) dan Desa Bantar
Barat Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, (terletak diantara Pesisir Utara dan Selatan). Jumlah
selama 8 (delapan) bulan dari bulan April 2011 responden/ sample diperoleh dengan menggunakan
sampai dengan November 2011. Pemilihan lokasi rumus (Cochran, 2001):
penelitian dilakukan dengan menggunakan
pertimbangan (purposive), yakni kecamatan yang t 2 PQ
terletak paling luar yang berbatasan langsung
dengan negara Malaysia, persentase rumah tangga n= d2
miskin yang relatif tinggi (34,91 %) dan jumlah desa t PQ
2

tertinggal paling banyak di kabupaten Kepulauan d 2 1


Meranti (Bappeda Kabupaten Kepulauan Meranti, 1+
2010). N
Pendekatan Penelitian Keterangan:
Berdasarkan sifat tujuan penelitian, penelitian n = jumlah sampel
ini bersifat menjelajah (exploratory studies). P = probalitas keyakinan
Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus dan N = jumlah populasi
bersifat multi metode, dengan menggunakan Q = 1 - probalitas
pendekatan kualitatif. Alasan menggunakan t = t table
penelitian kualitatif adalah karena penelitian ini d = standar error
membahas aspek perilaku dan dinamika kelompok Pada penelitian ini menggunakan tingkat
yang sangat kompleks. probalitas keyakinan terhadap data sebesar 95 %,
maka diperoleh nilai tabel sebesar 1,96 dan standar
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data error sebesar 0,05.. Dengan menggunakan
Sebagaimana ciri-ciri khusus yang dimiliki perhitungan rumus perhitungan diatas diperoleh
dalam metode studi kasus, maka teknik jumlah sampel sebanyak 75 rumah tangga, yaitu 25
pengumpulan data dalam penelitan ini tidak tunggal, rumah tangga per desa. Responden yang diamati
namun gabungan dari beberapa teknik pengumpulan adalah kepala rumah tangga. Pemilihan responden
data, yaitu : Rapid Rural Apraisal (RRA)/ dari setiap desa dilakukan secara acak. Pemilihan
Pengenalan pedesaan dalam waktu singkat, FGD responden sebagai informan kunci dalam wawancara
(Focus Group Discussion), dan telaahan dokumen. mendalam di tentukan berdasarkan pertimbangan
Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penguasaan terhadap kondisi lokasi penelitian.
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Jumlah informan kunci sebanyak 5 (lima) orang
Data primer yang dikumpulkan yaitu data yang berasal dari berbagai stakeholder.
karakteristik masyarakat diperbatasan yang meliputi
umur, mata pencaharian, pendapatan, tingkat Analisis Data
pendidikan, aktivitas lintas batas, kendala atau Metode analisis data yang digunakan dalam
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam penelitian ini antara lain metode deskriptif dan
(kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan). Data metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan
sekunder yang dikumpulkan meliputi kondisi fisik untuk mengetahui kondisi daerah perbatasan
lingkungan (topografi, hidrologi, tanah), potensi dan kecamatan Rangsang Barat dan tingkat
pemanfaatan sumberdaya lahan (produksi, luas areal perkembangan pembangunannya, meliputi:tabulasi,
panen, produktivitas komoditi), Produk Domestik peringkasan, dan penyajian dalam bentuk grafik atau
Regional Bruto/ PDRB. Dikumpulkan juga data gambar-gambar serta perhitungan ukuran
sekunder mengenai sosial dan ekonomi masyarakat deskripsinya, kemudian dilakukan analisa
seperti jumlah penduduk, struktur penduduk, fasilitas perbandingan.
pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas komunikasi, Metode kuantitatif antara lain berupa, analisis
serta sarana dan prasarana perekonomian, program potensi sumberdaya wilayah, analisis penyebaran
pembangunan yang telah dilaksanakan. Data fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi wilayah
dengan metode skalogram, analisis potensi sektor /

Strategi Pembangunan Berbasis Masyarakat


di Kecamatan Perbatasan Negara di Provinsi Riau Gevisioner, Rindukasih Bangun, Karyanti| 55
komoditi dengan metode Location Quentient (LQ), (33.33 %) termasuk kedalam wilayah miskin. Desa-
analisis GINI untuk memperoleh distribusi desa yang masuk katergori miskin potensi
pendapatan, analisis SWOT untuk merumuskan sumberdaya adalah Segomeng, Lemang, Kayu Ara,
strategi pembangunan berbasis masyarakat. Sendaur dan Bina Maju.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Sosial dan Ekonomi


Tingkat pendidikan kepala keluarga di
Kondisi Fisik Lingkungan, Sosial dan Ekonomi kecamatan perbatasan masih tergolong rendah. Hal
Seluruh Desa di kecamatan Rangsang Barat ini dapat dari tingkat pendidikan kepala keluarga
merupakan Desa Pesisir, karena berbatasan langsung sebagian besar berpendidikan tidak tamat Sekolah
dengan garis pantai. Kondisi wilayah pesisir Dasar (30,19 %) dan Tamat Sekolah Dasar (26,42
kecamatan Rangsang Barat secara umum sama %). Walaupun didominasi sebagian besar
dengan kondisi pesisir wilayah pantai timur Pulau berpendidikan Sekolah Dasar (SD), tingkat
Sumatera. Topografi wilayah kecamatan Rangsang kesadaran masyarakat untuk bersekolah mencapai
Barat merupakan topografi datar, sebagian besar pendidikan yang lebih tinggi relative besar, hal ini
wilayah berada pada ketinggian kurang dari 50 mdpl, dapat dilihat hampir 94.7 persen rumah tangga tidak
yang merupakan daerah pesisir. Iklim wilayah mempunyai anak yang tidak bersekolah yang berada
adalah tropis basah, tanpa bulan kering, dengan rata- pada usia sekolah. Tingkat pendidikan masyarakat
rata curah hujan 2500 3000 mm, tipe Equatorial. yang tergolong rendah dapat menyebabkan pola
Batuan induk yang mengalasi Rangsang Barat terdiri berpikir dan bertindak masyarakat dalam
dari batuan aluvial dan bahan organik. Jenis tanah pembangunan sangat terbatas. Rendahnya
relatif homogen dengan kesuburan rendah sedang. pendidikan masyarakat, salah satunya disebabkan
(Bappeda Kab. Kepulauan Meranti, 2011). karena terbatasnya fasilitas pendidikan yang ada.
Ekosistem wilayah pesisir dan laut di Fasilitas pendidikan yang terdapat di
kecamatan Rangsang Barat adalah ekosistem lahan Kecamatan Rangsang Barat masih sangat terbatas.
rawa gambut dan kawasan mangrove. Pada Pada tahun 2010 yakni 12 Taman Kanak-Kanak, 25
umumnya lahan rawa gambut di dominasi oleh hutan Sekolah Dasar, 5 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,
rawa dan sagu. Sedangkan kawasan mangrove dan 3 Sekolah Menengah Umum. Sedangkan untuk
didominasi oleh hutan bakau, api-api dan nipah. Madrasah, memiliki 4 Madrasah Ibtidaiyah, 6
Pada umumnya, kawasan hutan mangrove (bakau) di Madrasah Tsanawiyah, 2 Madrasah Aliyah dan 28
kecamatan Rangsang Barat sudah banyak yang Madrasah Diniyah Awaliyah serta 1 Pondok
mengalami kerusakan, karena dimanfaatkan oleh Pesantren. Sementara untuk sekolah kejuruan (SMK)
masyarakat. sampai saat ini belum ada. Penyebaran fasilitas

Tabel 1. Jenis Fasilitas Pelayaran Berdasarkan Derajat Penyebarannya


di Kecamatan Rangsang Barat Tahun 2010

Derajat JENIS FASILITAS


Penyebaran
TK/RA dan TPA, Sekolah Dasar, MDA, Toko/Kedai, Industri kecil,
Tinggi ( 70 %) Mesjid, Musholla

Koperasi, Pelabuhan Rakyat


Sedang (35 - 70 %)
SLTP, SLTA, Pasar. Madrasah, Pesantren, Klinik KB, Puskesmas,
Rendah ( 35 %) Restoran/Rumah Makan, BPR, Pegadaian, Gereja, Pura/Vihara, Hotel/
Penginapan
Sumber : Data Olahan (2011)

Berdasarkan hasil analisis hirarki potensi pendidikan, kesehatan, ekonomi, perhubungan dan
sumberdaya wilayah yang meliputi tanaman pangan, komunikasi seperti jalan, listrik dan air bersih sangat
perkebunan, perikanan, peternakan, perdagangan, rendah di kecamatan Rangsang Barat (Tabel 1)
perindustrian, parawisata dan kependukuan pada Fasilitas pelayanan di kecamatan Rangsang
setiap desa diperoleh bahwa pada tahun 2010, Barat sebagian besar memiliki derajat penyebaran
penyebaran sumberdaya kurang merata sehingga rendah ( 35 %). Fasilitas pelayanan yang
tingkat ketimpangan antar desa menjadi tinggi. keberadaannya hanya terbatas pada beberapa desa ini
Terdapat 6 desa (40,00 %) yang tergolong kedalam merupakan fasilitas yang mempunyai jangkauan
wilayah dengan potensi sumberdaya kaya, 4 desa pelayanan yang luas seperti SLTP, SLTA, Sarana
(26,67 %) tergolong wilayah sedang dan 5 desa

56 | Jurnal Bina Praja| Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2013: 53 - 62


Kesehata (Puskesmas, Pustu, Klinik KB), Pasar dan buruk, dan 11,7 persen yang mengalami gizi kurang
lain-lain. pada tahun 2010 (Dinas Kesehatan Kabupaten
Mata pencaharian penduduk terutama kepala Kepulauan Meranti, 2010). Tingkat kesejahteraan
keluarga di Kecamatan Rangsang Barat masyarakat di kecamatan perbatasan ini sangat
menunjukkan bahwa kepala keluarga mempunyai dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas ekonomi di
pekerjaan utama pada sector pertanian secara umum daerah tersebut.
seperti sebagai nelayan ( 32.08 %), petani (35,95 %), Dari analisis hirarki fasilitas sosial ekonomi
buruh tani dan angkut (11,32 %), pedagang (5,66 %). (pendidikan, kesehatan, ekonomi, peribadatan,
Sebanyak 41,51 persen kepala keluarga mempunyai parawisata, perhubungan, komunikasi, kepadatan
pekerjaan tambahan. Pekerjaan tambahan di bidang penduduk dan lokasi desa) dengan skalogram ,
pertanian mencapai 31,82 %, buruh 22,73 persen, menunjukkan bahwa terdapat 5 desa (33.33 %) yang
pedagang 18.18 persen. terletak diperbatasan negara yang termasuk wilayah
Kepala keluarga di kecamatan Rangsang Barat tertinggal, 6 desa (40.00 %) yang termasuk
mempunyai rata-rata pendapatan Rp. 1.501.900 berkembang, sedangkan 4 desa (26,67 %) yang
/bulan. Pendapatan tersebut, 73,40 persen, berasal termasuk wilayah maju, yakni desa Bantar, Bokor,
dari pekerjaan utama, sedangkan sisanya dari Kedabu Rapat dan Tanah Merah. Dari hasil analisis
pekerjaan tambahan. Berdasarkan pengelompokkan skalogram diketahui bahwa desa Bantar, Bokor dan
pendapatan, 63.33 persen rumah tangga mempunyai Kedabu Rapat menempati hirarki hirarki tertinggi.
pendapatan sebesar Rp.1.000.000,- s/d Rp. Kondisi ini menggambarkan tingkat ketimpangan
2.000.000, per bulan, dan kurang dari Rp.1.000.000,- antar desa di kecamatan Rangsang Barat. Oleh
terdapat sebanyak 17,33 persen. Pendapatan tersebut karena itu, dari analisis skalogram tersebut dapat
digunakan 56,76 persen untuk biaya konsumsi disimpulkan bahwa ternyata terdapat 3 desa yang
pangan, 15.79 persen untuk biaya transportasi, dan dapat menjadi pusat pelayanan atau pusat
selebihnya untuk biaya pendidikan, kesehatan dan pengembangan wilayah utama adalah desa Bantar,
lain-lain. Bokor dan Kedabu Rapat.
Distribusi pendapatan digunakan untuk Desa-desa yang berada di daerah
melihat ketimpangan pendapatan rumah tangga. pantai/pesisir pada umumnya memiliki unit sarana
Hasil perhitungan Gini Ratio diperoleh bahwa pada dan prasarana paling sedikit, terutama yang terkait
40 % pendapatan terendah menerima 24.29 % dari dengan infrastruktur dasar. Masalah infrastruktur
total pendapatan kepala keluarga sampel, 40 % yang terutama adalah jalan, listrik, dan air bersih.
pendapatan menengah memperoleh 40.04 dari total Jalan-jalan didaerah perbatasan umumnya adalah
pendapatan kepala keluarga petani, sedangkan untuk sedang hingga rusak. Jalan jalan yang menghubungi
20 % pendapatan teratas memperoleh 35,66 % dari desa ke desa apalagi jalan usaha tani dalam kondisi
total pendapatan. Angka Gini Ratio sebesar 0.22, rusak, begitu juga keterbatasan jembatan yang ada.
yang menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan atau Persentase kondisi jalan yang baik di kecamatan
ketimpangan pembagian pendapatan rendah (Tabel Rangsang Barat relatif lebih sedikit dibanding
2). kondisi jalan yang rusak, disamping jenis jalan tanah
yang masih lebih banyak dibanding jenis jalan aspal
Tabel 2. Distribusi Pendapatan Yang Diterima dan kerikel. Kondisi ini membuat perkembangan
Keluarga di Kec. Rangsang Barat ekonomi masyarakat di kecamatan perbatasan
terkendala, mengingat untuk mengeluarkan hasil
No Golongan Tingkat Pendapatan pertanian dari lahan usaha tani ke pemasaran menjadi
Pendapatan Dalam Kelas lebih sulit dan mahal .
(Rp) (%) Ketertinggalan secara ekonomi juga dirasakan
1. 40 % 25.460.000 24.29 oleh masyarakat perbatasan di Kecamatan Rangsang
terbawah Barat dipicu oleh minimnya infrastruktur dan
2. 40 % 43.662.000 40.04 aksesibilitas yang tidak memadai, seperti jaringan
menengah
jalan dan angkutan perhubungan laut maupun darat
3. 20 % 38.850.000 35.66
masih sangat terbatas. Hubungan antar sebagian
teratas
besar desa, baru dapat dilalui dengan kendaraan roda
Sumber :Data Olahan (2011)
2 dengan kondisi sebagian besar rusak (panjang jalan
yang dapat dilalui kendaraan roda 4 hanya sepanjang
Tingkat Kesejahteraan
20 km) , prasarana dan sarana komunikasi seperti
Jumlah desa tertinggal di kecamatan
pemancar atau transmisi radio dan televisi serta
Rangsang Barat pada tahun 2010 berjumlah 11 desa
sarana telepon relatif minim, ketersediaan sarana
atau 73.3 persen dari total desa yang ada. Tingkat
dasar sosial dan ekonomi seperti pusat kesehatan
kesejahteraan penduduk di kecamatan Rangsang
masyarakat, sekolah, dan pasar juga sangat terbatas.
Barat masih sangat rendah, karena masih terdapat
Terbatasnya sarana dan prasarana komunikasi,
34.91 persen rumah tangga miskin (Bappeda
khususnya yang dapat menggambarkan
Kab.Meranti. 2011). Disamping masih terdapatnya
perkembangan kemajuan pembangunan di Provinsi
4.4 persen balita yang berada pada kondisi status gizi

Strategi Pembangunan Berbasis Masyarakat


di Kecamatan Perbatasan Negara di Provinsi Riau Gevisioner, Rindukasih Bangun, Karyanti| 57
Riau dan Indonesia secara umum, mengakibatkan untuk pengembangan pembangunan di kecamatan
masyarakat lebih cenderung mendengar dan melihat Rangsang Barat. Seperti yang dikemukakan oleh
program-program televise dari Negara tetangga. Tarigan, R (2005), bahwa nilai LQ pada tingkat yang
Kondisi keterbatasan tersebut akan semakin nyata lebih tinggi seperti Kabupaten/Kota, secara umum
dirasakan oleh masyarakat perbatasan ketika mereka dapat menggambarkan nilai LQ pada tingkatan yang
membandingkan dengan kondisi pembangunan di lebih rendah atau wilayah kecamatan pada kabupaten
negara tetangga Malaysia khususnya kota Batu tersebut, bila dilihat dari potensi dan kondisi
Pahat. kecamatan. Sehingga berdasarkan klasifikasi sub
sektor, kabupaten Kepulauan Meranti mempunyai
Aktivitas Lintas Batas beberapa sub sektor yang memiliki nilai LQ lebih
Aktivitas lintas batas merupakan kegiatan dari satu. Pada tahun 2007 2008 terdapat 8
yang biasa terdapat pada daerah yang terdapat pada (delapan ) sub sektor basis. Sub sektor tersebut
perbatasan suatu Negara. Kepala keluarga yang adalah sub sektor tanaman bahan makanan (1,43),
melakukan perjalanan/kunjungan ke Negara tetangga peternakan (1,47), kehutanan (1,83), dan perikanan (
(Malaysia) dalam setahun dengan frekuensi 1- 2 kali 1,07) dari sektor pertanian; sub sektor industri tanpa
sebanyak 18,67 persen. Kegiatan lintas batas migas (1,10) dari sektor industri pengolahan; sub
dilakukan dalam rangka mencari kerja (57,14 %) dan sektor perdagangan (1,75) dari sektor perdagangan,
berdagang (42,86 %). Kegiatan mencari kerja dan hotel dan restoran; sub sektor pengangkutan laut
berdagang pada umumnya dengan alasan pendapat di (2,10), jasa penunjang pengangkutan (1,41) dari
negara tetangga lebih besar. Aktivitas perdagangan sektor pengangkutan dan komunikasi (Bangun, RK,
yang dilakukan adalah menjual hasil pertanian dkk, 2009).
seperti ikan, karet, kopi, pinang, arang kayu,
sedangkan dari Negara tetangga yang dibawah Komoditi Basis/Potensial
adalah kebutuhan bahan makanan (sembako) seperti Penentuan komoditi basis masing-masing sub
gula, tepung,susu, beras, dan makanan kecil lainnya sektor diketahui metode Location Quetion (LQ).
dan kadang-kadang furniture dan semen. Komoditi basis bila nilai LQ komoditi tersebut lebih
Transportasi yang digunakan adalah kapal dari satu ( LQ > 1), yang mempunyai bahwa
kayu mesin. Hampir 62.5 persen melakukan aktivitas komoditi tersebut menjadi komoditas basis atau
perdagangan melalui perantara, dan 87,5 persen tidak sumber pertumbuhan. Komoditas itu memiliki
melalui pintu entry point (Teluk Belitung dan keungulan komparatif, dapat memenuhi kebutuhan
Tanjung Samak), karena dianggap terlalu jauh oleh wilayah tersebut dan memasok ke luar wilayah
masyarakat serta nilai perdagangan yang (Hendayana, 2003). Komoditi basis tanaman pangan
diperbolehkan RM 600 masih relative rendah. dan hortikultura untuk wilayah kecamatan Rangsang
Seperti aktivitas lintas batas yang dilakukan dari Barat adalah padi (1.05), durian (2.88), pisang
pelabuhan Kedabu Rapat, terdapat 4 kapal yang (1,92), sawi (1,14), kacang panjang (1.05). Komoditi
melakukan aktivitas rutin ke Negara tetangga setiap basis tanaman perkebunan yaitu karet (1.67), kelapa
bulan, 1 kapal setiap minggunnya. Setiap kapal (2.24), kopi (6.60) dan pinang (6.03). Komoditi basis
memuat 5 anak buah kapal. Aktivitas lintas batas perikanan yakni perikanan laut (1.0) sedangkan
yang dilakukan ini seakan-akan mendapat komoditi basis dari peternakan adalah kambing
permakluman dari muspida setempat. (5.37), sapi (1.42), ayam kampong (1.85) dan itik
(1.25).
Potensi Wilayah Sektor pertanian yang memiliki keunggulan di
Analisis potensi wilayah terkait untuk kecamatan Rangsang Barat, memiliki prospek yang
menentukan sektor-sektor yang perlu dikembangkan lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan
agar perekonomian daerah tumbuh cepat. Hasil dapat mendorong sektor-sektor lain untuk
perhitungan LQ di kabupaten Kepulauan Meranti berkembang. Percepatan pembangunan dengan
memberikan gambaran bahwa pada tahun 2009 sector pertanian dapat dilakukan melalui upaya-
terdapat dua sektor / lapangan usaha yang menjadi upaya antara lain : (1) peningkatan keberdayaan
basis (LQ > 1) pembangunan yakni sector masyarakat pedesaan, (2) pengembangan ekonomi
pertanian, perdagangan, hotel dan restoran. Sektor lokal, (3) penyediaan infrastruktur sosial ekonomi
pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan lingkungan; (4) penguatan kapasitas
menjadi sektor basis di kabupaten Kepulauan kelembagaan pemerintahan, usaha ekonomi dan
Meranti sangatlah relevan dengan peran ketiga sektor lembaga swadaya masyarakat setempat. Model
tersebut dalam membentuk PDRB kabupaten pembangunan pertanian yang dapat dilakukan di
Kepulauan Meranti yang begitu dominan. kecamatan Rangsang Barat dapat berupa kawasan
Mengingat potensi dan kondisi saat ini dimana agropolitan. Pola pengembangan spasialnya
wilayah kecamatan Rangsang Barat yang memiliki berbentuk koridor yang membentang sepanjang
potensi lahan sawah yang lebih besar dibanding perbatasan, dengan demikian diharapkan akan
kecamatan lainnya, maka dapat dikatakan bahwa mendorong pengembangan ekonomi berbasis
sektor pertanian secara umum, menjadi sektor basis pertanian diwilayah hinterland.

58 | Jurnal Bina Praja| Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2013: 53 - 62


Tingginya permintaan pasar terhadap produk
Alternatif Strategi Pembangunan pertanian, Faktor-faktor ancaman yang harus diatas
Hasil analisis lingkungan internal di adalah: (1) Kesenjangan tingkat pendapatan
kecamatan perbatasan (Kecamatan Rangsang Barat) , penduduk dengan negara tetangga, (2) Masih
diperoleh factor kekuatan adalah : (1) Tersedianya terdapat beberapa kebijakan pemerintah pusat dan
potensi sumberdaya alam, (2) Letak geofrafis yang daerah tentang pengelolaan perbatasan yang tidak
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Faktor Internal 1. Tersedianya potensi 1. Infrastruktur dasar yang sangat
sumberdaya alam yang besar minim
2. Letak geografis yang strategis 2. Kualitas sdy manusia rendah
3. Persamaan bahasa dan budaya 3. Tingginya angka kemiskinan
dengan Negara tetangga 4. Tiingginya ketergantuang-an
4. Besarnya keinginan masyarakat pada toke
untuk terlibat dalam 5. Belum tersedianya peren-
pembangunan canaan yang komprehen-sif pd
wilayah perbatasan
6. Tingkat abrasi pantai yang
tinggi
Faktor Eksternal 7. Sarana dan prasarana pertanian
belum mamadai
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Perkembangan Teknologi dan 1. Memanfaat potensi sumberdaya 1. Penyiapan infrastruktur dasar
Informasi yang berkelanjutan dengan (jalan/jembatan, listrik, air
2. Dukungan Otonomi Daerah mengoptimal-kan OTDA bersih, pelabuhan)
3. Berada pada jalur 2. Optimalisasi keterlibatan masya- 2. Peningkatan kualitas SDM
perdagangan terpadat di dunia rakat dalam pembangunan dengan lebih melibatkan peran
4. Tingginya Permintaan Pasar aktif masyarakat dan seluruh
Produk Pertanian stakeholders
3. Optimalisasi pengembang-an
sarana dan prasarana pertanian
Ancaman (T) Strategi S- T Strategi W T
1. Kesenjangan tingkat 1. Peningkatan dan pemanfaatan 1. Pengembangan potensi
pendapatan penduduk dengan SDA secara optimal dan unggulan daerah yang
negara tetangga berkelanjutan untuk mengha- berwawasan lingkungan
2. Kebijakan pemerintah pusat dapi persaingan antar wilayah 2. Optimalisasi peningkatan
dan daerah tentang dan eraglobalisasi peranan lembaga pemerintah
pengelolaan perbatasan yang 2. 7. Sinkronisasi perencanaan
kurang saling mendukung pem-bangunan dalam
3. Kerusakan Lingkungan memformula-sikan kebijakan
4. Rawan kegiatan illegal daerah perba-tasan dengan
5. Konflik batas mempertim-bangkan kondisi
6. Sasaran utama jika terjadi potensi daerah dan
perti-kaian / peperangan antar kelembagaan lokal
bangsa.
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2011.

strategis, (3) Persamaan bahasa dan budaya dengan saling mendukung, (3) Kerusakan lingkungan, (4)
Negara tetangga, 4) Besarnya keinginan masyarakat Rawan kegiatan ilegal, (5) Konflik batas, (6) Sasaran
untuk terlibat dalam pembangunan. Faktor utama jika terjadi pertikaian / peperangan antar
kelemahan adalah: (1) Infrastruktur dasar seperti bangsa.
jalan, pelabuhan, listrik dan air bersih masih minim, Hasil analisis Matriks SWOT (Tabel 3),
(2) Sarana dan prasarana perikanan dan pertanian diperoleh bahwa alternatif strategi pengelolaan
belum mamadai, (3) Kualitas sumberdaya manusia sumberdaya pembangunan di kecamatan perbatasan
yang masih relatif rendah, (4) Tingginya angka negara khususnya kecamatan Rangsang Barat adalah:
kemiskinan, (5) Tingginya ketergantungan pada (a) Penyiapan infrastruktur dasar (jalan, pelabuhan,
toke, 6) Belum tersedianya perencanaan listrik, air bersih) dan rehabilitasi kawasan
pembangunan yang komprehensif, (7) Tingkat abrasi manggove untuk penyelamatan albrasi pantai, (b)
pantai yang tinggi. Peningkatan kualitas SDM melalui jalur formal dan
Sedangkan dari analisis lingkungan eksternal informal kejuruan, (c) Optimalisasi pengembangan
diperoleh peluang dan ancaman. Faktor-faktor sarana dan prasarana sumberdaya perikanan dan
peluang meliputi (1) Perkembangan Teknologi dan pertanian, (d) Sinkronisasi perencanaan
Informasi, (2) Dukungan Otonomi Daerah, (3) pembangunan dalam memformulasikan kebijakan
Berada pada jalur perdagangan terpadat di dunia, (4)

Strategi Pembangunan Berbasis Masyarakat


di Kecamatan Perbatasan Negara di Provinsi Riau Gevisioner, Rindukasih Bangun, Karyanti| 59
daerah perbatasan dengan mempertimbangkan sumberdaya manusia. Sumberdaya alam pesisir
kondisi potensi daerah dan kelembagaan lokal. sangat beragam dan sangat khas dibandingkan
Alternatif strategi pembangunan tersebut karakteristik sumberdaya alam yang dijumpai pada
diatas, dilakukan dengan lebih melibatkan peran aktif ekosistem lainnya. Demikian pula dengan
masyarakat dan seluruh stakeholders. Alternatif sumberdaya manusia yang mendiami wilayah ini
strategi-strategi tersebut diatas perlu diawali dengan memiliki karakteristik yang kompleks. Oleh karena
penyusunan rencana detail tata ruang kawasan itu pembangunan wilayah pesisir seharusnya
perbatasan di kabupaten Kepulauan Meranti, yang dilakukan dengan melalui suatu pendekatan
merupakan penjabaran dari rencana tata ruang pembangunan yang menjamin terpeliharanya
wilayah kabupaten. Kemudian diikuti dengan keseimbangan ekologi dan pertumbuhan ekonomi.
penyusunan rencana aksi pengelolaan kawasan Pemeliharaan lingkungan hidup yang lestari seperti
perbatasan dengan melibatkan secara aktif rehabilitasi dan peliharaan kawasan hutan mangrove,
masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan suatu keharusan. Kedua tujuan (ekologi-ekonomi)
melalui proses musyawarah dan konsultasi publik tersebut akan tercapai melalui suatu kebijakan
yang intensif dalam setiap tahapan proses pembangunan yang optimal dan berkelanjutan yang
pembangunan. meletakkan masyarakat sebagai basis pembangunan
dan dilakukan secara terpadu.
Model Pembangunan Berbasis Masyarakat Keterpaduan yang dibutuhkan meliputi tiga
Pembangunan yang dilaksanakan di unsur, yaitu keterpaduan antar sektoral, keterpaduan
kecamatan perbatasan tidak terlepas dari Rencana antar disiplin ilmu dan keterpaduan antar berbagai
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ekosistem yang membentuk wilayah pesisir dan
Provinsi dan Kabupaten . Dari analisis dari RPJMD lautan. Sedangkan masyarakat sebagai basis
Provinsi Riau 2009 2013, dan RPJMD Kabupaten pembangunan wilayah pesisir dan lautan
Kepulauan Meranti , diperoleh bahwa Meskipun mengandung pengertian bahwa masyarakat
RPJMD telah mengeksplisitkan pembangunan (penduduk lokal, LSM, Swasta, perguruan tinggi)
daerah perbatasan, guidance untuk melakukan menjadi pelaku utama dalam proses pembangunan
pembangunan secara khusus pada kecamatan sejak tahap perencanaan, penyusunan program,
perbatasan negara belum ada. Sehingga, daerah pelaksanaaan hingga evaluasi kegiatan pembangunan
perbatasan masih dilihat dalam kacamata yang sama yang dilakukan.
dengan daerah lain sehingga implementasi Masyarakat menjadi kunci bagi keberhasilan
programnya disamakan dengan program umum yang pengelolaan wilayah pesisir dan lautan. Peran
berlaku bagi seluruh kecamatan. Selain itu pemerintah lebih terkonsentrasi pada tataran
instrument perencanaan pembangunan khusus untuk koordinasi diantara berbagai stakeholder untuk
kecamatan perbatasan negara belum tersedia. menjamin terpeliharanya kejelasan wewenang
Sedangkan menurut Malik Hemen (2009), keterpaduan antar dimensi dalam pembangunan di
mengemukakan bahwa pembangunan tanpa kecamatan perbatasan Negara (kecamatan Rangsang
memperhatikan kharakteristik dan kebutuhan lokal Barat). Pada akhirnya melalui strategi pembangunan
akan banyak membuang sumberdaya secara sia-sia. wilayah pesisir terpadu berbasis masyarakat akan
Dari penyataan responden diperoleh bahwa hanya 44 menghasilkan suatu pembagian tanggung jawab
persen responden yang menyatakan bahwa antara pemerintah pada semua tingkat dalam lingkup
program/kegiatan pembangunan yang ada selama ini, pemerintahan maupun sektoral dengan pengguna
memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. sumberdaya (stakeholder) dalam pengelolaan daerah
Hal ini berarti bahwa strategi dan model perbatasan yang memilki karakteristik wilayah
pembangunan yang ada selama ini belum secara pesisir dan lautan. Dapat diartikan strategi
optimal dapat meningkatkan kesejahteraan di pengelolaan terpadu berbasis masyarakat ini pada
kecamatan Rangsang Barat. Hanya beberapa hakekatnya baik masyarakat maupun pemerintah
program pembangunan yang dirasakan memberikan sama-sama diberdayakan (Gambar 1).
manfaat meskipun masih relative kecil. Program
peningkatan kapasitas ekonomi pedesaan (Usaha SIMPULAN
Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP), PNPM
Mandiri Pedesaan perlu diperluas sesuai dengan Strategi dan model pembangunan yang
karakteristik wilayah di kecamatan perbatasan digunakan selama ini di kecamatan Rangsang Barat
Negara, serta lebih melibatkan peran masyarakat belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan hingga sesuai yang diharapkan, hal ini terlihat dari masih
pengawasan terhadap program yang ada. tingginya persentase jumlah penduduk miskin,
Memperhatikan karakteristik kondisi fisik terbatasnya sarana pendidikan (sekolah; guru),
lingkungan, potensi sumberdaya pembangunan yang sarana kesehatan (dokter, akses obat, puskesmas) dan
ada di kecamatan Rangsang Barat, merupakan suatu minimnya infrastruktur dasar (jalan, jembatan,
system dengan kompleksitas yang sangat tinggi listrik, air bersih, sarana teknologi komunikasi dan
ditilik dari segi sumberdaya alam maupun informasi), terbatasnya keberadaan lembaga

60 | Jurnal Bina Praja| Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2013: 53 - 62


perekonomian (pasar, koperasi, lembaga keuangan). Facility (DSF) BAPPENAS BNPP- PT.Pillar
Sektor pembangunan yang potensial untuk Pusaka Inti. Jakarta
dikembangkan ke depan di kecamatan Rangsang Bappeda Kabupaten Kepulauan Meranti 2010.
Barat) meningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka
adalah adalah sektor pertanian, dengan komoditi 2010. Kerjasama Badan Pusat Statistik
basis antara lain: padi, karet, kopi, perikanan laut, Kabupaten Kepulauan Meranti dan Bappeda
kambing, dan itik. Alternatif strategi yang dapat Kabupaten Kepulauan Meranti. Selat Panjang
ditempuh dalam pengelolaan sumberdaya Bappeda Kabupaten Kepulauan Meranti. 2011. Profil
Kabupaten Kepulauan Meranti. Badan
pembangunan untuk mempercepat di kecamatan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
perbatasan negara khususnya kecamatan Rangsang
Kepualauan Meranti. Selat Panjang.
Barat adalah : (a) Penyiapan infrastruktur dasar Bappeda Kabupaten Kepulauan Meranti. 2010. Draft
(jalan, pelabuhan, listrik, air bersih) dan rehabilitasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah
kawasan manggove untuk penyelamatan albrasi Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun
pantai , (b) Peningkatan kualitas SDM melalui jalur 2011 2015. Badan Perencanaan Pembangunan
formal dan informal kejuruan, (c) Optimalisasi Daerah Kabupaten Kepualauan Meranti. Selat
pengembangan sarana dan prasarana sumberdaya Panjang.
perikanan dan pertanian, (d) Sinkronisasi Bangun, RK, dkk, 2009. Analisis Potensi Ekonomi Dan
perencanaan pembangunan dalam memformulasikan Strategi Pembangunan Ekonomi Di Daerah
kebijakan daerah perbatasan dengan Otonom Baru Kabupaten Kepulauan Meranti
mempertimbangkan kondisi potensi daerah dan Provinsi Riau. Badan Penelitian dan
kelembagaan lokal, Alternatif strategi pembangunan Pengembangan Provinsi Riau. Pekanbaru
tersebut diatas, dilakukan dengan lebih melibatkan Cochran, W.G. 2001. Teknik Penarikan Sampel.
peran aktif masyarakat dan seluruh stakeholders. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Pembangunan pada kecamatan perbatasan Hadi, Suprayoga (2009): Program Pembangunan
yang memiliki wilayah pesisir dilakukan dengan Kawasan Perbatasan
pendekatan pembangunan yang menjamin Strategi Pengembangan Perbatasan Wilayah
terpeliharanya keseimbangan ekologi dan Kedaulatan NKRI. http: //buletinlitbang.
dephan. go.id, diakses tanggal 11 Desember
pertumbuhan ekonomi, yang dilakukan secara
2010
berkelanjutan dan terpadu, dengan meletakkan
Hendayana, Rachmat. 2003. Aplikasi Metode Location
masyarakat sebagai basis pembangunan. Upaya Quotient (LQ) Dalam Penentuan Komoditas
untuk mewujudkan kawasan perbatasaan negara Unggulan Nasional. Informatika Pertanian,
sebagai beranda terdepan dalam konsep Volume 12. Jakarta
pembangunan maka diperlukan penyiapan Malik Hemen. 2009. Pembangunan Berbasis
infrastruktur dasar (jalan, pelabuhan, listrik, air Masyarakat Mungkinkah Dapat Menjawab
bersih ) dan rehabilitasi kawasan manggove untuk Masalah Sosial. Lembaga Pengkajian
penyelamatan dari abrasi pantai, serta penyediaan Pembangunan Bengkulu.
kelembagaan perekonomian seperti pasar, koperasi http://wecarebengkulu.wordpress.com/2009/06/2
dan lembaga keuangan yang dilakukan secara 4, diakses tanggal 4 Desember 2010
terpadu. Sedangkan untuk mendukung peningkatan Patriadi, H.B, 2010. Isu Perbatasan : Memudarnya
ekonomi masyarakat perlu regulasi kebijakan Imagined State?, dalam Mengelola Perbatasan
perdagangan lintas batas yang ada seperti Indonesia Didunia Tanpa Batas, Isu,
penambahan entry/ exit point lintas batas serta Permasalahan dan Pilihan Kebijakan. Graha
sarana/prasarana pendukung, peningkatan volume Ilmu. Yogyakarta.
dan nilai perdagangan. Supaya upaya-upaya Sutisna Sobar, Sora Lokita dan Sumaryo, 2010.
pembangunan di kecamatan perbatasan negara, lebih Boundary Making Theory dan Pengelolaan
terarah diperlukan pembentukan lembaga koordinasi Perbatasan di Indonesia : Dalam Mengelola
Perbatasan Indonesia Didunia Tanpa Batas, Isu,
pembangunan yang bertugas mengelola wilayah
Permasalahan dan Pilihan Kebijakan. Graha
perbatasan negara seperti Badan Daerah Pengelola
Ilmu. Yogyakarta.
Perbatasan di Provinsi Riau dan kabupaten sebagai Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional, Teori dan
implementasi UU No. 43 tahun 2008 tentang Aplikasi. Penerbit : PT. Bumi Aksara. Cetakan
Wilayah Negara. Pertama. Jakarta.
Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2008. Wilayah
DAFTAR PUSTAKA Negara. Graha Ilmu. Yogyakarta

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Kelautan


dan Kewilayahan. Edisi Pertama. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Bappenas-BNPP. 2010. Draft Rencana Induk
Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan
Kawasan Perbatasan. Decentralization Support

Strategi Pembangunan Berbasis Masyarakat


di Kecamatan Perbatasan Negara di Provinsi Riau Gevisioner, Rindukasih Bangun, Karyanti| 61
62 | Jurnal Bina Praja| Volume 5 Nomor 1 Edisi Maret 2013: 53 - 62

Anda mungkin juga menyukai