Pendidikan etika dan karakter merupakan kedua pokok penting dan saling berkaitan
satu sama yang lain yang tidak dapat dipisahkan.
Pengertian Dasar:
A. Etika, berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti susila atau kebiasaan yang
baik, cara hidup yang kemudian menjadi norma, atau aturan, hukum, kaidah
yang mengatur perilaku manusia. Jika kata etika dihubungkan dengan kata
Kristen, maka dapat disimpulkan bahwa etika Kristen adalah norma yang
didasarkan pada ajaran Tuhan yang tertulis dalam Alkitab yang kemudian
dijadikan standar perilaku ( karakter ) seperti tertulis dalam Keluaran 20:1-17
tentang kesepuluh Firman yang disimpulkan dalam kitab Injil Matius 22:37-
40 yang pada intinya mengatur pola hubungan yaitu hubungan kasih;
1. Hubungan antara manusia dengan Allah mulai hokum pertama sampai
hokum ke empat.
2. Hubungan antara manusia dengan manusia di atur dalam hokum ke
lima sampai hokum ke sepuluh.
B. Karakter, menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, yang dimaksud
karakter adalah sifat kejiwaan akhlak atau budipekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Juga dapat diartikan perangai,
perilaku, sopan-santun, yang didasarkan pada etika. Dalam hal ini aturan
atau norma agama untuk setiap pemeluk agama dan tidak bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945.
Secara umum kita dapat mengenal empat macam atau jenis karakter yang
melekat pada diri setiap orang. Jadi perilaku yang berbeda pada setiap orang
Nampak berdasarkan karakter yang dominan atau menonjol pada diri setiap
orang. Keempat macam karakter tersebut adalah;
1. Melancholic yang cirri-cirinya adalah; pendiam, focus, suka menyendiri,
agak sombong, tertutup, cepat marah, cepat tersinggung, cerdas,
suka tantangan, suka mata pelajaran eksakta. Suka music, susah
senyum. Takut berubah.
2. Singuin yang cirri-cirinya adalah; gerak cepat, linca, terburuh- buruh,
plinplan, cerdas, suka menolong, humor, berjiwa usaha. Mudah bergaul
atau berteman, suka olah raga, suka rekreasi, suka berkumpul,
gampang terpengaruh, cerdas, kreatif, selalu ingin perubahan.
3. Plegmatis yang cirri-cirinya adalah; penyabar, penuh perhatian,
lamban dan malas, mudah bergaul, cepat mengalah, agak cerdas,
cepat puas dengan apa yang ada, suka memberi, mudah memaafkan
selalu mengutamakan orang lain.
4. Coralich yang cirri- cirinya adalah; susah di atur, suka menantang, cari
perhatian, suka berteman, selalu terdepan kalau ada masaalah, nekat
dan pantang mundur, pemberani, suka mengatur, agak cerdas, mudah
marah dan sensitive, bergaul dengan siapa saja.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, manusia adalah makhluk yang berakal budi yang
berbeda dengan makhluk hidup lainnya.
Dalam kekristenan, manusia adalah pusat dari kehidupan beragama, ialah yang diberi Tuhan kunci kendali
untuk mengambil berbagai keputusan etis. Pandangan manusia dari sudut Kristen akan sangat menolong kita untuk
memahami berbagai aspek lain dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, maupun dalam pengembangan ilmu
pengetahuan modern.
Pertanyaan: Siapakah manusia?
Menjawab pertanyaan diatas, manusia dapat dipahami dari dua sisi yaitu sisi kebudayaan dan sisi kekristenan.
b. Kesadaran Etis
Istilah kesadaran etis dalam subtansi kesadaran etis dipahami berdasarkan teori perkembangan moral seperti
yang dikatakan oleh Kohlberg ( psikolog ) dengan mengetahui jenjang tingkat kesadaran etis. Berikan contoh anak
SD dengan mahasiswa soal tanggungjawab. Perkembangan moral dibagi enam tahap:
Kesadaran etis yang berorientasi pada hukum.
Tindakan moral masih kanak-kanak tetapi sudah lebih rasional, sudah mulai menghitung-hitung dan
memilih-milih.
Lebih berorientasi pada kelompok yang baik.
Ada prinsip atau hukum yang lebih tinggi yaitu hukum yang obyektif yang tidak hanya
beorientasi pda satu kelompok, tetapi hukum yang mempunyai keabsahan yang lebih
luas.
Berorientasi pada akal kemudian menciptakan yang lebih baik dan benar.
Pemikiran moral seseorang mencapai puncaknya yaitu moralitas yang berpusat pada suara hati nurani dan
keyakinan tentang yang baik dan benar bagaikan seorang nabi dalam Alkitab.
Perkembangan moral di atas menyadarkan kita untuk tidak terlalu cep\at menilai moralitas
orang lain. Karena perkembangan moral seseorang bertumbuh dan berkembang sesuai
dengan tahapannya. Di sisi lain melalui teori Kolhberg ini dapat dicari contoh-contoh
dampak negatif dari era global untuk dikritisi seperti:Penggunaan narkotika dsb. menjadi
ancaman bagi generasi muda.
Sebagai manusia yang diperlengkapi nalar, akal budi dan diciptakan segambar dan serupa dengan Allah dan
menjadi makhluk beragama.
A. Manusia sebagai Insan hamba Tuhan yang Juga sebagai Insan Pancasila.
Dalam Pancasila, nilai kemanusiaan sangat dijunjung tinggi ( Sila ke 2= kemanusiaan yang adil dan beradab ).
Dalam kaitan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dalam keserupaan dengan Allah untuk mewujudkan keadilan
atau kebenaran dan keber-adaban yakni suatu nilai hidup mulia dan luhur, dan bernilai tinggi berdasarkan etika atau
norma yang berlaku dalam suatu Negara, masyarakat agama.
1. Manusia sebagai insane hamba Tuhan berdasarkan Kejadian 1: 28 yaitu
a. Manusia menerima mandate dari Tuhan untuk mengelola alam semesta dengan prinsif keTuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kebijaksanaan dan keadilan.
b. Manusia menjadi sekutu Allah dan dalam hal itu manusia mempunyai hubungan khusus dengan Allah
yaitu hubungan cinta kasih yang didasarkan pada janji kasih setia.
c. Manusia taat pada aturan Tuhan.
2. Manusia sebagai insane Pancasila. Roma 13: 1-7; Injil Matius 22: 15-22 mengatur pola hubungan antara
anggota masyarakat ( baca: gereja) dengan pemerintah yaitu gereja tunduk pada pemerintah, takut dan
hormat pada pemerintah, karena pemerintah adalah hamba Allah untuk;
a. Menyatakan kebaikan bagi setiap warga Negara.
b. Menyandang pedang.
c. Pemegang kekuasaan
d. Mengusahakan kemakmuran masyarakat, bangsa dan Negara.
2, Pluralisme agama. Menurut kamus kata-kata asing dalam bahasa Indonesia, Pluralisme didefinisikan
sebagai keadaan masyarakat yang majemuk berdasarkan sudut pandang sosial politik. Dalam lingkup agama-
agama para teolog mengartikannya sebagai kemajemukan agama-agama. Pengertian ini sesuai dengan kondisi
masyarakat beragama di Indonesia yang majemuk.
Dalam pluralisme agama, semua agama tidak dianggap sama. Tetapi para penganut agama-agama harus
saling membuka diri terhadap masalah-masalah bersama dari sudut pandang agama masing-masing. Muara dari
keterbukaan ini adalah pembentukan etika, moral, dan spritualitas masyarakat yang plural. Jadi pluralisme agama
bukan sinkretisme .Tentang kemajemukan agama, sikap dalam komunitas Kristen ada 3:
a. Eksklusif : bahwa kebenaran dan keselamatan hanya ada melalui jalan
Kristus.
b. Inklusif meyakini bahwa Kristus juga hadir dan bekerja melalui mereka yang sama sekali
tidak mengenal Dia . Di dalam pandangan ini orang-orang dari kepercayaan lain diikutkan dalam
rencana keselamatan.
c. Pluralist : bahwa Allah atau penganut-penganut agama lain disebut kenyataan dikenal melalui
bermacam-macam jalan. Mereka yang ikut paham ini melihat kegiatan Allah Pencipta itu dalam rangka
penyelamatan dunia ini. Mereka berusaha melihat kegiatan Roh Kudus bahkan di luar tembok-tembok
Gereja. Mereka menegaskan bahwa kegiatan penyelamatan Allah itu terjadi di banyak tempat di dalam
banyak tradisi dan melalui banyak cara dan jalan.
Jadi pluralisme harus dipahami sebagai semangat untuk menghargai keyakinan agama sendiri dan
berbarengan dengan itu menghormati keyakinan agama lain. Penganut agama lain tidak dilihat sebagai musuh,
lawan atau saingan. Sebaliknya mereka adalah kawan sekerja, saudara, sesama yang memiliki tujuan yang sama
yakni kesejahteraan manusia dan alam ciptaan Allah.
D. Budaya Beragama
Pada dasarnya manusia adalah makhluk beragama ( homo religion ). Karena itu
sudah selayaknyalah manusia mengembangkan dan menjalankan budaya
beragama. Semenjak manusia pertama yakni Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa
manusia mengubah kehidupan di dunia ini dari semula damai, bahagia, tentram,
tidak ada kesulitan, tidak ada kekacauan, tidak ada penyakit dan sebagainya.Hal ini
yang menyebabkan lahirnya atau munculnya budaya beragama dimana manusia
hendak mengembalikan dirinya pada kondisi sebelumnya. Manusia tersebut antara
lain; Henokh dalam Kejadian pasal 5.
c. Hasil akal budi dari alam sekitarnya dan dipergunakan bagi kesejahteraan
hidupnya.contoh dalam alkitab adalah Kain dan Habel dalam Kejadian
pasal 4.
Dengan demikian, budaya juga dapat dipahami sebagai seluruh hasil cipta rasa
dan karsa manusia. Ditinjau dari asal katanya; budaya dari kata budi artinya
baik, luhur, mulia, bernilai tinggi. Dan daya artinya kekuatan atau
kemampuan. Jadi budaya dapat diartikan kekuatan, atau kemampuan yang luhur,
mulia,agung, yang baik, dan bernilai tinggi yang muncul dari dalam diri manusia.
Atau segala sesuatu yang dapat dilakukan manusia untuk membangun
kehidupannya dan untuk kebaikannya itulah yang disebut budaya.
a. Sikap apatis. Yakni sikap yang tidak mau peduli atau tidak mau ambil
pusing terhadap berbagai perkembangan budaya. Sikap ini biasa juga
disebut sikap masa bodoh, dan tidak mau memikirkan budaya dan tidak
mau ikut memikirkan kemajuan budayanya.
b. Sikap dualis ( munafik ). Yaitu di satu pihak menolak kebudayaan tapi di
sisi lain diterima bulat-bulat apa saja yang dihasilkan oleh kebudayaan.
Sikap ini sangat berbahaya sebab kecenderungan dalam Gereja kita
mencela mode atau sen itetapi justru di luar Gereja kita
menggunakannya. Contoh lain lagi adalah soal berpakaian atau
mencukur rambut dan sebagainya. Dalam Yakobus 5:13, Matius 5:37,
orang Kristen dilarang munafik. Dan orang munafik dikecam oleh Yesus
(Mat.23:13-19).
c. Sikap antagonia atau kontra. Yaitu menentang, mencelah hasil
kebudayaan, antipati terhadap kebudayaan orang lain, suku lain, Negara
lain.
d. Sikap akomodatif. Yaitu sikap menerima, memakai hasil kebudayaan
tanpa memikirkan baik buruknya. Orang Kristen harus berhati-hati
terhadap sikap yang demikian supaya tidak menjadi korban kebudayaan.
e. Sikap isolatif. Yaitu sikap menjauhkan, mengasingkan diri dari budaya
yang salah. Orang Kristen harus menjadi garam dan terang dunia, dan
tentunya tidak melarikan diri dari budaya melainkan ikut, menerima,
mengembangkan budaya. Bahkan menjauhkan budaya dari berbagai hal
yang akan merusak kehidupan manusia dengan Tuhan, dengan
sesamanya, dan dengan alam semesta yang di dalamnya manusia hidup
berbudaya.
f. Sikap dominasi. Yaitu sikap ingin menguasai dan memonopoli
kebudayaan bahkan mau mengambil alih seluruh kebudayaan manusia.
Tetapi hal ini mustahil, salah, keliru bila perkembangan budaya harus
melalui persetujuan Gereja atau orang percaya. Gereja tidak boleh
memonopoli kebudayaan manusia.
g. Sikap sakralisasi. Yang dimaksud sakralisasi adalah pengudusan
kebudayaan (Roma 12:1-2 ; 1 Tes. 5:21 ; 1 Petrus 2:12 ; Yoh. 1:11). Sikap
ini paling baik dari semua sikap di atas. Menguduskan kebudayaan
artinya kita harus hati-hati dan kritis dalam menciptakan dan
menggunakan budaya. Kita harus selektif memilih dan memilah yang baik
dan yang buruk (1 Tes. 4:7). Kalau tidak, kehidupan kita akan kacau.
Bahkan jika mungkin kita mengubahnya sedemikian rupa sehingga
terluput dari perbuatan dosa.
Unsur budaya yang diterima orang Kristen hendaknya adalah yang terkikis dan
terhindar dari noda dan dosa artinya tidak menciptakan dosa baru tetapi
menciptakan manusia bebas dari dosa (Kej. 1:26-28 ; 2:18-20 ; 11:19 ; Kel. 31:1-11 ;
Kis. 14:8-19 ; Roma 12:4-8 ; 2 Korintus 5:10 ; Galatia 1:13-14 ; Kolose 2:2-8).
Budaya beragama berarti segala budaya yang terkait dengan agama atau
kegiatan keagamaan. Yakni segala sesuatu yang dipikirkan, dikerjakan, di rasakan
manusia dalam lingkup agama. Diantaranya adalah tata ibadah, pujian, doa,
nyanyian, tata Gereja dan sebagainya. Semuanya itu menunjukkan kesetiaan
kepada Tuhan.
b. Tujuan Budaya Beragama, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan
untuk beriman atau percaya dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Hal ini
merupakan jalan untuk mendapatkan kebahagiaan lahir batin dalam hidup ini.
Dalam hal ini setidaknya ada dua hal yang mendorong manusia untuk beragama:
Manusia menyadari bahwa disekitar hidupnya ada kuasa yang lebih besar
yang mempengaruhi hidupnya baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan. Karena itu manusia melakukan berbagai macam
cara rohani untuk menyenangkan yang memiliki kuasa atau kekuatan
tersebut.
Manusia sadar bahwa ia ada karena ada sesuatu yang menyebabkannya.
2. Fungsi Penyelamatan Agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara-cara yang khas untuk
mencapai kebahagiaan yang terakhir yang pencapaiannya mengatasi kemampuan manusia secara mutlak
karena kebahagiaan itu diluar kemampuan manusia.Orang berpendapat bahwa hanya manusia agama yang
dapat mencapai titik itu, entah manusia yang hidup dalam dunia primitif ataupun dalam masyarakat modern.Para ahli
agama membedakan dua kategori agama yaitu:
a. Agama alamiah, yaitu agama yang diciptakan manusia sendiri. Dalam hal ini manusia yang mencari
Ilah atau Tuhan.
b. Agama wahyu, yaitu agama yang dibuat Tuhan. Dalam hal ini, Tuhanlah yang mencari manusia. Tuhan
berkomunikasi dengan manusia dan mewahyukan seperangkat kebenaran ( dogma, moral, dan cara
peribadatan ) kepada manusia. Dikatakan bahwa kebenaran-kebenaran wahyu bersifat mutlak dan
tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh manusia. Meskipun demikian manusia harus menerimanya
dengan iman pembebasan dan penyucian merupakan kebutuhan manusia yang berdosa. yaitu:
Pembebasan dari dosa atau roh-roh jahat
Upacara penyucian. Ini dimaksudkan untuk melimpahkan suatu kekuatan yang
positif dapat memperkaya dan memberi berkat.