Anda di halaman 1dari 26

Perhitungan Nilai Saham (Stock Valuation)

Arus Kas untuk Pemegang saham


Jika membeli saham, kita dapat memperoleh dana tunai melalui dua cara yakni :
1. Perusahaan membayar dividen
2. Kita menjual saham (kepada investor lainnya di pasar modal atau ke emiten / perusahaan yang menjual
sahamnya ke pada masyarakat)
Seperti obligasi, harga saham adalah nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan.

Contoh pembelian saham untuk 1 periode


Yang dimaksud dengan periode di sini, adalah seberapa lama emiten membayar dividen. Pada contoh di sini,
dividen dibayarkan setiap tahun sehingga 1 periode = 1 tahun.

Misalkan anda akan membeli saham PT Coba-Coba Ah dan diharapkan perusahaan tersebut akan membayar
dividen Rp 2.000 setelah 1 tahun kemudian, dan anda berharap dapat menjual saham tersebut saat itu Rp 14.000.
Jika anda menghendaki hasil (return) sebesar 20% , berapa harga maksimum yang akan bayar untuk saham
tersebut?
Penjelasan : Harga saham = nilai yang akan dobayar saat ini (sekarang)
Sedangkan dividend an harga jual Rp 14.000 setahun kemudian sehingga perlu dihitung nilai sekarangnya
Harga saham = (Rp 14.000 + Rp 2.000) / (1+20%) = Rp 13.330.
Dengan demikian , harga maksimum yang anda berani bayar untuk saham tersebut adalah Rp 13.330.
Artinya bila saham tersebut dtawarkan dengan harga di atas Rp 13.330, maka ditolak dan sebaliknya bila saham
tersebut ditawarkan dengan harga di bawah Rp 13.330, maka saham tersebut dibeli.

Contoh pembelian atas saham yang ditahan selama 2 periode


Sekarang, bagaimana bila anda bermaksud menaham saham tersebut selama 2 tahun? Di samping dividen tahun
pertama, anda berharap mendapatkan dividen sebesar Rp2.100 pada tahun kedua dan harga jual saham pada
akhir tahun kedua sebesar Rp 14.700. Berapa yang anda bersedia membayar untuk saham tersebut?
Harga saham = Rp 2.000 / (1+20%) + (Rp 2.100 + Rp 14.700) / (1+20%)^2 = Rp 13.330.

Contoh pembelian atas saham yang ditahan selama 3 periode


Akhirnya, bagaimana jika anda bermaksud menahan saham tersebut selama 3 tahun? Di samping dividen yang
diperoleh tahun pertama dan kedua, anda berharap mendapat dividen sebesar Rp 2.205 pada akhir tahun ketiga
dan saham tersebut diharapkan laku terjual sebesar Rp 15.435. Berapa harga yang anda bersedia bayar untuk
saham tersebut?
Harga saham = Rp 2.000 / (1+20%) + Rp 2.100/ (1+20%)^2 + (Rp 2.205 + Rp 15.435) / (1+20%)^3 = Rp
13.330.

Memperkirakan Dividend : Kasus-kasus khusus


1. Dividen konstan (pertumbuhan nihil / zero growth).
Perusahaan membayar dividen dalam jumlah (nilai) yang sama setiap periode sampai selamanya. Hal ini mirip
dengan saham preferen. Harga dihitung dengan menggunakan rumus perpetuitas.
Harga saham = Dividen / hasil yang diharapkan
Rumus :
Po = D / R
Misalkan : PT Coba Melulu diharapkan membayar dividen Rp 500 setiap kuartal (=3 bulan) dan return (hasil)
yang diharapkan 10%. Berapa harga saham tersebut?
Hasil (return) per kuartal = 10% / 4 = 2,5%
Dividen / kuartal = Rp 500
Harga saham = Rp 500 / 2,5% = Rp 20.000
Dengan demikian bila saham emiten tersebut dijual di atas Rp 20.000, maka ditolak. Harga jual yang bisa
diterima oleh investor maksimum Rp 20.000.

2. Pertumbuhan dividen konstan


Dividen yang dibagikan perusahaan akan meningkat dalam persentase yang tetap setiap periodenya. Harga
saham dihitung dengan menggunakan model perpetuitas bertumbuh.
Rumus :
D1
Po = --------------
R - g
Rumus ini dikenal juga sebagai rumus Gordon (Gordon merupakan penemunya).
D 1 = Do ( 1 + g)
G = growth = tingkat pertumbuhan
R = return = hasil yang diharapkan
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan (g), maka harga saham akan semakin meningkat pula (ingat g merupakan
faktor pengurang dari R, sehingga semakin besar pengurangnya maka pembaginya yakni r-g semakin kecil).
Sebaliknya bila tingkat return semakin besar, maka harga saham akan semakin kecil.

Contoh lain PT Coba Lagi diharapkan membayar dividen sebesar Rp 2.000 setahun kemudian. Jika dividen
tersebut diharapkan bertumbuh sebesar 5% / tahun dan tingkat return yang diharapkan sebesar 20%, berapa
harga saham PT Coba Lagi?
D1 = Rp 2.000 (perhatikan dividen yang diinformasikan dividen setahun kemudian, sehingga tidak perlu dicari
lagi)
Po = D1 / (r-g) = Rp 2.000 / (20% - 5%) = Rp 13.330.
Sehingga harga saham PT Coba Lagi ditawarkan dengan harga Rp 13.330 (bila lebih tinggi, maka tidak akan
dibeli oleh investor).

Contoh lain : PT Coba Dunk diharapkan membayar dividen sebesar Rp 4.000 pada periode mendatang, dan
diharapkan dividen yang dibagiakn akan bertumbuh sebesar 6% setiap tahun. Hasil (return) yang diharapkan
sebesar 16%. Berapa harga sahamnya saat ini?
Rp 4.000 merupakan dividen pada periode ke -1 sehingga tidak perlu dikalikan lagi dengan (1+g)
Po = D1 / (r-g) = Rp 4.000 / (16% - 6%) = Rp 40.000
Berapa harganya pada tahun keempat?
D5 = D1 (1+g)^4 = Rp 4.000 x (1+6%)^4 = Rp 5.050.
Sehingga harga pada akhir tahun keempat =
P4 = D5/ (r-g) = Rp 5.050 / (16%-6%) = Rp 50.500.
Bila soalnya dibalik, diketahui harga akhir tahun keempat Rp 50.500 ,sedangkan harga saat ini Rp 40.000,
berapa return (hasil) yang diharapkan?
P4 = Po (1+r)^4
Rp50.500 = Rp 40.000 x (1+r) ^4
Rp 50.500 / Rp 40.000 = (1+r)^4
1,2625 = (1+r)^4
1 + r = 1,2625^(1/4) = 1,06
R = 1,06 1 = 0,06
R = 6%

Tingkat pertumbuhan harga sama dengan tingkat pertumbuhan dividen.

3. Pertumbuhan supernormal
Pertumbuhan dividen tidak tetap awalnya, namun pada akhirnya pertumbuhannya akan bersifat konstan juga.
Harga saham dihitung dengan menggunakan model tahapan berganda (multistage)

Misalkan PT Coba Ah diharapkan dapat meningkatkan pembayaran dividennya sebesar 20% pada tahun
pertama, lalu 15% pada tahun berikutnya. Setelah itu dividen akan meningkat sebesar 5% setiap tahunnya
sampai waktu tak terhingga. Jika dividen yang dibagikan saat ini (Do) sebesar Rp 1.000 dan return (hasil) yang
diharapkan sebesar 20%, berapa harga saham PT Coba Ah?
Kuncinya : harga saham merupakan nilai sekarang dari seluruh dividen di masa mendatang yang diharapkan.
D1 = Rp 1.000 x (1+20%) = Rp 1.200
D2 = Rp 1.200 x (1+20%) = Rp 1.380
D3 = Rp 1.380 x (1+20%) = Rp 1.449
Langkah pertama , kita harus menghitung harga di periode ke 2 (P2) yang berasal dari dividen yang dibayarkan
mulai tahun ketiga sampai waktu tak terhingga.
P2 = D3 / (r-g) = Rp 1.449 / (20%-5%) = Rp 9.660
Lalu hitung nilai sekarang dari arus kas mendatang yang diharapkan
Po = D1/(1+r) + (D2+P2) / (1+r)^2
= Rp 1.200 / (1+20%) + (Rp 1.380 + Rp 9.660) / (1+20%)^2 = Rp 8.670

Menggunakan Metode Pertumbuhan Dividen Konstan (Gordon) untuk menentukan retun yang diharapkan,
Dividend Yield, Capital Gains Yield
Po = D1 / (r-g)
R g = D1/Po
R = D1/Po + g
D1/Po adalah dividend yield
G = growth = capital gains yield
Dengan demikian return yang diharapkan = dividend yield + capital gains yield

Contoh : misalkan saham PT Coba Atuh ditawarkan seharga Rp 10.500. PT Coba Atuh baru saja membayar
dividen sebesar Rp 1.000 (=Do) dan diharapkan dividen bertumbuh sebesar 5% per tahun. Berapa return yang
diharapkan?
D1 = Do (1+g) = Rp 1.000 x (1+5%) = Rp 1.050
Dividen yield = D1/Po = Rp 1.050/Rp 10.500 = 10%
Capital gains yield = g = 5%
R = D1/Po + g
= 10% + 5% = 15%

Metode Perhitungan Nilai Saham lainnya : Metode Angka Pengganda (Market Multiple)
Juga dikenal sebagai metode perbandingan industry / perusahaan sejenis (peer comparison method)
Nilai dari suatu perusahaan dihitung dengan menggunakan angka pengganda untuk industry yang digeluti
perusahaan dengan laba perusahaan tersebut.
Analis biasanya menggunakan angka pengganda berupa :
PER (Price-to-earnings) ratio = Market Price to EPS ratio = Market Price / EPS
Market price = harga pasar saham
EPS = earning per share = laba per saham
Contoh : beradasarkan perusahaan-perusahaan sejenis yang dapat dibandingkan, perkirakan PER yang sesuai.
Kalikan PER dengan laba yang diharapkan untuk mendapatkan nilai saham.
Misalkan : PER untuk industry retail (eceran) = 10x, bila laba per saham = Rp 1.000 maka harga saham
perusahaan tersebut adalah sbb :
PER = Market Price / EPS
10 x = Harga Pasar / Rp 1.000
Harga Pasar = 10 x Rp 1.000 = Rp 10.000

Fitur dari Saham Biasa


- Hak Suara
- Hak untuk diwakili bila berhalangan hadir dalam RUPS (proxy rights)
- Hak untuk Memesan Saham Terlebih Dahulu yakni saat emiten menerbitkan saham baru , pemegang saham
lama dapat membeli saham baru (jika diinginkan) yang ditawarkan sesuai dengan porsi saham yang dimilikinya
sehingga komposisi kepemilikian tetap sama
- Jenis Saham
- Hak-hak lainnya
- Dividen yang dibagikan sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki secara proporsional.
- Pembagian sisa aset saat likuidasi (bubarnya perusahaan) juga tergantung besarnya saham yang dimiliki
secara proporsional.

Ciri-ciri Dividen
Dividen bukan merupakan kewajiban perusahaan sampai dividen diumumkan untuk dibagikan oleh dewan
direksi.
Konsekuensinya, suatu perusahaan tidak dapat bangkrut jika tidak mengumumkan dan membagikan dividen.
Pembayaran dividen tidak termasuk biaya usaha, sehingga tidak dapat mengurangi pajak yang dibayarkan
perusahaan (not tax deductible)
Besarnya pajak atas dividen yang diterima individu berbeda-beda pada setiap negara (untuk investor perorangan
di Indonesia, pajak penghasilan yang dipotong bersifat final sebesar 10%)

Ciri-ciri Saham Preferen


1. Dividen saham preferen harus dibayar sebelum dilakukan pembayaran dividen ke pemegang saham biasa.
2. Dividen bukan merupakan liabilitas (kewajiban) perusahaan
3. Kebanyakan dividen saham preferen bersifat kumulatif yakni bila dividen saham preferen gagal dibayar maka
harus dibayar sebelum pembayaran dividen kepada pemegang saham biasa.
4. Pemegang saham preferen tidak memiliki hak suara.
Contoh : jika saham preferen dengan dividen tahuan sebesar Rp 5.000 ditawarkan sebesar Rp 50.000 / lembar,
berapa return yang diharapkan dari saham preferen tersebut?
Po = D / r
R = D / Po = Rp 5.000 / Rp 10.000 = 10%
Return yang diharapkan dari saham preferen tersebut sebesar 10%.

ANGGARAN MODAL ( CAPITAL BUDGETING)


Posted on 22 Desember 2014 by julrahmatiyalfajri

Pentingnya Penggangaran Modal

1. Keputusan penggaran modal akan berpengaruh pada jangka waktu yang lama sehingga perusahaan
kehilangan fleksibilitasnya.
2. Penanggaran modal yg efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari penambahan aktiva.
3. Pengeluaran modal sangatlah penting

Tahap-Tahap Penganggaran Modal

1. Biaya proyek harus ditentukan.


2. Manajemen harus memperkirakan aliran kas yg diharapkan dari proyek, termasuk nilai akhir aktiva.
3. Risiko dari aliran kas proyek harus diestimasi. (memakai distribusi probabilitas aliran kas).
4. Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal (cost of capital) yg
tepat untuk mendiskon aliran kas proyek.
5. Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan digunakan untuk
memperkirakan nilai aktiva.
6. Terakhir, nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan dengan biayanya.

Dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan yang penting. Opportunity
cost merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif
tertentu. Misalnya dalam penggantian mesin lama dengan mesin baru, harga jual mesin lama harus
diperhitungkan dalam mempertimbangkan investasi pada mesin baru.

1. PEMBAHASAN

Capital Budgeting adalah merupakan proses evaluasi dan pemilihan investasi jangka panjang yang konsisten
terhadap maksimalisasi tujuan perusahaan. Definisi Capital Budgeting Capital Budgeting is the Process of
evaluating and selecting long-term invesments consistents with the firms goal of owner wealth
maximization. Investasi juga berarti pengeluaran pada saat ini dan hasil yang diharapkan dari pengeluaran
tersebut baru akan diterima lebih dari satu tahun mendatang. Definisi Capital Budgeting adalah sebagai
berikut: Capital Budgeting involves the entire process of planning whose returns are expected to extend
beyond one year.

Perusahaan biasanya membuat berbagai alternatif atau variasi untuk berinvestasi dalam jangka panjang, yakni
berupa penambahan aset tetap seperti tanah, mesin dan peralatan. Aset tersebut merupakan aset yang berpotensi,
yang merupakan sumber pendapatan yang potensial dan mencerminkan nilai dari sebuah perusahaan.Capital
budgeting dan keputusan keuangan diperlakukan secara terpisah. Bila investasi yang diajukan telah ditentukan
untuk diterima, manager keuangan kemudian memilih metoda pembiayaan yang paling baik.
-. Anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yg memproyeksikan aliran kas masuk dan aliran kas keluar
selama beberapa periode pada saat yg akan datang.

-. Capital budget adalah garis besar rencana pengeluaran aktiva tetap

-. Penganggaran modal (capital budgeting) adalah proses menyeluruh menganalisa proyek2 dan menentuan
mana saja yang dimasukkan ke dalam anggaran modal.

-. Proses mengumpulkan, mengevaluasi, menyeleksi, dan menentukan alternatif penanaman modal yang akan
memberikan penghasilan bagi perusahaan untuk jangka waktu lebih dari 1 tahun.

*. Pentingnya Penggangaran Modal

1. Keputusan penggaran modal akan berpengaruh pada jangka waktu yang lama sehingga perusahaan
kehilangan fleksibilitasnya.
2. Penanggaran modal yg efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari penambahan aktiva.
3. Pengeluaran modal sangatlah penting

*. Ketersediaan Dana

Jika dana TIDAK TERBATAS, maka perusahaan dapat memilih semua independen project yang sesuai
dengan expected return yang diharapkan.
Jika dana TERBATAS, maka perusahaan perlu melakukan capital rationing dengan mengalokasikan
dana hanya pada proyek yang memberikan return maksimal
2. Proses Capital Budgeting

Proses Capital Budgeting terdiri dari 5 langkah yang saling berkaitan, yakni:

Pembuatan Proposal

Proposal penganggaran barang modal dibuat di semua tingkat dalam sebuah organisasi bisnis. Untuk
menstimulasi aliran berbagai ide, banyak perusahaan menawarkan penghargaan berupa uang tunai untuk
beberapa proposal yang diadopsi.

Kajian dan Analisa

Proposal penganggaran barang modal secara formal direview dalam rangka (a) mencapai tujuan dan rencana
utama perusahaan dan yang paling penting (b) untuk mengevaluasi kemampuan ekonominya. Biaya yang
diajukan dan benefit yang diestimasikan dikonversikan menjadi sebuah cash flow yang sesuai. Bermacam-
macam teknik capital budgeting dapat diaplikasikan untuk cash flow tersebut untuk menghitung tingkat
keuntungan dari investasi.

Pengambilan Keputusan

Besarnya sejumlah dana yang dikeluarkan dan pentingnya penganggaran barang modal menggambarkan tingkat
organisasi tertentu yang membuat keputusan penganggaran. Perusahaan biasanya mendelegasikan kewenangan
penganggaran barang modal sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Secara umum jajaran direksi
memberikan keputusan akhir untuk sejumlah tertentu penganggaran barang modal yang dikeluarkan.
Implementasi

Ketika sebuah proposal telah disetujui dan dananya telah siap, tahap implementasi segera dimulai. Untuk
pengeluaran yang kecil, penganggaran dibuat dan pembayaran langsung dilaksanakan. Namun untuk
penganggaran dalam jumlah besar, dibutuhkan pengawasan yang ketat.

Follow Up (tindak lanjut)

Setelah diimplementasikan maka perlu dilakukan monitoring selama tahap kegiatan operasi berjalan dari proyek
tersebut. Perbandingan dari biaya yang ada dan keuntungan yang diekspektasikan dari berbagai proyek
sebelumnya adalah sangat vital. Ketika biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran biaya yang ditetapkan, harus
segera dilakukan tindakan untuk menghentikannya, apakah dengan meningkatkan benefit atau mungkin
menghentikan proyek tersebut.

Setiap langkah dalam proses tersebut penting dilakukan terutama pada langkah kajian dan analisa, maupun
pengambilan keputusan (langkah 2 dan 3) yang membutuhkan waktu dan tenaga yang paling besar. Langkah
terakhir yakni follow up juga penting namun sering diabaikan. Langkah tersebut dilakukan untuk menjaga
perusahaan untuk dapat meningkatkan akurasi cash flow yang diestimasi.

3. Jenis-jenis Investasi

Investasi dapat dilaksanakan oleh perusahaan tergantung motif dasar perusahaan yakni semakin tinggi tingkat
hasil pengembalian atas investasi tersebut. Investasi tersebut terdiri dari berbagai jenis yang disesuaikan dengan
tujuan perusahaan. Definisi investasi sebagai berikut: The commitment of funds to one of more assets that will
be held over some future time period. Definisi tersebut mengartikan bahwa investasi adalah komitmen
sejumlah dana untuk menjadi satu atau lebih aset yang akan dilaksanakan dalam suatu periode tertentu di masa
yang akan datang. Selanjutnya Jones menggolongkan jenis investasi sebagai berikut:

1. a. Financial Assets. Pieces of paper evidencing a claim on some issuer


2. b. Real Assets. Physical assets, such as gold or real estate
3. c. Marketable Securities. Financial assets that are easily and cheaply traded in organized markets.
4. Rasionalisasi Modal

Persoalan rasionalisasi modal (capital rationing) akan muncul apabila terdapat batasan dana yang tersedia dan
dihadapkan pada suatu portfolio dari investasi. Oleh karena itu kita perlu memilih beberapa alternatif investasi
yang dapat dicapai dari anggaran yang tersedia dengan tingkat keuntungan yang cukup tinggi. Untuk itu perlu
diperhatikan dua sifat umum dari berbagai investasi tersebut, diantaranya dikemukakan adalah:

1. Independent projects yakni proyek yang cash flownya tidak berhubungan atau tidak tergantung diantara
satu proyek dengan proyek lainnya. Penerimaan atas salah satu proyek dengan alasan tertentu tidak akan
mengeliminasi proyek lainnya. Apabila sebuah perusahaan memiliki banyak anggaran dana yang tersedia
untuk diinvestasikan, kriteria penerimaan atas proyek akan lebih mudah. Semua pilihan investasi yang
menghasilkan keuntungan yang paling besar akan langsung dapat diterima.
2. Mutually exclusive project adalah proyek yang memiliki fungsi yang sama dan bersaing satu sama
lainnya. Penerimaan suatu proyek akan mengeliminir proyek lainnya yang setara.
3. Cash Flow dan Metode Investasi
A. Initial Investment
Batasan investasi awal sangat relevan dengan sejumlah cash out flow yang dipertimbangkan ketika
mengevaluasi prospektif penganggaran barang modal. Investasi awal (initial invesment) dilakukan pada nol
waktu (time zero), yakni waktu ketika anggaran dikeluarkan. Investasi awal diperhitungkan dengan mengurangi
semua cash inflow yang terjadi pada saat time zero dengan seluruh cash outflow yang terjadi pada saat time
zero. Rumusan dasar untuk menentukan investasi awal adalah biaya pembelian aset baru ditambah biaya
instalasi dikurangi pajak penjualan aset lama. Format dasar penentuan Initial Invesment yakni sebagai berikut:

The basic Format for Determining Initial Investment

Installed cost of new asset = Cost of new asset + instalation costs after-tax proceeds from sale of sold assets.

Dengan adanya initial invesment tersebut akan mempengaruhi dan akan merubah Net Working Capital (Modal
Kerja Bersih, (NWC) dari suatu perusahaan. Apabila sebuah perusahaan bermaksud membeli kapal dalam
rangka ekspansi maka baik level produksinya, atau tingkat kas, piutang, persediaan, maupun hutang dagangnya
akan meningkat. Perbedaan antara perubahan aset lancar dengan perubahan hutang lancar merupakan
perubahan Net Working Capital. Secara umum apabila aset lancar meningkat lebih besar dibandingkan hutang
lancar akan menghasilkan peningkatan NWC, begitupun sebaliknya.

1. Cash Flow

Salah satu hal penting didalam persoalan kebijakan investasi adalah mengadakan estimasi dari pengeluaran uang
yang akan diterima dari investasi tersebut pada masa yang akan datang. Untuk mengevaluasi berbagai alternatif
penganggaran barang modal/investasi, perusahaan harus menentukan cash flow yang sesuai, yakni data
mengenai aliran kas bersih dari suatu investasi.

Untuk keperluan penilaian suatu investasi yang dibiayai sepenuhnya oleh modal sendiri aliran kas bersih ( cash
flow) adalah sebelum pembebanan penyusutan dan diperhitungkan sesudah pajak. Namun apabila dibiayai
dengan modal pinjaman maka aliran kas bersih adalah sebelum dibebani penyusutan, bunga dan diperhitungkan
setelah pajak.

Selanjutnya pengertian arus kas The netral net cash, as opposed to accounting net income, that flows into (or
out of) a firm during some specified period.

Analisa cash flow perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar penelitian untuk melihat sejauh mana aktivitas
usaha secara akumulatif dapat mengcover dana yang diinvestasikan untuk menggerakkan kegiatan operasional
perusahaan.

Setiap cash flow dari suatu proyek memiliki pola konvensional karena di dalamnya terdapat 3 komponen dasar
yakni (1) investasi awal, (2) Cash inflow dan (3) terminal cash flow.
Menurut (Bambang Rijanto, 1995) setiap usul pengeluaran modal selalu mengandung dua macam aliran
kas (cash Flows), yaitu:

1. Aliran kas keluar neto (Net Outflow of Cash) yaitu yang diperlukan untuk investasi baru.
2. Aliran kas masuk neto tahunan (Net Annual Inflow of Cash), yakni sebagai hasil dari investasi baru
tersebut, yang ini sering pula disebut Net Cash Proceeds atau cukup dengan istilah Proceeds.

Arus kas untuk tujuan capital budgeting didefinisikan sebagai arus kas sesudah pajak atas semua modal
perusahaan. Secara aljabar, definisi tersebut sama dengan laba sebelum bunga dan pajak, dikurangi pajak
penghasilan jika perusahaan mempunyai hutang, ditambah beban penyusutan non kas. Rumusannya adalah
sebagai berikut:

Cash Flow = EBIT (1 T) + Depresiasi

Dimana :

EBIT = Laba Sebelum Bunga dan pajak

T = Pajak penghasilan perusahaan

Depr = Beban Penyusutan

Rumusan tersebut berlaku untuk perusahaan yang tidak memiliki hutang. Apabila perusahaan memiliki hutang
maka rumusannya adalah :

Cash Flow = NI + Depr + rD (1 T)

Dimana:

NI = Net Income

rD = Interest expense (biaya bunga bank)

Perkiraan cash flow merupakan hal yang sangat penting dalam proses capital budgeting, yakni sebuah proses
yang rumit dan kompleks yang membutuhkan pemikiran dan perhitungan yang matang agar estimasi cash
flow yang diproyeksikan mampu mendekati perkiraan cash flow yang dilaksanakan perusahaan. Dengan
demikian, penilaian terhadap hasil analisis capital budgeting akan memberikan penilaian yang akurat pada
penentuan keputusan investasi.

6. Metode Evaluasi Kelayakan Rencana Investasi

Metode yang dapat digunakan untuk dapat mengevaluasi berbagai alternatif investasi barang modal untuk dapat
dipilih dikenal dua macam metode yakni metode konvensional dan metode discounted cash flow. Di dalam
metode convensional dipergunakan dua macam tolak ukur untuk menilai profitabilitas rencana investasi
yakni payback period(PB) dan average rate of return (ARR), sedangkan dalam metode discounted cash
flowdikenal dua macam tolak ukur profitabilitas yakni Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR)
dan profitability Index. Perbedaan utama antara metode konvensional dengan metode discounted cash
flow terletak pada penilaian terhadap nilai waktu uang (time value of money). Metode evaluasi konvensional
tidak mempertimbangkan time value of money.

1. Payback Period

Metode payback period pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi investasi yang diajukan. Payback
period adalah target waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengembalikan investasi awal yang
diperhitungkan dari cash inflow. Definisi payback period sebagai berikut: The payback period is the exact
amount of time required for the firm to recover its initial investment in a project as calculated from cash inflow
Payback period diperhitungkan dengan membagi investasi dengan cash inflow tahunan. Kriteria terhadap
penerimaan keputusan investasi dengan menggunakan metode payback ini adalah diterima apabila payback
period yang diterima yang diperoleh lebih singkat/pendek waktunya dibandingkan dengan target waktu payback
period yang sebelumnya telah ditentukan.

Contoh

Perusahaan ABC akan melakukan investasi terhadap proyek A dan proyek B. Kedua proyek tersebut merupakan
proyek independen dan mutually exclusive. Investasi dikeluarkan pada awal tahun pertama. Adapun aliran kas
bersih dari masing-masing proyek sebagai berikut:

Tahun Proyek A Proyek B

0 -100.000 -100.000

1 50.000 10.000

2 40.000 30.000

3 30.000 40.000

4 20.000 50.000

5 10.000 20.000

*. Perhitungannya

Proyek A =

-100.000 (50.000 + 40.000 + 10.000) = 2 tahun 4 bulan (10/30 x 12 bulan)

Proyek B =

-100.000 (10.000 + 30.000 + 40.000 + 20.000) = 3 tahun 5 bulan (20/50 x 12 bulan)

Keputusannya pemilihan proyek :

Proyek A, karena memiliki waktu pengembalian yang lebih pendek

1. Net Present Value

Secara eksplisit NPV memberikan pertimbangan dari nilai waktu uang, dan merupakan teknik capital
budgeting yang banyak digunakan. NPV adalah jumlah present value semuacash inflow yang dikumpulkan
proyek (dengan menggunakan discount rate suku bunga kredit yang dibayar investor) dikurangi jumlah
investasi (initial cash outflow). Net Present Value yaitu: The Net Present Value is found by subtracting a
projects initial investment from the present value of its cash inflows discounted at a rate equal to the firms cost
of capital.
nNPV = CFt /(1 + k)t Io

t=1

Sebagai pedoman umum, rencana investasi akan menguntungkan apabila NPV positif dan apabila NPV nol
maka investasi tersebut berarti break even. Apabila NPV suatu proyek negatif, berarti proyek tersebut tidak
layak untuk dilaksanakan.

Dimana:

CFt = Net Cash Flow (Prodeeds) pada tahun ke t

k = Tingkat Diskonto

t = Lama waktu atau periode berlangsungnya investasi

I0 = Initial Outlays (Nilai investasi awal)

Kelebihan metode NPV sebagai sarana penilaian terhadap kelayakan suatu rencana investasi barang modal
adalah penggunaan nilai waktu uang untuk menghitung nilai sebenarnya cash flow yang diperoleh pada masa
yang akan datang. Dengan demikian, dapat diperoleh gambaran profitabilitas proyek yang lebih mendekati
realitas. Kelebihan lainnya adalah digunakannya discount faktor, biasanya merupakan salah suku bunga kredit
yang dipinjam investor untuk membiayai proyek. Dengan demikian, penggunaan metode ini menjadi lebih
fleksibel karena dapat disesuaikan dengan discount factor yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Kriteria
penerimaan atas investasi dengan metode ini adalah diterima apabila NPV yang dihasilkan adalah positif, dan
ditolak apabila nilai NPV negatif. Kelemahan dari metode ini adalah perhitungan yang cukup rumit, tidak
semudah perhitungan payback period. Untuk perhitungannya diperlukan keahlian seorang financialanalis
sehingga penggunaannya terbatas.

Contoh :

Perusahaan ABC akan melakukan investasi terhadap proyek A dan proyek B. Kedua proyek tersebut merupakan
proyek independen dan mutually exclusive. Investasi dikeluarkan pada awal tahun pertama.

Diketahui discount rate 10%

Adapun aliran kas bersih dari masing-masing proyek sebagai berikut:

Tahun Proyek A Proyek B

0 -100.000 -100.000

1 50.000 10.000

2 40.000 30.000
3 30.000 40.000

4 20.000 50.000

5 10.000 20.000

Jawaban :

Proyek A Tahun 1 = 50.000 / (1+0,1)1 = 45.455


Proyek A Tahun 2 = 40.000 / (1+0,1)2 = 33.058
Proyek A Tahun 3 = 30.000 / (1+0,1)3 = 22.539
Proyek A Tahun 4 = 20.000 / (1+0,1)4 = 13.660
Proyek A Tahun 5 = 10.000 / (1+0,1)5 = 6.209

NPV Proyek A = (45.455 + 33.058 + 22.539 + 13.660 + 6.209) 100.000 = 20.921

Proyek B Tahun 1 = 10.000 / (1+0,1)1 = 9.091


Proyek B Tahun 2 = 30.000 / (1+0,1)2 = 24.793
Proyek B Tahun 3 = 40.000 / (1+0,1)3 = 30.053
Proyek B Tahun 4 = 50.000 / (1+0,1)4 = 34.151
Proyek B Tahun 5 = 20.000 / (1+0,1)5 = 12.419

NPV Proyek B = (9.091 + 24.793 + 30.053 + 34.151 + 12.419) 100.000 = 10.507

Tahun PV Proyek A PV Proyek B

0 100.000 100.000

1 45.455 9.091

2 33.058 24.793

3 22.539 30.053

4 13.660 34.151

5 6.209 12.419

NPV 20.921 10.507

Keputusan :
Proyek A, karena memiliki nilai lebih besar dibandingkan proyek B, walaupun keduanya memiliki nilai NPV >
0

1. Internal Rate of Return (IRR)

Metode ini mungkin merupakan metode yang paling banyak digunakan sebagai salah satu teknik dalam
mengevaluasi alternatif alternatif investasi. Definisi Internal Rate of Return adalah: The Internal Rate of
Return (IRR) is the discount rate that equates the present value of cash inflows with the initial investment
associated with a project.

Dijelaskan bahwa IRR merupakan rate discount dimana nilai present value dari cash inflow sama dengan nilai
investasi awal suatu proyek. Dengan kata lain IRR adalah rate discount dimana NPV dari proyek tersebut =
Rp0. IRR juga menggambarkan persentase keuntungan yang sebenarnya akan diperoleh dari investasi barang
modal atau proyek yang direncanakan.

Kriteria penerimaan proyek investasi dengan menggunakan metode Internal Rate of Return adalah apabila IRR
yang dihasilkan lebih besar dibandingkan cost of capital, sebaliknya apabila lebih kecil dibandingkan cost of
capital proyek tersebut ditolak.
Pada dasarnya IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trial and error). Pertama-tama kita menghitung PV dari
proceeds suatu investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang kita pilih menurut kehendak kita. Kemudian
hasil perhitungan itu dibandingkan dengan jumlah PV dari outlaysnya. Kalau PV dari proceeds lebih besar
daripada PV dicari investasi atau outlaysnya, maka kita harus menggunakan tingkat bunga yang lebih rendah.
Cara demikian terus dilakukan sampai kita menemukan tingkat bunga yang dapat menjadikan PV
dari proceeds sama besarnya dengan PV dari outlaysnya. Pada tingkat bunga inilah NPV dari usul tersebut
adalah nol atau mendekati nol.

Contoh

Perusahaan ABC akan melakukan investasi terhadap proyek A dan proyek B. Kedua proyek tersebut merupakan
proyek independen dan mutually exclusive. Investasi dikeluarkan pada awal tahun pertama.

Adapun aliran kas bersih dari masing-masing proyek sebagai berikut:

Tahun Proyek A Proyek B

0 -100.000 -100.000

1 50.000 10.000

2 40.000 30.000

3 30.000 40.000

4 20.000 50.000

5 10.000 20.000
Jawaban : (Untuk Proyek A, apabila : menggunakan discout rate 20% dan 21%)

Menggunakan discount rate sebesar 20%

PV Cashflow A = (50.000/1.2) + (40.000/1.44) + (30.000/1.728) + (20.000/2.0736) + (10000/2.4883)


= 100.470

Menggunakan discount rate sebesar 21%

PV Cashflow A = (50.000/1.21) + (40.000/1.4641) + (30.000/1.7716) + (20.000/2.1436) + (10000/2.5937) =


98.763

Jawaban : (Untuk Proyek A, apabila : menggunakan discout rate 18% dan 23%)

Menggunakan discount rate sebesar 18%

PV Cashflow A = (50.000/1.18) + (40.000/1.3924) + (30.000/1.6430) + (20.000/1.9387) + (10000/2.2877) =


104.047

Menggunakan discount rate sebesar 23%

PV Cashflow A = (50.000/1.23) + (40.000/1.5129) + (30.000/1.8608) + (20.000/2.2888) + (10000/2.8153) =


95.502

Menggunakan Interpolasi untuk mencari present value aliran kas sebesar 100.000 (diantara 95.502
dengan 104.047)

IRR proyek A = 18% + {(104.047 100.000)/(104.047 95.502)} {5%}

IRR proyek A = 18% + 2,368%

IRR proyek A = 20.368%

Contoh IRR Proyek A

Tahun PVIF(20%) PV Proyek A PVIF(21%) PV Proyek A

1 1,2 41.667 1,21 41.322

2 1,44 27.778 1,4641 27.321

3 1,728 17.361 1,7716 16.934

4 2,0736 9.645 2,1436 9.330

5 2,4883 4.019 2,5937 3.855


PV 100.470 98.762

Melalui interpolasi diperoleh IRR Proyek A = 20,275%

Jawaban :

Menggunakan discount rate sebesar 14%

PV Cashflow B = (10.000/1.14) + (30.000/1.2996) + (40.000/1.4815) + (50.000/1.6889) + (20.000/1.9254) =


98.848

Menggunakan discount rate sebesar 13%

PV Cashflow B = (10.000/1.13) + (30.000/1.2769) + (40.000/1.4429) + (50.000/1.6305) + (20000/1.8424) =


101.587

Menggunakan Interpolasi untuk mencari present value aliran kas sebesar 100.000 (diantara 98.848
dengan 101.587)

IRR proyek B = 13% + {(101.587 100.000)/(101.587 98.848)} {1%}

IRR proyek B = 13% + 0.579%

IRR proyek B = 13.579%

Contoh (IRR Proyek B)

Tahun PVIF(14%) PV Proyek B PVIF(13%) PV Proyek B

1 1,14 8.772 1,13 8.850

2 1,2996 23.084 1,2769 23.494

3 1,4815 27.000 1,4429 27.722

4 1,6889 29.605 1,6305 30.665

5 1,9254 10.387 1,8424 10.856

Proyek Yang dipilih :

Proyek A, karena memiliki tingkat rate of return lebih tinggi dibandingkan dengan proyek B

Perbandingan Metode Capital Budgeting


Metode Proyek A Proyek B

Payback Period 2 tahun 4 bulan 3 tahun 5 bulan

NPV 20.921 10.507

IRR 20,275% 13,579%

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, Penganggaran Modal (capital budgeting) sangatlah penting dalam menentukan alur
kas,investasi dan penanaman saham. Dimana bila perhitungan atau keputusan untuk pengambilan penganggaran
modal tepat, maka keuntungan bagi perusahaan akan meningkat sesuai dengan perhitungan. Dan sangatlah
penting bagi manajer keuangan untuk sangat hati-hati dalam mengambil keputusan dengan keadaan keuangan
suatu perusahaan.

TEORI STOCKPICKING

Melihat nilai saham dengan dibandingkan antara harga saham wajar dan harga pasar saham.
Undervalued=pasar<wajar, over=pasar>wajar.Liquidity (Current ratio), Solvability (DER) , Profitability
(Revenue Growth, ROE, ROA/ROI)

RasioLikuiditas
Fred Weston dikutipdariKasmir (2008:129): menyebutkanbahwarasiolikuiditas (liquidity ratio) merupakanrasio
yang menggambarkankemampuanperusahaandalammemenuhikewajiban (utang) jangkapendek.
Dalamrasio-rasiolikuiditas, analisadapatdilakukandenganmenggunakanrasiosebagaiberikut:
a. RasioLancar (Current Ratio)
Rasiolancarmerupakanrasiountuk
mengukurkemampuanperusahaandalammembayarkewajibanjangkapendekatauutang yang segerajatuh tempo
denganaktivalancar yang tersedia

Aktiva Lancar
Current ratio = ----------------------- x 100%
Hutang Lancar

b. RasioCepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)


Rasio cepatmerupakanrasio yang
menunjukkankemampuanperusahaandalammembayarkewajibanatauutanglancardenganaktivalancartanpamempe
rhitungkannilaipersediaan.

Aktiva Lancar Persediaan


Quick Ratio = --------------------------------- x
Hutang Lancar

RasioSolvabilitas
Menurut Fred Weston dikutipdariKasmir (150:2008),
RasioSolvabilitasadalahrasio yang
digunakanuntukmengukursejauhmanaaktivaperusahaandibiayaidenganutangdanmengukurkemampuanperusahaa
nuntukmembayarseluruhkewajibannya, baikjangkapendekmaupunjangkapanajangapabilaperusahaandilikuidasi
(dibubarkan).Rasio yang digunakanadalah:

a. RasioHutangTerhadapAktiva (Total Debt to Asset Ratio)


Rasioinimengukurseberapabesaraktivaperusahaandibiayaiolehutangatauseberapabesarhutangperusahaanberpeng
aruhterhadappengelolaanaktiva. Rumusnyadibawahini
Total hutang
Debt to assets ratio = ----------------------- x 100%
Modal Aktiva

b. RasioHutangTerhadapEkuitas (Total Debt to Equity Ratio)


Rasioinimenunjukkanhubunganantarajumlahutangjangkapanjangdenganjumlah modal sendiri yang
diberikanolehpemilik perusahaan, gunamengetahuijumlahdana yang
disediakankreditordenganpemilikperusahaan.

Total hutang
Debt to equity ratio = ----------------------- x 100%
Modal Sendiri

RasioProfitabilitas
Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.

a. MarginLabaKotor (Gross Profit Margin)

Margin laba kotor adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjulan sesudah perusahaan membayar harga
pokok penjualan.

LabaKotor
Gross Profit Margin = ----------------------- x 100%
Penjualan

b. Margin LabaOperasi (Operating Profit Margin)


Margin laba operasi adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan
pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak, atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah
penjualan.

Laba setelah pajak


Operating Profit Margin = ----------------------- x 100%
Penjualan

c. Margin LabaBersih (Net Profit Margin)


Margin laba bersih adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan
pengeluaran, termasuk bunga dan pajak.

Laba setelah pajak


Net Profit Margin = ----------------------- x 100%
Penjualan
Net income
ROE
Total equity
TD TA - TE
TA - TE
Debt - equity ratio
TE

Balance Sheet

Liabilities

and

AssetCash EquityCash
Increase Use Increase Source

ROE Profit margin Total asset turnover Equity multiplier


ROE Net income Sales Total assets
Sales Total assets Total equity
Decrease Source Decrease Use

Cross-sectional analysis is the comparison of different firms financial ratios at the same point in time;
involves comparing the firms ratios to those of other firms in its industry or to industry averages

Benchmarking is a type of cross-sectional analysis in which the firms ratio values are compared to
those of a key competitor or group of competitors that it wishes to emulate.

SUSTAINABILITY AND DECISION IN FINANCE

a. Profit (Keuntungan)

Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dalam setiap kegiatan usaha. Aktivitas yang dapat
ditempuh untuk mendongkrak profit adalah meningkatkan produktivitas dan melakukan efiisensi
biaya.Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja mulai penyederhanaan
proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Sedangkan efisiensi
biaya dapat tercapai jika perusahaan menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah
mungkin.

b. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)

People atau masyarakat merupakan stakeholders yang sangat penting bagi perusahaan, karena
dukungan masyarakat sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan.
Maka dari itu perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada
masyarakat.

c. Planet (Lingkungan)

Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang dalam kehidupan manusia.
Karena semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk hidup selalu berkaitan dengan
lingkungan misalnya air yang diminum, udara yang dihirup dan seluruh peralatan yang digunakan, semuanya
berasal dari lingkungan. Namun sebagaian besar dari manusia masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitar.
Hal ini disebabkan karena tidak ada keuntungan langsung yang bisa diambil didalamnya.

Karena keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan hal yang wajar. Maka, manusia
sebagai pelaku industri hanya mementingkan bagaimana menghasilkan uang sebanyak-banyaknya tanpa
melakukan upaya apapun untuk melestarikan lingkungan. Padahal dengan melestarikan lingkungan, manusia
justru akan memperoleh keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, di samping
ketersediaan sumber daya yang lebih terjamin kelangsungannya.

Menghitung Nilai Obligasi

Definisi

Obligasi (bond = B) adalah surat hutang yang diterbitkan atau dijual oleh sebuah perusahaan atau pemerintah
pada saat meminjam uang dari masyarakat untuk jangka waktu panjang.

Nilai nominal (par value / face value = F) adalah jumlah pokok obligasi yang akan dibayar pada saat obligasi
jatuh tempo.

Kupon ( C ) adalah nilai pembayaran bunga yang dinyatakan atas obligasi.

Tarif Kupon (coupon rate = r ) adalah nilai kupon tahunan dibagi dengan nilai nominal obligasi. Tarif kupon ini
setara dengan tingkat suku bunga untuk pinjaman di bank.

Tanggal Jatuh Tempo (maturity date) adalah tanggal tertentu yang digunakan untuk pembayaran pokok (nilai
nominal) obligasi.

Hasil Sampai Jatuh Tempo (Yield to Maturity / YTM) adalah tingkat pengembalian (hasil) yang diharapkan
pasar atas obligasi.

Persamaan untuk menghitung Harga Obligasi

Harga Obligasi = C x PVIFa + FV x PFIF

C = nilai kupon

PVIFa = [ 1 (1+r)^(-t) ] / r

PVIF = 1/(1+r)t^t = (1+r)^(-t)

r = tarif kupon

t = banyaknya periode pembayaran kupon

FV = face value = nilai nominal obligasi

Contoh :

Obligasi yang bernilai nominal Rp 10 juta dengan tarif kupon 14% setahun. Kupon dibayarkan setiap 6 bulan.
Obligasi tersebut akan jatuh tempo dalam waktu 7 tahun dan memiliki YTM 16%. Hitunglah harga obligasinya.

1 tahun = 2 periode pembayaran kupon, sehingga t = 7 tahun x 2 periode / tahun = 14 periode

R per periode = 14% /2 = 7% per periode ( 1 periode = 1 semester)

YTM per periode = 16%/2 = 8% per periode.

Kupon per periode = 7% x Rp 10 juta = Rp 700.000

PVIFa = [1 (1+8%)^(-14)] / 8% = 8,244236983


PVIF = (1+8%) ^ (-14) = 0,340461041

Harga Obligasi (B) = Rp 700.000 x 8,244236983 + Rp 10.000.000 x 0,340461041 = Rp 9.175.576,30

Menghitung Nilai Obligasi dan Perubahan Suku Bunga

Harga Obligasi (Bond Value) = Nilai Sekarang Kupon + Nilai Sekarang dari Nilai Nominal

Nilai Sekarang Kupon = Nilai Sekarang Anuitas dari Kupon

Pada saat tingkat suku bunga naik, nilai sekarang akan turun demikian juga dengan nilai obligasi yang akan
turun bila tingkat suku bunga naik dan sebaliknya.

Menghitung Nilai Obligasi Diskon dengan Kupon Tahunan

Misal sebuah obligasi dengan tarif kupon 10% dan kupon dibayar tahunan. Nilai nominalnya Rp 10 juta dan
akan jatuh tempo 5 tahun kemudian. Dengan YTM 11%, berapa nilai obligasi tersebut?

Nilai Kupon = tarif kupon x nilai nominal = 10% x Rp 10 juta = Rp 1 juta.

Nilai Obligasi (B) = Nilai Sekarang Anuitas dari Kupon + Nilai Sekarang dari Nilai Nominal

Nilai Sekarang Anuitas = [1-(1+r)^(-t)] / r

R = YTM = 11%

T = 5 periode

Faktor Bunga Nilai Sekarang Anuitas = PVIFa (11%,5) = [ 1 (1+11%)^(-5)] / 11% = 3,695897018

Faktor Nilai Sekarang = PVIF (11%,5) = (1+11%)^(-5) = 0,593451328

Nilai Kupon = 10% x Rp 10 juta = Rp 1 juta

Harga Obligasi (B) = Nilai Sekarang Anuitas dari Kupon + Nilai Sekarang dari Nilai Nominal

= Rp 1 juta x 3,695897018 + Rp 10 juta x 3,695897018

= Rp 9.630.410,298

Menghitung nilai Obligasi Premium dengan Kupon Tahunan

Obligasi premium adalah obligasi yang nilainya lebih tinggi daripada nilai nominalnya.

Contoh : anda sedang mereview suatu obligasi yang memberikan kupon tahunan sebesar 10% dengan nilai
nominal Rp 10 juta. Obligasi tersebut jatuh tempo 20 tahun dan YTM nya 8%. Berapa nilai obligasi tersebut?

Faktor Bunga Nilai Sekarang Anuitas = PVIFa (8%,20) = [ 1 (1+8%)^(-20)] / 8% = 9,818147407

Faktor Nilai Sekarang = PVIF (8%,20) = (1+8%)^(-20) = 0,214548207

Harga Obligasi (B) = Nilai Sekarang Anuitas dari Kupon + Nilai Sekarang dari Nilai Nominal
= Rp 1 juta x 9,818147407+ Rp 10 juta x 0,214548207

= Rp 11.963.629,48

Hubungan grafis antara harga obligasi dan YTM

Dari grafik di atas terlihat bahwa semakin besar YTM, maka nilai obligasi semakin kecil.

Harga Obligasi : hubungan antara Tarif Kupon dengan YTM

Jika YTM = tarif kupon, maka nilai nominal obligasi = harga obligasi

Jika YTM > tarif kupon, maka nilai nominal obligasi > harga obligasi

Hal ini mengingat nilai diskonto nya menyebabkan hasil (tingkat pengembalian) obligasi lebih tinggi dari tarif
kupon.

Obligasi yang harganya di bawah nilai nominal disebut obligasi diskon.

Jika YTM < tarif kupon, maka nilai nominal obligasi <. harga obligasi

Tarif kupon yang lebih tinggi menyebabkan harga obligasi lebih tinggi dari nilai nominalnya.

Obligasi yang harganya di atas nilai nominal disebut obligasi premium.

Resiko Tingkat Suku Bunga

Resiko tingkat suku bunga adalah resiko yang timbul bagi pemegang obligasi karena adanya perubahan tingkat
suku bunga. Terbagi atas 2 :

1. Resiko Harga yakni perubahan harga obligasi yang timbul karena perubahan tingkat suku bunga.
- Obligasi jangka panjang memiliki resiko harga yang lebih besar dibanding obligasi jangka pendek.
- Obligasi dengan tarif kupon yang rendah lebih besar resiko harganya dibanding obligasi tarif kupon yang
tinggi.
- Resiko harga semakin besar saat YTM nya rendah dibanding YTM yang tinggi (lihat Hubungan grafis antara
harga obligasi dan YTM)
2. Resiko Tingkat Investasi Kembali yakni ketidakpastian yang timbul atas tingkat hasil saat arus kas yang
diterima diinvestasikan kembali.
- Obligasi jangka pendek memiliki resiko tingkat investasi kembali yang lebih besar dibanding obligasi jangka
panjang.
- Obligasi dengan tarif kupon yang tinggi lebih beresiko dalam hal diinvestasikan kembali dibanding obligasi
dengan tarif kupon yang rendah.

Menghitung Hasil Oblligasi (Yield to Maturity)

Yield to Maturity (YTM) adalah tingkat bunga yang berlaku pada harga obligasi saat ini.

Untuk menghitung besarnya YTM perlu digunakan metode coba-coba (trial and error) dan sama prosesnya
seperti menghitung r dalam suatu perhitungan anuitas.
YTM dengan kupon tahunan

Misalnya suatu obligasi dengan kupon tahunan sebesar 10%, jatuh tempo 15 tahun dan nilai nominal Rp
10.000.000. Harga obligasi tersebut sekarang Rp 9.280.900 Berapakah YTM nya?

Harga Obligasi (B) = Nilai Sekarang Anuitas dari Kupon + Nilai Sekarang dari Nilai Nominal

B = Rp 1 juta x PVIFa + Rp 10 juta x PVIF = Rp 9.280.900

Karena harga obligasi lebih rendah dibanding nilai nominalnya, berarti ini adalah obligasi diskon dimana YTM
nya lebih besar daripada 10%

Misalkan r1 = 10% maka B1 = 10.000.000 9.280.900 = 643.072

R2 = 12% maka B2 = 8.637.827 - 9.280.900 =-719.100

2% 1.362.172

YTM = 10% + 643.072 / 1.362.172 x 2% = 10,94%

Atau 12% - 719.100 / 1.362.172 x 2% = 10,94%

Berarti YTM = 10,94%.

YTM dengan Kupon Semesteran

Misalkan sebuah obligasi dengan tarif kupon 10% dan kupon dibayar setengah tahunan (per semester). Nilai
nominal Obligasi tersebut Rp 10 juta, dengan umur ekonomis 20 tahun dan dijual dengan harga Rp 11.979.300.
Hitung YTM nya.

Karena harga obligasi lebih tinggi dibanding nilai nominalnya, berarti ini adalah obligasi premium di mana
YTM nya lebih kecil daripada tarif kupon (10%).

Kupon semesteran artinya obligasi ini membayar kupon setiap semester (enam bulan sekali) alias setahun 2 kali
bayar kupon. Hal ini lumrah untuk obligasi di Amerika. Berarti 1 periode = 1 semester.

Jumlah periode pembayaran kupon obligasi tersebut = 20 tahun x 2 periode / tahun = 40 periode.

Tarif kupon per periode = 10% / 2 = 5%

Kupon = 5% x Rp 10 juta = Rp 500.000 / semester

B = Rp 500.000 juta x PVIFa + Rp 10 juta x PVIF = Rp 11.979.300

Misalkan r1 = 5% maka B1 = 10.000.000 11.979.300 = -1.979.300

R2 = 3% maka B2 = 14.622.954,- 11.979.300= 2.643.654

2% 4.622.954

YTM = 3% + 2.643.654 / 4.622.954 x 2% = 4,14% / semester

Atau 5% - 1.979.300 / 4.622.954 x 2% = 4,14% / semester

Berarti YTM = 4,14% x 2 = 8,28% setahun


Dengan perhitungan yang lebih teliti (tanpa pembulatan) diperoleh YTM = 8%

Current Yield vs. Yield to Maturity

Current Yield = kupon tahunan / harga obligasi

Yield to maturity = current yield + capital gains yield

Misal : obligasi dengan tarif kupon 10% dibayarkan tiap semester. Nilai nominal Rp 10 juta, umur ekonomis 20
tahun dengan harga obligasi Rp 11.979.300.

Kupon setahun = 10% x Rp 10 juta = Rp 1 juta.

Current Yield = Rp 1 juta / Rp 11.979.300 = 0,0835 = 8,35%

Harga tahun pertama (asumsi YTM tidak berubah) = Rp 11.936.800

Capital gain yield = (RP 11.936.800 Rp 11.979.300) / Rp 1.1979.300 = -0,0035 = - 0,35%

Teori Harga Obligasi

Obligasi yang memiliki resiko dan umur yang sama akan memiliki hasil (return) yang sama yang dijadikan
dasar untuk perhitungan harga obligasi tersebut (tidak tergantung dari tarif kupon). Jika harga satu obligasi
diketahui, maka dapat dihitung YTM nya dan YTM tersebut digunakan untuk menghitung harga dari obligasi
kedua. Konsep menghitung harga suatu aset didasarkan atas harga aset sejenis dapat digunakan untuk
menghitung nilai aset lainnya (di luar obligasi).

Perbedaan antara Utang dan Ekuitas

Utang :

- Tidak memiliki kepentingan atas kepemilikan saham


- Kreditur tidak memiliki hak suara
- Bunga merupakan biaya untuk menjalankan usaha dan dapat mengurangi besarnya pajak yang dibayar
- Kreditur memiliki hak secara hukum bila pembayaran bunga dan pokok pinjaman gagal dilaksanakan
- Kelebihan utang dapat mengakibatkan masalah keuangan dan kebangkrutan.

Ekuitas :

- Memiliki kepentingan atas kepemilikan saham


- Pemegang saham memiliki hak suara untuk memilih dewan direksi dan masalah lainnya.
- Dividen bukan merupakan biaya untuk menjalankan usaha dan tidak dapat mengurangi pajak
- Dividend bukan merupakan kewajiban perusahaan , pemegang saham tidak memiliki hak secara hukum bila
dividen tidak dibayarkan
- Perusahaan yang sumber dananya seluruhnya dari pemegang saham tidak dapat bangkrut karena perusahaan
tersebut tidak punya utang.

Kontrak Oblgiasi (Bond Indenture)

Merupakan kontrak antara perusahaan dan pemegang obligasi yang mencakup :


- Klausul (termin) dasar dari obligasi
- Jumlah nilai obligasi yang diterbitkan
- Penjelasan atas property yang digunakan sebagai jaminan (jika ada)
- Dana cadangan untuk pelunasan obligasi
- Provisi untuk penebusan obligasi lebih awal
- Rincian atas perjanjian perlindungan untuk pemegang obligasi

Klasifikasi Obligasi

1. Obligasi atas nama (registered) dan atas unjuk (bearer). Obligasi tercatat merupakan bentuk penerbitan
obligasi dimana perusahaan mencatat nama pemilik setiap obligasi dan pembayaran (kupon dan pokok)
dilakukan ke nama pemilik yang tercatat. Sedangkan obligasi atas unjuk (bearer form) merupakan bentuk
penerbitan dimana obligasi diterbitkan tanpa pencatatan atas nama pemiliknya; pembayaran dilakukan kepada
siapapun yang memegang obligasi tersebut.
2. Sekuritas. Sekuritas utang diklasifikasikan sesuai dengan jaminan dan hipotek yang dipakai untuk melindungi
pemegang obligasi.
3. Kolateral (jaminan) merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk sekuritas (misalnya : obligasi dan
saham) yang dijadikan jaminan untuk pembayaran utang. Kolateral umumnya digunakan untuk merujuk aset
yang dijanjikan atas pembayaran suatu utang.
4. Sekuritas Hipotek (mortgage) sekuritas yang dilindungi dengan suatu hipotek atas property (harta) dari
peminjam.
5. Surat utang (debenture) merupakan suatu bentuk utang tanpa jaminan biasanya dengan jatuh tempo 10 tahun
atau lebih.
6. Utang tanpa jaminan (Unsecured debt-di Amerika Serikat)
7. Utang dengan jaminan (Secured debt di Inggris)
8. Notes merupakan utang tanpa jaminan yang awalnya memiliki jatuh tempo kurang dari 10 tahun.
9. Senioritas merupakan preferensi dalam posisi pemberi pinjaman (mana yang lebih didahulukan) terkadang
diberi istilah senior dan junior untuk menunjukkan tingkat senioritas.

Karakteristik Obligasi dan Hasil yang Diharapkan

Tarif kupon tergantung dari karakteristik resiko dari obligasi yang diterbitkan.

Obligasi yang memiliki kupon yang lebih tinggi :

a. Yang tanpa jaminan dibanding dengan yang dengan jaminan.


b. Utang tersubordinasi dibanding dengan utang senior
c. Obligasi tanpa dana cadangan pelunasan dibanding dengan obligasi tanpa dana cadangan pelunasan
d. Obligasi yang dapat ditebus sebelum jatuh tempo (callable bond) dibanding obligasi tanpa hak untuk menebus
sebelum jatuh tempo (non-callable bond)

Peringkat Obligasi

Yang baik untuk dilakukan investasi

- High Grade : Moodys Aaa dan S&P AAA kemampuan bayar teramat kuat , Moodys Aa dan S&P AA
kemampuan bayar sangat kuat
- Medium Grade : Moodys A dan S&P A kemampuan bayarnya kuat, namun mudah terpengaruh bila ada
perubahan kondisi. Moodys Baa dan S&P BBB kemampuan bayar cukup, kondisi yang berlawanan akan
memberi dampak lebih jauh dalam kemampuan bayar perusahaan.
- Investment Grade : peringkat Baa atau BBB dan di atasnya

Bersifat spekulasi
- Low Grade : Moodys Ba dan B; S&P BB dan B Dianggap mungkin kemampuan membayarnya akan
merosot.
- Very Low Grade : Moodys C (dan di bawahnya) dan S&P C (dan di bawahnya) yakni obligasi penghasilan
(income bonds) tanpa bunga yang dibayar atau pembayaran pokok dan bunga di belakang.

Obligasi Kupon Nihil (Zero Coupon Bonds)

Obligasi ini tidak membayar bunga secara berkala (tarif kupon 0%)

Seluruh YTM berasal dari perbedaan antara harga beli dan nilai nominalnya. Obligasi ini tidak dijual lebih dari
nilai nominalnya.

Terkadang disebut sebagai zeroes, deep discount bonds, atau original issue discount bonds (OIDs)

Contoh : Treasury Bills dan principal-only Treasury strips

Obligasi ini tidak memiliki resiko atas hasil investasi kembali.

Obligasi Suku Bunga Mengambang (Floating-Rate Bonds)

Tarif kupon mengambang tergantung dari beberapa nilai inde.

Contoh : adjustable rate mortgages dan inflation-linked Treasuries

Obligasi ini memiliki resiko harga yang lebih rendah.

Kupon mengambang, sehingga lebih kecil kemungkinannya berbeda dengan YTM.

Kupon nya mungkin memiliki kerah (collar) yakni tarifnya tidak bisa melebih batas atas (ceiling) atau lebih
rendah dari tarif bawah (floor).

Jenis Obligasi Lainnya : Disaster bonds, Income bonds, Convertible bonds, Put bonds

Terdapat banyak jenis biaya provisi atas suatu obligasi dan banyak obligasi memiliki beberapa jenis provisi.
Sangat penting untuk memahami bahwa provisi ini akan mempengaruhi tingkat hasilnya.

Pasar Obligasi

Obligasi diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia melalui pialang (dealer).

Harga Bersih dan Harga Kotor

Harga bersih adalah harga yang tecantum.

Harga kotor adalah harga yang sebenarnya dibayar, harga yang tecantum (harga bersih) ditambah bunga.

Contoh : misalkan obligasi dengan kupon 4% dibayar semesteran dengan harga bersih Rp 12.825.000.

Jumlah hari sejak pembayaran kupon terakhir = 61 hari.

Jumlah hari dalam periode antar pembayaran kupon = 184 hari.


Bunga terutang = 61 / 184 x 4% x Rp 10.000.000 = Rp 132.600.

Harga kotor = Rp 12.825.000 + Rp 132.600 = Rp 12.957.600

Sehingga kita akan membayar Rp 12.957.600 untuk obligasi tersebut.

Inflasi dan Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga nominal = tingkat hasil sebenarnya + penyesuaian inflasi

The Fisher Effect

The Fisher Effect mendefinisikan hubungan antara tingkat suku bunga seenarnya, tingkat suku bunga nominal
dan inflasi.

(1 + R) = (1 + r)(1 + h) dimana

R = nominal rate (tingkat suku bunga nominal)

r = real rate (tingkat suku bunga sebenarnya)

h = tingkat inflasi

Kira-kira , R = r + h

Jika kita menginginkan tingkat suku bunga sebenarnya 10% dan inflasi 8%, berapa tingkat suku bunga nominal?

R = (1+10%)(1+8%) 1 = 0,188 = 18,8%

Kira-kira: R = 10% + 8% = 18%

Karena tingkat suku bunga sebenarnya dan tingkat inflasi relative tinggi, terdapat perbedaan signifikan antara
Fisher Effect dan kira-kiranya..

Struktur Termin atas Tingkat Suku Bunga

Yakni hubungan antara waktu jatuh tempo dan hasil (yield) dengan asumsi yang lainnya sama.

(efek dari resiko gagal bayar, perbedaan kupon dll dikeluarkan).

Kurva hasil merupakan gambaran grafis atas struktur termin.

Kurva normal dengan lengkungan ke atas; hasil jangka panjang lebih tinggi dari hasil jangka pendek.

Kurva terbalik dengan lengkungan ke bawah; hasil jangka panjang lebih rendah dari hasil jangka pendek.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Obligasi

1. Resiko gagal bayar


2. Apakah kuponnya dipotong pajak
3. Mudahnya obligasi tersebut diperdagangkan (makin mudah, hasilnya lebih rendah)
4. Hal-hal lain yang mempengaruhi resiko pembayaran ke pemegang obligasi

Anda mungkin juga menyukai