TENTANG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
24. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
Badan.
25. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemafaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
26. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari Penghimpunan
data objek dan subjek retribusi, ketentuan besarnya retribusi yang
terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi
serta pengawasan penyetorannya.
27. Pasien adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan mempergunakan sarana fasilitas kesehatan pada UPT
Dinas Kesehatan.
28. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan, yang menurut
peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi
tertentu.
29. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD,
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah
pokok retribusi yang terutang.
30. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD,
adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi
administratif berupa bunga dan/atau denda.
31. Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu, selanjutnya disingkat
SPGDT adalah sistem penanganan penderita gawat darurat pra Rumah
Sakit (di tengah masyarakat, Poskesdes, Puskesmas, selama dalam
transportasi), Rumah Sakit (Instalasi Gawat Darurat HCU ICU
kamar jenazah), dan antar Rumah Sakit.
32. Bed Occupancy Rate Puskesmas Rawat Inap, selanjutnya disingkat BOR
Puskesmas Rawat Inap adalah Persentase pemanfaatan tempat tidur di
ruangan rawat inap puskesmas untuk pelayanan pasien di puskesmas
rawat inap dalam kurun waktu tertentu.
33. Unit Farmasi Puskesmas adalah suatu unit pengelola obat dan
perbekalan kesehatan di puskesmas untuk mendukung ketersediaan
obat dan perbekalan kesehatan dalam pelayanan kesehatan dasar.
34. Layanan Rawat Jalan adalah layanan kepada pasien untuk observasi,
diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan layanan kesehatan lainnya
tanpa tinggal di ruang rawat inap Puskesmas.
35. Layanan Rawat Darurat adalah layanan kesehatan darurat yang harus
diberikan secepatnya untuk mencegah atau menanggulangi resiko
kematian atau cacat.
36. Layanan Rawat Inap adalah layanan kepada pasien untuk observasi,
perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau layanan
kesehatan lainnya dengan tinggal dan menempati tempat tidur di ruang
rawat inap Puskesmas.
37. Layanan Rawat Sehari (One Day Care) di Puskesmas adalah layanan
kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan,
rehabilitasi medik dan atau layanan kesehatan lainnya dan menempati
tempat tidur selama 1 (satu) hari.
8
38. Layanan Rawat Siang Hari (Day Care) di Puskesmas adalah layanan
kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan,
rehabilitasi medik dan atau layanan kesehatan lainnya dan menempati
tempat tidur kurang dari 1 (satu) hari.
39. Layanan Medik adalah layanan terhadap pasien yang dilaksanakan oleh
tenaga medis.
40. Tindakan Medik Bedah adalah tindakan pembedahan yang
menggunakan pembiusan umum, pembiusan lokal atau tanpa
pembiusan.
41. Tindakan Medik Non Bedah adalah tindakan tanpa pembedahan.
42. Layanan Penunjang Medik adalah layanan untuk penunjang penegakan
diagnosis dan terapi.
43. Layanan Rehabilitasi Medik dan Mental adalah layanan yang diberikan
oleh unit rehabilitasi medik dalam bentuk layanan fisioterapi, terapi
okupasional, terapi wicara, ortotik atau prostetik, bimbingan sosial
medis dan jasa psikologi serta rehabilitasi lainnya.
44. Layanan Medik Gigi dan Mulut adalah layanan paripurna meliputi upaya
penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upaya pencegahan
penyakit gigi dan mulut serta peningkatan kesehatan gigi dan mulut
pada pasien di Puskesmas.
45. Layanan Penunjang Non Medik adalah layanan yang diberikan di
Puskesmas yang secara tidak langsung berkaitan dengan layanan medik.
46. Layanan Konsultasi Khusus adalah layanan yang diberikan dalam
bentuk konsultasi psikologi, gizi dan konsultasi lainnya.
47. Layanan Medico-Legal adalah layanan kesehatan yang berkaitan dengan
kepentingan hukum.
48. Pemulasaraan atau Perawatan Jenazah adalah kegiatan yang meliputi
perawatan jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan oleh
Puskesmas untuk kepentingan layanan kesehatan, pemakaman dan
kepentingan proses peradilan.
49. Tarif Layanan adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan
kegiatan layanan Puskesmas/Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
lainnya, yang dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atas jasa
layanan yang diterimanya.
50. Jasa Layanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana layanan
Puskesmas/UPT Dinas Kesehatan atas jasa yang diberikan kepada
pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite,
rehabilitasi medik dan atau layanan lainnya.
51. Jasa Sarana dan Bahan Pakai Habis/BPH adalah imbalan yang diterima
oleh Puskesmas atas pemakaian sarana, prasarana, dan alat-alat
fasilitas UPT Dinas Kesehatan, bahan obat, obat-obatan, bahan kimia,
bahan dan alat kesehatan pakai habis yang digunakan langsung dalam
rangka observasi, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi medik dan atau
layanan lainnya.
52. Akomodasi adalah penggunaan sarana, prasarana dan alat-alat fasilitas
layanan rawat inap dengan atau tanpa makanan harian pasien di
Puskesmas.
53. Tempat Tidur Puskesmas adalah tempat tidur yang tercatat dan tersedia
di ruang rawat inap Puskesmas.
9
54. Penjamin adalah orang atau badan hukum sebagai penanggung biaya
layanan kesehatan dari seseorang yang menggunakan atau
mendapatkan layanan di UPT Dinas Kesehatan.
55. Pendapatan Layanan UPT Dinas Kesehatan adalah penerimaan yang
diperoleh sebagai imbalan atas layanan baik berupa barang dan atau
jasa yang diberikan oleh UPT Dinas Kesehatan dalam menjalankan
fungsinya melayani kepentingan masyarakat dan atau instansi
pemerintah dan dunia usaha lainnya termasuk swasta.
56. Surveilans penyakit yang berbasis masyarakat adalah upaya
pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh masyarakat (kader dan
bidan/perawat) tentang kejadian penyakit yang dapat mengancam
kesehatan penduduk/masyarakat.
57. Pemantauan Pertumbuhan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
kader untuk mengetahui berat badan bayi dan balita setiap bulan untuk
mendeteksi secara dini pertumbuhan balita (D/S).
58. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat, selanjutnya disebut
Masyarakat Ber-PHBS adalah masyarakat dimana penduduknya
menerapkan PHBS.
59. Pelayanan Kesehatan Dasar adalah upaya pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan pada sarana fasilitas kesehatan UPT Dinas Kesehatan.
60. Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah serta mengatasi
masalah masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan,
secara mandiri.
61. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat, selanjutnya disingkat UKBM
adalah upaya kesehatan bersumberdaya msyarakat, baik tenaga, dana,
sarana, prasarana, alat-alat bergerak atau tidak bergerak, bahan pakai
habis maupun metode pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat.
62. Pos Kesehatan Desa, selanjutnya disebut Poskesdes adalah upaya
kesehatan berbasis masyarakat yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan dan menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa.
63. Tim Pengurus Desa Siaga, selanjutnya disebut Tim-PDS adalah
Pengurus Desa Siaga di Tingkat Desa yang mengurus program dan
kegiatan upaya kesehatan di tingkat desa sebagai unsur penyelenggara
kepengurusan desa siaga dan dipilih melalui musyawarah dan mufakat
masyarakat desa serta ditetapkan oleh Kepala Desa melalui Keputusan
Kepala Desa.
64. Forum Masyarakat Desa Siaga, selanjutnya disebut Forum-MDS adalah
Forum Masyarakat Desa Siaga di Tingkat Desa yang merupakan
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan program dan kegiatan
upaya kesehatan di tingkat desa sebagai unsur penyelenggara
kepengurusan desa siaga.
65. Desa Siaga Aktif adalah desa yang memiliki UKBM Poskesdes atau
UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi
pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan, surveilans berbasis masyarakat yang meliputi
pemantauan pertumbuhan/perbaikan gizi, penyakit, lingkungan dan
perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
10
78. Unit Cost selanjutnya disingkat UC adalah hasil perhitungan total biaya
operasional layanan yang diberikan UPT Dinas Kesehatan.
79. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis
yang dapat meningkatkan kemampuan UPT Dinas Kesehatan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.
80. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
81. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang
daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh
penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh
pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
82. Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang
merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas akuntansi
sehingga tersaji sebagai satu entitas pelaporan.
83. Kinerja adalah keluaran/hasil dari program dan kegiatan yang akan atau
telah dicapai sebagai akibat penggunaan dan pemanfaatan sumber daya
(input) dengan kuantitas dan kualitas terukur.
84. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD, selanjutnya disingkat RKA-SKPD
adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana
pendapatan, rencana belanja, program dan kegiatan SKPD serta rencana
pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.
85. Program adalah penjabaran dari sasaran strategis melalui kebijakan
Dinas Kesehatan dan UPT Dinas Kesehatan dalam bentuk upaya yang
berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang
disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi Dinas
Kesehatan dan misi UPT Dinas Kesehatan.
86. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh UPT Dinas
Kesehatan sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu
program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya
baik berupa personal, barang modal termasuk peralatan dan teknologi,
dana, atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam bentuk barang dan atau jasa.
87. Rencana Kerja dan Anggaran Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan,
selanjutnya disingkat RKA- UPT Dinas Kesehatan dan dipersamakan
dengan RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan pengangaran yang
berisi rencana pendapatan, rencana belanja, program dan kegiatan UPT
Dinas Kesehatan dan Dinas Kesehatan serta rencana pembiayaan
sebagai dasar penyusunan APBD.
88. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan, selanjutnya disingkat DPA- UPT Dinas Kesehatan dan
dipersamakan dengan DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat
pendapatan dan biaya proyeksi arus kas, jumlah dan kualitas barang
dan atau jasa yang akan dihasilkan dan yang akan digunakan sebagai
dasar pelaksanaan anggaran oleh Dinas Kesehatan dan UPT Dinas
Kesehatan.
89. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, selanjutnya disingkat
RPJMD adalah dokumen perencanaan strategis daerah yang memuat
visi, misi dan kebijakan pembangunan daerah selama periode 5 (lima)
tahun.
12
BAB II
NAMA, OBJEK, DAN SUBJEK TARIF LAYANAN
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Subjek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah orang pribadi atau badan yang
mengunakan/menikmati pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas keliling, dan jaringannya serta di Instalasi
Laboratorium Kesehatan Daerah dan Instalasi Farmasi Kesehatan Daerah
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
BAB III
GOLONGAN TARIF LAYANAN
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan
pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal.
(3) Biaya operasional dan pemeliharaan meliputi :
a. biaya jasa layanan, dalam bentuk biaya jasa tenaga medis,
apoteker, paramedis, nonmedis, dan manajemen;
b. biaya jasa bahan pakai habis, dalam bentuk biaya sediaan farmasi,
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan termasuk makanan,
bahan pakai habis lainnya serta biaya kegiatan operasional lainnya;
dan
c. biaya jasa sarana, dalam bentuk biaya pemeliharaan untuk
perbaikan dan perawatan sarana, prasarana, alat-alat fasilitas
layanan.
(4) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan
jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.
BAB VI
JENIS-JENIS LAYANAN YANG DIKENAKAN TARIF
Pasal 8
BAB VII
KOMPONEN TARIF LAYANAN
Pasal 9
(1) Biaya layanan kesehatan di UPT Dinas Kesehatan, yang sesuai dengan
kebutuhan pembiayaan layanan terdiri dari unsur biaya modal
operasional layanan dan unsur biaya jasa operasional layanan.
(2) Biaya layanan kesehatan ditetapkan berdasarkan kebutuhan biaya
modal operasional layanan dan biaya jasa operasional layanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan mekanisme pasar
yang berlaku pada waktu berjalan.
(3) Struktur biaya layanan kesehatan digolongkan berdasarkan jenis-jenis
layanan kesehatan yang ada di UPT Dinas Kesehatan.
Pasal 10
Pasal 11
(1) Biaya layanan kesehatan dan atau layanan lainnya di UPT Dinas
Kesehatan ditetapkan berdasarkan sistem pembiayaan layanan untuk
setiap jenis layanan kesehatan dan atau layanan lainnya yang tersedia di
UPT Dinas Kesehatan.
(2) Dalam penetapan tarif layanan kesehatan dan atau layanan lainnya,
unsur biaya jasa operasional layanan sebagaimana dimaksud pada Pasal
10 ayat (2) huruf a dan huruf b, ditetapkan sebagai komponen tarif
layanan di UPT Dinas Kesehatan.
(3) Komponen tarif layanan kesehatan dari setiap jenis layanan kesehatan
dan atau layanan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdiri
dari komponen biaya :
a. jasa sarana dan bahan pakai habis; dan
b. jasa layanan.
16
BAB VIII
KATEGORI BIAYA LAYANAN PERAWATAN
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
(1) Bagi pasien yang dalam keadaan darurat dan atau yang datang diluar
jam kerja biasa, dilayani di Unit Gawat Darurat Puskesmas.
(2) Unit Gawat Darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
salah satu unit layanan kesehatan Puskesmas yang berfungsi dalam
penyelenggaraan kegiatan layanan gawat darurat.
(3) Layanan gawat darurat diluar jam kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan untuk semua Puskesmas Rawat Jalan dan
Puskesmas Rawat Inap, kecuali ditentukan lain untuk Puskesmas Rawat
Jalan.
Pasal 16
(1) Bagi pasien yang masuk ke Puskesmas untuk rawat inap harus
menyampaikan surat pengantar atau rujukan baik yang berasal dari
poliklinik Puskesmas, unit gawat darurat maupun fasilitas layanan
kesehatan lainnya, baik swasta maupun pemerintah.
(2) Bagi pasien yang masuk ke Puskesmas untuk rawat inap harus
menyampaikan surat-surat keterangan lain yang diperlukan oleh
Puskesmas demi kelancaran layanan di Puskesmas.
(3) Bagi pasien yang masuk ke Puskesmas untuk rawat inap harus terdaftar
di poliklinik atau di unit gawat darurat sesuai dengan tempat masuknya
pasien tersebut kecuali bayi baru lahir di Puskesmas yang
bersangkutan, termasuk pasien-pasien yang dikirim atau dirujuk dari
fasilitas layanan lain baik swasta maupun pemerintah.
Pasal 17
(1) Setiap pasien yang masuk ke Puskesmas untuk rawat inap wajib
memiliki penjamin, orang atau badan yang menjamin pembayaran biaya
perawatan layanan Puskesmas.
(2) Jika kewajiban pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak
dipenuhi maka Puskesmas berhak memindahkan pasien yang
bersangkutan ke ruangan perawatan kategori sosial.
18
BAB IX
POLA PERHITUNGAN BIAYA LAYANAN
Pasal 18
(1) Besaran biaya layanan Puskesmas dengan perawatan pada Kategori
Standar ditetapkan sebagai titik impas (break event point) biaya layanan
Puskesmas yang merupakan biaya layanan kesehatan nyata (real cost)
dan digunakan sebagai dasar perhitungan untuk penetapan besaran
Tarif Layanan Puskesmas pada katergori biaya perawatan lainnya.
(2) Perhitungan besaran biaya layanan kesehatan nyata (real cost) di
Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan Penetapan
besaran unit cost untuk masing masing jenis layanan dan kategori biaya
perawatan dilakukan melalui analisa biaya dengan metode distribusi
ganda tanpa memperhitungkan biaya investasi fisik dan biaya gaji
pegawai.
(3) Dinas Kesehatan dan atau UPT Dinas Kesehatan, apabila belum mampu
menghitung unit cost sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat
menggunakan unit cost Dinas Kesehatan dan atau UPT Dinas Kesehatan
di kabupaten/kota lainnya dan/atau sarana layanan kesehatan strata
pertama swasta pesaing dalam kabupaten yang sama dengan
memperhatikan kemampuan sosial ekonomi masyarakat serta kebijakan
subsidi silang.
Pasal 19
(1) Perhitungan untuk penetapan besaran biaya layanan rawat inap pada
Kategori Sosial, Kategori Standard dan Kategori Komersial dihitung
berdasarkan besaran biaya layanan rawat inap pada Kategori Standar,
dengan pengaturan sebagai berikut :
a. Kategori Sosial : x Unit Cost BEP pada Kategori Standar;
b. Kategori Standar : 1 x Unit Cost BEP pada Kategori Standar;
c. Kategori Komersial : 1 x Unit Cost BEP pada Kategori Standar.
Pasal 20
(1) Besaran tarif layanan rawat inap Puskesmas, untuk Kategori Komersial,
ditetapkan sebagai tarif kompensasi atau subsidi silang terhadap tarif
layanan rawat inap Puskesmas pada Kategori Sosial dengan maksud
untuk menutupi defisit belanja operasional dan pemeliharaan pada
bagian belanja layanan publik Puskesmas.
(2) Perhitungan untuk penetapan besaran tarif layanan rawat inap pada
Kategori Komersial, dihitung berdasarkan besaran tarif layanan rawat
inap Puskesmas pada Kategori Standard, dengan pengaturan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c.
Pasal 21
(1) Besaran tarif layanan rawat inap untuk bayi baru lahir dan/atau kasus
perinatologi dan neonatologi, ditetapkan sebesar 50 % (lima puluh
persen) dari tarif layanan rawat inap ibunya dan/atau orang dewasa
lainnya.
(2) Besaran tarif layanan rawat siang hari (Day Care) di Puskesmas
ditetapkan sebesar 50 % (lima puluh persen) dari tarif layanan rawat
inap pada kategori standar.
19
(3) Besaran tarif layanan rawat sehari (One Day Care) di Puskesmas
ditetapkan sama dengan tarif layanan rawat inap pada kategori standar.
(4) Besaran tarif layanan rawat darurat di ruangan rawat observasi atau
ruangan rawat khusus Puskesmas ditetapkan, sebagai berikut :
a. Pasien datang langsung masuk ke ruangan rawat observasi atau
ruang rawat khusus kemudian pulang dengan kondisi sembuh atau
meninggal, tarifnya ditetapkan sebesar 2 x (dua kali) tarif pelayanan
rawat inap pada kategori standar; dan
b. Pasien masuk ke ruangan rawat inap kemudian dirawat di ruangan
rawat observasi atau ruang rawat khusus, tarifnya ditetapkan
sebesar 2 x (dua kali) tarif layanan rawat inap pada kategori
asalnya.
(5) Tarif layanan rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4), tidak termasuk biaya obat-obatan, visite dokter,
tindakan medik dan terapi maupun penunjang medik atau diagnostik
dan/atau layanan lainnya.
Pasal 22
(1) Tarif layanan rawat jalan Puskesmas yang merupakan paket rawat jalan,
terdiri dari empat variabel jenis layanan yang mencakup biaya
administrasi rekam medik, biaya konsultasi dan pemeriksaan medis,
biaya akomodasi dan bahan pakai habis serta biaya asuhan
keperawatan/kebidanan paket rawat jalan.
(2) Besaran tarif layanan rawat jalan Puskesmas ditetapkan berdasarkan
perhitungan perkalian dari biaya satuan break event point layanan rawat
inap pada kategori standar.
(3) Besaran tarif layanan rawat jalan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan
ayat (2), ditetapkan sebesar 40 % (empat puluh persen) dari Unit Cost
BEP layanan rawat inap kategori standar dikalikan 25 % (dua puluh
lima persen) .
(4) Biaya layanan konsultasi dan pemeriksaan medis, diagnostik, tindakan
medik sederhana dan terapi, layanan penunjang medik dan diagnostik,
layanan medis gigi dan mulut serta rehabilitasi medis, dibayar terpisah
oleh pasien sesuai tarif layanan yang ditetapkan untuk jenis layanan
pemeriksaan dan/atau tindakan medik tersebut.
(5) Tarif layanan semua pemeriksaan dan tindakan pasien rawat jalan yang
berasal dari rujukan swasta ditetapkan sama dengan tarif pasien rawat
inap pada kategori standar.
(6) Tarif layanan rehabilitasi medik pasien rawat jalan ditetapkan sama
dengan tarif layanan sejenis dari tarif layanan pada kategori standar.
Pasal 23
(1) Tarif layanan rawat darurat Puskesmas yang merupakan paket rawat
darurat, terdiri dari empat variabel jenis layanan yang mencakup biaya
administrasi rekam medik, biaya konsultasi dan pemeriksaan medis,
biaya akomodasi dan bahan pakai habis serta biaya tindakan dan
asuhan keperawatan/kebidanan paket rawat darurat.
20
(2) Besaran tarif layanan rawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ditetapkan sebesar 1,5 x (satu koma lima kali) besaran tarif layanan
rawat jalan atau sebesar 60 % (enam puluh persen) dari Unit Cost BEP
layanan rawat inap pada kategori standar dikalikan 25 % (dua puluh
lima persen).
(3) Biaya layanan konsultasi dan pemeriksaan medis, diagnostik, tindakan
medik sederhana dan terapi, layanan penunjang medik dan diagnostik,
layanan medis gigi dan mulut serta rehabilitasi medis, dibayar terpisah
oleh pasien sesuai tarif layanan yang ditetapkan untuk jenis layanan
pemeriksaan dan/atau tindakan medik tersebut
(4) Tarif layanan tindakan medik dan penunjang medik ditetapkan sebesar
tarif layanan tindakan sejenis pada kategori standar.
Pasal 24
Pasal 25
BAB X
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF LAYANAN
Bagian Kesatu
Layanan Rawat Jalan
Pasal 26
(1) Ruang lingkup struktur penetapan besaran tarif layanan rawat jalan
Puskesmas meliputi sistem pembiayaan (paket rawat jalan) :
a. Administrasi rekam medis rawat jalan;
b. Konsultasi medis dan terapi rawat jalan;
c. Akomodasi dan bahan pakai habis standar rawat jalan; dan
d. Asuhan keperawatan/kebidanan rawat jalan.
(2) Sistem pembiayaan layanan administrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, mencakup jenis layanan pencatatan identitas pasien
secara lengkap, pembuatan atau penggantian kartu tanda pengenal
rekam medik pasien, penyiapan berkas rekam medik, pengelolaan rekam
medik, administrasi umum dan keuangan serta pengelolaan sistem
informasi manajemen puskesmas.
(3) Sistem pembiayaan layanan konsultasi medis dan terapi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, mencakup jenis layanan konsultasi
medis dengan kegiatan berupa observasi, pemeriksaan fisik, diagnosis,
tindakan medik sangat sederhana dan terapi dengan pemberian bahan
pakai habis standar puskesmas.
(4) Sistem pembiayaan layanan akomodasi dan bahan pakai habis standar
puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, mencakup
jenis layanan akomodasi, linen-linen dengan atau tanpa layanan gizi
pasien dan layanan kebersihan ruangan puskesmas dengan pemberian
bahan pakai habis standar puskesmas.
(5) Sistem pembiayaan layanan asuhan keperawatan atau kebidanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, mencakup jenis layanan
asuhan keperawatan atau kebidanan dengan kegiatan berupa observasi,
pemeriksaan fisik, diagnosis asuhan keperawatan atau kebidanan,
asuhan keperawatan atau kebidanan atas persetujuan dokter
penanggungjawab dengan pemberian bahan pakai habis standar
puskesmas.
Pasal 27
Bagian Kedua
Layanan Rawat Darurat
Pasal 28
(1) Ruang lingkup struktur penetapan besaran Tarif Layanan Rawat Darurat
Puskesmas meliputi sistem pembiayaan (paket rawat darurat) :
c. Administrasi rekam medis rawat darurat;
d. Konsultasi medis dan terapi rawat darurat;
a. Akomodasi dan bahan pakai habis standar rawat darurat; dan
b. Asuhan keperawatan/kebidanan rawat darurat.
(2) Sistem pembiayaan layanan administrasi rawat darurat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, mencakup jenis layanan pencatatan
identitas pasien secara lengkap, pembuatan atau penggantian kartu
tanda pengenal rekam medik pasien, penyiapan berkas rekam medik,
pengelolaan rekam medik, administrasi umum dan keuangan serta
pengelolaan sistem informasi manajemen puskesmas.
(3) Sistem pembiayaan layanan konsultasi medis dan terapi rawat darurat
mencakup jenis layanan konsultasi medis dan terapi dengan kegiatan
berupa observasi, pemeriksaan fisik, diagnosis, tindakan medik sangat
sederhana dan terapi dengan pemberian bahan pakai habis standar
layanan puskesmas.
(4) Sistem pembiayaan layanan akomodasi dan bahan pakai habis standar
puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, mencakup
jenis layanan akomodasi, linen-linen dengan atau tanpa layanan gizi
pasien dan layanan kebersihan ruangan puskesmas dengan pemberian
bahan pakai habis standar puskesmas.
(5) Sistem pembiayaan layanan asuhan keperawatan atau kebidanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, mencakup jenis layanan
asuhan keperawatan atau kebidanan dengan kegiatan berupa observasi,
pemeriksaan fisik, diagnosis asuhan keperawatan atau kebidanan, dan
asuhan keperawatan atau kebidanan atas persetujuan dokter
penanggungjawab dengan pemberian bahan pakai habis standar
puskesmas.
Pasal 29
Bagian Ketiga
Layanan Rawat Inap
Pasal 30
(1) Ruang lingkup struktur penetapan besaran Tarif Layanan Rawat Inap
Puskesmas meliputi sistem pembiayaan (paket rawat inap per orang per
hari) :
a. Administrasi rekam medis rawat inap;
b. Konsultasi medis dan terapi rawat inap;
c. Akomodasi dan bahan pakai habis standar rawat inap; dan
d. Asuhan keperawatan/kebidanan rawat inap.
(2) Sistem pembiayaan layanan administrasi rawat inap sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, mencakup jenis layanan pencatatan
identitas pasien secara lengkap, pembuatan atau penggantian kartu
tanda pengenal rekam medik pasien, penyiapan berkas rekam medik,
pengelolaan rekam medik, administrasi umum dan keuangan serta
pengelolaan sistem informasi manajemen Puskesmas.
(3) Sistem pembiayaan layanan konsultasi medis atau visite dokter dan
terapi rawat inap mencakup jenis layanan konsultasi medis atau visite
dokter dan terapi dengan kegiatan berupa observasi, pemeriksaan fisik,
diagnosis, tindakan medik ringan dan terapi dengan pemberian bahan
pakai habis standar layanan Puskesmas.
(4) Sistem pembiayaan layanan akomodasi dan bahan pakai habis standar
rawat inap puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
mencakup jenis layanan akomodasi, linen-linen dengan atau tanpa
layanan gizi pasien dan layanan kebersihan ruangan puskesmas dengan
pemberian bahan pakai habis standar Puskesmas.
(5) Sistem pembiayaan layanan asuhan keperawatan atau kebidanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, mencakup jenis layanan
tindakan dan asuhan keperawatan atau kebidanan dengan kegiatan
berupa observasi, pemeriksaan fisik, diagnosis asuhan keperawatan atau
kebidanan, dan asuhan keperawatan atau kebidanan atas persetujuan
dokter penanggungjawab dengan pemberian bahan pakai habis standar
Puskesmas.
Pasal 31
Besaran tarif layanan rawat inap puskesmas per hari rawat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1), ditetapkan sebesar :
Bagian Keempat
Layanan Tindakan Medik Bedah Dan Non Bedah
Pasal 32
(1) Sistem pembiayaan layanan tindakan medik bedah atau non bedah
mencakup jenis layanan konsultasi medis dengan kegiatan berupa
observasi, pemeriksaan medis, diagnosis, tindakan medik bedah atau
non bedah dan terapi dengan pemberian bahan pakai habis standar
layanan tindakan medik bedah atau non bedah Puskesmas serta
layanan asuhan keperawatan dan kebidanan.
(2) Layanan tindakan medik bedah dan non bedah digolongkan dalam 3
tingkatan yaitu sederhana, Kecil dan sedang;
(3) Besaran tarif layanan tindakan medik bedah dan non bedah Puskesmas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan sebesar :
(4) Besaran tarif layanan tindakan medik bedah akut ditetapkan sebesar
tarif layanan tindakan medik bedah terencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), ditambah dengan biaya tindakan medik bedah acuta
(emergency) sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari besaran tarif layanan
tindakan medik bedah terencana dimaksud;
27
Bagian Kelima
Layanan Tindakan Medik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Pasal 33
Bagian Keenam
Layanan Tindakan Medik Perinatologi dan Neonatologi
Pasal 34
Bagian Ketujuh
Layanan Tindakan Medik Kontrasepsi Keluarga Berencana
Pasal 35
(1) Sistem pembiayaan layanan tindakan medik kontrasepsi keluarga
berencana mencakup jenis layanan konsultasi medis dengan kegiatan
berupa observasi, pemeriksaan medis, diagnosis, tindakan medik
kontrasepsi keluarga berencana dan terapi dengan pemberian bahan
pakai habis standar layanan tindakan medik kontrasepsi keluarga
berencana Puskesmas serta layanan asuhan kebidanan/keperawatan.
(2) Besaran tarif layanan tindakan medik kontrasepsi keluarga berencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebesar :
Bagian Kedelapan
Layanan Tindakan Medik Gigi dan Mulut
Pasal 36
(1) Sistem pembiayaan layanan medik gigi dan mulut mencakup jenis
layanan konsultasi medis dengan kegiatan berupa observasi,
pemeriksaan medis gigi, diagnosis, tindakan medik gigi sederhana dan
terapi dengan pemberian bahan pakai habis standar layanan medik gigi
dan mulut Puskesmas serta layanan asuhan keperawatan;
(2) Besaran tarif layanan medik gigi dan mulut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan sebesar :
Bagian Kesembilan
Layanan Diagnostik Radiologi dan Elektromedik
Pasal 37
(1) Sistem pembiayaan layanan radio diagnostik dan/atau elektromedik
puskesmas mencakup layanan konsultasi medis dengan kegiatan berupa
observasi dan pemeriksaan penunjang medik atau diagnostik dengan
penggunaan alat alat radiologi dan/atau alat alat elektromedik serta
bahan habis pakai standar layanan penunjang medik atau diagnostik
Puskesmas serta pemberian hasil pemeriksaan radio diagnostik dan atau
elektromedik untuk setiap jenis layanan penunjang medik atau
diagnostik.
(2) Jenis jenis layanan penunjang medik atau diagnostik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. layanan penunjang diagnostik radiologi;
b. layanan penunjang diagnostik elektromedik.
(3) Besaran tarif layanan radio diagnostik dan elektromedik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan sebesar :
Bagian Kesepuluh
Layanan Laboratorium Kesehatan Komunitas dan Klinik
Pasal 38
Bagian Kesebelas
Layanan Farmasi Kesehatan Komunitas dan Klinik
Pasal 39
(1) Sistem pembiayaan layanan farmasi kesehatan komunitas dan/atau
farmasi kesehatan klinik (apotik), mencakup jenis layanan peracikan
resep obat jadi dan obat campuran, layanan pembuatan dan penyediaan
sediaan tidak steril dan sediaan standar puskesmas dan sarana
kesehatan lainnya, layanan pemberian informasi dan konsultasi farmasi
dan obat-obatan, layanan pemeriksaan sederhana terhadap mutu obat
dan layanan pendistribusian bahan dan alat kesehatan pakai habis serta
obat obatan emergency standar ke masing masing unit puskesmas dan
sarana kesehatan kainnya;
(2) Jenis jenis layanan farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi :
a. Layanan farmasi kesehatan komunitas; dan
b. Layanan farmasi kesehatan klinik.
35
Pasal 40
(1) Besaran biaya layanan farmasi kesehatan klinik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 39 ayat (4) diluar Paket Standar Layanan UPT Dinas
Kesehatan, ditetapkan berdasarkan harga jual obat-obatan, bahan obat,
bahan dan alat farmasi pakai habis dari semua jenis layanan farmasi
kesehatan klinik;
(2) Harga jual obat-obatan, bahan obat, bahan dan alat farmasi pakai habis
sebagaimana pada ayat (1), diperhitungkan atas dasar harga pembelian
terakhir sebagaimana dimaksud dalam faktur pembelian ditambah
sebesar 25 % (dua puluh lima persen) dari faktur pembelian dimaksud.
Bagian Keduabelas
Layanan Perbaikan Gizi Komunitas dan Klinik
Pasal 41
(1) Sistem pembiayaan layanan perbaikan gizi komunitas dan atau
perbaikan gizi klinik (konsultasi gizi), mencakup jenis layanan konsultasi
khusus dengan kegiatan berupa observasi, pemeriksaan medis,
diagnosis, tindakan dan terapi dengan pemberian penyuluhan dan
bahan pakai habis standar pelayanan gizi komunitas dan klinik serta
layanan asuhan perbaikan gizi.
(2) Jenis jenis layanan perbaikan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi :
a. Layanan perbaikan gizi komunitas; dan
b. Layanan perbaikan gizi klinik.
36
(4) Besaran tarif layanan perbaikan gizi klinik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) huruf b, ditetapkan sebesar :
Pasal 42
Sistem pembiayaan layanan perbaikan gizi klinik untuk pasien rawat inap
sebagaimana dimaksud pasal 41 ayat (1), mencakup jenis layanan gizi
diruangan rawat inap dan pegawai Puskesmas, dengan menggunakan fasilitas
gizi puskesmas dan bahan pakai habis standar pelayanan gizi Puskesmas
serta layanan asuhan keperawatan gizi.
Bagian Ketigabelas
Layanan Konsultasi Higiene dan Sanitasi
Pasal 43
(1) Sistem pembiayaan layanan konsultasi higiene dan/atau sanitasi,
mencakup jenis layanan konsultasi dengan kegiatan berupa konseling,
pelatihan perbaikan sarana sanitasi, kunjungan rumah dan bahan pakai
habis dengan menggunakan sarana, prasarana dan alat-alat standar
Puskesmas.
(2) Besaran tarif layanan konsultasi higiene dan/atau sanitasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebesar:
Bagian Keempatbelas
Layanan Rehabilitasi Medik
Pasal 44
5. Protese Synae
6. Protese
Chapart/syed/lisranc/pergo
ut
7. Aeroplaint Splint
8. Long Leg Brace Pinggang
9. Long Leg Brace Korset
10. Short Leg Brace
11. Spinal Korset
12. Protese Atas Siku Wark
Hand
13. Protese Atas Cosmetic Hand
14. Protese Tengah Siku Wark
Hand
15. Protese Telling Table
16. Protese Atas Lutut
17. Protese tengah Lutut
18. Protese Bawah Lutut
19. Wirwarchel Brace
Bagian Kelimabelas
Layanan General Check Up dan Pengujian Kesehatan
Pasal 45
Bagian Keenambelas
Layanan Visum et Refertum dan Perawatan Jenazah
Pasal 46
Bagian Ketujuhbelas
Layanan Mobil Ambulance dan Mobil Jenazah
Pasal 47
(1) Sistem pembiayaan layanan mobil ambulance atau mobil jenazah,
mencakup jenis layanan transportasi dengan menggunakan mobil
ambulance atau mobil jenazah dan bahan pakai habis standar pelayanan
mobil ambulance atau mobil jenazah serta layanan pengemudi mobil;
(2) Besaran tarif layanan mobil ambulance atau mobil jenazah puskesmas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebesar :
Bagian Kedelapanbelas
Layanan Loundry
Pasal 48
(1) Sistem pembiayaan layanan loundry, mencakup jenis layanan loundry
dengan menggunakan mesin laundry dan bahan pakai habis standar
layanan loundry puskesmas serta layanan binatu.
(2) Besaran tarif layanan loundry sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
didistribusikan ke semua pusat pendapatan (revenue centre) yang ada di
puskesmas dengan metode distribusi ganda, sesuai dengan porsi yang
ditetapkan dalam biaya satuan dari setiap jenis layanan yang dikenakan
tarif, yang merupakan distribusi ganda dari pusat biaya (cost centre)
layanan laundry Puskesmas.
(3) Biaya layanan laundry puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat 2,
meliputi biaya jasa sarana, biaya bahan pakai habis standar Puskesmas
dan biaya jasa layanan.
Bagian Kesembilanbelas
Layanan Pemeliharaan Sarana
Pasal 49
(1) Sistem pembiayaan layanan pemeliharaan sarana Puskesmas, mencakup
jenis layanan pemeliharaan sarana berupa perbaikan dan perawatan
sarana, prasarana dan alat-alat Puskesmas dengan menggunakan bahan
pakai habis standar pelayanan pemeliharaan sarana Puskesmas.
BAB XI
PEMBAGIAN BESARAN DAN PENGGUNAAN/PEMANFAATAN
KOMPONEN TARIF/BIAYA LAYANAN
Bagian Kesatu
Layanan Rawat Jalan, Penunjang Medik dan Layanan Umum Lainnya
Pasal 50
(1) Penerimaan yang berasal dari tarif Layanan Rawat Jalan, Penunjang
Medik dan Layanan Umum Lainnya, pembagian besarnya komponen
tarif layanan ditetapkan dengan rincian, sebagai berikut :
a. Biaya jasa layanan, sebesar 55 % ;
b. Biaya jasa sarana dan bahan pakai habis, sebesar 45 % .
41
(2) Penerimaan biaya jasa layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, pembagian besarnya penggunaan komponen biaya jasa layanan
ditetapkan dengan rincian, sebagai berikut :
a. 50 % dari tarif layanan, yang dibebankan pada porsi biaya jasa
layanan, dikelola dan digunakan oleh UPT Dinas Kesehatan untuk
biaya jasa tenaga medis dan apoteker, tenaga paramedis dan
nonmedis serta tenaga manajemen UPT Dinas Kesehatan.
b. 5 % dari tarif layanan, yang dibebankan pada porsi biaya jasa
layanan, dikelola dan digunakan oleh Dinas Kesehatan untuk biaya
jasa tenaga manajemen Dinas Kesehatan.
(3) Penerimaan biaya jasa sarana dan bahan pakai habis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, pembagian besarnya penggunaan
komponen biaya jasa sarana dan bahan pakai habis ditetapkan dengan
rincian, sebagai berikut :
a. 35 % dari tarif layanan, yang dibebankan pada porsi biaya jasa
sarana dan bahan pakai habis, dikelola dan digunakan oleh UPT
Dinas Kesehatan untuk biaya bahan pakai habis dan untuk biaya
pembinaan manajemen serta untuk biaya pemeliharaan sarana,
prasarana dan alat-alat fasilitas UPT Dinas Kesehatan dan UKBM di
wilayah kerja UPT Dinas Kesehatan.
b. 10 % dari tarif layanan, yang dibebankan pada porsi biaya jasa
sarana dan bahan pakai habis, dikelola dan digunakan oleh Dinas
Kesehatan untuk biaya bahan pakai habis dan pemeliharaan
sarana, prasarana, alat-alat, dan/atau untuk biaya pembinaan
manajemen Dinas Kesehatan.
(4) Penerimaan biaya jasa layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, digunakan oleh UPT Dinas Kesehatan dan pembagiannya untuk
masing masing tenaga ditetapkan oleh Kepala UPT Dinas Kesehatan
setelah memperoleh persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan.
(5) Penerimaan biaya jasa layanan untuk biaya jasa tenaga manajemen
Dinas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
digunakan oleh Dinas Kesehatan dan pembagiannya untuk masing
masing tenaga manajemen ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan.
Bagian Kedua
Layanan Rawat Darurat, Paket Persalinan dan Tindakan Medik Lainnya
Pasal 51
(1) Penerimaan yang berasal dari tarif Layanan Rawat Darurat, Paket
Persalinan dan Tindakan Medik Lainnya, pembagian besarnya komponen
tarif layanan ditetapkan dengan rincian, sebagai berikut :
a. Biaya jasa layanan, sebesar : 75 % ;
b. Biaya jasa sarana dan bahan pakai habis, sebesar : 25 % .
(2) Penerimaan biaya jasa layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, pembagian besarnya penggunaan komponen biaya jasa layanan
ditetapkan dengan rincian, sebagai berikut :
a. 70 % dari tarif layanan, yang dibebankan pada porsi biaya jasa
layanan, dikelola dan digunakan oleh UPT Dinas Kesehatan untuk
biaya jasa tenaga medis dan apoteker, tenaga paramedis dan
nonmedis serta tenaga manajemen UPT Dinas Kesehatan.
42
Bagian Ketiga
Layanan Rawat Inap, Penunjang Non Medik dan Layanan Rujukan Lainnya
Pasal 52
(1) Penerimaan yang berasal dari tarif Layanan Rawat Inap, Penunjang Non
Medik dan Layanan Rujukan Lainnya, pembagian besarnya komponen
tarif layanan ditetapkan dengan rincian, sebagai berikut :
a. Biaya jasa layanan, sebesar 40 % ;
b. Biaya jasa sarana dan bahan pakai habis, sebesar 60 % .
(2) Penerimaan biaya jasa layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, pembagian besarnya penggunaan komponen biaya jasa layanan
ditetapkan dengan rincian, sebagai berikut :
a. 35 % dari tarif layanan, yang dibebankan pada porsi biaya jasa
layanan, dikelola dan digunakan oleh UPT Dinas Kesehatan untuk
biaya jasa tenaga medis dan apoteker, tenaga paramedis dan
nonmedis serta tenaga manajemen UPT Dinas Kesehatan.
b. 5 % dari tarif layanan, yang dibebankan pada porsi biaya jasa
layanan, dikelola dan digunakan oleh Dinas Kesehatan untuk biaya
jasa tenaga manajemen Dinas Kesehatan.
43
(3) Penerimaan biaya jasa sarana dan bahan pakai habis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, pembagian besarnya penggunaan
komponen biaya jasa sarana dan bahan pakai habis ditetapkan dengan
rincian, sebagai berikut :
a. 50 % dari tarif layanan, yang dibebankan pada porsi biaya jasa
sarana dan bahan pakai habis, dikelola dan digunakan oleh UPT
Dinas Kesehatan untuk biaya bahan pakai habis dan untuk biaya
pembinaan manajemen serta untuk biaya pemeliharaan sarana,
prasarana dan alat-alat fasilitas UPT Dinas Kesehatan dan UKBM di
wilayah kerja UPT Dinas Kesehatan;
b. 10 % dari tarif layanan, yang dibebankan pada porsi biaya jasa
sarana dan bahan pakai habis, dikelola dan digunakan oleh Dinas
Kesehatan untuk biaya bahan habis pakai dan pemeliharaan
sarana, prasarana, alat-alat, dan atau untuk biaya pembinaan
manajemen Dinas Kesehatan.
(4) Penerimaan biaya jasa layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, digunakan oleh UPT Dinas Kesehatan dan pembagiannya untuk
masing masing tenaga ditetapkan oleh Kepala UPT Dinas Kesehatan
setelah memperoleh persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan.
(5) Penerimaan biaya jasa layanan untuk biaya jasa tenaga manajemen
Dinas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
digunakan oleh Dinas Kesehatan dan pembagiannya untuk masing
masing tenaga manajemen ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan.
BAB XII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 53
Retribusi dipungut di wilayah daerah tempat pelayanan diberikan.
BAB XIII
PENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN, DAN
PENUNDAAN PEMBAYARAN
Pasal 54
(1) Pemungutan tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat berupa karcis, kupon dan kartu langganan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan retribusi diatur
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 55
(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas.
(2) Retribusi dibayar dengan mengunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(3) Retribusi terutang dilunasi paling lambat 15 (lima belas) hari sejak
diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(4) Pembayaran retribusi dilakukan pada kas daerah atau tempat lain yang
ditunjuk oleh Bupati sesuai waktu yang ditentukan.
44
(5) Dalam hal pembayaran retribusi dilakukan ditempat lain yang ditunjuk,
hasil penerimaan retribusi harus disetor ke kas daerah paling lama 1 x
24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, dan
tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 56
(1) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan
kepada wajib retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran
retribusi terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
(2) Pembayaran secara angsuran dan/atau penundaan pembayaran dapat
diberikan dengan melihat kemampuan wajib retribusi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, angsuran, dan
penundaan pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati
BAB XIV
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 57
Apabila pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang
ditentukan, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %
(dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang dan/atau kurang
dibayar, dan ditagih dengan mengunakan STRD.
BAB XV
PENAGIHAN
Pasal 58
(1) Apabila Wajib Retribusi tidak membayar atau kurang membayar retribusi
yang terutang, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat melaksanakan
penagihan atas retribusi yang terutang tersebut dengan mengunakan
STRD atau surat lainnya yang sejenis.
(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didahului dengan surat teguran.
(3) STRD atau surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh)
hari sejak jatuh tempo.
(4) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah STRD atau surat lain yang sejenis
diterbitkan, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penagihan retribusi diatur
dengan Peraturan Bupati.
45
BAB XVI
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 59
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah
melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya
retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang
retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh jika :
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung
maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya
Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya
menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya
kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan
angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh
Wajib Retribusi.
Pasal 60
(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang
sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan piutang
retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XVII
KEBERATAN
Pasal 61
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atas
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan secara tertulis
dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi dapat
menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan diluar kekuasannya.
(4) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan
pelaksanaan penagihan retribusi.
46
Pasal 62
(1) Bupati dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal keberatan
diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi
yang terhutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah lewat
dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan
tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XVIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 63
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribsi, Wajib Retribusi dapat mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya
permohonan kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), telah
dilampaui dan Bupati tidak memberikan keputusan, permohonan
pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB
harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
BAB XIX
PENGELOLAAN PENDAPATAN
Pasal 64
(1) Pemungutan, pembukuan, penggunaan dan pemanfaatan, pelaporan
dan pertanggungjawaban uang yang di terima oleh UPT Dinas Kesehatan
sebagai Pendapatan Asli Daerah dilaksanakan secara terpusat di UPT
Dinas Kesehatan.
47
Pasal 65
Pasal 66
(1) Penggunaan dan pemanfataan pendapatan layanan UPT Dinas
Kesehatan yang belum menerapkan PPK-BLUD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 ayat (1), dapat ditempuh langkah-langkah/prosedur
sebagai berikut :
a. Pendapatan layanan UPT Dinas Kesehatan dari pembayaran klaim
layanan UPT Dinas Kesehatan yang telah diberikan merupakan
pendapatan jasa pelayanan UPT Dinas Kesehatan yang diterima
terlebih dahulu kemudian secara fisik dana disetorkan ke Kas
Umum Daerah dan dicantumkan pada Kode Rekening Jenis
Pendapatan : Retribusi Daerah;
b. Dana pendapatan layanan UPT Dinas Kesehatan yang telah
disetorkan ke Kas Umum Daerah sebagaimana dimaksud pada
huruf a, dapat dimanfaatkan oleh UPT Dinas Kesehatan sesuai
dengan Kode Rekening Kegiatan yang telah dianggarkan dalam
APBD; dan
48
BAB XX
PENINJAUAN BESARAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 67
(1) Besaran tarif Layanan sebagai besaran tarif Retribusi ditinjau kembali
paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Peninjauan besaran tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan
perekonomian.
(3) Penetapan besaran tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XXI
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 68
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif
atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
49
BAB XXII
PENYIDIKAN
Pasal 69
(1) Selain Penyidik Umum, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Ketapang diberi wewenang khusus
sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang
retribusi daerah/biaya layanan puskesmas sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi
daerah/biaya layanan puskesmas agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.
b. meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah/biaya
layanan Puskesmas.
c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi
daerah/biaya layanan Puskesmas.
d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana di bidang retribusi daerah/biaya layanan Puskesmas.
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap barang bukti tersebut.
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah/biaya layanan
Puskesmas.
g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tepat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan
memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e.
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi
daerah/biaya layanan Puskesmas.
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi.
j. menghentikan penyidikan.
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang
dapat dipertanggungjawabkan;
l. Penyidik sebagaimana dimaksud pada (1), memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya
kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam kitab Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana.
50
BAB XXIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 70
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga
merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3
(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah
Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Tindakan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah
pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan
negara.
BAB XXIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 71
(1) Biaya operasional UPT Dinas Kesehatan yang tidak teranggarkan dalam
APBD untuk sementara dibiayai dari pendapatan UPT Dinas Kesehatan
sampai dengan perubahan APBD tahun berjalan.
(2) Pemerintah daerah dapat mengalokasikan anggaran yang bersumber
dari APBD untuk membiayai UPT Dinas Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), apabila kegiatan UPT Dinas Kesehatan
mendesak untuk segera dilaksanakan.
(3) Kegiatan UPT Dinas Kesehatan mendesak sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), mempunyai kriteria :
a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang
anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan; dan
b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah
dan masyarakat.
Pasal 72
(1) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah serta Pejabat Teknis yang terkait
dengan kegiatan Pengelolaan Keuangan UPT Dinas Kesehatan
melakukan fasilitasi pelaksanaan Peraturan Daerah ini.
(2) Dalam rangka efektifitas pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Keuangan
UPT Dinas Kesehatan, fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui pemberian pedoman dan standar, sosialisasi,
supervisi dan bimbingan teknis, serta asistensi.
Pasal 73
(1) Biaya layanan obat-obatan, bahan obat, bahan dan alat kesehatan pakai
habis diluar paket standar UPT Dinas Kesehatan pada Unit Farmasi
Kesehatan Klinik atau Apotik, diatur tersendiri melalui Peraturan Bupati.
51
(2) Biaya layanan laboratorium kesehatan klinik diluar paket standar UPT
Dinas Kesehatan pada Unit Laboratorium Kesehatan Klinik atau
Laboratorium Klinik, diatur tersendiri melalui Peraturan Bupati.
BAB XXV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 74
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Nomor 6
Tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah
Kabupaten Ketapang Tahun 2000 Nomor 14) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 75
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan .
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Ketapang.
Ditetapkan di Ketapang
pada tanggal 11 Juli 2013
BUPATI KETAPANG,
ttd.
HENRIKUS
Diundangkan di Ketapang
pada tanggal 15 Juli 2013
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KETAPANG,
ttd.
ANDI DJAMIRUDDIN
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG
NOMOR 11 TAHUN 2013
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
54
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan visite dokter adalah kunjungan dokter
bagi pasien layanan rawat inap yang dikenakan biaya dengan
biaya visite dokter sebesar Rp. 12.500,- per 1 (satu) kali visite
dokter yang dapat dikenakan paling banyak hanya untuk 2
(dua) kali visite dokter dalam 1 (satu) hari.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
55
Pasal 31
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan biaya per kilo meter jarak tempuh
adalah jumlah kilometer jarak yang ditempuh dari tempat asal
ke tempat tujuan (tidak dihitung pulangpergi) dibaca dari
spedometer kendaraan ambulance.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas
56
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan Penerimaan yang berasal dari tarif
layanan penunjang medik adalah sebagai berikut :
a. tarif layanan penunjang radiologi dan elektromedik;
b. tarif layanan penunjang laboratorium kesehatan;
c. tarif layanan penunjang farmasi;
d. tarif layanan penunjang gizi; dan
e. tarif layanan penunjang medik lainnya.
Ayat (2) :
Huruf a.
Yang dimaksud dengan 50 % dari tarif layanan, yang
dibebankan pada porsi biaya jasa layanan, dikelola dan
digunakan oleh UPT Dinas Kesehatan untuk biaya jasa
tenaga dan pembagiannya ditetapkan dengan rincian,
sebagai berikut :
1) 40 % digunakan untuk jasa tenaga medis dan
apoteker;
2) 40 % digunakan untuk jasa tenaga paramedis dan
nonmedis;
3) 20 % digunakan untuk jasa tenaga manajemen.
Huruf b.
Cukup jelas
Ayat (3) :
Huruf a.
Yang dimaksud dengan 35 % dari tarif layanan, yang
dibebankan pada porsi biaya jasa sarana dan bahan pakai
habis, dikelola dan digunakan oleh UPT Dinas Kesehatan
untuk biaya bahan pakai habis dan untuk biaya pembinaan
manajemen serta untuk biaya pemeliharaan sarana,
prasarana dan alat-alat fasilitas UPT Dinas Kesehatan dan
UKBM di wilayah kerja UPT Dinas Kesehatan dan
pembagiannya ditetapkan dengan rincian, sebagai berikut :
1) 40 % digunakan untuk biaya bahan pakai habis dalam
bentuk pengadaan secara langsung obat obatan, bahan
obat dan alat farmasi habis pakai serta bahan dan alat
habis pakai lainnya secara swakelola dan atau untuk
biaya pembinaan manajemen UPT Dinas Kesehatan
yang bersangkutan;
2) 40 % digunakan untuk biaya operasional
pengembangan dan/atau untuk biaya pembinaan
manajemen UKBM di wilayah kerja UPT Dinas
Kesehatan yang bersangkutan; dan
3) 20 % digunakan untuk biaya pemeliharaan dalam
bentuk perbaikan dan perawatan sarana, prasarana
dan alat-alat fasilitas UPT Dinas Kesehatan yang
bersangkutan.
Huruf b.
Cukup jelas
Ayat (4) :
Cukup jelas
Ayat (5) :
Cukup jelas
57
Pasal 51
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan Penerimaan yang berasal dari tarif
layanan paket persalinan adalah sebagai berikut :
a. tarif layanan pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care);
b. tarif layanan persalinan normal;
c. tarif layanan ibu nifas dan bayi baru lahir;
d. tarif layanan pra-rujukan pada komplikasi kebidanan dan
neonatal;
e. tarif layanan penanganan komplikasi persalinan;
f. tarif layanan tindakan pasca persalinan;
g. tarif layanan KB pasca persalinan dan komplikasinya; dan
h. tarif layanan persalinan lainnya.
Ayat (2) :
Huruf a.
Yang dimaksud dengan 70 % dari tarif layanan, yang
dibebankan pada porsi biaya jasa layanan, dikelola dan
digunakan oleh UPT Dinas Kesehatan untuk biaya jasa
tenaga dan pembagiannya ditetapkan dengan rincian,
sebagai berikut :
1) 40 % digunakan untuk jasa tenaga medis dan
apoteker;
2) 40 % digunakan untuk jasa tenaga paramedis dan
nonmedis;
3) 20 % digunakan untuk jasa tenaga manajemen.
Huruf b.
Cukup jelas
Ayat (3) :
Huruf a.
Yang dimaksud dengan 15 % dari tarif layanan, yang
dibebankan pada porsi biaya jasa sarana dan bahan pakai
habis, dikelola dan digunakan oleh UPT Dinas Kesehatan
untuk biaya bahan pakai habis dan untuk biaya pembinaan
manajemen serta untuk biaya pemeliharaan sarana,
prasarana dan alat-alat fasilitas UPT Dinas Kesehatan dan
UKBM di wilayah kerja UPT Dinas Kesehatan dan
pembagiannya ditetapkan dengan rincian, sebagai berikut :
1) 40 % digunakan untuk biaya bahan pakai habis dalam
bentuk pengadaan secara langsung obat obatan, bahan
obat dan alat farmasi habis pakai serta bahan dan alat
habis pakai lainnya secara swakelola dan atau untuk
biaya pembinaan manajemen UPT Dinas Kesehatan
yang bersangkutan;
2) 40 % digunakan untuk biaya operasional
pengembangan dan/atau untuk biaya pembinaan
manajemen UKBM di wilayah kerja UPT Dinas
Kesehatan yang bersangkutan; dan
3) 20 % digunakan untuk biaya pemeliharaan dalam
bentuk perbaikan dan perawatan sarana, prasarana
dan alat-alat fasilitas UPT Dinas Kesehatan yang
bersangkutan.
Huruf b.
Cukup jelas
Ayat (4) :
Cukup jelas
58
Ayat (5) :
Cukup jelas
Pasal 52
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan Penerimaan yang berasal dari tarif
layanan penunjang non medik adalah sebagai berikut :
a. tarif layanan penunjang Loundry;
b. tarif layanan penunjang pemeliharaan sarana;
c. tarif layanan penunjang pendidikan dan pelatihan;
d. tarif layanan penunjang mobil ambulance dan mobil
jenazah; dan
e. tarif layanan penunjang non medik lainnya.
Ayat (2) :
Huruf a.
Yang dimaksud dengan 35 % dari tarif layanan, yang
dibebankan pada porsi biaya jasa layanan, dikelola dan
digunakan oleh UPT Dinas Kesehatan untuk biaya jasa
tenaga dan pembagiannya ditetapkan dengan rincian,
sebagai berikut :
1) 40 % digunakan untuk jasa tenaga medis dan
apoteker;
2) 40 % digunakan untuk jasa tenaga paramedis dan
nonmedis;
3) 20 % digunakan untuk jasa tenaga manajemen.
Huruf b.
Cukup jelas
Ayat (3) :
Huruf a.
Yang dimaksud dengan 50 % dari tarif layanan, yang
dibebankan pada porsi biaya jasa sarana dan bahan pakai
habis, dikelola dan digunakan oleh UPT Dinas Kesehatan
untuk biaya bahan pakai habis dan untuk biaya pembinaan
manajemen serta untuk biaya pemeliharaan sarana,
prasarana dan alat-alat fasilitas UPT Dinas Kesehatan dan
UKBM di wilayah kerja UPT Dinas Kesehatan dan
pembagiannya ditetapkan dengan rincian, sebagai berikut :
1) 40 % digunakan untuk biaya bahan pakai habis dalam
bentuk pengadaan secara langsung obat obatan, bahan
obat dan alat farmasi habis pakai serta bahan dan alat
habis pakai lainnya secara swakelola dan atau untuk
biaya pembinaan manajemen UPT Dinas Kesehatan
yang bersangkutan;
2) 40 % digunakan untuk biaya operasional
pengembangan dan/atau untuk biaya pembinaan
manajemen UKBM di wilayah kerja UPT Dinas
Kesehatan yang bersangkutan; dan
3) 20 % digunakan untuk biaya pemeliharaan dalam
bentuk perbaikan dan perawatan sarana, prasarana
dan alat-alat fasilitas UPT Dinas Kesehatan yang
bersangkutan.
Huruf b.
Cukup jelas
Ayat (4) :
Cukup jelas
59
Ayat (5) :
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas